Anda di halaman 1dari 24

Tugas Makalah Kewirausahaan

Upaya Pengembangan Usaha Kuliner Lokal di Sumatera Barat

Oleh :

Thoriq Yusuf Nurhadi

NIM: 22072075

PRODI D3 TEKNIK MESIN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

-keberagaman bangsa

-kuliner lokal terutama di sumatera barat

-UMKM sebagai Langkah awal pengembangan usaha

Pemerintah dan seluruh stakeholder yang terlibat merupakan unit yang

bertugas melakukan riset, membina, dan mengembangkan UKM, agar memiliki

wawasan dan pengetahuan tentang kewirausahaan. Berbagai aktivitas yang

dilakukan oleh beberapa kementrian dengan tujuan untuk mengembangkan

budaya social kewirausahaan di lingkungan akademik dan masyarakat. Pusat

Pengembangan Kewirausahaan di perguruan tinggi merupakan salah satu pusat

studi yang berperan sebagai wadah pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi

bagi para civitas akademika yang memiliki pengetahuan entrepreneurship.

Berbagai alternatif kegiatan yang dapat dilaksanakan, agar perguruan tinggi

menjadi pusat kajian dan pengembangan kewirausahaan yang mandiri, inovatif,

profesional serta mampu memberi solusi terhadap permasalahan masyarakat lokal

1
dan perkembangan global. Upaya tersebut diharapkan untuk menciptakan sumber

daya manusia yang tangguh sehingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi

para lulusan PT maupun pembinaan dan pendampingan kegiatan usaha ekonomi

masyarakat.1

Program-program kewirausahaan untuk mahasiswa diluncurkan oleh

beberapa kementerian sebagai respon atas tingginya pengangguran alumni

perguruan tinggi. Data pengangguran terdidik di Indonesia berdasarkan data

Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah pengangguran sarjana pada Februari

2013 telah mencapai 360.000 orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang

mencapai 7,17 juta orang.3 Organization for Economic Cooperation Development

(OECD) melaporkan lulusan perguruan tinggi Indonesia gagal mengimbangi

keinginan pasar. Banyak perusahaan sulit menemukan orang yang bisa berpikir

kritis dan mampu membuat transisi yang mulus dalam bekerja. Hal ini ditengarai

karena lulusan perguruan tinggi biasanya tidak memiliki pengalaman kerja yang

cukup. Kualitas lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itulah

yang kemudian menyebabkan penyerapan lulusan sarjana di dunia kerja

mengalami perlambatan. Pendidikan kewirausahaan akan semakin digalakkan di

perguruan tinggi agar lulusan perguruan tinggi mampu mandiri. Pendidikan

1 Abd. Rahman Rahim, A. R. & Basri Basir, . Peran kewirausahaan dalam membangun
ketahanan ekonomi bangsa. Jurnal Economic Resource, 1(2), (2019), 130-135. Hlm. 130-
131

2
kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan bisa menyiapkan mahasiswa untuk

berani mandiri, tidak lagi terfokus menjadi pencari kerja.2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana upaya dalam mengembangan usaha kuliner lokal di Sumatera

Barat?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

A. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari Entrepreneurship

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Entrepreneurship

3. Untuk mengetahui definisi dari Entrepreneurship university

4. Untuk mengetahui apa saja Manfaat dari Entrepreneurship university

B. Manfaat

2 Lilik Rahmawati, Pengembangan Kewirausahaan Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya


Menuju Islamic Entrepreneurial University. OECONOMICUS Journal of Economics, 3(1),
(2018), 81-100. Hlm. 81-82

3
Manfaat dari penulisan ini secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat

menambah dan melengkapi kajian-kajian mengenai kewirausahaan. Secara

praktis, penelitian ini juga dapat bermanfaat kepada beberapa pihak yaitu pertama,

bagi mahasiswa dapat menambah wawasan kewirausahaan dan terbentuk jiwa

enterpreneur yang senantiasa berpikir, bersikap, dan bertindak kreatif dan inovatif

Kedua, bagi pimpinan perguruan tinggi sebagai sumbangan informasi untuk

menentukan kebijakan pengembangan arah program kewirausahaan di Universitas

Negeri Padang. Ketiga, bagi peneliti lain untuk digunakan sebagai bahan referensi

melanjutkan maupun mengembangkan penelitian sejenis.

4
BAB II

Pembahasan

A. Konsep Entrepreneurship

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-

penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka

adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas.

Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti

wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko

untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil

resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa

takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.3

Joseph Schumpeter menjelaskan wirausahawan adalah seorang inovator yang

mengimplementasikan perubahan perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-

kombinasi baru. Penrose mengartikan sebagai kegiatan kewirausahaan mencakup

indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau

kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan. Kesimpulan

dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya

3 Anonim, “Hakikat dan Konsep Dasar Kewirausahaan” 4 Juli 2019, diakses dari
https://binus.ac.id/entrepreneur/2019/07/04/hakikat-dan-konsep-dasar-kewirusahaan/
pada 6 September 2022

5
dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko

finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa

moneter dan kepuasan pribadi. Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan

sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg

dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai

padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian

(swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah

wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang

penekanan pada segi bisnisnya.4

Richard Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang

membayar harga tertentu untuk produk tertentu yang kemudian dijual dengan

harga yang tidak pasti sambil membuat keputusan tentang upaya mencapai dan

memanfaatkan sumber daya dan menerima resiko berusaha. J.B. Say

memperkenalkan istilah entrepreneurship dalam diskusi entrepreneur sebagai

orang yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang produktivitasnya

rendah area yang produktivitasnya tinggi. Peter F. Druker juga menyatakan agar

tercapainya hasil maka sumber daya yang harus dialokasi ke peluang-peluang dan

bukan ke masalah-masalah, maksimalisasi peluang merupakan sebuah definisi

yang berarti, bahkan sangat tepat untuk pekerjaan entrepreneurial. Peter F.

4 Ibid

6
Druker mengimplikasi bahwa efektivitas bukanlah efisiensi yang bersifat esensial

di dalam lingkungan bisnis.5

B. Sejarah Perkembangan Entrepreneurship

Pada periode awal, definisi dari entrepreneur adalah sebuah “go - between”.

Contohnya adalah Marco Polo yang berusaha membangun sebuah jalur

perdagangan ke arah timur jauh. Marco Polo menandatangani sebuah kontrak

dengan peminjam untuk menjual barangnya. Kontrak pada zaman ini umumnya

menyediakan pinjaman pada peminjam (petualang) pada tingkat bunga 22,5%

termasuk asuransi. Saat penjual (petualang) berhasil menjual barangnya,

keuntungan akan dibagi antara penjual (petualang) dengan pemberi modal.

Biasanya pemberi modal mendapatkan lebih. Istilah Entrepreneur mengalami

sedikit perubahan pada zaman tengah (middle ages). Entrepreneur diartikan

sebagai seorang yang mengatur sebuah proyek produksi yang besar. Individu ini

tidak mengambil resiko apapun, tapi hanya mengatur proyek dengan

menggunakan sumber daya yang telah disediakan, biasanya oleh pemerintahan

suatu negara.

Entrepreneurship mulai ada sebelum abad 17, pada masa ini sejarah

mengenai entrepreneurship dibagi dalam beberapa periode. Pada periode awal

entrepreneurship hanya dijelaskan secara sederhana, saat itu para pedagang


5 M. Muchson. Entrepreneurship (Kewirausahaan). , (2017) Guepedia. Hlm. 13-14

7
melakukan pertukaran dagangan dan juga beberapa orang memberikan pinjaman

modal kepada para pedagang. Memasuki periode tengah, entrepreneurship sedikit

mengalami perubahan, pada masa ini istilah entrepreneur diberikan kepada orang

yang memiliki usaha produksi yang besar dan individu ini mengatur bagaimana

jalannya produksi. Memasuki abad 17, entrepreneur diartikan sebagai orang yang

terikat kontrak dengan pemerintah dalam usaha mereka. Abad 18, entrepreneur

adalah orang yang memiliki modal dan individu ini berbeda dengan orang yang

membutuhkan modal. Memasuki abad 19 hingga saat ini, entrepreneur bukan lagi

diartikan sebagai seorang manajer yang mengatur jalannya bisnis tetapi

merupakan individu yang memiliki usaha sendiri dan modal sendiri.6

Sedangkan di Indonesia, entrepreneurship mulai dikenal sejak masa kolonial.

Pada masa itu VOC menggunakan pribumi untuk melakukan usaha demi

keuntungan Belanda. Dan saat awal kemerdekaan, muncul beberapa organisasi

pedagang hingga saat ini banyak organisasi pengusaha tersebar di Indonesia.

Perkembangan entrepreneurship di Indonesia

C. Entrepreneurship University

Entrepreneurial University yang didefinisikan sebagai sebuah lembaga yang

memiliki saluran atau cara langsung untuk mentransfer teknologi dari tenaga

akademis kepada industri dan koneksi tidak langsung dengam industri melalui

6 Ibid hlm. 7-8

8
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (Gunther dan Wagner, 2007).

Entrepreneurial University memiliki tiga arti: (i) universitas sendiri, sebagai

sebuah organisasi, harus menjadi sebuah lembaga yang bersifat entrepreneurial;

(ii) sivitas akademika universitas seperti dosen, mahasiswa, dan tenaga

administrasi harus menjadi wirausahawan atau memiliki semangat kewirausahaan;

dan (iii) interaksi antara universitas dengan lingkungan kombinasi struktural

antara universitas dengan lingkungan regional (maksudnya lembaga baik

pemerintah maupun swasta) harus dalam bentuk atau pola entrepreneurial (Röpke,

1998). Entrepreneurial University, dengan demikian, merupakan alternatif bentuk

perguruan tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam rangka merealisasikan

“pesan” dari HELTS 2003-2010, khususnya, dan menghasilkan lulusan yang

memiliki kemampuan kewirausahaan dan yang lebih penting memiliki minat yang

tinggi menjadi wirausahawan, umumnya.7

Keunggulan entrepreneurial university adalah dapat membangun public value.

Public value merupakan value for the public, artinya keberadaan universitas dapat

memberikan manfaat yang positif kepada masyarakat. Wood et al., (2008)

menyatakan “public value reflect an organization’s department objective to create

value in certain way. Institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi publik secara

implisit harus mempunyai orientasi public value yang tinggi. Dalam konteks

institusi pendidikan tinggi di Indonesia, Sebagian besar masyarakat menilai masih

7 Toto Sugiharto, PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN


PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI PASAR MODAL IS ENTREPRENEURIAL
UNIVERSITY THE ANSWER. Skripsi Program Studi Akuntansi. (2008). Hlm. 6

9
belum dapat mengimplementasikan tujuan nya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara optimal. Kondisi ini ditandai dengan kualitas lulusan yang

belum siap masuk ke dunia kerja dan hasil-hasil riset yang kurang berkualitas

(Intan pada Kompas, 19 Januari 2016). Banyak institusi pendidikan tinggi yang

notabene merupakan sektor publik masih mempertahankan status quo karena ada

kekhawatiran akan kegagalan. Traditional box yang masih banyak diadopsi oleh

sektor publik yaitu“zone comfortable” tidak sesuai dengan penerapan aspek-aspek

kewirausahaan yang selalu berusaha memanfaatkan opportunity seoptimal

mungkin dengan cara melakukan inovasi, berani mengambil resiko dan proaktif.8

Tentunya ada cukup banyak alasan mengapa perlu Entrepreneurship

University. Ada 7 aspek yang menjadi pendorong, yaitu9:

1. Semakin meningkatnya minat dan upaya masyarakat untuk menempuh

pendidikan tinggi, yang berdampak kepada tanggung jawab pemerintah untuk

menyediakan pendidikan tinggi yang bermutu. Kondisi ini terjadi tidak hanya di

Indonesia, melainkan cenderung dialami juga di Amerika dan Negara-negara di

Eropah. The massification of Higher Education yang didorong oleh Employability

Agenda menjadi fokus perhatian para peneliti di bidang pendidikan (Rinne dan

Koivula 2009).

8 Ginta Ginting, Entrepreneurial University Menjadi Alternatif Pilihan Institusi Pendidikan


Tinggi Menghadapi Persaingan Di Era Digital: Pemodelan Penciptaan Public Value.
Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik.
Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, 24-44, (2016). Hlm. 38
9 Hanif Al Kadri, Entrepreneur University Sebagai Suatu Kajian. (2011). Hlm. 14-17

10
2. Employability Agenda merupakan aspek yang sangat penting, dimana

pemerintah telah berkomitmen untuk membuka kesempatan bagi warga negaranya

untuk menempuh pendidikan, termasuk ke jenjang pendidikan tinggi. Hal ini

tercakup pada butir menimbang dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan

bahwa:". .. . ... sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi

manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan

perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global". Hal ini menjadi beban yang

cukup besar untuk pemerintah menyediakan dukungan dana yang memadai agar

pendidikan yang diselenggarakan berkualitas. Disisi lain, masyarakat (dalam hal

ini mahasiswa) diwajibkan untuk turut menanggung beban biaya pendidikannya

melalui berbagai bentuk kontribusi pendanaan, misalnya biaya kuliah per

semester. Masyarakat yang telah mengeluarkan biaya pendidikan tentunya

berharap bahwa mereka akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas

yang akan mendukung mereka pada saat lulus untuk memperoleh pekerjaan

dengan gaji yang memadai (paling tidak sebagai imbal balik atas biaya yang telah

dikeluarkannya selama menempuh pendidikan). Padahal dalam kenyataannya,

peningkatan angkatan kerja berpendidikan (tinggi) kurang selaras dengan

peningkatan kesempatan kerja. Kondisi ini menyebabkan munculnya angka

pengangguran terdidik yang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS, Jumlah lulusan

11
Perguruan Tinggi di Indonesia yang berstatus penganggur terbuka pada tahun

2012 adalah sebanyak 634.990, mereka terdiri dari lulusan D LIIVII akademi

sebanyak 196.780 orang dan Universitas sebanyak 438.210 orang. Jumlah lulusan

Perguruan Tinggi di Indonesia yang masuk ke dalam kelompok setengah

menganggur (bekerja dibawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam

perminggu) pada tahun 2012 (Sakernas 2012) jumlahnya bahkan lebih besar lagi.

Untuk lulusan D I/II/III/akademi sebanyak 687.944 orang dan Universitas

sebanyak 1.662.5 12 orang. Jumlah pengangguran ini disatu sisi mengindikasikan

banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga

kerja. Kemungkinan tidak sesuai dari berbagai aspek, misalnya jenis keahlian

maupun tingkat keahliannya Disisi lain kondisi tersebut dapat juga

menggambarkan rendahnya ketersediaan kesempatan kerja ataupun rendahnya

penciptaan lapangan kerja baru. Hal ini pada gilirannya menyebabkan penciptaan

pasar kerja yang lebih terbuka dan kompetitif bagi lulusan perguruan tinggi, yang

kemudian membutuhkan respon lembaga pendidikan untuk meningkatkan

"kompetensi" kewirausahaan mereka.

3. Tantangan Globalisasi. Masa depan kesempatan kerja bagi para lulusan,

dalam konteks pasar kerja global, ditandai dengan seringnya tersedia kesempatan

kerja, jenis pekerjaan dan lokasi kerja yang sering berubah melibatkan tenaga

kerja potensial dengan jangka waktu kerja kontrak ataupun terpaksa berwirausaha

involuntary self employment (Rajan et al, 1997). Hal ini menuntut kapasitas

12
lulusan untuk mampu berpikir dan bertindak secara lokal maupun global dengan

cara wirausaha. Kemampuan mereka untuk mengembangkan kapasitas ini menjadi

hgsi dari sifat karakter universitas itu sendiri serta strategi untuk menjembatani

hubungan lokal-global.

4. Strategi Internasionalisasi Universitas. Komitmen untuk

mengimplementasikan internasionalisasi melibatkan unsur pengambilan~? risiko

kewirausahaan dark pilihan stratejik (Nights, 2003).

5. Konfigurasi Global Knowledge telah memberikan nilai tambah kepada

universitas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menggalang kerjasama

penelitian, pertukaran akademisi, meningkatkan kerjasama dalam program

pendidikan jarak jauh, dan sebagainya. Semua hal tersebut berpengaruh besar

terhadap kapasitas penguasaan multibahasa. Pengaruh terbesar terhadap

internasionalisasi adalah munculnya Global Knowledge Economy (Peter, 2003)

yang substansinya dapat dengan mudah diakses melalui internet (Senges, 2007).

Web secara efektif telah mencakup monopoli pengetahuan lokal dan nasional

yang secara tradisional dinikmati oleh universitas. Hal ini juga telah menciptakan

kombinasi dan fokus baru untuk pengetahuan (Delanty, 2001) tidak dibedakannya

disiplin tradisional dan lebih terbukanya terhadap organisasi pengetahuan

berdasarkan "perlu diketahui" clan isu masalah.

6. Kerjasama Regional dan Lokal. Peran regional dari perguruan tinggi

paling disorot di bidang transfer clan kerjasarna pengetahuan (Boucher et a1 2003,

13
Charles 2003 dan 2006, IHEP 2007, Arbo dan Benneworth 2008). Hubungan

potensial antara kontribusi universitas terhadap inovasi dan kontribusi terhadap

pembangunan suatu daerah sudah sangat jelas (Smith 2007). Jaringan kerjasama

ini umur nya tercermin dari fokus pertumbuh kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan penelitian, dan pengembangan teknologi dan pengetahuan yang

dieksplorasi universitas.

7. Dengan demikian istilah 'Entrepreneurial Univer.sary' sering dikaitkan

dengan gagasan universitas sebagai pusat inovasi (Sole-Parellada et al, 200 1).

Tampaknya secara luas konteks bahwa kesuksesan inovasi selalu melibatkan

proses yang sangat interaktif antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah.

Proses keterlibatan seperti ini dikenal dengan istilah Model Triple Helix (Benner

dan Sandstrom 2000, Shinn 2002 Leydesdorff dan Meyer 2003, Zhou 2008,

Etzkowitz 2008).

D. Manfaat Entrepreneurship University

Mengacu kepada literatur dan observasi empiris diketahui bahwa potensi

dan manfaat Entrepreneurship Universiv untuk institusi maupun individu cukup

beragam. Manfaat ini dapat berlaku dalam konteks sosial, akademik dan

profesional dari kehidupan individu. Pengembangan pola pikir kewirausahaan dan

keterampilan memiliki nilai tertentu dalam penciptaan usaha baru. Ini termasuk

14
penciptaan bisnis, usaha sosial, inisiatif intra-organisasi, dan produksi artistik.

Beberapa manfaat potensial diantaranya adalah:10

1. Membantu lembaga pendidikan tinggi untuk mencapai tujuannya

dan berkembang dalam lingkungan global yang kompetitif yang melibatkan

ketidakpastian dan kompleksitas yang tinggi.

2. Membantu dalam menciptakan lebih banyak staf dan mahasiswa

yang memiliki pemikiran entrepreneurial.

3. Meningkatkan kapasitas lembaga untuk mengembangkan inovasi,

kreativitas dan energi baru dari sumber daya yang ada.

4. Meningkatkan aktivitas lintas lembaga dan multidisiplin, sehingga

pengetahuan trans-disiplin organisasi menjadi lebih berkembang.

5. Meningkatkan kreativitas penggunaan pengetahuan dan

pengembangan output kegiatan penelitian.

6. Mempromosikan etos belajar melalui tindakan praktik.

7. Meningkatkan dan diversifikasi pengajaran dan pengalaman belajar

dengan mendorong berkembangnya cara-cara inovatif untuk mengajar dan

mendukung pembelajaran.

10 Ibid Hlm. 18

15
8. Mempromosikan pengalaman belajar multi-disiplin bagi

mahasiswa dan staf dalam subjek yang beragam, sekaligus memperkaya

pengalaman mahasiswa di kampus.

9. Meningkatkan kerjasama pascasarjana, kepuasan mahasiswa

terhadap layanan akademik lya, daily ikatan alumni.

10. Membuka kesempatan baru untuk menyebarkan

pengetahuan dan keahlian unit fungsional umum dari universitas seperti

bimbingan karir dan layanan pendukung lainnya, pusat inkubasi, layanan

untuk penempatan mahasiswa dan serikat pekerja serta asosiasi mahasiswa.

11. Meningkatkan keterikatan !tembaga dengan pemangku

kepentingan eksternal termasuk masyarakat di daerah, masyarakat luas,

pelayanan publik dan perusahaan komersial.

12. Membantu dalam mengembangkan usaha kecil dan

menengah (UKM) dan peningkatan dukungan bagi mereka.

13. Memberikan Layanan untuk tujuan sosial dan ekonomi

lokal, regional, nasional clan global.

14. Meningkatkan reputasi lembaga, keberadaan dan posisi

kompetitif.

16
Dan fungsi dari kewirausahaan yang diajarkan di universitas adalah

sebagai berikut :

● Membuat keputusan-keputusan penting untuk mengambil resiko

mengenai tujuan dan sasaran bisnis.

● Menetapkan bidang usaha yang akan dilakoni

● Menghitung skala usaha yang diinginkan

● Menentukan modal atau sumber modal

● Memilih atau menentukan desain atau kepegawaian

● Mengendalikan secara efektif dan efisien bisnis yang sedang

dijalankan

● Mencari inovasi

● Pemasaran dan mempertahankan atau meningkatkan statistik

keuntungan

17
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Pemerintah dan seluruh stakeholder yang

terlibat merupakan unit yang bertugas melakukan riset, membina, dan

mengembangkan UKM, agar memiliki wawasan dan pengetahuan tentang

kewirausahaan. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh beberapa kementrian

dengan tujuan untuk mengembangkan budaya social kewirausahaan di lingkungan

akademik dan masyarakat.

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-

penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka

adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas.

Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti

wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko

untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil

resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa

takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.

Entrepreneurial University yang didefinisikan sebagai sebuah lembaga yang

memiliki saluran atau cara langsung untuk mentransfer teknologi dari tenaga

akademis kepada industri dan koneksi tidak langsung dengam industri melalui

18
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan (Gunther dan Wagner, 2007).

Entrepreneurial University memiliki tiga arti: (i) universitas sendiri, sebagai

sebuah organisasi, harus menjadi sebuah lembaga yang bersifat entrepreneurial;

(ii) sivitas akademika universitas seperti dosen, mahasiswa, dan tenaga

administrasi harus menjadi wirausahawan atau memiliki semangat kewirausahaan;

dan (iii) interaksi antara universitas dengan lingkungan kombinasi struktural

antara universitas dengan lingkungan regional (maksudnya lembaga baik

pemerintah maupun swasta) harus dalam bentuk atau pola entrepreneurial (Röpke,

1998). Entrepreneurial University, dengan demikian, merupakan alternatif bentuk

perguruan tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam rangka merealisasikan

“pesan” dari HELTS 2003-2010, khususnya, dan menghasilkan lulusan yang

memiliki kemampuan kewirausahaan dan yang lebih penting memiliki minat yang

tinggi menjadi wirausahawan, umumnya.

Entrepreneurship mulai ada sebelum abad 17, pada masa ini sejarah

mengenai entrepreneurship dibagi 11dalam beberapa periode. Pada periode awal

entrepreneurship hanya dijelaskan secara sederhana, saat itu para pedagang

melakukan pertukaran dagangan dan juga beberapa orang memberikan pinjaman

modal kepada para pedagang. Memasuki periode tengah, entrepreneurship sedikit

mengalami perubahan, pada masa ini istilah entrepreneur diberikan kepada orang

yang memiliki usaha produksi yang besar dan individu ini mengatur bagaimana

11 Dikutip dari http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-00986-


MNSI_bab%202.pdf pada 6 September 2022 Hlm. 6

19
jalannya produksi. Memasuki abad 17, entrepreneur diartikan sebagai orang yang

terikat kontrak dengan pemerintah dalam usaha mereka. Abad 18, entrepreneur

adalah orang yang memiliki modal dan individu ini berbeda dengan orang yang

membutuhkan modal. Memasuki abad 19 hingga saat ini, entrepreneur bukan lagi

diartikan sebagai seorang manajer yang mengatur jalannya bisnis tetapi

merupakan individu yang memiliki usaha sendiri dan modal sendiri.

Sedangkan di Indonesia, entrepreneurship mulai dikenal sejak masa kolonial.

Pada masa itu VOC menggunakan pribumi untuk melakukan usaha demi

keuntungan Belanda. Dan saat awal kemerdekaan, muncul beberapa organisasi

pedagang hingga saat ini banyak organisasi pengusaha tersebar di Indonesia.

Keunggulan entrepreneurial university adalah dapat membangun public value.

Public value merupakan value for the public, artinya keberadaan universitas dapat

memberikan manfaat yang positif kepada masyarakat. Wood et al., (2008)

menyatakan “public value reflect an organization’s department objective to create

value in certain way. Institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi publik secara

implisit harus mempunyai orientasi public value yang tinggi. Dalam konteks

institusi pendidikan tinggi di Indonesia, Sebagian besar masyarakat menilai masih

belum dapat mengimplementasikan tujuan nya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara optimal. Kondisi ini ditandai dengan kualitas lulusan yang

belum siap masuk ke dunia kerja dan hasil-hasil riset yang kurang berkualitas

(Intan pada Kompas, 19 Januari 2016). Banyak institusi pendidikan tinggi yang

20
notabene merupakan sektor publik masih mempertahankan status quo karena ada

kekhawatiran akan kegagalan. Traditional box yang masih banyak diadopsi oleh

sektor publik yaitu“zone comfortable” tidak sesuai dengan penerapan aspek-aspek

kewirausahaan yang selalu berusaha memanfaatkan opportunity seoptimal

mungkin dengan cara melakukan inovasi, berani mengambil resiko dan proaktif

21
Daftar Pustaka

Abd. Rahman Rahim, A. R. & Basri Basir, . Peran kewirausahaan dalam

membangun ketahanan ekonomi bangsa. Jurnal Economic Resource, 1(2),

(2019), 130-135. Hlm. 130-131

Anonim, “Hakikat dan Konsep Dasar Kewirausahaan” 4 Juli 2019, diakses dari

https://binus.ac.id/entrepreneur/2019/07/04/hakikat-dan-konsep-dasar-

kewirusahaan/ pada 6 September 2022

Anonim Dikutip dari http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2006-2-

00986-MNSI_bab%202.pdf pada 6 September 2022 Hlm. 6

Ginta Ginting, Entrepreneurial University Menjadi Alternatif Pilihan Institusi

Pendidikan Tinggi Menghadapi Persaingan Di Era Digital: Pemodelan

Penciptaan Public Value. Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital:

Pemikiran, Pemodelan dan Praktik Baik. Universitas Terbuka, Tangerang

Selatan, 24-44, (2016). Hlm. 38

Hanif Al Kadri, Entrepreneur University Sebagai Suatu Kajian. (2011). Hlm. 14-

17

M. Muchson. Entrepreneurship (Kewirausahaan). , (2017) Guepedia. Hlm. 13-14

Lilik Rahmawati, Pengembangan Kewirausahaan Islam di UIN Sunan Ampel

Surabaya Menuju Islamic Entrepreneurial University. OECONOMICUS

Journal of Economics, 3(1), (2018), 81-100. Hlm. 81-82

22
Toto Sugiharto, PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI PASAR MODAL IS

ENTREPRENEURIAL UNIVERSITY THE ANSWER. Skripsi Program

Studi Akuntansi. (2008). Hlm. 6

23

Anda mungkin juga menyukai