PEMERINTAH DESA
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah Kabupaten.
Rumusan defenisi Desa secara lengkap terdapat dalam UU No.22/1999 adalah
sebagai berikut:
Desa atau yang disebut dengan nama lain sebagai satu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal
usul yang bersifat istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam
penjelasan pasal 18 UUD 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan
Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat (UU Otonomi Daerah,
1999:47).
Untuk mengetahui, sekaligus membandingkan konsep Pemerintahan Desa yang
terbaik dan sesuai untuk masyarakat desa di Indonesia maka perlu mempelajari
perkembangan pemerintaan Desa sejak awal. Di bawah ini merupakan uraikan
perkembangan pemerintahan desa di Indonesia sejak masa kolonial hingga saat
ini.
Pemerintahan Desa Masa Kolonia
Ketika masa pemerintahan kolonial atau biasa disebut dengan Pemerintahan
Hindia Belanda, Desa atau Pemerintahan Desa diatur dalam pasal 118 jo Pasal
121 I. S. Yaitu Undang-Undang Dasar Hindia Belanda. Dalam pasal ini dijelaskan
bahwa penduduk negeri/asli dibiarkan di bawah langsung dari kepalakepalanya
sendiri (pimpinan). Kemudian pengaturan lebih lanjut tertuang dalam IGOB
(Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten) LN 1938 No. 490 yang
berlaku sejak 1 Januari 1939 LN 1938 No. 681. Nama dan jenis dari persekutuan
masyarakat asli ini adalah Persekutuan Bumi Putera. Persekutuan masyarakat
asli di jawa disebut DESA, di bekas Karesidenan Palembang disebut MARGA,
NEGERI di Minangkabau sedangkan di bekas Karesidenan Bangka Belitung
disebut HAMINTE.
Pada masa pemerintahan kolonial ini, asal-usul desa diperhatikan dan diakui
sedemikian rupa sehingga tidak mengenal adanya penyeragaman istilah beserta
komponen-komponen yang meliputinya. Desa/Marga ini berasal dari serikat
dusun baik atas dasar susunan masyarakat geologis maupun teritorial.
terdepan
dalam
rangka
Pemerintahan
Hindia
Belanda
dan
merupakan Badan Hukum Indonesia (IGOB STB 1938 No. 490 jo 681). Sedangkan
bentuk dan susunan pemerintahannya ditentukan berdasarkan hukum adat
masing-masing daerah. Adapun dasar hukumnya adalah Indische Staasgeling
dan IGOB Stb.1938 No. 490 Jo. 681.
Pemerintahan Desa Awal Kemerdekaan
Ketika awal kemerdekaan Pemerintahan Desa/Marga diatur dalam UUD 1945,
Pasal 18 pejelasan II yang berbunyi sebagai berikut:
Dalam
teritorial
Negara
Indonesia
terdapat
kurang
lebih
250
serta
adat-istiadat.
Dengan
demikian,
Pemerintahan
Desa
nama
lain,
adalah
kesatuan
masyarakat
hukum
yang
memilik
penghapusan
dan/atau
penggabungan
desa.
Desa
dapat
pendidikan, urusan kesehatan, urusan tenaga kerja dan urusan lainnya yang
menjadi wewenang desa. Desa pada prinsipnya mempunyai kewenangan
kegiatan pengaturan, pembinaan, pelayanan, dan fasilitasi pada masyarakat
desa. Kesemuanya dalam kewenangan urusan pemerintahan di desa tersebut
bersifat tugas pembantuan atau medebewind dari pemerintah Pusat, Daerah
(Provinsi, Kabupaten dan Kota) dan otonomi desa.
Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang desa berdasarkan Pasal 7
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2004 adalah mencakup urusan sebagai
berikut:
1. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa
(otonomi
desa);
2. Urusan pemerintah yang menjadi wewenang kabupaten/ kota yang
diserahkan
pengaturannya kepada desa (desentralisasi);
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah Provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota (medebewind);
4. Urusan pemrerintah lainya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa (desentralisasi).
Dengan demikian urusan pemerintahan yang dilakukan di desa adalah urusan
otonomi desa/rumah tangga desa, urusan desentralisasi (dari daerah otonomi)
dan urusan medebewind atau pembantuan dari pemerintah pusat maupun
daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), sehingga wewenang pemerintah desa sangat
strategis, secara kelembagaan, kebijakan dan administratif pemerintahan dalam
menjalankan urusan pemerintahan tersebut.