Anda di halaman 1dari 2

Judul : Kumpulan Cerita Pendek Penembak Misterius

Penulis : Seno Gumira Ajidarma

Penerbit : Pabrik Tulisan

Kategori : Cerita Pendek

ISBN : 9786239259822

Bahasa : Indonesia, 2020

Dimensi : 14 x 20 cm

Tebal : x + 182 hlm

Cover : Soft Cover

Berat : 300 gram

Penembak Misterius merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma dan
diterbitkan pertama kali pada tahun 1993. Dalam kumpulan cerpen ini terdapat 15 kisah yang
terbagi dalam 3 bagian: Penembak Misterius: Trilogi, Cerita untuk Alina, dan Bayi Siapa
Menangis di Semak-Semak?. Kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini ditulis oleh Seno Gumira
Ajidarma pada rentang tahun 1984—1990. Kisah-kisahnya banyak membicarakan tentang
realitas sosial politik tahun 1983—1984 yang saat itu tentu saja tidak dapat diberitakan atau
dibicarakan secara terang-terangan seperti sekarang ini.  Menariknya lagi dari buku terbitan
Pabrik Tulisan ini juga menceritakan catatan penulis yang khusus membahas cerita di balik
pengerjaan sampul dari pertama kalinya terbit sampai dengan sampul dari buku yang kali ini
saya baca.

Ditulis tahun 1980an, cerpen cerpen di buku ini beneran menggambarkan Indonesia di era orde
baru dengan segala romansanya. Paling kentara adalah soal Petrus yang marak di awal tahun
80an.. Sering ditemukan mayat mayat begal yg dibunuh secara misterius Konon, ini ulah
penembak misterius yang bertujuan untuk mengurangi angka kriminalitas di perkotaan waktu itu.

Secara tujuan memang baik, yakni memberantas kejahatan. Tetapi apakah caranya tepat? Seno
Gumira Ajidarma mempertanyakan apa kuasa yg dimiliki manusia sampai dia berhak
menentukan hidup dan matinya seseorang. Juga, bagaimana dengan nurani si eksekutor yang
harus melakukan eksekusi di lapangqn, sementara pembunuh yg sebenarnya adalah di jajaran
tertinggi.
Membaca cerita trilogi ini, saya seperti dihadapkan pada situasi yang dilematis. Bagaimana
menciptakan stabilitas keamanan dan hukum? Apa dan bagaimana upaya yang semestinya
ditempuh? Sebagai orang kebanyakan, saya memang cenderung untuk mendukung upaya-
upaya pemberantasan kejahatan, dengan cara apapun! Bagaimana kita berteriak tentang HAM,
sementara para pelaku kejahatan tersebut tidak pernah berpikir tentang HAM? Bagaimana
HAM akan membela para korban kejahatan, yang tak banyak pula mereka yang mati sia-sia
karena aksi kejahatan? Lantas siapa yang seharusnya membasmi kejahatan, atau apa bentuk
hukuman yang paling setimpal kepada pelaku kejahatan supaya perbuatannya tidak lagi
terulang? Hukum yang tegas? Masihkah kita berharap pada hukum yang tegas ketika di negeri
ini apapun bisa diperjualbelikan, termasuk hukum?

Anda mungkin juga menyukai