Oleh :
NIM: 22072075
FAKULTAS TEKNIK
2022
BAB I
Pendahuluan
-keberagaman bangsa
studi yang berperan sebagai wadah pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
1
dan perkembangan global. Upaya tersebut diharapkan untuk menciptakan sumber
daya manusia yang tangguh sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat.1
2013 telah mencapai 360.000 orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang
keinginan pasar. Banyak perusahaan sulit menemukan orang yang bisa berpikir
kritis dan mampu membuat transisi yang mulus dalam bekerja. Hal ini ditengarai
karena lulusan perguruan tinggi biasanya tidak memiliki pengalaman kerja yang
cukup. Kualitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itulah
1 Abd. Rahman Rahim, A. R. & Basri Basir, . Peran kewirausahaan dalam membangun
ketahanan ekonomi bangsa. Jurnal Economic Resource, 1(2), (2019), 130-135. Hlm. 130-
131
2
kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan bisa menyiapkan mahasiswa untuk
Barat?
A. Tujuan
B. Manfaat
3
Manfaat dari penulisan ini secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
praktis, penelitian ini juga dapat bermanfaat kepada beberapa pihak yaitu pertama,
enterpreneur yang senantiasa berpikir, bersikap, dan bertindak kreatif dan inovatif
Negeri Padang. Ketiga, bagi peneliti lain untuk digunakan sebagai bahan referensi
4
BAB II
Pembahasan
A. Konsep Entrepreneurship
penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
3 Anonim, “Hakikat dan Konsep Dasar Kewirausahaan” 4 Juli 2019, diakses dari
https://binus.ac.id/entrepreneur/2019/07/04/hakikat-dan-konsep-dasar-kewirusahaan/
pada 6 September 2022
5
dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko
finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi. Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan
sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg
dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai
(swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah
membayar harga tertentu untuk produk tertentu yang kemudian dijual dengan
harga yang tidak pasti sambil membuat keputusan tentang upaya mencapai dan
orang yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang produktivitasnya
rendah area yang produktivitasnya tinggi. Peter F. Druker juga menyatakan agar
tercapainya hasil maka sumber daya yang harus dialokasi ke peluang-peluang dan
4 Ibid
6
Druker mengimplikasi bahwa efektivitas bukanlah efisiensi yang bersifat esensial
Pada periode awal, definisi dari entrepreneur adalah sebuah “go - between”.
dengan peminjam untuk menjual barangnya. Kontrak pada zaman ini umumnya
sebagai seorang yang mengatur sebuah proyek produksi yang besar. Individu ini
suatu negara.
Entrepreneurship mulai ada sebelum abad 17, pada masa ini sejarah
7
melakukan pertukaran dagangan dan juga beberapa orang memberikan pinjaman
mengalami perubahan, pada masa ini istilah entrepreneur diberikan kepada orang
yang memiliki usaha produksi yang besar dan individu ini mengatur bagaimana
jalannya produksi. Memasuki abad 17, entrepreneur diartikan sebagai orang yang
terikat kontrak dengan pemerintah dalam usaha mereka. Abad 18, entrepreneur
adalah orang yang memiliki modal dan individu ini berbeda dengan orang yang
membutuhkan modal. Memasuki abad 19 hingga saat ini, entrepreneur bukan lagi
Pada masa itu VOC menggunakan pribumi untuk melakukan usaha demi
C. Entrepreneurship University
memiliki saluran atau cara langsung untuk mentransfer teknologi dari tenaga
akademis kepada industri dan koneksi tidak langsung dengam industri melalui
8
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (Gunther dan Wagner, 2007).
pemerintah maupun swasta) harus dalam bentuk atau pola entrepreneurial (Röpke,
memiliki kemampuan kewirausahaan dan yang lebih penting memiliki minat yang
Public value merupakan value for the public, artinya keberadaan universitas dapat
value in certain way. Institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi publik secara
implisit harus mempunyai orientasi public value yang tinggi. Dalam konteks
9
belum dapat mengimplementasikan tujuan nya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara optimal. Kondisi ini ditandai dengan kualitas lulusan yang
belum siap masuk ke dunia kerja dan hasil-hasil riset yang kurang berkualitas
(Intan pada Kompas, 19 Januari 2016). Banyak institusi pendidikan tinggi yang
notabene merupakan sektor publik masih mempertahankan status quo karena ada
kekhawatiran akan kegagalan. Traditional box yang masih banyak diadopsi oleh
mungkin dengan cara melakukan inovasi, berani mengambil resiko dan proaktif.8
menyediakan pendidikan tinggi yang bermutu. Kondisi ini terjadi tidak hanya di
Agenda menjadi fokus perhatian para peneliti di bidang pendidikan (Rinne dan
Koivula 2009).
10
2. Employability Agenda merupakan aspek yang sangat penting, dimana
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global". Hal ini menjadi beban yang
cukup besar untuk pemerintah menyediakan dukungan dana yang memadai agar
yang akan mendukung mereka pada saat lulus untuk memperoleh pekerjaan
dengan gaji yang memadai (paling tidak sebagai imbal balik atas biaya yang telah
pengangguran terdidik yang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS, Jumlah lulusan
11
Perguruan Tinggi di Indonesia yang berstatus penganggur terbuka pada tahun
2012 adalah sebanyak 634.990, mereka terdiri dari lulusan D LIIVII akademi
sebanyak 196.780 orang dan Universitas sebanyak 438.210 orang. Jumlah lulusan
menganggur (bekerja dibawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam
perminggu) pada tahun 2012 (Sakernas 2012) jumlahnya bahkan lebih besar lagi.
banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja. Kemungkinan tidak sesuai dari berbagai aspek, misalnya jenis keahlian
penciptaan lapangan kerja baru. Hal ini pada gilirannya menyebabkan penciptaan
pasar kerja yang lebih terbuka dan kompetitif bagi lulusan perguruan tinggi, yang
dalam konteks pasar kerja global, ditandai dengan seringnya tersedia kesempatan
kerja, jenis pekerjaan dan lokasi kerja yang sering berubah melibatkan tenaga
kerja potensial dengan jangka waktu kerja kontrak ataupun terpaksa berwirausaha
involuntary self employment (Rajan et al, 1997). Hal ini menuntut kapasitas
12
lulusan untuk mampu berpikir dan bertindak secara lokal maupun global dengan
hgsi dari sifat karakter universitas itu sendiri serta strategi untuk menjembatani
hubungan lokal-global.
pendidikan jarak jauh, dan sebagainya. Semua hal tersebut berpengaruh besar
yang substansinya dapat dengan mudah diakses melalui internet (Senges, 2007).
Web secara efektif telah mencakup monopoli pengetahuan lokal dan nasional
yang secara tradisional dinikmati oleh universitas. Hal ini juga telah menciptakan
kombinasi dan fokus baru untuk pengetahuan (Delanty, 2001) tidak dibedakannya
13
Charles 2003 dan 2006, IHEP 2007, Arbo dan Benneworth 2008). Hubungan
pembangunan suatu daerah sudah sangat jelas (Smith 2007). Jaringan kerjasama
ini umur nya tercermin dari fokus pertumbuh kebijakan pemerintah yang
dieksplorasi universitas.
dengan gagasan universitas sebagai pusat inovasi (Sole-Parellada et al, 200 1).
proses yang sangat interaktif antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah.
Proses keterlibatan seperti ini dikenal dengan istilah Model Triple Helix (Benner
dan Sandstrom 2000, Shinn 2002 Leydesdorff dan Meyer 2003, Zhou 2008,
Etzkowitz 2008).
beragam. Manfaat ini dapat berlaku dalam konteks sosial, akademik dan
keterampilan memiliki nilai tertentu dalam penciptaan usaha baru. Ini termasuk
14
penciptaan bisnis, usaha sosial, inisiatif intra-organisasi, dan produksi artistik.
mendukung pembelajaran.
10 Ibid Hlm. 18
15
8. Mempromosikan pengalaman belajar multi-disiplin bagi
kompetitif.
16
Dan fungsi dari kewirausahaan yang diajarkan di universitas adalah
sebagai berikut :
dijalankan
● Mencari inovasi
keuntungan
17
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
memiliki saluran atau cara langsung untuk mentransfer teknologi dari tenaga
akademis kepada industri dan koneksi tidak langsung dengam industri melalui
18
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (Gunther dan Wagner, 2007).
pemerintah maupun swasta) harus dalam bentuk atau pola entrepreneurial (Röpke,
memiliki kemampuan kewirausahaan dan yang lebih penting memiliki minat yang
Entrepreneurship mulai ada sebelum abad 17, pada masa ini sejarah
mengalami perubahan, pada masa ini istilah entrepreneur diberikan kepada orang
yang memiliki usaha produksi yang besar dan individu ini mengatur bagaimana
19
jalannya produksi. Memasuki abad 17, entrepreneur diartikan sebagai orang yang
terikat kontrak dengan pemerintah dalam usaha mereka. Abad 18, entrepreneur
adalah orang yang memiliki modal dan individu ini berbeda dengan orang yang
membutuhkan modal. Memasuki abad 19 hingga saat ini, entrepreneur bukan lagi
Pada masa itu VOC menggunakan pribumi untuk melakukan usaha demi
Public value merupakan value for the public, artinya keberadaan universitas dapat
value in certain way. Institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi publik secara
implisit harus mempunyai orientasi public value yang tinggi. Dalam konteks
masyarakat secara optimal. Kondisi ini ditandai dengan kualitas lulusan yang
belum siap masuk ke dunia kerja dan hasil-hasil riset yang kurang berkualitas
(Intan pada Kompas, 19 Januari 2016). Banyak institusi pendidikan tinggi yang
20
notabene merupakan sektor publik masih mempertahankan status quo karena ada
kekhawatiran akan kegagalan. Traditional box yang masih banyak diadopsi oleh
mungkin dengan cara melakukan inovasi, berani mengambil resiko dan proaktif
21
Daftar Pustaka
Anonim, “Hakikat dan Konsep Dasar Kewirausahaan” 4 Juli 2019, diakses dari
https://binus.ac.id/entrepreneur/2019/07/04/hakikat-dan-konsep-dasar-
Hanif Al Kadri, Entrepreneur University Sebagai Suatu Kajian. (2011). Hlm. 14-
17
22
Toto Sugiharto, PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN
23