Anda di halaman 1dari 46

Euthanasia dalam

Tinjauan Praktik
Kedokteran
Dr. Caecielia, drg., Sp. Pros.,MMRS.,MH.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 1


10/15/20
Pengertian Euthanasia
Euthanasia secara etimologis berasal dari bahasa yunani yaitu eu dan
thanasia yang berarti “ mati yang baik” atau “ mati dengan tenang “

Euthanasia dalam bahasa Inggris sering disebut “ Marc Killing”

Encyclopedia American mencantumkan Euthanasia ISSN the practice of


ending life in other to give release from incurable sufferering

Di Belanda mendefinisikan Euthanasia sebagai dengan sengaja tidak


melakukan suatu usaha (nalaten) untuk memperpanjang hidup seorang
pasien atau sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan semua ini dilakukan khusus untuk
kepentingan pasien itu sendiri.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 2


Pengertian Euthanasia
 Euthanasia dalam Oxford Dictionary dirumuskan sebagai
kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam
kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak
tersembuhkan.

 Euthanasia menurut kamus Kedokteran Dorland,


Euthanasia mengandung dua pengertian.
 Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit.
 Kedua, pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran
kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-
hati dan disengaja.
Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 3
Pengertian Euthanasia
 Arti harfiah euthanasia
Good death atau easy death.
Sering disebut juga mercy killing

Karena pada hakekatnya euthanasia merupakan tindakan


pembunuhan atas dasar kasihan.

Tindakan ini dilakukan semata mata agar seseorang meninggal lebih cepat dengan
esensi:
1. Tindakan menyebabkan kematian
2. Dilakukan pada saat seseorang itu masih hidup
3. Penyakitnya tidak ada harapan untuk sembuh atau dalam fase terminal
4. Motifnya belas kasihan karena penderitaan berkepanjangan
5. Tujuannya mengakhiri penderitaan.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 4


Pengertian Euthanasia
 Euthanasia juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri
hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika
tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri
hidupnya, euthanasia menunjukkan usaha tenaga medis untuk
membantu para pasien supaya dapat meninggal dengan baik
tanpa penderitaan yang terlalu hebat.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 5


Pengertian Euthanasia
 Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan
untuk meringankan kesakitan atau penderitaan yang dialami
oleh seseorang yang akan meninggal, juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang berada dalam
kesakitan dan penderitaan yang hebat menjelang kematiannya.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 6


Pengertian Euthanasia
 Kode etik kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga
arti:
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa
penderitaan, buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.

2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan


memberi obat penenang.

3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang yang sakit dengan


sengaja atas permintaan pasien sendiri dan keluarganya

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 7


Pengertian Euthanasia
Beberapa rumusan lain tentang Euthanasia, antara lain sebagai berikut:
1. Philo : “ Euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik “
2. Suetonis : “ Euthanasia berarti mati cepat tanpa derita”
3. Hilman: “Euthanasia berarti pembunuhan tanpa penderitaan (Mercy Killing )”
4. Gezondheidsraad Belanda: Euthanasia adalah perbuatan yang dengan sengaja
memperpendek hidup demi kepentingan pasien oleh seorang dokter atau
bawahannya yang bertanggung jawab padanya.
5. Van Hattum: Euthanasia adalah sikap mempercepat proses kematian pada
penderita-penderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan melakukan
atau tidak melakukan suatu tindakan medis, dengan maksud untuk membantu
korban menghindarkan diri dari penderitaan dalam menghadapi kematiannya
dan untuk membantu keluarganya menghindarkan diri melihat penderitaan
korban dalam menghadapi kematian.

8
Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20
Pengertian Euthanasia
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada
Euthanasia terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Ada tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup
seseorang.
2. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar rasa belas kasihan, karena penyakit
orang tersebut tidak mungkin dapat disembuhkan.
3. Proses mengakhiri hidup yang dengan sendirinya berarti juga mengakhiri
penderitaan tersebut dilakukan tanpa menimbulkan rasa sakit pada orang yang
menderita tersebut.
4. Pengakhiran hidup tersebut dilakukan atas permintaan orang itu sendiri atau
atas permintaan keluarganya yang merasa dibebani oleh keadaan yang
menguras tenaga , pikiran, perasaan dan keuangan.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 9


Sejarah Euthanasia
 Sekitar tahun 400 Sebelum Masehi, sumpah The Hippocratic
Oath, yang dinyatakan oleh seorang Fisikawan Hipokratis
dari Yunani, dengan jelas mengatakan “ Saya tidak akan
memberikan obat mematikan pada siapa pun atau
menyarankan hal tersebut pada siapapun”

 Sekitar abad ke-14 sampai abad ke -20, Hukum Adat


Inggris yang dipetik oleh Makamah Agung Amerika pada
tahun 1997 : “ tidak menyetujui aksi bunuh diri individual
ataupun dibantu”

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 10


Sejarah Euthanasia
 Tahun 1920 terbit buku berjudul Permitting The Destruction of Life Not Worthy
of Life karangan Alfred Hoche, M.D. , dosen psikologi dari Universitas
Freiburg dan Karl Binding, dosen hukum dari Universitas Leipzig,
memperdebatkan bahwa seorang pasien yang meminta untuk diakhiri hidupnya
harus dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari seorang tenaga
medis.

Buku ini men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan


oleh Nazi Jerman pada tahun 1935

The Euthanasia Society of England, atau kelompok Euthanasia


Inggris, dibentuk sebagai langkah menyetujui euthanasia.

Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non


sukarela

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 11


Sejarah Euthanasia
 Pada tahun 1952 di Belanda muncul kasus euthanasia pertama,
ketika pengadilan Utrecht dalam keputusannya menjatuhkan
hukuman bersyarat satu tahun penjara dengan waktu
percobaan satu tahun kepada seorang dokter yang atas
permintaan, dengan jalan suntikan mengakhiri hidup kakaknya
yang sangat menderita karena penyakit yang tidak dapat
disembuhkan

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 12


Sejarah Euthanasia
 Kasus lain yang sangat terkenal adalah Leeuwarder euthanasia process yang terjadi
pada tahun 1973: seorang dokter di Oosterwolde yaitu Ny. Postma Van Boven, telah
mengakhiri hidup ibunya dengan jalan menyuntikkan morfin atas permintaan yang
bersangkutan sendiri karena ia menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Ibunya sudah tidak mau makan lagi dan pernah menjatuhkan diri dengan sengaja dari
tempat tidurnya dengan membenturkan kepalanya di atas lantau dengan harapan akan
dapat mengakhiri hidupnya.
Ny Postma dan suaminya yang juga seorang dokter, kedua-duanya
memberitahu bahwa mereka tidak bisa mengabulkan permintaan
ibunya. Ibunya memberontak dan tidak mau berbicara dengan anak-
anaknya. Akhirnya, Ny Posma tidak dapat menolak desakan ibunya
lagi dan memberikan suntikan.

Oleh pengadilan Leeuwander dia dijatuhi hukuman bersyarat selama


satu minggu dengan waktu percobaan satu tahun.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 13


Sejarah Euthanasia
Pada Kasus Leeuwarder Euthanasia ini yang menarik adalah
kenyataan bahwa pengadilan menerima dan menyetujui
beberapa pertimbangan yang dikemukakan oleh seorang
Inspektur Kesehatan Rakyat yang diajukan sebagai saksi ahli,
yaitu:
1. Persoalan disini menyangkut orang yang menderita penyakit
yang tidak dapat disembuhkan
2. Penderitaannya sedemikian hebat, sehingga perasaan sakit
tidak tertahan lagi.
3. Pasien sendiri sudah berkali kali mengajukan permintaan
dengan sangat untuk mengakhiri hidupnya.

..bersambung ke PPT berikutnya

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 14


Sejarah Euthanasia
..sambungan PPT sebelumnya
4. Pasien sudah masuk periode akhir hidup (stervens periode)
5. Pelakunya dokter yang mengobati.
Setelah tahun 1986 , pertimbangan kesaksian ini kemudian
menjadi
inti rancangan Undang Undang Euthanasia di Negeri
Belanda dengan tambahan satu butir yang berbunyi:
6. Harus ada konsultasi dengan dokter yang namanya
dicantumkan pada daftar yang dibuat Kementerian

Kemudian menurut literatur Belanda, Pengadilan Belanda pada tahun 1987


mulai mempertimbangkan bukan dasar pembenaran, tetapi dasar
menghilangkan culpa, jadi ada kejahatan tetapi tidak dapat dibuktikan “
overmacth” (daya paksa) dan bila hakim dapat menerima overmacht maka
tidak dapat dihukum.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 15


Pembagian Euthanasia
Menurut Dr. Veronica Komalawati , euthanasia dapat dibedakan menjadi :
1. Euthanasia aktif, yaitu tindakan secara sengaja yang dilakukan dokter atau
tenaga kesehatan lain untuk memperpendek atau mengakhiri hidup si pasien.
Misalnya, memberikan tablet sianida atau menyuntikkan zat- zat berbahaya
ke tubuh pasien.
2. Euthanasia pasif, dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak
(lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien.
Misalnya tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam pernafasan atau tidak memberikan antibiotika
kepada penderita pneuminia berat, dan melakukan kasus malpraktik. Disebabkan
ketidaktahuan pasien dan keluarga pasien, secara tidak langsung tenaga medis
melakukan euthanasia dengan mencabut peralatan yang membantunya
untuk bertahan hidup.
3. Authoeuthanasia . Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk
menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa iytu akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut, ia
membuat codicil ( pernyataan tertulis tangan).
Autoeuthanasia pada dasarnya adalah euthanasia atas permintaan sendiri.
Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 16
Pembagian Euthanasia
Frans Magnis Suseno membagi euthanasia menjadi 4 berdasarkan arti-arti euthanasia
mengikuti J. Wundeli, yaitu:
1. Euthanasia Murni, usaha untuk meringankan kematian seseorang tanpa
memperpendek kehidupannya. Kedalamnya termasuk semua usaha perawatan dan
keagamaan agar yang bersangkutan dapat mati dengan baik, Euthanasia ini tidak
menimbulkan masalah apapun.
2. Euthanasia Pasif, tidak dipergunakannya semua kemungkinan teknis kedokteran
yang sebenarnya tersedia untuk memperpanjang kehidupan.
3. Euthanasia Tidak Langsung, usaha memperingan kematian dengan efek sampingan
bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Disini kedalamannya termasuk
pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan analgetika yang mungkin
defacto dapat memperpendek kehidupan walaupun hal itu tidak disengaja.
4. Euthanasia Aktif, proses kematian diperingan dengan memperpendek kehidupan
secara terarah dan langsung. Ini yang disebut Mercy Killing . Dalam Euthanasia aktif
masih perlu dibedakan pasien menginginkannya atau tidak berada dalam keadaan
dimana keinginannya dapat diketahui.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 17


Pembagian Euthanasia
Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi
menjadi:
1. Voluntary Euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah
orang yang sakit dan atas kemauan sendiri.

2. Involuntary Euthanasia, jika yang membuat keputusan


adalah orang lain, seperti pihak keluarga atau dokter karena
pasien mengalamai koma medis.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 18


Pembagian Euthanasia
Bila ditinjau dari cara pelaksanaanya:
1. Euthanasia Agresif, disebut juga euthanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup
seorang pasien.
Euthanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang mematikan, baik secara
oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh senyawa mematikan tersebut adalah tablet sianida.

2. Euthanasia Non Agresif, kadang juga disebut euthanasia otomatis (autoeuthanasia) digolongkan
sebagai euthanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan dengan
sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya.

Penolakan tersebut diajukan secara resmi dengan membuat sebuah “ codicil”


(pernyataan tertulis tangan)
Euthanasia non agresif pada dasarnya adalah suatu praktik eutanasia
pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.
Euthanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan euthanasia
negatif yang tidak menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk
mengakhiri kehidupan seorang pasien.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 19


Pembagian Euthanasia
Euthanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien secara sengaja.

Beberapa contoh euthanasia pasif:


 Tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernafasan.
 Tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat
 Meniadakan tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien.
 Pemberian obat penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan mengakibatkan
kematian.

Tindakan euthanasia pasif seringkali dilakukan terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
Penyalah gunaan euthanasia pasif bisa dilakukan tenaga medis maupun pihak keluarga yang
menghendaki kematian seseorang , misalnya akibat keputusan keluarga karena ketidak
sanggupan menanggung biaya pengobatan.

Pada beberapa kasus keluarga pasien yang tidak mungkin membayar biaya pengobatan akan ada
permintaan dari pihak rumah sakit untuk membuat “ pernyataan pulang paksa “
Meskipun akhirnya meninggal , pasien diharapkan dapat meninggal secara alamiah sebagai
upaya defensif medis 20
Pembagian Euthanasia
Ditinjau dari sudut pemberian izin maka euthanasia dapat digolongkan menjadi
3, yaitu
1. Euthanasia diluar kemauan pasien,
yaitu suatu tindakan euthanasia yang bertentangan dengan
keinginan si pasien untuk tetap hidup. Tindakan euthanasia
semacam ini dapat disamakan dengan pembunuhan.
2. Euthanasia secara tidak suka rela
Euthanasia semacam ini adalah yang seringkali menjadi
bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan
yang keliru oleh siapapun juga. Hal Ini terjadi apabila
seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk
mengambil suatu keputusan misalnya statusnya hanyalah
seorang wali dari si pasien .
3. Euthanasia secara suka rela, dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri,
namun hal ini juga masih merupakan kontroversial

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 21


Legal Etik- Aspek Hukum Euthanasia
Dinegara Eropa
 tindakan euthanasia mendapatkan tempat tersendiri yang diakui legalitasnya.
 Namun dalam melakukan tindakan euthanasia harus melalui prosedur dan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar euthanasia bisa dilakukan,
yaitu:
1. Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah tidak
dapat disembuhkan lagi
2. Kedua, harga obat dan biaya tindakan medis terlalu mahal
3. Ketiga, dibutuhkan usaha ekstra untuk mendapatkan obat atau
tindakan medis tersebut.
 Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak diwajibkan lagi untuk
mengusahakanobat atau tindakan medis

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 22


Legal Etik- Aspek Hukum Euthanasia
Di Indonesia

 Masalah euthanasia masih belum mendapatkan tempat yang


diakui secara yuridis dan memungkinkan dalam
perkembangan Hukum Positif Indonesia, euthanasia akan
mendapatkan tempat yang diakui secara yuridis.

 Saat ini, legalitas euthanasia berdasarkan KUHP

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 23


Legal Etik- Aspek Hukum Euthanasia

Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia adalah


perbuatan melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan
perundang-undangan yang ada yaitu pada :
 Pasal 344 KUHPidana
 Pasal 338 KUHPidana
 Pasal 340 KUHPidana
 Pasal 345 KUHPidana
 Pasal 359 KUHPidana

Dari ketentuan tersebut, ketentuan yang berkaitan langsung


dengan euthanasia aktif terdapat pada Pasal 344 KUHPidana.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 24


Legal Etik- Aspek Hukum Euthanasia
 Pasal 344 KUHPidana
“ Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun”

 Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa merampas


nyawa/membunuh orang lain walaupun atas permintaan orang
tersebut dan dinyatakan dengan ketulusan dan kerelaan hati tetap
dilarang.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 25


Legal Etik- Aspek Hukum Euthanasia
 Nilai filosofis yang terkandung dalam Pasal 344 KUHPidana tersebut adalah bahwa
negara sangat menghormati hak hidup dan hak untuk melangsungkan kehidupan
warganya. Karena pada dasarnya hanya Allah yang Mahakuasa yang memberikan
kehidupan, dan seharusnya Allah jugalah yang mengambilnya kembali.
Dan tak seorangpun boleh mengambilnya walaupun itu atas permintaan orang tersebut.
Dan hak hidup juga sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat internasional seperti
tercantum dalam Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights yang menjamin hak
hidup, hak kebebasan dan hak keamanan setiap orang ( The right to life, liberty, and
security of person) dengan kata lain hak hidup adalah hak asasi manusia yang paling
hakiki, sehingga perampasan nyawa oleh orang lain pada dasarnya adalah pelanggaran
hak asasi manusia yang berat .

Meskipun dalam euthanasia, seseorang menyerahkan diri dengan


sukarela untuk diakhiri kehidupannya karena tidak tahan dengan
penderitaan yang dialaminya dengan penyakit stadium terminal, namun
orang lain tetap tidak mempunyai hak untuk mengambil nyawa
seseorang.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 26


Legal Etik- Aspek Hukum Euthanasia
 Pasal 338 KUHPidana
“ Barang Siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena
makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.”

 Pasal 340 KUHPidana


“Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakanlebih dahulu menghilangkan
jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan
hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun”

 Pasal 359
“ Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.”

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 27


Aspek Etik Euthanasia
Hak untuk hidup merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling
mendasar dan melekat pada setiap diri manusia secara kodrati, berlaku
universal dan bersifat abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Namun pada kenyataannya,masih banyak manusia yang dengan


sengaja melakukan berbagai cara untuk mengakhiri kehidupannya
sendiri maupun orang lain secara tidak alamiah.

Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan keyakinan setiap umat
beragama yang percaya bahwa Allah pemilik hidup ini dan berhak
atas kehidupan manusia ciptaan-Nya, juga hanya Allah yang akan
menentukan batas akhir kehidupan setiap manusia didunia sesuai
dengan kehendak-Nya.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 28


Aspek Etik Euthanasia
Euthanasia merupakan salah satu contoh bentuk pemaksaan kematian yang dilakukan
oleh manusia.

Padahal kematian adalah wewenang Allah.


Maka dokter tidak berhak mencampuri wilayah kekuasaan Allah.
Sedangkan penderitaan adalah bagian dari kehidupan yang sudah ditentukan Allah,
oleh karena itu harus diterima.

Manusia bukanlah pemilik mutlak hidupnya sendiri, manusia administrator hidup


manusia yang harus mempertahankan hidup itu. Dengan demikian, manusia tidak
mempunyai hak apapun untuk mengambil atau memutuskan hidup baik hidupnya
sendiri mapun hidup orang lain.

Euthanasia adalah bentuk dari pembunuhan karena euthanasia mengambil hidup orang
lain atau hidupnya sendiri ( assisted Suicide)

Euthanasia menjadi salah satu cermin dimana manusia ingin merebut hak prerogatif
dari Allah atas kehidupan

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 29


Aspek Etik Euthanasia
Euthanasia merupakan perampasan hak hidup orang lain.

Di Indonesia, hak hidup dilindungi oleh Undang-undang, yaitu:


 Pasal 28 A UUD 1945, Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya
 Pasal 28 L ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.

 Hak untuk hidup dan hak untuk tidak disiksa adalah hak mutlak bagi setiap
manusia.
Segala upaya untuk merampas hidup manusia adalah
perbuatan tercela dan perbuatan semena-mena terhadap
orang lain serta tidak dibenarkan oleh Pancasila Sila ke 2

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 30


Aspek Etik Euthanasia
Pada Kode Etik Kedokteran Indonesia Tahun 2012

Pasal 11 Kodeki : Pelindung kehidupan.


“ Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya dalam
melindungi hidup makhluk insani “

Cakupan pasal 11 tentang euthanasia adalah:

1.Seorang dokter wajib mengerti/memahami siklus dan mutu kehidupan manusia,


mulai saat pembuahan dan/atau saat kehidupan diawali, proses alamiah kehidupan
berlangsung sampai dengan menjelang/saat/sesudah kematian manusia, dengan
tujuan untuk menghormati, melindungi dan memelihara hidup mahluk insani.

2.Seorang dokter dilarang terlibat atau melibatkan diri ke dalam euthanasiayang tidak
dapat dipertanggung jawabkan moralitasnya.

3.Seorang dokter harus mengerahkan segala kemampuannya untuk meringankan


penderitaan dan memelihara hidup akan tetapi tidak untuk mengakhirinya.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 31


Aspek Etik Euthanasia
Penjelasan pasal 11 Kodeki
Setiap dokter selayaknya berperan sebagai “pamomong atau penjaga dan
pelestari kehidupan” manusia yang merupakan penyandang hak asasi, mulai
dari konsepsi/saat pembuahan sampai meninggal dunia/dimakamkannya.

Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.


Tuhan telah menciptakan masing-masing manusia seusia dengan tujuannya.
Ketika menjadi klien/pasien, betapapun parah atau kecacatannya, setiap
dokter wajib menyadari panggilan suci nuraninya untuk menjaga kehidupan
pasien tersebut.

Seorang dokter harus mengerahkan segala kemampuannya untuk memelihara


kehidupan alamiah pasiennya dan tidak untuk mengakhirinya.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 32


Euthanasia di Berbagai Negara
Amerika
 Di negara bagian Washington dulu berlaku larangan dilakukannya physician
assisted suicide.
 Namun setelah keputusan Ninth U.S. Circuit Court of Appeals sejak 1997 telah
membatalkan larangan tentang physician assisted suicide, sehingga saat kini hak
untuk mengakhiri hidup telah diperbolehkan.
 Komite ad hoc terpaksa dibentuk di Havard Medical School tahun 1969 dan
menghasilkan boleh/tidaknya mengakhiri hidup pasien penderita brain death, yaitu
bila memenuhi unsur-unsur:
1. Unreceptivity and unrespondesiveness ( kehilangan daya
tanggap/reaksi)
2. No Spontaneous movements or breathing ( tanpa gerak spontan dan
nafas)
3. No Reflexes ( tanpa reaksi )
4. Flat electroencephalogram/EEF (kerusakan otak)

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 33


Euthanasia di Berbagai Negara
Di Australia
Negara bagian Australia, Nothern Territory sesungguhnya menjadi tempat
pertama di dunia dengan Undang-Undang yang mengiizinkan euthanasia dan
bunuh diri berbantuan, meskipun reputasi ini tidak bertahan lama.

Pada tahun 1995 Notherm Territory menerima Undang-Undang yang disebut


Right of The Terminally III Bill ( Undang-Undang tentang hak pasien
terminal).

Penetapan ini membuat Bob Dent seorang penderita kanker prostat orang
pertama yang mengakhiri hidupnya dengan jalan Euthanasia.

Undang-Undang ini beberapa kali dipraktikkan tetapi mulai Bulan Maret 1997
Undang-Undang ini ditiadakan oleh keputusan Senat Australia, sehingga harus
ditarik kembali.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 34


Euthanasia di Berbagai Negara
Di Belgia
Belgia menyetujui draft RUU Euthanasia berdasarkan
persetujuan dari parlemen, untuk mengundangkan praktik itu.

Kars Veling, anggota Senat dan Partai Kristen Bersatu mengakui


kalangan agama tidak menyetujui undang-undang ini.

Euthansia, kata Veling, bukanlah sesuatu yang dipaksakan pada


orang, akan tetapi hanyalah sebuah opsi , pilihan terakhir bagi
mereka yang secara medis sudah tidak mempunyai harapan hidup
lagi.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 35


Euthanasia di Berbagai Negara
Di Belanda
Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Brian Pollard di
Belanda tahun 1991, menemukan sedikitnya 25.000 kali setiap
tahun dilakukan pembunuhan secara medis.

Angka itu adalah 20% dari seluruh kematian di negeri Belanda.

14.500 dari kematian medis di atas merupakan euthanasia yang


diandaikan atau dipaksakan.

Pada tahun yang sama sebuah dewan Belanda mendapatkan 27%


dari seluruh Dokter di Belanda pernah melakukan euthanasia
tanpa permintaan apapun dari pasien.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 36


Euthanasia di Berbagai Negara
Di Belanda

Berhadapan dengan rekomendasi mengenai euthanisa di Belanda, yang


meskipun dilarang oleh hukum perundang-undangan, namun hal ini dilindungi
oleh serangkaian keputusan pengadilan dan Makamah Agung, serta secara luas
dianggap legal, atau lebih tepat gedoekan. Gedoekan dinyatakan sebagai
tindakan toleransi sehingga dapat melindungi seorang dokter bila melakukan
euthanasia bila:
1. Permintaan pasien harus bersifat sukarela
2. Pasien berada dalam penderitaan yang tidak dapat ditolerir
3. Semua alternatif untuk meringankan penderitaan yang bisa diterima oleh
pasien , telah dicoba;
4. Pasien mempunyai informasi lengkap cukup ( the right to die in dignity)
5. Dokter telah berkonsultasi dengan dokter kedua, yang penilaiannya
diharapakan independen

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 37


Euthanasia di Berbagai Negara
Di Swiss

Di Swiss , obat yang mematikan dapat diberikan baik kepada warga negara
Swiss ataupun orang asing apabila yang bersangkutan memintanya sendiri.

Secara umum, pasal 115 Pada Tahun 1937 dan dipergunakan sejak tahun
1942, yang pada intinya menyatakan bahwa “ membantu suatu pelaksanaan
bunuh diri adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum apabila
motivasinya semata untuk kepentingan diri sendiri.”

Pasal 115 tersebut hanyalah menginterpretasikan suatu izin untuk melakukan


pengelompokan terhadap obat-obatan yang dapat digunakan untuk
mengakhiri kehidupan seseorang.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 38


Euthanasia di Berbagai Negara
Di Inggris
Pada tanggal 5 November 2006, Kolase Kebidanan dan Kandungan Britania Raya
( Britain’s Royal College of Obstetricians and Gynaecologists) mengajukan proposal
kepada Dewan Bioetik Nuffield (Nuffield Council on Bioethics ) agar dipertimbangkannya
izin untuk melakukan eutanasia terhadap bayi-bayi yang lahir cacat (disabled Newborns) .

Proposal tersebut bukanlah ditujukan untuk melegalisasi euthanasia di Inggris melainkan


semata guna memohon dipertimbangkannya secara seksama dari sisi faktor “
kemungkinan hidup si bayi “ sebagai suatu legitimasi praktik kedokteran.

Namun hingga saat ini euthanasia masih merupakan suatu tindakan melawan hukum di
kerajaan Inggris demikian juga di Eropa (selain dari Belanda).

Demikian pula kebijakan resmi dari Asosiasi Kedokteran Inggris ( British Medical
Association- BMA) yang secara tegas menentang euthanasia dalam bentuk apapun juga.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 39


Euthanasia di Berbagai Negara
Jepang
Di Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang euthanasia demikian pula
Pengadilan Tertinggi Jepang (Supreme Court of Japan) tidak pernah mengatur mengenai eutanasia
tersebut.

Ada 2 kasus eutanasia yang pernah terjadi dijepang yaitu Nagoya pada tahun 1962 yang dapat
dikategorikan sebagai euthanasia pasif (shokyokuteki anrakushi)
Kasus yang satunya lagi terjadi setelah peristiwa insiden di Tokai University pada tahun 1995 yang
dikategorikan sebagai euthanasia aktif (Sekkyokuteki anrkushi).

Keputusan hakim dalam kedua kasus tersebut telah membentuk suatu kerangka hukum dan suatu
alasan pembenar dimana euthanasia secara aktif dan pasif boleh dilakukan secara legal.
Meskipun demikian euthanasia yang dilakukan selain pada kedua kasus tersebut adalah tetap
dinyatakan melawan hukum, dimana dokter yang melakukannya akan dianggap bersalah oleh
karena merampas kehidupan pasiennya.

Oleh karena keputusan pengadilan ini masih diajukan banding ke tingkat federal maka keputusan
tersebut belum mempunyai kekuatan hukum sebagai sebuah yurispudensi, namun meskipun
demikian saat ini Jepang memiliki suatu kerangka hukum sementara guna melaksanakan eutanasia.
Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 40
Euthanasia di Berbagai Negara
Republik Ceko
Di Republik Ceko Euthanasia dinyatakan sebagai suatu tindakan
pembunuhan berdasarkan peraturan setelah pasal mengenai
euthanasia dikeluarkan dari rancangan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.

Sebelumnya pada rancangan tersebut, Perdana Menteri Jiri


Pospisil bermaksud untuk memasukkan euthanasia dalam
rancangan KUHP tersebut sebagai suatu kejahatan dengan
ancaman pidana selama 6 tahun penjara, namun Dewan
Perwakilan Konstitusional dan Komite Hukum Negara tersebut
merekomendasikan agar pasal kontroversial tersebut dihapus dari
rancangan tersebut.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 41


Euthanasia di Berbagai Negara
India

Di India Eutanasia adalah suatu perbuatan melawan hukum.


Aturan mengenai larangan euthanasia terhadap dokter secara tegas dinyatakan dalam
Bab pertama Pasal 300 dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana India (Indian Penal
Code-IPC ) tahun 1860 .

Namun berdasarkan aturan tersebut dokter yang melakukan euthanasia hanya


dinyatakan bersalah atas kelalaian yang mengakibatkan kematian dan bukannya
pembunuhan yang hukumannya didasarkan pada ketentuan pasal 304 IPC, namun ini
hanyalah diberlakukan terhadap kasus euthanasia sukarela dimana sipasien sendirilah
yang menginginkan kematian dimana sidokter hanyalah membantu pelaksanaan
euthanasia tersebut ( bantuan euthanasia).

Pada kasus euthanasia secara tidak sukarela(atas keinginan orang lain) ataupun
euthanasia diluar kemauan pasien akan dikenakan hukuman berdasarkan pasal 92 IPC.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 42


Euthanasia di Berbagai Negara
China
Di China , euthanasia saat ini tidak diperkenankan secara hukum. Euthanasia
diketahui terjadi pertama kalinya pada tahun 1986, dimana seorang yang
bernama “ Wang Mingcheng” meminta seorang dokter untuk melakukan
euthanasia terhadap ibunya yang sakit.
Akhirnya polisi menangkap juga si dokter yang melaksanakan permintaannya,
namun 6 tahun kemudian Pengadilan tertinggi rakyat (Supreme People’s
Court)menyatakan mereka tidak bersalah.

Pada tahun 2003, Wang Mingcheng menderita penyakit kanker perut yang
tidak ada kemungkinan untuk disembuhkan lagi, dan ia meminta untuk
dilakukannya euthanasia atas dirinya, namun ditolak oleh rumah sakit yang
merawatnya.
Akhirnya ia meninggal dunia dalam kesakitan

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 43


Euthanasia di Berbagai Negara
Korea
Belum ada suatu aturan hukum yang tegas yang mengatur tentang euthanasia di
Korea, namun telah ada sebuah preseden hukum ( yurispudensi) yang di Korea
dikenal dengan “ Kasus rumah sakit Boramae” dimana dua orang dokter yang
didakwa mengizinkan dihentikannya penanganan medis pada seorang pasien
yang menderita sirosis hati (liver cirhosis) atas desakan keluarganya.
Polisi kemudian menyerahkan berkas perkara tersebut kepada jaksa penuntut
dengan diberi catatan bahwa dokter tersebut seharusnya dinyatakan tidak
bersalah. Namun kasus ini tidak menunjukkan relevansinya yang nyata dengan
mercy killing dalam arti kata euthanasia aktif.

Pada akhirnya pengadilan memutuskan bahwa “pada kasus tertentu dari


penghentian penanganan medis ( hospital treatment) termasuk tindakan
euthanasia pasif, dapat diperkenankan apabila pasien terminal meminta
penghentian dari perawatan medis terhadap dirinya.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 44


Terima
Kasih

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 45


Daftar Pustaka
1. Cecep Tribowo, Etika & Hukum Kesehatan, Nuha Medika,
Yogyakarta, 2014, hlm. 200-218
2. Euthanasia Menurut Pandangan Hukum Positif dan Hukum
Islam oleh Drs. H. Ahmad Wardi Muslich
3. Euthanasia Cara Mati Terhormat Orang modern oleh Imron
Halimi.

Dr. Caecielia, drg.,Sp.Pros.,MMRS.,MH. 10/15/20 46

Anda mungkin juga menyukai