Anda di halaman 1dari 76

Tutor : dr.

Roro
Ketua : Syarifah Soraya
Sekretaris : Tiffany Anggun Prasetyo
Penulis : Sarah
Anggota :
1. Inke Ayu Pertiwi
2. Stefanus Gardino Setyo D.
3. Alexander Kevin
4. Sandra Lydiayana Siti A.
5. Tirtha Maharani Timotius
6. Pritha Savitri Dhafa P.
7. Michelle Valeria
8. Ice Delpriance Dumupa
Unfamiliar Terms
0-
Rumusan Masalah
1. Mengapa euthanasia dilarang untuk dilakukan?
2. Apakah di Indonesia, euthanasia diperbolehkan?
3. Mengapa ada negara yang melarang dan
mengizinkan euthanasia?
4. Dalam situasi apa euthanasia diperbolehkan?
5. Kenapa ibunya tidak langsung bunuh diri saja?
6. Faktor apa saja yang membuat seseorang
melakukan euthanasia?
7. Dampak dari euthanasia?
Curah Pendapat
1. Karena di Irlandia mayoritas beragama Katolik,
sedangkan gereja Katolik melarang euthanasia
2. Tidak; karena adat istiadat di Indonesia dan faktor
agama
3. Karena faktor adat istiadat, agama, dan hukum di setiap
negara berbeda-beda
4. - pasien sakit, tidak bisa ditolong lagi/sakit parah
- tergantung peraturan hukum dalam suatu negara 
mengizinkan/tidak
5. Kondisi dari ibunya yang tidak memungkinkan untuk
melakukan bunuh diri sendiri
6. - pengobatan yang gagal (memperpanjang rasa sakit)
- faktor ekonomi
- mengurangi penderitaan akibat rasa sakit (faktor
keluarga dan individu)
7. - keluarga  penyesalan, rasa kehilangan
- individu  meninggal
- dokter  beban batin
- agama  berdosa
REVIEW

ETIKA DEFINISI
KEDOKTERAN FAKTOR
PENYEBAB

PANDANGAN
EUTHANASIA MACAM-
HUKUM DAN
AGAMA MACAM

DAMPAK SYARAT
DIPERBOLEH
KAN
Learning objective
1. MM definisi euthanasia
2. MM faktor penyebab euthanasia
3. MM macam-macam cara euthanasia
4. MM syarat diperbolehkan euthanasia
5. MM dampak dari euthanasia
6. MM pandangan agama
7. MM pandangan hukum
8. MM etika kedokteran
Definisi Euthanasia
LO 1
Definisi Euthanasia
Euthanasia ( Dorland ) adalah :
(1) Kematian secara mudah/ tanpa rasa sakit
(2) Membunuh berdasarkan rasa kasihan
(3) Dengan sengaja mengakhiri hidup seseorang yang
menderita penyakit dengan rasa sakit yang hebat
dan tidak bisa disembuhkan
Definisi Euthanasia
Secara Umum (Etimologi)
0 Berasal dari bahasa Yunani eu = baik dan thanatos
yang berarti “kematian”
0 Kematian yang membahagiakan atau mati cepat tanpa
derita.
Euthanasia Secara Terminologi

0 Menurut hasil seminar aborsi dan euthanasia


ditinjau dari segi medis, hukum dan psikologi,
Euthanasia diartikan:
1. Dengan sengaja melakukan sesuatu untuk
mengakhiri hidup seorang pasien
2. Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
(palaten) untuk memperpanjang hidup pasien
3. Dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu
sendiri atas permintaan atau tanpa permintaan
pasien
Euthanasia Secara Terminologi
Sejak abad ke-19, terminologi euthanasia dipakai
untuk menyatakan penghindaran rasa sakit dan
peringanan pada umumnya bagi yang sedang
menghadapi kematian dengan pertolongan
dokter. Pemakaian terminologi euthanasia ini
mencakup tiga kategori, yaitu:
1. Pemakaian secara sempit
Secara sempit euthanasia dipakai untuk tindakan
menghindari rasa sakit dari penderitaan dalam
menghadapi kematian.
2. Pemakaian secara luas
Secara luas, terminologi euthanasia dipakai untuk
perawatan yang menghindarkan rasa sakit dalam
penderitaan dengan resiko efek hidup diperpendek.
3. Pemakaian paling luas
Dalam pemakaian yang paling luas ini, euthanasia
berarti memendekkan hidup yang tidak lagi dianggap
sebagai side effect, melainkan sebagai tindakan untuk
menghilangkan penderitaan pasien.
Sejarah Euthanasia
1. Masa 300-400 SM dalam Sumpah Hippocrates:
"Saya tidak akan menyarankan dan atau
memberikan obat yang mematikan kepada
siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu“
2. Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu
timbulnya perdebatan dan pergerakan di
wilayah Amerika Utara dan di Eropa
3. 1828= undang-undang anti eutanasia diberlakukan
di negara bagian New York, beberapa tahun
kemudian diberlakukan pula oleh beberapa negara
bagian.
4. 1935 = di Inggris terbentuk kelompok pendukung
euthanasia,1938 = Amerika memberikan dukungan
pada pelaksanaan eutanasia agresif. Namun perjuangan
melegalkan euthanasia tidak berhasil di Inggris dan
Amerika
5. 1937 = eutanasia atas anjuran dokter dilegalkan
di Swiss
6. 1939 = pasukan Nazi Jerman melakukan tindakan
eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3 tahun
yang menderita keterbelakangan mental, cacat tubuh,
ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup
mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan
nama Aksi T4 yang kelak diberlakukan juga terhadap
anak-anak usia di atas 3 tahun dan para jompo / lansia
7. 1940 dan 1950 = akibat kekejaman Nazi, dukungan
terhadap eutanasia berkurang, terlebih-lebih lagi
terhadap tindakan eutanasia yang dilakukan secara
tidak sukarela ataupun karena disebabkan oleh
cacat genetika.
8. 1995 = Negara bagian Australia, Northern Territory
membuat UU mengizinkan euthanasia dan bunuh
diri berbantuan. Namun Maret 1997, UU tersebut
ditarik.
9. Tahun 1997, negara bagian AS, Oregon
mengizinkan pasien terminal mengakhiri hidupnya
10. 1 April 2002, Belanda mengizinkan euthanasia
11. September 2002, Belgia mengizinkan euthanasia
Faktor Penyebab Euthanasia
LO 2
Penyebab Euthanasia
0 Adanya hak moral bagi setiap orang untuk memilih
cara kematiannya
0 Tindakan belas kasihan pada seseorang yang sakit,
meringankan penderitaan sesama adalah tindakan
kebajikan
0 Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien
0 Mengurangi beban ekonomi
Macam-Macam Euthanasia
LO 3
Dari Sudut Cara/Bentuk
a. Euthanasia aktif artinya mengambil
keputusan untuk melaksanakan dengan
tujuan menghentikan kehidupan. Tindakan
ini secara sengaja dilakukan oleh dokter
atau tenaga kesehatan lainnya untuk
memperpendek atau mengakhiri hidup si
pasien. Misalnya, melakukan injeksi dengan
obat tertentu agar pasien terminal
meninggal.
b. Euthanasia pasif artinya memutuskan
untuk tidak mengambil tindakan atau tidak
melakukan terapi. Dokter atau tenaga
kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi)
memberikan bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup kepada pasien.
Misalnya, terapi dihentikan atau tidak
dilanjutkan karena tidak ada biaya, tidak ada
alat ataupun terapi tidak berguna lagi.
Pokoknya menghentikan terapi yang telah
dimulai dan sedang berlangsung.
c. Auto-euthanasia artinya seorang pasien
menolak secara tegas dengan sadar untuk
menerima perawatan medis dan ia
mengetahui bahwa hal ini akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
Dari penolakan tersebut ia membuat sebuah
codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto-
euthanasia pada dasarnya adalah euthanasia
pasif atas permintaan.
Dari Sudut Maksud
a. Euthanasia langsung (direct) artinya tujuan
tindakan diarahkan langsung pada kematian.

b. Euthanasia tidak langsung (indirect) artinya


tujuan tindakan tidak langsung untuk kematian
tetapi untuk maksud lain misalnya meringankan
penderitaan.
Dari Sudut Otonomi Penderita
a. Penderita sadar dan dapat menyatakan kehendak atau tak
sadar dan tidak dapat menyatakan kehendak
(incompetent).
b. Penderita tidak sadar tetapi pernah menyatakan
kehendak dan diwakili oleh orang lain (transmitted
judgement).
c. Penderita tidak sadar tetapi kehendaknya diduga oleh
orang lain (substituted judgement).
Dari Sudut Motif
a. Prakarsa dari penderita sendiri artinya penderita
sendiri yang meminta agar hidupnya dihentikan
entah karena penyakit yang tak tersembuhkan atau
karena sebab lain.
b. Prakarsa dari pihak luar artinya orang lain yang
meminta agar seorang pasien dihentikan
kehidupannya karena berbagai sebab. Pihak lain itu
misalnya keluarganya dengan motivasi untuk
menghentikan beban atau belas kasih. Bisa juga,
prakarsa itu datang dari pemerintah karena ideologi
tertentu atau kepentingan yang lain.
Syarat Diperbolehkan
Euthanasia
LO 4
Syarat Melakukan Euthanasia

Perkembangan Euthanasia di Jepang dapat dilihat dari


Yurisprudensi sebuah Pengadilan Tinggi di Nagoya
yang mengajukan enam syarat untuk melakukan
Euthanasia, yaitu:
1. Pasien atau calon korban harus masih dapat
membuat keputusan dan mengajukan
permintaan tersebut dengan serius.
2. Ia harus menderita suatu penyakit yang tidak
terobati pada stadium terakhir atau dekat
dengan kematiannya.
3. Tujuannya adalah sekedar untuk melepaskan
diri dari rasa nyeri.
4. Ia harus menderita rasa nyeri yang tak
tertahankan.
5. Dilakukan oleh dokter yang berwenang atau
atas petunjuknya.
6. Kematian harus melalui cara kedokteran dan
secara manusiawi.
Mekanisme Euthanasia
Tindakan euthanasia dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni:

• Langsung dan sukarela: memberi jalan kematian dengan cara


yang dipilih pasien. Tindakan ini dianggap sebagai bunuh diri.
• Sukarela tetapi tidak langsung: pasien diberitahu bahwa harapan
untuk hidup kecil sekali sehingga pasien ini berusaha agar ada
orang lain yang dapat mengakhiri penderitaan dan hidupnya.
• Langsung tetapi tidak sukarela: dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien, misalnya dengan memberikan dosis letal pada anak yang
lahir cacat.
• Tidak langsung dan tidak sukarela: merupakan tindakan
euthanasia pasif yang dianggap paling mendekati moral.
Dampak Euthanasia
LO 5
Dampak Euthanasia
0 Sudut pandang Pasien
Mudah putus asa karena tidak ingin dan tidak
memiliki semangat untuk berjuang melawan
penyakitnya.
0 Sudut pandang Keluarga Pasien
Aspek kemanusiaan dan ekonomi
Pandangan Agama
LO 6
Pandangan Agama Tentang Jiwa
Secara Umum
0 Ajaran agama pada umumnya menghargai jiwa lebih-
lebih terhadap jiwa manusia, sangat banyak petunjuk
dari kitab suci mengharuskan kita untuk memelihara
jiwa manusia
0 Jiwa merupakan karunia Tuhan, karena itu setiap diri
manusia sama sekali tidak berwenang dan tidak boleh
melenyapkan jiwa tanpa kehendak dan aturan YME
Pandangan Agama Islam
0 Syariah Islam mengharamkan euthanasia, karena
termasuk dlm kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu
al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk
meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap
haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau
keluarganya.
0 Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang
lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243).
0 Ada sebuah ayat yang menyiratkan, "Janganlah
engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29),
yang makna langsungnya adalah "Janganlah
kamu saling berbunuhan." Dengan demikian,
seorang Muslim (dokter) yang membunuh
seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan
dengan membunuh dirinya sendiri.
0 Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah
atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan
memudahkan kematian seseorang dengan sengaja
tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan
tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan
cara positif maupun negatif. Pada konferensi pertama
tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981,
dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang
membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun
pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy
killing) dalam alasan apapun juga .
Pandangan Agama Kristen
Praktek euthanasia adalah salah karena melanggar
prinsip bahwa kehidupan itu diberikan oleh Allah:

1. Tidak ada alasan moral apapun yang


mengijinkan seseorang melakukan
‘pembunuhan’ maupun ‘bunuh diri’
Dalam Alkitab tegas difirmankan TUHAN: “Jangan
membunuh!” (Keluaran 20:13). Kematian adalah hak
Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani 9:27). Maka
tidak ada hak manusia untuk memilih cara kematiannya
2. Dalam Alkitab, penderitaan mempunyai fungsi
yang positif dan konstruktif dalam hidup
manusia
(Yakobus 1:2-4; Roma 5:3-4), penderitaan melahirkan
ketekunan dan pengharapan dan kesempurnaan hidup.
Maka penderitaan tidak bisa dijadikan sebagai alat
pembenaran praktek euthanasia

3. Manusia lebih berharga daripada materi


Maka materi harus melayani kepentingan manusia
(Matius 6, tentang khotbah di Bukit). Maka melakukan
euthanasia demi untuk kepentingan penghematan
ekonomi tidak dibenarkan secara moral, terutama
moral Kristen
4. Kehidupan berasal dari Allah. Adalah keputusan Allah
untuk memberi kehidupan dan mengambilnya kembali
(Pengkhotbah 12:7) : dan debu kembali menjadi tanah seperti
semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.
(Ayub 1:21) : katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari
kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke
dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!”

5. Allah tidak menyetujui “tangan yang menumpahkan


darah orang tidak bersalah”
(Amsal 6:16,17) : …tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi
hati-Nya,…tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak
bersalah.
6. Dalam Alkitab, “menumpahkan darah orang
yang tidak bersalah” disebut pembunuhan
(1 Yohanes 3:15) : … tidak ada seorang pembunuh yang
tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
(Kejadian 9:6) : Siapa yang menumpahkan darah
manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia,
sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya
sendiri.

7. Allah menghendaki kita untuk “memilih hidup”


(Ulangan 30:19) : …Pilihlah kehidupan, supaya engkau
hidup, baik engkau, maupun keturunanmu.
0 Kematian raja Saul adalah contoh dari euthanasia (1
Samuel 31:1-6)
Saul tidak mau orang-orang Filistin menemukan dirinya
tetap hidup. Dia tahu mereka akan menyiksa dia.
Kemudian dia meminta pembawa senjatanya untuk
membunuhnya. Tetapi ketika pembawa pedang itu
menolak, Saul menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya
sendiri dan mati. Saul melakukan bunuh diri, dan dia
melakukan itu supaya mencegah penderitaan. Dia
membunuh dirinya sendiri dan itu adalah perbuatan
dosa (Keluaran 20:13).
Pandangan Agama Protestan Tentang Jiwa

0 Dalam ajaran agama kristen dikatakan bahwa


"jiwa" mengartikan suatu bagian dari manusia
yang tidak bersifat jasmani, tetapi bersifat roh
dan tetap hidup setelah tubuh jasmani mati.
Pandangan dan Sikap Gereja
Katolik tentang Eutanasia
0 Sikap Gereja sangat tegas menghadapi persoalan ini dan
gereja sangat hati-hati dalam mengambil sikap
0 Moral gereja memberikan distingsi-distingsi yang tajam
mana eutanasia yang boleh dilakukan dan mana yang tak
boleh dilakukan dan moral gereja memberikan prinsip-
prinsip yang tegas namun tetap mengandaikan kejujuran
manusia yang melaksanakan prinsip-prinsip moral itu
0 Moral gereja Katolik membedakan eutanasia dalam dua hal
eutanasia direk dan indirek
0 Dan moral gereja tetap memegang prinsip-prinsip ajaran
Yesus sendiri soal hidup manusia
0 Melalui pena Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik
Evangelium Vitae maka gereja Katolik yang Universal
menolak euthanasia .
0 Melalui paus Yohanes Paulus menyatakan eutanasia
merupakan tindakan belas kasihan yang keliru, belas
kasihan yang semu : “Belas kasihan yang sejati mendorong
untuk ikut menanggung penderitaan sesama. Belas
kasihan itu tidak membunuh orang, yang penderitaannya
yang tidak dapat kita tanggung ( evangelium Vitae, no 66 )
0 Bapa suci memaklumkan, “memperhatikan distingsi
distingsi itu, selaras dengan magisterium para pendahu
kami dan dalam persekutuan dengan para uskup gereja
katolik kami mengukupkan bahwa eutanasia merupakan
pelanggaran berat hukum Allah, karena berarti
pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moril
tidak dapat diterima” ( evangelium Vitae No 65 )
0 Konsili Vatikan II : “Apasaja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri,
misalnya bentuk pembunuhan yang manapun juga, penumpasan suku
pengguguran, euthanasia atau bunuh diri yang disengaja...” ( Gaudium et
Spes , No. 27 )
0 Bentuk euthanasia menurut Kongregasi suci ajaran iman yang dikeluarkan
pada 5 Mei 1980 :
0 Aktif / positif : tindakan medis atau pemberian obat untuk
mempercepat kematian seseorang dan secara moral sama dengan
pembunuhan.
0 Langsung
0 Atas kehendak pasien ( voluntary active euthanasia )
0 Tanpa kehendak pasien (involuntary active euthanasia )
0 Tidak langsung
0 Tindakan medis dengan tujuan mengurangi rasa sakit dengan
akibat samping yang dapat mempercepat proses kematian
0 Pasif / negatif : tindakan untuk menghentikan kegiatan medis yang
membantu pasien bertahan hidup dalam jangka waktu tertentu.
Tindakan ini masih dibenarkan sejauh merupakan tindakan luar biasa
dan diatur sesuai keadaan pasien.
0 Dalam kalangan umum euthanasia pasif tidak dipakai
lagi, diganti dengan istilah Letting Die, yakni upaya
memberikan kesempatan untuk memutuskan
pilihannya menghadapi sakitnya.
0 Menurut kitab Keluaran 20 : 13 dengan tegas firman
Tuhan berkata “ Jangan Membunuh”
0 Dengan demikian tidak ada alasan moral apapun yang
mengijinkan pembunuhan dan manusia itu sendiri
tidak memiliki hak untuk menentukkan kematiannya,
karena kematian adalah hak tuhan
Pandangan Agama tentang Jiwa
(Kristen - Katholik)
0 Jiwa atau nyawa dalam Alkitab diterjemahkan
dari bahasa Ibrani nefes dan bahasa Yunani
psykhe.
0 Cara kata itu dipakai dalam Alkitab
memperlihatkan bahwa jiwa adalah seseorang
atau seekor hewan atau kehidupan yang
dinikmati seseorang atau seekor hewan.
0 Tetapi, bagi banyak orang "jiwa" mengartikan
suatu bagian dari manusia yang tidak bersifat
jasmani, tetapi bersifat roh dan tetap hidup
setelah tubuh jasmani mati.
Roh Menurut Pandangan Kristen & Katolik

1. Manusia itu berasal dari debu, lalu diberi


nafas hidup (dalam bahasa aslinya =
"roh") oleh Allah.
- Kejadian 2:7 : "Ketika itulah TUHAN Allah
membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi
makhluk yang hidup."
2. Setelah mati, manusia (tubuh jasmaninya) akan kembali
menjadi debu, tetapi rohnya akan kembali kepada Allah,
Sang Penciptanya. (Berarti rohnya tidak mati !!)

Kejadian 3:19 : "dengan berpeluh engkau akan mencari


makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah,
karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan
engkau akan kembali menjadi debu.“

Pengkhotbah 12:7 : "Dan debu kembali menjadi tanah


seperti semula, dan roh kembali kepada Allah yang
mengaruniakannya." (Bdk Ayub 34:14 - 15)
Pandangan Agama Hindu
0 Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia didasarkan pada ajaran tentang
karma, moksa dan ahimsa. Karma adalah suatu konsekuensi murni dari semua
jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau
batin dengan pikiran kata-kata atau tindakan.
0 Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu sebab
perbuatan tersebut dapat menjadi faktor yang mengganggu karena menghasilkan
“karma” buruk.
0 Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri,
maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada di
dunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai
masa waktu di mana seharusnya ia menjalani kehidupan. Misalnya, seseorang
bunuh diri pada usia 17 tahun padahal dia ditakdirkan hidup hingga 60 tahun.
Maka selama 43 tahun rohnya berkelana tanpa arah tujuan. Setelah itu, rohnya
masuk ke neraka untuk menerima hukuman lebih berat; kemudian kembali ke
dunia (reinkarnasi) untuk menyelesaikan “karma”-nya terdahulu yang belum
selesai dijalaninya.
Pandangan Agama Hindu Tentang Jiwa

0 Badan manusia adalah perahu yang perkasa dalam menyeberangi samudra


material ini, Tuhan sebagai angina sepoi-sepoi untuk mengantar kita ketempat
tujuan, guru spiritual adalah nahodanya, dan kita sang jiwa adalah
penumpangnya, dan bila orang tidak memanfaatkan badan manusia seperti itu,
ia adalah pembunuh dirinya sendiri/ rohnya sendiri.(Srimad Bhagavatam
11.20.17)
0 Dalam ajaran kitab suci dijelaskan badan manusia adalah badan yang terbaik
diantara semua badan. Bahkan dikatakan The human body is the best of the
Temple. Mengapa demikian ? Karena Tuhan bersemayam dibadan kita,
sarvasya caham herdi sanivista (Bhg-gita 15.15 ). Tuhan dengan setia
mendampingi setiap mahluk hidup dalam pengembaraannya dialam material
ini. Beliau sebagai saksi dalam menemani sang jiwa, tetapi juga menjadi
pembimbing jika sang jiwa berserah diri kepadaNya (Bhg.-gita 4.11).
0 Hanya dari badan manusialah sang jiwa dapat kembali kealam Tuhan..
0 Dengan demikian janganlah disia-siakan kesempatan mendapat badan
manusia ini, untuk kita dapat segera pulang kerumah kita yang asli dialam
Tuhan
Pandangan Agama Buddha
0 Mempercepat kematian seseorang secara tidak
alamiah merupakan pelanggaran terhadap perintah
utama ajaran Buddha yang dapat menjadi “karma”
buruk kepada siapapun yang terlibat dalam
pengambilan keputusan guna memusnahkan
kehidupan seseorang tersebut.
0 Euthanasia merupakan salah satu tindakan yang
melanggar pancasila Buddhis pertama yang
berbunyi :
“pānātipātā veramani sikkhāpadam samādiyāmi”
(aku bertekad melatih diri menghindari
pembunuhan makhluk hidup)
0 Agama Buddha sangat menghargai kehidupan
hal ini dinyatakan dalam Karaniyametta sutta,
“yang telah lahir ataupun yang dilahirkan harus
kita kasihi dan kita bertekad untuk menghindari
segala bentuk pembunuhan”.
0 Euthanasia baik yang aktif atau pasif tidak
dibenarkan dalam agama Buddha karena perbuatan
membunuh atau mengakhiri kehidupan seseorang ini,
melanggar sila pertama dari Pancasila Buddhis
dan termasuk dalam 10 perbuatan buruk.
0 Mempercepat kematian seseorang secara tidak
alamiah merupakan pelanggaran terhadap perintah
utama ajaran Buddha yaitu sila pertama Panatipatta
yang dengan demikian dapat menjadi karma buruk
kepada siapapun yang terlibat dalam tindakan
euthanasia tersebut.
0 Selain daripada hal tersebut, ajaran Buddha sangat
menekankan pada “welas asih” (karuna).
Pandangan Agama Buddha Tentang Jiwa

Corak Kehidupan yang ada pada Hukum Tilakkhana (Hukum


Kebenaran Mutlak) :
1. Sabbe Sankhara Anicca (ketidakkekalan atau perubahan)
Segala sesuatu dalam alam semesta yang terdiri dari
perpaduan unsur-unsur adalah tidak kekal. Buddha Gautama
melihat bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini sebagai
suatu proses yang terus berubah atau berevolusi.
2. Sabbe Sankhara Dukkha (tidak memuaskan atau
penderitaan)
Bahwa segala sesuatu yang tidak kekal tersebut sesungguhnya
tidak memuaskan dan oleh karena itu merupakan penderitaan
(dukkha) karena tidak bisa menerima perubahan yang terjadi.
3. Sabbe Dharma Anatta (tidak ada jiwa yang abadi)
Pada akhirnya akan kembali pada pengertian bahwa
tidak ada yang dapat disebut sebagai ‘Aku’ atau ‘jiwa’
atau ‘roh’ yang abadi karena semua bentuk selalu
berubah. Jadi tidak ada yang namanya jiwa atau roh
yang abadi. Semua itu hanyalah pandangan egoisme
terhadap diri.
TIDAK ADA JIWA YANG KEKAL (ANATTA)
0 Seluruh tubuh ini tersusun dari 4 elemen:
1. Tanah (unsur padatan),
2. Air (unsur cairan),
3. Api (unsur panas),
4. Angin (unsur gerak).
0 Ketika semuanya bersatu dan membentuk tubuh,
kemudian kita menamakannya sebagai pria, wanita,
dan lain-lain. Tapi itu hanya nama saja, bukanlah diri.
0 Dalam Agama Buddha manusia tidak ada jiwa
ataupun roh, yang ada hanya kesadaran (citta) dan
batin (citta sika).
0 Setelah meninggal, kesadaran yang berpindah ke
salah satu 31 alam kehidupan bukan jiwa atau roh
yang berpindah.
0 Buddha mengatakan kematian tidaklah
mengakhiri penderitaan, kematian justru
merupakan salah satu bentuk penderitaan,
karena kematian akan berlanjut dengan
kelahiran kembali, suatu perbuatan dapat
dikatakan sebagai pembunuhan apabila
memenuhi lima syarat, yaitu:
• Adanya makhluk hidup
• Pengetahuan atau kesadaran bahwa hal itu
adalah makhluk hidup
• Niat (cetana) untuk membunuh
• Usaha untuk membunuh
• Kematian yang diakibatkannya
Di dalam konsep buddhis, ada 10 perbuatan buruk
(Akusala Kammapatha) yang apabila dilakukan akan
lebih cepat berbuah karma buruk.
1. Membunuh (Panatipata)
2. Mengambil barang yang tidak diberikan
(Adinnadana)
3. Perbuatan asusila (Kamesumicchacara)
4. Berdusta (Musavada)
5. Menfitnah (Pisunavaca)
6. Berbicara kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
8. Ketamakan (Abhijja)
9. Kebencian (Vyapada)
10. Pandangan salah (Micchaditthi)
Pandangan Hukum
LO 7
Aspek Hukum Indonesia
0 Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah
sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat
pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada
Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
menyatakan bahwa ”Barang siapa menghilangkan nyawa
orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh,
dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun”
0 Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal
338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan
memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia
0 Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara
kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa
pun
Aspek Hukum Mengenai
Euthanasia
0 Euthanasia aktif tidak atau belum diperbolehkan di negara kita
0 Euthanasia pasif dikerjakan dengan pertimbangan medis yang matang,
jika perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk menyatakan bahwa
pasien sudah dalam taraf "tidak bisa disembuhkan dengan upaya medis“
0 Euthanasia pasif dilakukan dengan dua cara:
1. "With drawing"
Seluruh bentuk pemberian obat kecuali pemakaian ventilator (alat
bantu) dan pemberian makan (oral / parenteral) dihentikan sampai
pasien mengalami mati klinis.
2. "With holding"
Pemberian obat2an dilanjutkan seperti biasa, tetapi ketika ada penyakit
baru sebagai akibat lanjut dari penyakit dasarnya
(komplikasi), misalnya gagal ginjal atau gagal hati, penyakit tersebut
tidak diberikan pengobatan secara medis sampai
pasien mengalami mati klinis.
Aspek Hukum
0 Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) Farid Anfasal Moeloek dalam suatu
pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo
Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan bahwa :
Euthanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan"
hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia. Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai
dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar
hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.
0 Menurut KUHP yang berlaku seseorang itu dapat dipidana atau
dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja
ataupun karena kurang hati-hati.

Pengertian ini dapat dilihat dalam pasal-pasal berikut:


0 Pasal 338 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa
orang lain dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya
lima belas tahun
0 Pasal 340 KUHP: Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih
dahulu menghilangkan jiwa orang lain , dihukum , karena pembunuhan
direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-
lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.
0 Pasal 341 KUHP: Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa
anaknya pada ketika dilahirkan ataupun tidak berapa lama sesudah
dilahirkan , karena takut ketahuan bila ia sudah melahirkan anak ,
dihukum karena makar mati terhadap anak (kinderdogodslag) dengan
hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.
0 Pasal 343 KUHP: bagi orang lain yang turut campur dalam
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dianggap
kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan.
0 Pasal 344 KUHP: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri ,yang disebutnya dengan nyata
dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya
dua belas tahun.
0 Pasal 345 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghasut orang
lain untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu,
atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,dihukum
penjara selama-lamanya empat tahun.
0 Pasal 359 KUHP: Barang siapa karena salahnya menyebabkan
matinya orang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun
atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Aspek Hukum
Tetapi dalam KUHP ada alasan pengecualian dari
hukuman dan deskriminalisasi yang dasar
pemberiannya diperoleh baik dalam KUHP itu sendiri.
0 Pasal 48 KUHP:Tidaklah dapat dihukum barang siapa
yang melakukan suatu perbuatan dibawah pengaruh
suatu keadaan yang memaksa.
0 Pasal 50 KUHP: Tidaklah dapat dihukum barang siapa
yang melakukan suatu perbuatan untuk
melaksanakan surat peraturan perundang-undangan.
Aspek Hukum
Euthanasia aktif
1) Euthanasia aktif atas permintaan pasien : Pasal. 344 KUHP
2) Euthanasia aktif tanpa permintaan pasien : Pasal. 340 KUHP
3) Euthanasia aktif tanpa sikap dari pasien : Pasal. 340, 338, KUHP
4) Euthanasia tidak langsung
a). Euthanasia tidak langsung atas permintaan pasien : Pasal. 344, 359
b). Euthanasia tidak langsung tanpa permintaan pasien : Pasal. 340, 359
c). Euthanasia tidak langsung tanpa sikap pasien : Pasal. 304, 359

Euthanasia pasif
1). Euthanasia pasif atas permintaan pasien : Tidak dihukum
2). Euthanasia pasif tanpa permintaan pasien : Pasal. 304 jo 306 (2)
3). Euthanasia pasif tanpa sikap pasien : Pasal. 304 jo 306 (2)
Etika Kedokteran
LO 8
Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
1. SK PB IDI no.319/PB/4/88:“Pernyataan Dokter
Indonesia tentang Informed Consent”→manusia
dewasa & sehat rohani berhak sepenuhnya
menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap
tubuhnya.Dokter tidak berhak melakukan tindakan
medis yang bertentangan dengan kemauan pasien,
walau untuk kepentingan pasien itu sendiri.
2. SK PB IDI no.336/PB/4/88:“Pernyataan Dokter
Indonesia tentang Mati”. Sayangnya SKPB IDI ini tidak
atau belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan
IDI sendiri maupun di kalangan pengelola rumah sakit.
Sehingga, tiap dokter & rumah sakit masih memiliki
pandangan & kebijakan yang berlainan.
0 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
434/Men.Kes/SK/X/1983 pasal 10  Setiap dokter
harus senantiasa mengingat akan kewajibannya untuk
melindungi ‘hidup’ makhluk insani
0 Etika Kedokteran, tidak memperbolehkan :
0 Menggugurkan kandungan (abortus provocatus).
0 Mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut
ilmu dan pengalaman tidak mungkin akan sembuh lagi
(euthanasia).
Aspek KODEKI
Pasal 1
0 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
0 “seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi tertinggi”.
Pasal 7d
0 Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Solusi

Kesimpulan dan Saran


Solusi
0 Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya
prognosis dari penyakit pasien dan menjelaskan
konsekuensi yg akan ditimbulkan dari tindakan
merawat pasien di rumah.
0 Memberikan kebebasan kepada keluarga dan pasien
untuk memilih.
Kesimpulan
0 Euthanasia dilarang dilihat dari semua agama
0 Euthanasia dilarang dari segi hukum, medis, agama,
tetapi dalam realitasnya euthanasia masih
diperdebatkan.
0 Sebagai dokter yang taat beragama, beretika,dan taat
hukum harus mengupayakan kesembuhan pasien
secara maksimal dan menghindari tindakan
euthanasia.
Saran
0 Keluarga & orang disekitarnya memotivasi hidup
0 Dari segi tenaga medis  menyediakan pelayanan
kshtn “ FREE charge..caring of the dying patient”
0 Memberikan pelatihan kerja dan pembekalan skill
kemampuan untuk si istri Tn. A
0 Mengajarkan ke semua anak Tn. A utk dapat hidup
mandiri sehingga meringankan beban orangtua.

Anda mungkin juga menyukai