Anda di halaman 1dari 7

GERALD (15) X IPA 5

Aceh

Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum


yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.[2]

Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir diberikan melalui
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN
4633). UU Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada
tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju
pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.

Jakarta

Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut


Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan yang bersifat khusus atau
istimewa yang diatur dengan undang-undang. Selain itu, negara mengakui
dan menghormati hak-hak khusus dan istimewa sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta (Provinsi DKI Jakarta) sebagai satuan pemerintahan
yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan sebagai daerah otonom memiliki fungsi dan peran yang penting dalam
mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,
perlu diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk itulah Pemerintah Pusat mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu
kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN
4744). UU ini mengatur kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota Negara. Aturan
sebagai daerah otonom tingkat provinsi dan lain sebagainya tetap terikat pada peraturan
perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.
Papua & Papua Barat

Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus


dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Khusus
sendiri adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada
Provinsi Papua, termasuk provinsi-provinsi hasil pemekaran dari Provinsi
Papua, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar
masyarakat Papua. Otonomi ini diberikan oleh Negara Republik
Indonesia melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 (LN 2001 No.
135 TLN No 4151).Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, penegakan supremasi hukum,
penghormatan terhadap HAM, percepatan pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan
dan kemajuan masyarakat Papua, dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan dengan
kemajuan provinsi lain. Otonomi khusus melalui UU 21/2001 menempatkan orang asli Papua
dan penduduk Papua pada umumnya sebagai subjek utama. Orang asli Papua adalah orang
yang berasal dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di Provinsi Papua
dan/atau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat
Papua. Sedangkan penduduk Papua, adalah semua orang yang menurut ketentuan yang
berlaku terdaftar dan bertempat tinggal di Provinsi Papua.

Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah istimewa sejak
pembentukannya secara de jure tahun 1950, maupun sejak pengakuannya
secara de facto pada 1945. Dalam undang-undang pembentukan DIY,
DIY berkedudukan hukum sebagai daerah istimewa setingkat provinsi.
Sedang keistimewaannya terletak pada pengangkatan kepala daerah
istimewa dan wakil kepala daerah istimewa dari Sultan dan Paku Alam yang bertahta.
Namun, bentuk keistimewaan DIY tidak dicantumkan dalam undang-undang pembentukan
tetapi hanya dalam undang-undang pemerintahan daerah yang mengatur semua daerah di
Indonesia secara umum. Dengan realitas ini, pada tahun 1965 kedudukan hukum DIY
diturunkan menjadi daerah provinsi biasa., dan akhirnya pada tahun 1999 dan 2004
keistimewaan DIY memasuki wilayah kekosongan hukum.
Berau
Daerah Istimewa Berau adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di
dalam lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Berau dibentuk
oleh negara Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang
dimilikinya. Daerah Istimewa Berau terdiri atas swapraja Sambaliung dan
swapraja Gunung-Tabur. Keistimewaan Daerah Istimewa Berau meliputi pengangkatan
Kepala Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Berau dijabat oleh Sultan Muhammad
Amminuddin. Daerah Istimewa Berau dihapus dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU
Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan.
Daerahnya dijadikan Kabupaten Berau di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan Timur.

Bulongan
Daerah Istimewa Bulongan adalah daerah istimewa setingkat kabupaten
di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Bulongan
dibentuk oleh negara Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan karena hak
asal usul yang dimilikinya. Daerah Istimewa Bulongan terdiri atas
swapraja Bulongan. Keistimewaan Daerah Istimewa Bulongan meliputi pengangkatan Kepala
Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Bulongan dijabat oleh Sultan Maulana
Muhammad Jalaluddin, sampai mangkat dia pada 1958. Daerah Istimewa Bulongan dihapus
dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten
Daerah Tingkat II di Kalimantan. Daerahnya dijadikan Kabupaten Bulongan di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan Timur. Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Bulongan, yang
meliputi kabupaten-kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, dan
Kota Tarakan, dibentuk satu provinsi, Provinsi Kalimantan Utara pada 17 November 2012,
terpisah dari Provinsi Kalimantan Timur.
Kalimantan Barat

Daerah Istimewa Kalimantan Barat adalah satuan kenegaraan yang


tegak sendiri dalam lingkungan Republik Indonesia Serikat yang
berkedudukan sebagai daerah istimewa. Daerah Istimewa Kalimantan
Barat dibentuk oleh Pemerintah Sipil Hindia Belanda pada 28
Oktober 1946 sebagai Dewan Borneo Barat dan mendapat kedudukan
sebagai Daerah Istimewa pada 12 Mei 1947.Daerah Istimewa
Kalimantan Barat meliputi Swapraja Sambas, Swapraja Pontianak, Swapraja Mampawah,
Swapraja Landak, Swapraja Kubu, Swapraja Matan, Swapraja Sukadana, Swapraja Simpang,
Swapraja Sanggau, Swapraja Tayan, Swapraja Sintang, Neo-swapraja Meliau, Neo-
swapraja Pinoh, dan Neo-swapraja Kapuas Hulu. Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat
adalah Sultan Swapraja Pontianak, Sultan Hamid II. Sebelum 5 April 1950 Satuan
Kenegaraan Yang Tegak Sendiri Daerah Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan
Negara Bagian Republik Indonesia (RI-Yogyakarta). Daerahnya kemudian menjadi bagian
dari Provinsi Administratif Kalimantan. Kini wilayah Daerah Istimewa Kalimantan Barat
menjadi Provinsi Kalimantan Barat yang telah dibentuk pada tahun 1956.

Kutai
Daerah Istimewa Kutai adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di
dalam lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Kutai dibentuk
oleh negara Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang
dimilikinya. Daerah Istimewa Kutai terdiri atas swapraja Kutai.
Keistimewaan Daerah Istimewa Kutai meliputi pengangkatan Kepala
Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Kutai dijabat oleh Sultan
A.M. Parikesit. Daerah Istimewa Kutai dihapus dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU
Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan.
Daerahnya dijadikan Kabupaten Kutai, Kota Balikpapan, dan Kota Samarinda di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan Timur. Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Kutai meliputi
Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan
Timur.
Surakarta

Daerah Istimewa Surakarta adalah Kasunanan Surakarta dan Praja


Mangkunegaran yang diakui Negara Indonesia sebagai daerah yang
memiliki sifat istimewa berdasarkan kedudukan kedua daerah tersebut
sebagai Kooti. Pengakuan ini didasarkan atas Piagam Penetapan Presiden
RI tertanggal 19 Agustus 1945. Karena perselisihan kedua kerajaan yang
ada, Kepala Daerah Istimewa dipegang oleh Komisaris Tinggi yang dijabat oleh
Gubernur RP Suroso., yang kemudian Gubernur Suryo. Karena berbagai alasan, baik
persaingan dua kerajaan, politik, keamanan, Pemerintah Pusat mengeluarkan Penetapan
Pemerintah Nomor 16/SD/1946 pada 15 Juli 1946, yang pada pokoknya berisi mengenai
bentuk dan susunan pemerintahan di Surakarta dan Yogyakarta, yang satu di antaranya
menjadikan Daerah Istimewa Surakarta sebagai Karesidenan biasa dibawah Pemerintah
Pusat.[74] Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Surakarta, yang meliputi
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Wonogiri, serta Kota Surakarta, menjadi bagian
Provinsi Jawa Tengah, yang dibentuk pada 1950.

PERBEDAAN ANTARA DAERAH KHUSUS, ISTIMEWA, OTONOMI KHUSUS

Daerah khusus =  kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah 'tertentu' untuk


mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

Daerah istimewah = daerah yang diberi pengakuan khusus

Daerah Otonomi khusus = kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah ‘tertentu’


untukmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
tetapi sesuaidengan hak dan aspirasi masyarakat di daerah tersebut.
Daerah Khusus

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang. Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus.

UU Khusus Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus
selain diatur dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah diberlakukan pula ketentuan
khusus yang diatur dalam undang-undang lain.

Bagi Provinsi DKI Jakarta diberlakukan UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia;

Bagi Provinsi NAD diberlakukan UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh; dan

Bagi Provinsi Papua dan Papua Barat diberlakukan UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

Daerah Istimewa

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang. UU KhususDaerah-daerah yang memiliki
status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur dengan Undang-Undang
Pemerintahan Daerah diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang
lain.

Di Daerah Istimewa Aceh (Provinsi Aceh) telah diberlakukan UU Nomor 44 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; dan
Daerah Istimewa Yogyakarta belum memiliki UU yang mengatur ketentuan khusus
sebagaimana dimaksud. Pengakuan KeistimewaanPengakuan keistimewaan Daerah Istimewa
Aceh didasarkan pada perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia yang menempatkan
Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus, terkait dengan
karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang
tinggi. Ketahanan dan daya juang tinggi tersebut bersumber dari pandangan hidup yang
berlandaskan syari’at Islam yang melahirkan budaya Islam yang kuat, sehingga Aceh menjadi
salah satu daerah modal bagi perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengakuan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Istimewa Surakarta


didasarkan pada hak asal-usul kedua wilayah sebagai penerus Kerajaan Mataram, peranannya
dalam sejarah perjuangan nasional, serta balas jasa Presiden Soekarno atas pengakuan raja-
raja tersebut yang menyatakan wilayah mereka adalah bagian dari Republik Indonesia.
Gubernur Daerah Istimewa Surakarta yang pertama adalah Sri Susuhunan Pakubuwana XII
dan wakil gubernur Sri Mangkunegara VIII, sedangkan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta yang pertama adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan wakilnya adalah
KGPAA Paku Alam VIII, masing-masing gubernur dan wakil gubernur memiliki masa
jabatan seumur hidup. Namun karena terjadi revolusi sosial yang didalangi oleh Tan Malaka
untuk menentang berkuasanya kekuatan aristokrasi dan feodalisme di Daerah Istimewa
Surakarta, maka semenjak 16 Juni 1946 DIS dihapuskan dan diganti dengan status
Karesidenan yang dipimpin oleh seorang residen. sumber

Anda mungkin juga menyukai