Anda di halaman 1dari 5

A.

Definisi Bunuh Diri


Dalam Encyclopedia Britannica, bunuh diri diartikan sebagai usaha seseorang untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau sengaja. .
Bunuh diri adalah upaya yang dilakukan seseorang yang lebih memilih kematian dari
pada kehidupan, dengan cara membunuh diri sendiri secara sengaja dan menyebabkan
kematian diri sendiri. Dimana, hal ini umumnya dilakukan akibat keputusasaan.

B. Definisi Euthanasia
Dalam ensiklopedi umum, euthanasia diartikan sebagai mati tanpa penderitaan
(mengurangi atau menghilangkan penderitaan) yang dijalankan oleh seorang dokter pada
seseorang yang akan meninggal.
Euthanasia adalah tindakan yang dilakukan kepada orang yang mengalami penderitaan
akibat penyakit yang dianggap sudah tidak ada harapan lagi, sehingga hidupnya diakhiri agar
dapat mati dengan tenang dan cepat tanpa derita. Tindakan ini dilakukan demi meringankan
penderitaan pasien, sehingga terhindar dari penderitaan yang lebih dari penyakit tersebut.

C. Macam Bunuh Diri


Sosiolog Emile Durkheim membedakan bunuh diri menjadi empat jenis
tindakan, yakni:
1. Bunuh diri Egoistik
Dilakukan seseorang karena merasa kepentingan sendiri lebih besar dari
kepentingan kesatuan sosialnya. Jenis tindakan bunuh diri ini mencerminkan diri korban
memiliki dukungan sosial yang sedikit (nilai dan norma kurang diajarkan).
Sebagai contoh, orang yang belum menikah akan lebih mungkin melakukan bunuh diri
dibanding yang sudah menikah.
2. Bunuh diri Altruistik
Dilakukan seseorang karena merasa dirinya menjadi beban masyarakat atau karena
merasa
kepentingan masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan kepentingan dirinya, akibat
kewajiban yang dibebankan masyarakat kepadanya.
Sebagai contoh, seseorang yang percaya membawa aib kepada kelompok sosialnya
sendiri memutuskan untuk bunuh diri dan menganggapnya sebagai pengorbanan agar dapat
‘menyelamatkan’ kelompoknya.
3. Bunuh diri Anomi
Bunuh diri yang dilakukan seseorang akibat situasi tanpa aturan sehingga
merasa bingung mengenai keberadaan mereka yang cocok di masyarakat dan akhirnya
menjadi kecewa akan dirinya sendiri.
Sebagai contoh, orang yang mengalami perubahan kekayaan ekstrem (baik dari miskin
menjadi sangat kaya atau kaya menjadi sangat miskin). Mereka merasa norma dan nilai yang
telah berlaku bagi mereka sebelumnya sebagian besar sudah tidak berlaku lagi, sehingga
merasa tidak cocok lagi di masyarakat dan memutuskan untuk bunuh diri saja.

4. Bunuh diri Fatalistik


Bunuh diri yang dilakukan seseorang karena adanya kondisi yang sangat
tertekan, yakni diatur secara berlebihan sehingga tidak diberi kebebasan. Misalnya, akibat
masa depan yang tidak diberi kebebasan untuk memilih dan dipaksa dengan cara disiplin
yang menindas.
Sebagai contoh, beberapa narapidana akan lebih memilih mati saja dibanding hidup di
penjara yang melecehkannya terus menerus, serta peraturan yang berlebihan dan tidak sesuai
dengan keinginan hidup sebenarnya mereka.

D. Macam Euthanasia
Menurut Veronica Komalawati, euthanasia dapat dibedakan menjadi tiga:
1. Euthanasia Aktif (Agresif)
Secara langsung, aktif, dan sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga medis
lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Sebagai contoh, dengan cara
memberi tablet sianida, obat penenang dalam dosis yang dapat membuat pasien mati
mendadak, atau zat berbahaya lainnya ke tubuh pasien secara oral maupun melalui suntikan.
Pada dasarnya, pelaksanaan euthanasia ini adalah yang paling tidak disetujui oleh
kalangan masyarakat karena dianggap merupakan suatu pembunuhan dan bersifat amoral.
2. Euthanasia Pasif
Dokter atau tenaga medis tidak secara langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi secara
sengaja tidak lagi memberikan bantuan medis yang memperpanjang hidup pasien (tidak lagi
mendapatkan perawatan) untuk membiarkan pasien tersebut meninggal.
Misalnya, dengan cara tidak lagi memberi bantuan oksigen atau antibiotika bagi pasien
yang mengalami kesulitan pernapasan, meniadakan tindakan operasi yang seharusnya
dilakukan, mencabut satu-satunya peralatan yang membantu pasien bertahan hidup.
Euthanasia jenis ini sering dilakukan oleh rumah sakit secara diam-diam/ terselubung.
3. Autoeuthanasia (Non-Agresif)
Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis, dan
ia mengetahui bahwa tindakan tersebut akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
Euthanasia non-agresif pada dasarnya adalah suatu praktik euthanasia pasif atas permintaan
pasien yang bersangkutan.

E. Legalitas Bunuh Diri dan Euthanasia di Indonesia


1. UUD NRI 1945 Pasal 28A mengakomodasi hak untuk hidup dan melangsungkan
kehidupan bagi seluruh rakyatnya.
2. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang jaminan hak untuk hidup dan Hak Asasi Manusia
(HAM). Oleh karena akomodasi dan jaminan hak untuk hidup itu, menjadi sebuah tanggung
jawab antar setiap manusia untuk saling menjaga hak hidup masing-masing.
3. Pasal 304 KUHP
Menghukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan bagi mereka yang sengaja
menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan,
4. Pasal 344 KUHP
Euthanasia aktif dapat dipidana paling lama 12 (dua belas) tahun penjara.
5. Pasal 345 KUHP
Menghukum penjara paling lama empat tahun kalau sengaja mendorong orang lain untuk
bunuh diri dan korban akhirnya bunuh diri

F. Kasus Bunuh Diri dan Permintaan Euthanasia di Indonesia


Kementerian Kesehatan RI menyatakan di Indonesia terdapat lebih dari 16.000 kasus
bunuh diri setiap tahunnya dan terus meningkat.
Laporan Bank Dunia menunjukkan, tingkat bunuh diri di Indonesia mencapai 2,4 per 100
ribu penduduk.
Artinya, terdapat 2 orang yang melakukan bunuh diri dari setiap 100 ribu penduduk di
Indonesia, dan rasio ini cenderung stabil.

Untuk dalam ruang lingkup pelajar, pemikiran dan


percobaan bunuh diri yang terjadi pada remaja usia 13-17
tahun sudah tidak jarang lagi, seperti yang ditampilkan
dalam data survei di bawah ini. Angka survei
menunjukkan sudah cukup banyak pelajar yang
mempertimbangkan atau bahkan mencoba untuk bunuh
diri, dan tentu data ini bisa saja jauh lebih banyak di
lapangan.

Sedangkan untuk contoh kasus euthanasia :


- Kasus Hasan Kusuma
Pada kasus pertama tanggal 22 Oktober 2004, Hasan Kusuma mengajukan permohonan
izin ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar isterinya, Again Isna Nauli, diberi tindakan
euthanasia.
Sang isteri sudah dalam keadaan koma selama dua bulan, dan dia juga menderita akibat
kesulitan yang dialami untuk membayar perawatan medis.
Pada akhirnya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak permohonan euthanasia
tersebut.

G. Cara atau Metode Bunuh Diri


Cara atau metode bunuh diri berbeda-beda di setiap negara. Metode utama di berbagai
wilayah di antaranya ada gantung diri, meminum racun pestisida, dan dengan menggunakan
senjata api. Perbedaan ini diyakini sebagian besar karena ketersediaan metode yang berbeda
di berbagai wilayah.
Sebuah tinjauan pada 56 negara menemukan bahwa gantung diri merupakan metode yang
paling umum di sebagian besar negara, dengan angka 53% untuk kasus bunuh diri pada pria
dan 39% untuk kasus bunuh diri pada wanita.
Metode percobaan bunuh diri yang paling umum dilakukan berbeda dengan metode
bunuh diri yang paling sering berhasil. Metode bunuh diri menggunakan obat-obatan adalah
yang paling sering berhasil dengan persentase keberhasilan mencapai 85% di negara-negara
maju.

H. Faktor Pemicu Seseorang Ingin Bunuh Diri


1. Gangguan bipolar
Orang dengan gangguan bipolar akan mengalami perubahan suasana hati yang sangat
drastis. Misalnya, ia bisa mendadak sedih atau tidak bersemangat, padahal sebelumnya
merasa gembira dan sangat antusias.
2. Depresi berat
Orang yang mengalami depresi berat juga berisiko tinggi untuk bunuh diri. Kondisi ini
umumnya ditandai dengan rasa putus asa, suasana hati yang buruk, tidak semangat menjalani
aktivitas sehari-hari, atau kehilangan minat dan motivasi hidup..
3. Anoreksia nervosa
Penderita anoreksia nervosa selalu merasa dirinya gemuk sehingga melakukan berbagai
upaya untuk menurunkan berat badan, termasuk konsumsi obat-obatan secara berlebihan
hingga berisiko mengalami overdosis, terutama pada remaja wanita.
4. Borderline personality disorder (BPD)
Penderita BPD  memiliki emosi yang tidak stabil dan terkadang sulit bersosialisasi.
Penderita gangguan ini umumnya memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecilnya
dan memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri.
5. Skizofrenia
Ciri orang dengan skizofrenia adalah sering berhalusinasi, paranoid atau sulit percaya
dengan orang lain, berperilaku aneh, dan memiliki paham atau percaya pada hal-hal yang
belum tentu nyata.
6. Gangguan adiksi
Gangguan adiksi adalah gangguan perilaku yang membuat seseorang menjadi sangat
ketergantungan atau kecanduan dengan hal tertentu, seperti rokok, minuman beralkohol, atau
narkoba.
Selain itu, gangguan adiksi juga bisa berupa kecanduan terhadap aktivitas tertentu, seperti
kecanduan belanja, bermain game, tindakan asusila, atau berjudi.
7. Memiliki riwayat pelecehan emosional atau seksual, termasuk sodomi ataupun
pemerkosaan
8. Memiliki masalah sosial dan ekonomi, seperti kehilangan pekerjaan atau terjerat hutang
9. Mengalami peristiwa hidup yang penuh tekanan, seperti penolakan, perceraian, atau
kehilangan orang yang dicintai
10. Menjadi korban perundungan (bully)

I. Dampak Melakukan Bunuh Diri dan Euthanasia


1. Bunuh diri memberikan trauma pada orang terdekat atau sekitarnya. Orang yang
ditinggalkan akan cenderung terganggu psikisnya, mencari sebuah pembenaran atas bunuh
diri tersebut dan memicu untuk melakukan hal yang serupa.
2. Memicu adanya fitnah kepada masyarakat luas, hal ini menyebabkan persekusi dan
nilai negatif terhadap lingkungan kerja, lingkungan sekolah, dan sebagainya.
3. Menurunkan nilai jual dari property, apabila bunuh diri dilakukan di property
bangunan, maka orang cenderung menghindari untuk membeli atau menyewa dan akan
merugikan pihak pemilik.
4. Memberikan pemahaman berbahaya. Seringkali seseorang meninggalkan pesan
terakhir yang akan mempengaruhi orang untuk melakukan hal yang serupa.
5. Lari dari tanggung jawab. Hal yang ini merugikan dimana orang yang terkait akan
menimbulkan permasalahan hukum, misalnya penagihan utang.
biaya tersebut juga tidak kalah dengan rasa kehilangan yang dirasakan apabila harus
melakukan euthanasia pada anggota keluarganya.

J. Langkah-Langkah Pencegahan Bunuh Diri


Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan bunuh diri, di
antaranya:
1. Ajak dia berdiskusi dan jadilah pendengar yang baik
Seseorang yang berkeinginan untuk bunuh diri biasanya sedang mengalami suatu masalah
berat. Oleh karena itu, peran kita sangat penting dalam membuka percakapan hangat, agar ia
mau berbagi cerita terkait apa yang sedang dirasakannya.
2. Bantu selesaikan masalahnya semampu kita
Seseorang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri sangat menderita secara emosional.
Bunuh diri dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar bagi mereka yang tidak bisa
menghadapi masalahnya sendiri. Maka dari itu, cobalah untuk tawarkan bantuan apa saja
yang mungkin ia butuhkan.
3. Jangan biarkan ia kesepian
Karena bunuh diri sering kali dilakukan secara diam-diam, sebisa mungkin jangan
biarkan ia sendirian. Temani ia setiap waktu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Singkirkan semua barang-barang yang dianggap berbahaya
Seperti senjata api, senjata tajam, atau obat-obatan yang berada di sekitarnya. Dengan
begitu, hal ini bisa menurunkan hasrat maupun keinginannya untuk bunuh diri.
5. Ajak ia untuk menemui psikolog atau psikiater
Nantinya, psikiater atau psikolog akan melakukan penanganan tergantung pada penyebab
yang mendasari pikiran dan perilakunya untuk bunuh diri.
Pada dasarnya, pencegahan bunuh diri pada seseorang bisa teratasi dengan baik selama
keluarga dan temannya ikut peduli untuk membantu dan mencari jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi orang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai