Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK TATA USAHA NEGARA

MAKALAH

“SISTEM PENYELESAIAN TATA USAHA NEGARA”

DOSEN PENGAMPU:

PURGITO SH., MH.

DISUSUN OLEH:

Keke Cahyanti (181010200388)


Kevin Berry. P` (181010201351)
Kholiluddin. Z. A (181010201155)
Mala Silviani (181010200266)
Mochammad Z. A (181010200535)
Nabiilah Alyaa S (181010200475)
Nidia Kurnia P (181010200470)
Nadya Nurul Kharimah (181010200472)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG
KOTA TANGERANG SELATAN
2021
ABSTRAK

Di dalam melakukan tindakan hukum publik badan/pejabat tata usaha


Negara mempunya peranan sebagai pelaku hukum publik yang menjalankan
kekuasaan hukum publik yang di jelmakan dalam kualitas penguasa (authoritises)
seperti halnya badan-badan tata usaha negara dan berbagai jabatan yang diserahi
wewenang penggunaan kekuasaan publik, wujud dari pelaksanaan urusan
pemerintah dapat berupa tindakan hukum yang berkaitan dengan tindakan
material dan berbagai tindakan hukum yang berupa keputusan hukum tata Negara.
PTUN menjalankan peranan yang sangat penting dalam melakukan fungsi kontrol
terhadap tindakan badan atau pejabat adminidtrasi agar tidak bertindak melampaui
kewenangan yang dimilikinya.

Atas dasar yang demikian, pada kesempatan penulisan ini. Maka kami
sebagai anggota kelompok berusaha menguraikan mengenai bagaimana sistem
dari penyelesaian sengketa tata usaha Negara yang untu itu di dalam penulisan ini
tak terlepas dari objek sengketa tata usaha Negara, subjek sengketa tata usaha
Negara serta tujuan dari penyelesaian sengketa tata usaha Negara.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3

A. Tugas Pokok (Bidang Yustisial) & Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN) ......................................................................................................3
1. Tugas pokok Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) ...........................3
2. Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) .....................................4
B. Objek Sengketa Peradilan Tata Usaha Negara .........................................5
C. Upaya Penyelesaian Sengketa Pengadilan Tata Usaha Negara.................8
1. Sengketa Tata Usaha Negara ...............................................................8
2. Alur Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara .................................8

BAB III PENUTUP ............................................................................................10

A. Kesimpulan ...............................................................................................10
B. Saran .........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya,
sehingga tugas kelompok mata kuliah Tata Usaha Negara, yang berjudul
“Sistem Penyelesaian Tata Usaha Negara” ini dapat tersusun hingga selesai.

Pada kesempatan ini juga kami sebagai anggota kelompok ingin


mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Dosen yang tak lain ialah Bapak
Purgito S.H.,M.H selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Tata Usaha
Negara yang telah memberikan materi serta tugas ini demi menambah ilmu
pengetahuan para mahasiswa/mahasiswi yang beliau ajar.

Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, serta dapat memberikan manfaatnya.

Tangerang Selatan, 2 Januari 2021

Penulis.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemandirian kekuasaan kehakiman sebagaimana diamanatkan Undang


undang Dasar 1945 hasil amandemen dan Undang-undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Secara yuridisial akan berjalan lebih
lancar apabila didukung administrasi peradilan yang baik.Peradilan tata usaha
negara merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan mengenai sengketa tata usaha Negara yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986yang telah diubah dan ditambah
terakhir denganUndang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.

Secara umum kebijakan yang dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha


Negara guna melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
kepentingan peradilan tingkat pertama yang bersifat administrasi, keuangan
dan organisasi.

Dengan lahirnya PTUN, maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan


sebagai berikut:

(1) Memperkokoh kepastian hukum.


(2) Memperkokoh kepercayaan rakyat terhadap administrasi.
(3) Memberikan suatu putusan yang lebih tepat berhubung dengan sifatnya
yang khusus.
(4) Membantu pemerintah dalam mengambil tindakan yang cepat dan tepat.
(5) Lebih memuaskan para pihak, karena yang menjadi hakim adalah
orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam bidang yang khusus

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tugas pokok dan fungsi Pengadilan Tata Usaha Negara?

2. Bagaimana objek sengketa Pengadilan Tata Usaha Negara?

3. Apa saja upaya penyelesaian sengketa yang bisa dilakukan di Pengadilan


Tata Usaha Negara?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana tugas dan fungsi Pengadilan Tata Usaha


Negara

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi objek sengketa Pengadilan Tata
Usaha Negara

3. Untuk mengetahui apa saja upaya penyelesaian sengketa yang bisa


dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tugas Pokok (Bidang Yustisial) & Fungsi Peradilan Tata Usaha


Negara (PTUN)
a. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) memiliki tugas pokok,
sebagai berikut:

1. Menerima, Memeriksa, Memutus dan Menyelesaikan Sengketa


Tata Usaha Negara (TUN) Pada Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta (PTUN Jakarta), Dengan Berpedoman Pada Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor : 9
Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 dan
Ketentuan dan Ketenuan Peraturan Perundang-undangan Lain yang
Bersangkutan, Serta Petunjuk-Petunjuk Dari Mahkamah Agung
Republik Indonesia (Buku Simplemen Buku I, Buku II, SEMA,
PERMA, dll);
2. Meneruskan Sengketa-Sengketa Tata Usaha Negara (TUN) Ke
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara (PT.TUN) yang Berwenang;
3. Peningkatan Kualitas dan Profesionalisme Hakim Pada Pengadilan
Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), Seiring Peningkatan
Integritas Moral dan Karakter Sesuai Kode Etik dan Tri Prasetya
Hakim Indonesia, Guna Tercipta dan Dilahirkannya Putusan-
Putusan yang Dapat Dipertanggung jawabkan Menurut Hukum dan
Keadilan, Serta Memenuhi Harapan Para Pencari Keadilan
(Justiciabelen);
4. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Lembaga
Peradilan Guna Meningkatan dan Memantapkan Martabat dan
Wibawa Aparatur dan Lembaga Peradilan, Sebagai Benteng

3
Terakhir Tegaknya Hukum dan Keadilan, Sesuai Tuntutan
Undang-Undang Dasar 1945;
5. Memantapkan Pemahaman dan Pelaksanaan Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta, Sesuai Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : KMA/012/SK/III/1993, tanggal 5 Maret 1993
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
(PT.TUN);
6. Membina Calon Hakim Dengan Memberikan Bekal Pengetahuan
Di Bidang Hukum dan Administrasi Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN) Agar Menjadi Hakim yang Profesional.

b. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) memiliki Fungsi, sebagai


berikut :
1. Melakukan Pembinaan Pejabat Struktural dan Fungsional Serta
Pegawai Lainnya, Baik Menyangkut Administrasi, Teknis,
Yustisial Maupun Administrasi Umum;
2. Melakukan Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas dan Tingkah Laku
Hakim dan Pegawai Lainnya;
3. Menyelenggarakan Sebagian Kekuasaan Negara Dibidang
Kehakiman.

4
B. Objek Sengketa Peradilan Tata Usaha Negara
Objek sengketa Tata Usaha Negara adalah keputusan yang dikeluarkan
oleh badan atau Pejabat tata usaha negara. Merujuk pada UU No 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No 51 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara pada Pasal 1 angka 9 bahwa Keputusan Tata
Usaha Negara merupakan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat tata usaha negara yang memuat tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata. Unsur-unsur yang terdapat di dalam
rumusan pasal ini yang dimaksud dengan KTUN yang dapat menjadi Objek
sengketa tata usaha negara adalah :
1. Penetapan Tertulis, adalah dalam hal ini tidak menunjuk kepada bentuk
keputusan itu akan tetapi merujuk kepada isi keputusan yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara tersebut. Lebih lanjut isi dalam
keputusan tata usaha negara tersebut haruslah memuat :
a. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan
tersebut;
b. Terdapat maksud dan penjelasan mengenai hal apa isi tulisan itu;
c. Menjelaskan kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa hal yang
ditetapkan di dala KTUN tersebut.
2. Dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Pengertian badan
atau pejabat Tata Usaha negara ini ialah badan atau pejabat di pusat dan
daerah yang melakukan kegiatan bersifat eksekutif.
3. Berisi tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Tindakan hukum TUN adalah perbuatan hukum badan atau pejabat TUN
yang bersumber pada ketentuan suatu hukum TUN yang dapat membuat
timbulnya suatuhak atau kewajiban pada orang lain.
4. Bersifat konkret, individual dan final adalah Konkret dalam hal ini
diartikan bahwa objek yang diputuskan dalam KTUN tersebut tidak
abstrak, namun berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Selanjutnya
5
individual diartikan bahwa KTUN tersebut tidak ditujukan untuk umum,
tetapi tertentu berisi alamat dan hal yang dituju. Kemudian final diartikan
telah definitif dan dapat menimbulkan akibat hukum.
5. Menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata.
Penjelasan mengenai hal ini adalah bilamana perbuatan hukum yang
diwujudkan dalam pembuatan KTUN tersebut dapat menimbulkan suatu
hak atau kewajiban pada orang atau badan hukum perdata perdata.

Perluasan terhadap objek sengketa PTUN dikenal dengan KTUN Fiktif


Negatif. Perluasan objek gugatan PTUN tidak hanya pada penetapan tertulis hal
ini didasarkan dengan merujuk Pasal 3 ayat (1) UU PTUN bahwa apabila badan
atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu
sejatinya menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan
Tata Usaha Negara.

Dalam penjelasan Ketentuan Pasal 3 ayat (2) menyatakan bahwa badan atau
pejabat tata usaha Negara yang menerima permohonan dianggap telah
mengeluarkan keputusan yang berisi penolakan permohonan tersebut apabila
tenggang waktu yang ditetapkan telah lewat dan badan atau pejabat tata usaha
negara itu bersikap diam, tidak melayani permohonan yang telah diterimanya.

Obyek sengketa yang bersifat fiktif negatif tersebut diatur dalam ketentuan
Pasal 3 Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
yang berbunyi :

(1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usah Negara tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut
disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.
(2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan yang dimohon. Adapun jangka waktu sebagaimana ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat. Maka Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak
mengeluarkan keputusan yang dimaksud. Badan atau Pejabat Tata Usaha
6
Negara yang menerima permohonan dianggap telah mengeluarkan
keputusan yang berisi penolakan permohonan tersebut apabila tenggang
waktu yang ditetapkan telah lewat dan badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara itu bersikap diam, tidak melayani permohonan yang telah
diterimanya.
(3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka
setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya permohonan.
Badan atau pejabat tata usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah
megeluarkan keputusan penolakan.

Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang


Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara yang dikecualikan dari obyek sengketa TUN yaitu :

1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata.


2. Keputusan tata usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum.
3. Keputusan tata usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan.
4. Keputusan tata usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat
hukum pidana.
5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai Tata Usaha Tentara Nasional
Indonesia.
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah
mengenai hasil pemilihan umum.

7
C. Upaya Penyelesaian Sengketa Pengadilan Tata Usaha Negara

Pengaturan mengenai penyelesaian sengketa di Pengadilan Tata Usaha


Negara terdapat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara (“UU 5/1986”) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama
atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (“UU 9/2004”) dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU 51/2009”).

a. Sengketa Tata Usaha Negara


Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan
badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sengketa tata usaha negara ini diselesaikan di Pengadilan Tata
Usaha Negara dengan mengajukan gugatan tertulis yang berisi tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau direhabilitasi.
b. Alur Penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara
1. Upaya Administratif
Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh
oleh seorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap
suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur tersebut dilaksanakan di
lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua bentuk:
a. Keberatan
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan
sendiri oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara.
8
b. Banding Administratif
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan
oleh instansi atasan atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara,
yang berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan .

Berbeda dengan prosedur di Peradilan Tata Usaha Negara,


maka pada prosedur banding administratif atau prosedur keberatan
dilakukan penilaian yang lengkap, baik dari segi penerapan hukum
maupun dari segi kebijaksanaan oleh instansi yang memutus. Dari
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan dapat dilihat apakah terhadap suatu Keputusan Tata
Usaha Negara itu terbuka atau tidak terbuka kemungkinan untuk
ditempuh suatu upaya administratif.

2. Gugatan Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara


Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara jika seluruh upaya
administratif sudah digunakan.
Apabila peraturan dasarnya hanya menentukan adanya upaya
administratif berupa pengajuan surat keberatan, maka gugatan terhadap
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan diajukan kepada
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Namun, jika peraturan dasarnya menentukan adanya upaya
administatif berupa pengajuan surat keberatan dan/atau mewajibkan
pengajuan surat banding administratif, maka gugatan terhadap
Keputusan Tata Usaha Negara yang telah diputus dalam tingkat
banding administratif diajukan langsung kepada Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara dalam tingkat pertama yang berwenang.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan isi pembahasan pada makalah ini, maka dapaat di simpulkan sebgai
berikut :
1. tugas pokok peradilan tata usaha negara berpedoman pada Undang
Nomor : 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 jo.
Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 dan Ketentuan dan Ketenuan
Peraturan Perundang-undangan Lain yang Bersangkutan, Serta Petunjuk-
Petunjuk Dari Mahkamah Agung Republik Indonesia.
2. Peradilan tata usaha negara memiliki fungsi di antaranya melakukan
pembinaan, melakukan pengawasan, menyelengarakan sebagian
kekuasaan negara di bidang kehakiman.
3. Objek sengketa usaha tata negara berpedoman pada No 51 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua Atas UU No 51 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara pada Pasal 1 angka 9
4. Objek sengketa tata usaha negara diantaranya, penetapan tertulis, di
keluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara, berisi tindakan
hukum TUN, bersifat kongkrit, individual dan final, menimbulkan akibat
hukum bagi orang atau badan hukum terdata
5. Upaya penyelesaian sengketa peradilan tata usaha negara berpedoman
pada Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU
51/2009”).

10
B. Saran

1. Jika kurang jelas alangkah baik nya membaca yang sudah tertera di atas
dengan membuka sendiri atau membaca hal yang berkaitan langsung.
2. Karena Jika hanya membaca tidak memahami akan membuat bingung.
Dan dari makalah di atas jika ada yang membingungkan bisa di buka
untuk hal hal yang bisa bikin anda yakin. Bisa membuka UUD UUD
yang tertera di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

C.S.T Kansil, 1996, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Cetakan III, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.

E. Utrecht, 1998, Pengantar Hukum Administrasi Negara,Pustaka Tinta Mas,


Surabaya.

Modul Mata Kuliah Peradilan Tata Usaha Negara, Pertemuan dua “Subjek Dan
Objek Sengketa Tata Usaha Negara”, Universitas Pamulang.

12

Anda mungkin juga menyukai