Anda di halaman 1dari 24

KONSEP KEWIRAUSAHAAN KOPERASI

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah

Pengantar Koperasi

Pengantar Koperasi

Dosen pengampu: Dr. Ir. Hj. Marhawati. M.Si

DISUSUN OLEH :

Andi Yudistira Dwiyana Putra Romansyah


230903502150
Azzika Adzahila ar
230903502153
Rihwansyah
230903502152

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Koperasi lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan ekonomi yang

merajalela pada abad ke-19. Di tengah tekanan ekonomi dan sosial, kelompok-

kelompok masyarakat mulai menyadari bahwa dengan bekerja bersama dan

berbagi sumber daya, mereka dapat mencapai keberlanjutan ekonomi yang lebih

baik. Konsep ini berkembang pesat dan menyebar ke berbagai sektor, mulai dari

pertanian hingga perbankan, pendidikan hingga konsumen.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif

tentang konsep koperasi. Kami akan mengulas sejarah dan perkembangan

koperasi, menjelaskan prinsip-prinsip utama yang mengarahkannya, dan

menggambarkan berbagai jenis koperasi yang ada. Kami juga akan mengkaji

peran koperasi dalam meningkatkan akses terhadap sumber daya, menciptakan

lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup anggotanya.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Kewirausahaan........................................................................................ 3

B. Kewirausahaan Koperasi......................................................................... 8

C. Teori Keunggulan Komparatif dan Pembangunan Ekonomi Daerah..... 11

D. Keunggulan Kompetitif/Bersaing dalam Koperasi................................. 15

E. Kinerja Usaha Koperasi........................................................................... 17

BAB III PENUTUP......................................................................................... 20

A. Kesimpulan............................................................................................. 20

B. Saran........................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk bangkit dari krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini,

koperasi justru diberi kesempatan untuk tampil lebih eksistensial. Krisis ekonomi

yang diawali dengan krisis nilai tukar dan kemudian berujung pada krisis utang

luar negeri, membuka mata seluruh pengamat ekonomi terhadap kenyataan bahwa

“faktor-faktor dasar perekonomian” yang semula dianggap sahih ternyata ada di

dalam negeri.

Konglomerat besar dan industri manufaktur yang dipuji karena pesatnya

pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata sebesar 7% ternyata hanya sekedar

omongan belaka. Hal ini disebabkan karena besarnya investasi mereka sebenarnya

hanya didukung oleh utang luar negeri, yang merupakan akibat dari praktik

distorsi dan margin ekuitas, dan bukan oleh variabel endogen (yang tumbuh dari

dalam).

Koperasi merupakan badan usaha yang sesuai dengan kepribadian bangsa

Indonesia, patut dikembangkan sebagai badan usaha yang penting, bukan sebagai

upaya terakhir. Menumbuhkan semangat usaha koperasi di kalangan pimpinan

dan anggotanya merupakan upaya pertama keberhasilan gerakan koperasi di tanah

air. Tercapainya misi mulia koperasi pada umumnya masih jauh dari cita-cita

semula. Koperasi yang seharusnya mengemban amanah mulia membantu

pemerintah melaksanakan keadilan ekonomi dan sosial, ternyata gagal memenuhi


misinya secara penuh. Membangun koperasi sesuai peran dan posisinya yang

diharapkan sangatlah sulit, meski bukan tidak mungkin.

1.2. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian kewirausahaan.

b. Mengetahui pengertian kewirausahaan koperasi.

c. Mengetahui teori keunggulan komparatif dan pembangunan ekonomi

daerah.

d. Mengetahui keunggulan kompetitif/bersaing dalam koperasi.

e. Mengetahui kinerja usaha koperasi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kewirausahaan

Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata wirausaha. Dalam

bahasa Indonesia awalnya dikenal dengan sole proprietor yang artinya berdiri

sendiri. Suharsono Sagir Buchari Almas menulis bahwa wirausaha adalah orang

yang modal utamanya bersifat jangka panjang, yang dilandasi oleh sikap optimis,

kreatif dan berwirausaha sebagai pendiri pertama kali, serta keberanian

mengambil risiko berdasarkan perhitungan dan perencanaan yang cermat.

Sementara itu, Almas de Fadel Muhammad Bukhari lebih menekankan

bahwa wirausaha adalah orang yang fokus pada peluang dibandingkan risiko.

Oleh karena itu, kewirausahaan bukanlah sebuah risiko, melainkan sebuah risiko

Kemampuan mengembangkan kewirausahaan sangat ditentukan oleh

keterampilan pengelola usaha. Artinya, selain modal dan motivasi kerja,

perkembangan kewirausahaan juga dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman.

Hal ini ditegaskan oleh pendirian Surya Dharma bahwa pengembangan

kewirausahaan sekolah merupakan tren baru yang mendukung pengembangan

pendidikan di berbagai jenjang pendidikan. Menurut Timmons (Lambing dan

Kuehl, 2000:14), pengertian kewirausahaan adalah sebagai berikut:

Entrepreneurship is a human, creative act that builds something of value from

practically nothing. It is the pursuit of opportunity regardless of the resources, or

lack of resources, at hand. It requires a vision and the passion and commitment to
lead others in the pursuit of that vision. It also requires a willingness to take

calculated risks.

Artinya, kewirausahaan merupakan sifat manusiawi untuk bertindak

kreatif meningkatkan nilai sesuatu dengan memanfaatkan kesempatan dan sumber

daya yang dilandasi visi, semangat dan komitmen dalam memimpin serta

memperhitungkan resiko. Karena kewirausahaan merupakan sifat manusiawi,

maka kewirausahaan berhubungan erat dengan perilaku. Pendapat yang sama dari

Hisrich dan Peters (1989: 9), mengenai pengertian entrepreneurship sebagai

berikut:

Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting

the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and

social risks, and receiving the resulting rewards of monetary and personal

satisfaction and independence.

Pendapat tersebut mempunyai makna bahwa kewirausahaan adalah

merupakan suatu proses mengkreasi sesuatu yang baru yang mempunyai nilai,

dengan mencurahkan waktu dan upaya, serta berani menanggung resiko untuk

mencapai keberhasilan. Jadi pendapat Hisrich dan Peter sejalan dengan pendapat

Lambing dan Kuehl, yaitu samasama berpendapat bahwa kewirausahaan adalah

proses suatu kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah sumber-sumber daya yang

ada.

Menurut Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta

proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan

dan peluang di pasar. Senada dengan pendapat Suryana (2003: 2) bahwa


kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan memberi nilai tambah untuk dipasarkan melalui proses pengelolaan

sumber daya dengan cara yang baru dan berbeda, seperti: (1) mengembangkan

teknologi; (2) penemuan ilmu pengetahuan; (3) perbaikan barang dan jasa yang

ada; (4) menemukan cara baru untuk menghasilkan lebih banyak produk dengan

sumber daya yang lebih efisien. Dari kedua pendapat di atas diketahui bahwa

kreativitas dan inovasi merupakan titik persamaan konsep kewirausahaan.

Sedangkan Kuratko and Hoodgets (2004: 30), mendefinisikan entrepreneurship

secara rinci sebagai berikut.

Entrepreneurship is a dynamic process of vision, change, and creation. It

requires an application of energy and passion towards the creation and

implementation of new ideas and creative solutions. Essential ingredients include

the willingness to take calculated risks-in terms of time, equity, or career; the

ability to formulate an effective venture team; the creative skill to marshall

needed resources; the fundamental skill of building a solid business plan; and,

finally, the vision to recognize opportunity where others see chaos, contradiction

and confusion. Pendapat tersebut mempunyai makna bahwa, seorang

wirausahawan dalam melakukan aktivitas manajemen strategik dimana dalam

keputusan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan wirausaha (internal) dan

juga peluang dan hambatan yang ada dalam lingkungan usaha (eksternal),

bermanfaat untuk individu dan masyarakat. Depdiknas, mengartikan bahwa

entrepreneurship (kewirausahaan) adalah sikap dan perilaku dalam memimpin

dan mengelola suatu


organisasi (termasuk sekolah) dengan selalu mencari dan menerapkan cara kerja

dan teknologi baru sehingga dicapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

Berdasarkan beberapa definisi dan uraian di atas maka dapat di simpulkan

bahwa kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan,

sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi tantangan dalam kehidupannya

(individu/organisasi) secara efektif dan efisien sehingga ia mampu mandiri dan

dapat mengembangkannya ke arah yang lebih baik, sehingga efektif dan efisien.

Seorang wirausahawan adalah seseorang yang selalu berkembang dan

mengembangkan setiap potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

2.2. Proses Kewirausahaan

Menurut Carol Noore yang dikutip Bygrave, proses kewirausahaan

dimulai dengan inovasi. Inovasi-inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik dari sumber pribadi maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi,

organisasi, budaya dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk “titik

kendali” kreativitas, inovasi, eksekusi dan pertumbuhan yang kemudian

berkembang menjadi wirausahawan hebat. Secara internal, inovasi dipengaruhi

oleh faktor individu seperti locus of control, toleransi, nilai, pendidikan,

pengalaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah role model, fungsi

dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui

proses yang dipengaruhi oleh lingkungan, organisasi dan keluarga.

2.3. Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang

memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri


seorang wirausahawan adalah: Percaya diri, Berorientasikan tugas dan hasil,

Berani mengambil risiko, Kepemimpinan, Keorisinilan, Berorientasi ke masa

depan, jujur dan tekun.

Adapun Sifat-sifatnya, seorang wirausahawan adalah: 1) Memiliki sifat

keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme; 2) Selalu berusaha untuk

berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki

tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif, memiliki

kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan, bertingkah laku sebagai

pemimpin, dapat bergaul dengan orang laindan suka terhadap saran dan kritik

yang membangun, dan memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba

bisa danmemiliki jaringan bisnis yang luas. - Memiliki persepsi dan cara pandang

yang berorientasi pada masadepan, memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama

dengan kerja keras.

2.4. Kewirausahaan Koperasi

Seorang wirausaha, termasuk wirausaha koperasi, menurut definisinya

adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan mengevaluasi

peluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk

memanfaatkannya dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjamin

keberhasilan. Pengusaha kooperatif adalah orang-orang yang mempunyai sikap

mental positif, berorientasi pada tindakan, dan mempunyai motivasi tinggi dalam

mengambil resiko untuk mencapai tujuannya. Namun mereka juga merupakan

orang-orang yang berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam mengambil

keputusan.Setiap keputusan tidak didasarkan pada trial and error, melainkan


mengkaji setiap peluang bisnis, mengumpulkan informasi berharga untuk

mengambil keputusan.

Selanjutnya menurut Meredith (1984) para wirausaha (termasuk wirausaha

koperasi) mempunyai ciri dan watak yang berlainan dengan individu kebanyakan.

Adapun ciri- ciri dan watak tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) mempunyai

kepercayaan yang kuat pada diri sendiri, 2) berorientasi pada tugas dan basil yang

didorong oleh kehutuhan untuk herprestasi, berorientasi pada keuntungan,

mempunyai ketekunan dan ketabahan, mempunyai tekad kerja keras, dan

mempunyai energi inisiatif, 3) Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko

dan mengambil keputusan keputusan secara cepat dan cermat, d) mempunyai jiwa

kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi saransaran dan kritik, e)

berjiwa inovatif, kreatif dan tekun, f) berorientasi ke masa depan.

Kewirausahaan koperasi adalah sikap mental positif terhadap koperasi

dengan mengambil inisiatif inovatif dan keberanian mengambil risiko serta

mengikuti prinsip identitas koperasi untuk mewujudkan kebutuhan nyata dan

meningkatkan kesejahteraan bersama. Dan definisi tersebut mengandung

beberapa unsur penting, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha

secara koperatif. Ini berarti wirausaha koperasi (orang yang melaksanakan

kewirausahaan koperasi) harus mempunyai keinginan untuk memajukan

organisasi koperasi, baik itu usaha koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu

harus dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus

mementingkan kebutuhan anggotanya.


Tugas utama wirausaha koperasi adalah mengambil prakarsa inovatif,

artinya berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi

kepentingan bersama. Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat

memulai usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha

koperasi berada dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat

tumbuh dengan cepat dan menghasilkan. Kemudian pada saat usaha koperasi

berjalan, agar koperasi paling tidak dapat mempertahankan eksistensi usaha

koperasi yang sudah berjalan dengan lancar.

Kinerja inovatif menjadi lebih penting ketika kerjasama menurun (berdiri).

Pada saat itu, usaha koperasi diperlukan agar koperasi berada dalam siklus hidup

yang baru. Koperasi harus berani mengambil risiko. Karena dunia ini penuh

dengan ketidakpastian, terkadang apa yang diharapkan tidak sesuai dengan

kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, dalam situasi seperti ini diperlukan

seorang wirausaha yang mampu mengambil risiko. Tentu saja risiko ini dilakukan

melalui perhitungan yang matang.

Di koperasi, risiko akibat ketidakpastian sedikit berkurang dengan lebih

mengarahkan kegiatan usahanya ke pasar dalam negeri. Berkat pasar internal,

setiap usaha dapat menjadi beban bagi koperasi dan anggotanya, karena koperasi

adalah milik anggota. Oleh karena itu, secara logika tidak mungkin anggota

merugikan koperasinya. Kalaupun terjadi kerugian dalam kegiatan operasional,

risikonya ditanggung bersama, sehingga risiko per anggota relatif kecil. Namun

jika kegiatan komersial koperasi lebih berorientasi pada pasar luar negeri,

misalnya KUD, maka risiko yang timbul akibat ketidakpastian mempunyai bobot
yang sama dengan risiko pesaing. Dalam keadaan seperti ini, tugas pengusaha

koperasi lebih sulit dibandingkan dengan pengusaha koperasi yang lebih

berorientasi pada pasar internal.

Usaha koperasi harus mengikuti prinsip identitas koperasi, yaitu. anggota

sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota harus

diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif dalam koperasi. Karena itu

wirausaha koperasi bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan

berbagai kebutuhan anggotanya.

Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah memenuhi kebutuhan

nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas seorang

wirausaha koperasi sebenamya cukup berat karena banyak pihak yang

berkepentingan di lingkungan koperasi, seperti anggota, perusahaan koperasi,

karyawan, masyarakat di sekitarnya, dan lain-lain. Seorang wirausaha koperasi

terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing-masing

pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus berorientasi

di pasar eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap

anggota. Sebaliknya bila orientasinya di pasar internal dengan mengutamakan

kepentingan anggota, maka yang menjadi korban adalah pertumbuhan koperasi.

Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer,

birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang

yang peduli terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirausaha koperasi

ini tentunya mempunyai kebebasan bertindak dan insentif yang berbeda-beda

yang selanjutnya menentukan tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.


2.5. Keunggulan Komparatif dan Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan perekonomian daerah merupakan fungsi sumber daya alam,

tenaga kerja dan sumber daya manusia, penanaman modal, pembangunan

prasarana dan sarana, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

kondisi perekonomian dan perdagangan antar daerah, serta pembiayaan dan

pembiayaan peluang daerah. pembangunan, kewirausahaan, bidang kelembagaan

dan lingkungan pembangunan pada umumnya.

Pembangunan ekonomi di suatu daerah berkaitan erat dengan potensi dan

karakteristik yang dimilikinya yang biasanya berbeda dengan daerah lain. Adanya

perbedaan potensi dan karakteristik yang dimiliki masingmasing daerah

disebabkan oleh karena adanya perbedaan pada faktor geografis dan sumberdaya

yang tersedia. Perbedaan tersebut menyebabkan produk-produk tertentu yang

dihasilkan oleh suatu daerah mempunyai keunggulan dan kemampuan bersaing

(comparative and competitive advantage) bila dibandingkan dengan produk yang

sama yang dihasilkan oleh daerah lain.

Oleh karena adanya berbagai perbedaan antar daerah, maka keberhasilan

pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah itu sendiri

dalam mengidentifikasi dan mengelola potensi dan sumberdaya ekonomi, seperti

sumberdaya alam, sumberdaya manusia atau sektor ekonomi yang mempunyai

keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif bila dibandingkan dengan

daerah lain.
Menurut Arsyad (1999) permasalahan pokok dalam pembangunan daerah

adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang

didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan(endogenous development)

dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan

pada pengambilan inisiatifinisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses

pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang

peningkatan ekonomi.

Sebelum berlakunya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di

Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan

hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan

negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor

pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan atau kelautan. Akibatnya

daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya

secara layak. Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi

di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih

makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat

tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam

harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus

dikembangkan terus. Untuk itu diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang

sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia.

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu

daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa


semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah

terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin

tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negaranegara maju, pertumbuhan yang cepat

dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan

beberapa sektor primer.

Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju terhadap sektor-

sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan

mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan

ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur

ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu

bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional

maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika

sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.

Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan

sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing

dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional

ataupun domestik. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai

dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di

mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan

yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi

daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat. Ada empat syarat agar suatu

sektor tertentu menjadi sektor prioritas, antara lain: 1) Sektor tersebut harus
menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga

laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; 2)

Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi

produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; 3) Harus

terjadi peningkatan investasi kembali dari hasilhasil produksi sektor yang menjadi

prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; 4) Sektor tersebut harus

berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor sektor lainya.

Keunggulan mengetahui industri unggulan, atau kemampuan memberikan

gambaran mengenai perekonomian nasional dan regional. Sektor-sektor unggulan

tersebut tentunya mempunyai potensi yang lebih besar untuk tumbuh lebih cepat

dibandingkan sektor-sektor lain di kawasan, terutama faktor-faktor yang

mendukung sektor-sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan

lapangan kerja, dan perkembangan teknologi. Peluang investasi juga dapat

diciptakan dengan memperkuat potensi sektor-sektor unggulan di daerah terkait.

2.6. Keunggulan Kompetitif/Bersaing dalam Koperasi

Untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain: 1)

Jumlah perusahaan dalam industri, bila hanya ada satu perusahaan dalam industri,

maka secara teoris perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya

seberapa pun. Akan tetapi, sebaliknya bila industri terdiri dari banyak perusahaan,

maka persaingan harga terjadi bila produk yang dihasilkan tidak terdiferensiasi.

Hanya pemimpin industri yang leluasa menentukan perubahan harga; 2) Ukuran

relatif setiap anggota dalam industri, bila perusahaan mempunyai pangsa pasar

yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat memegang inisiatif


perubahaan harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka harga menjadi pengikut; 3)

Diferensiasi produk, bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam

industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan penetapan harganya

bahkan sekali pun perusahaan-perusahaan kecil dan banyak pesaing dalam

industri; 4) Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan, bila suatu

industri mudah untuk memasuki, maka perusahaan yang ada sulit mempengaruhi

atau mengendalikan harga. Bila ada hambatan masuk pasar (barier to market

entry), maka perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat

mengendalikan harga.

Untuk mencapai keunggulan bersaing terutama di pasar bebas, maka

berbagai macam usaha ditempuh oleh perusahaan-perusahaan. Salah satu strategi

yang terkenal digunakan dewasa ini strategi kompetitif (competitive strategy).

Strategi kompetitif dapat dibedakan dalam banyak cara termasuk tingkat yang

mana perusahaan mesti menekankan pada tiga hal utama yaitu: innovation,

quality improvemen, dan cost reduction.

Hubungan kompetensi dan komitmen yang dikenal dengan intellectual

capital dan fungsi manajemen keanggotaan serta partisipasi anggota terhadap

keunggulan bersaing pada koperasi, yaitu: 1) Penerapan intellectual capital

mempunyai pengaruh terhadap keunggulan bersaing; 2) Fungsifungsi manajemen

keanggotaan pengadaan, pengembangan, manfaat, pemeliharaan, pemutusan

hubungan kerja mempunyai pengaruh terhadap keunggula 3) bersaing; 4) Aktif

partisipasi anggota mempunyai pengaruh terhadap keunggulan bersaing; 5)

Semakin tepat penerapan intellectual capital dan pelaksanaan manajemen


keanggotaan serta semakin aktif partisipasi anggota terhadap keunggulan

bersaing.

2.7. Kinerja Usaha Koperasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kegiatan adalah

sesuatu, sedangkan Siegel dan Shim (1994) memberikan pengertian yang lebih

tepat tentang kegiatan, yaitu pernyataan yang menyajikan hasil sebenarnya dari

beberapa tindakan atau badan pribadi dalam jangka waktu tertentu.Oleh karena

itu, kinerja atau gambaran capaian yang dicapai dapat memberikan gambaran,

selalu dibandingkan dengan ukuran standar dan yang relatif bergantung pada

tinggi rendahnya standar yang digunakan.

Di dalam lingkungan dunia usaha, secara umum masih beranggapan

bahwa laba merupakan salah satu tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan.

Sehingga perusahan yang labanya kecil dianggap berkinerja rendah, padahal ada

aspek lain yang harus dinilai. Dengan demikian laba bukanlah satu-satunya tolak

ukur dalam menilai kinerja. Perlu dipahami bahwa suatu perusahaan mempunyai

tujuan utama dalam berusaha, oleh karena itu untuk menilai keberhasilan usaha

perlu mengukur mengetahui apa yang diinginkan oleh perusahaan.

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha di Indonesia yang

memiliki perbedaan dibandingkan degan badan usaha lain yang berorientasi ada

keuntungan (profit oriented), dimana tujuan koperasi adalah memajukan

kesejahteraan anggota melalui upaya-upaya kelompok secara mandiri dengan

menerapkan sejumlah nilai, norma dan prinsipprinsip koperasi. Pengukuran

kinerja koperasi mengacu harus pada tujuan pokoknya sekaligus juga harus
mencerminkan berlakunya nilai, norma dan prinsip-prinsip yang mengikatnya.

Secara universal tujuan koperasi yaitu meningkatkan dan mengembangkan

kondisi perekonomian rumah tangga anggota atau memajukan kesejahteraan

anggota. Artinya tujuan operasional organisasi koperasi merupakan akumulasi

dari tujuan ekonomi seluruh anggotanya. Semakin heterogen kepentingan dan

aktivitas ekonomi anggotanya akan menjadi semakin kompleks tugas-tugas yang

harus dijalankan oleh koperasi. Dengan demikian tujuan ekonomi koperasi dapat

dioperasionalisasikan sebagai meningkatkan pendapatan anggota. Bila koperasi

berhasil meningkatkan pendapatan anggota maka kesejahteraan ekonomi anggota

akan meningkat.

Menurut Alwi (2001) secara teoritis tujuan pengukuran kinerja suatu

usaha dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang

harus menyelesaikan: (1) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian

kompensasi (2) Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision (3) Hasil

penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi. Koperasi

memiliki jatidiri yang berbeda dengan pelaku ekonomi lainnya (PT, CV dan

sebagainya) dimana tujuan utama koperasi yaitu memajukan kesejahteraan

anggota melalui upayaupaya kelompok secara mandiri dengan menerapkan nilai,

norma dan prinsip koperasi. Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam

melihat kinerja koperasi yaitu sisa hasil usaha (SHU), dimana SHU dapat

mengukur tujuan utama keperasi yaitu kesejahteraan anggota koperasi.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Kewirausahaan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang nilai,

keterampilan, sikap dan perilaku seseorang dalam menghadapi

tantangan hidupnya (orang/organisasi) secara efektif dan efisien

sehingga dapat mandiri dan mengembangkannya ke arah yang lebih

baik. efektif dan efisien. Wirausahawan adalah orang yang senantiasa

mengembangkan dan mengembangkan seluruh potensi dan

keterampilan yang dimilikinya.

2. Kewirausahaan kooperatif adalah sikap mental positif terhadap usaha

koperasi. Artinya pengusaha koperasi (koperasi) harus mempunyai

keinginan untuk memajukan masyarakat koperasi, dan menyimpan

koperasi serta usaha para anggotanya. Hal ini harus dilakukan secara

kolaboratif dalam artian setiap koperasi harus mengutamakan kebutuhan

anggotanya.

3. Tugas utama wirausaha kolaboratif adalah membuat inisiatif inovatif,

artinya mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada

untuk kebaikan bersama. Kegiatan inovasi tidak hanya terjadi pada saat

berdirinya perusahaan, tetapi juga pada saat perusahaan beroperasi,

bahkan pada saat kegiatan koperasi mengalami penurunan. Memulai

usaha agar koperasi dapat berkembang dan berproduksi dengan cepat.

Lalu pada saat koperasi tersebut beroperasi, agar koperasi tersebut


setidaknya dapat mempertahankan eksistensi toko koperasi yang sudah

lancar beroperasi. Tujuan utama setiap pengusaha koperasi adalah

menjawab kebutuhan nyata anggota koperasi dan meningkatkan

kesejahteraan bersama. Tugas seorang pengusaha koperasi sebenarnya

cukup sulit, karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan

koperasi, seperti anggota, perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di

sekitarnya, dan lain-lain.

3.2. Saran

Dengan membaca makalah ini, diharapkan kita mampu memahami lebih

jauh tentang Kewirausahaan Koperasi lebih dalam lagi walaupun penulis

menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari referensi-referensi

bacaan lebih banyak lagi selain dari makalah ini.


SOAL DAN JAWABAN TENTANG KONSEP KOPERASI

1. Apa yang dimaksud dengan konsep koperasi?


Jawaban: Konsep koperasi adalah sebuah bentuk organisasi ekonomi di
mana anggotanya bekerja sama secara kolektif untuk mencapai tujuan
bersama, termasuk kepemilikan bersama, kendali bersama, dan berbagi
manfaat bersama.
2. Sebutkan tiga prinsip dasar koperasi.
Jawaban: Prinsip-prinsip dasar koperasi adalah:
- Keanggotaan terbuka dan sukarela.
- Kendali demokratis oleh anggota.
- Manfaat ekonomi yang adil dan berkelanjutan bagi anggota.
3. Apa perbedaan antara koperasi konsumen dan koperasi produsen?
Jawaban: Koperasi konsumen dimiliki dan dioperasikan oleh konsumen
yang membeli produk atau jasa dari koperasi tersebut, sedangkan koperasi
produsen dimiliki oleh produsen atau pekerja yang menghasilkan produk
atau jasa.
4. Apa peran koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Jawaban: Koperasi memiliki peran penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara menciptakan lapangan kerja,
memberikan akses terhadap sumber daya ekonomi, mengurangi
ketidaksetaraan ekonomi, dan memberikan manfaat ekonomi yang adil
kepada anggotanya.
5. Apa yang dimaksud dengan "dividen" dalam konteks koperasi?
Jawaban: Dividen dalam konteks koperasi adalah pembagian keuntungan atau
surplus usaha yang diperoleh oleh koperasi kepada anggotanya berdasarkan
kontribusi mereka dalam usaha koperasi. Dividen ini biasanya didistribusikan
secara proporsional terhadap jumlah transaksi atau aktivitas yang dilakukan oleh
anggota.
DAFTAR PUSTAKA

Arnawa, G. (2014). Manajemen Koperasi Menuju Kewirausahaan Koperasi.


Jurnal Manajemen, 1(1), 1-12.

Gemina, D., Samsuri, & Kusuma, I. C. (2013). Keunggulan Bersaing Koperasi


Berkaitan Dengan Penerapan Intelectual Capital, Manajemen
Keanggotan Dan Partisipasi Anggota. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 15(2), 191-204.

Nurbudiyani, I. (2013). Model Pembelajaran Kewirausahaan Dengan Media


Koperasi Sekolah Di Smk Kelompok Bisnis Dan Manajemen. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 3(1), 53-67.

Sasongko, A. T., Purnamadewi, Y. L., & Mulatsih, S. (2017). Analisis


Keunggulan Komparatif Dan Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Koperasi Di Pulau Jawa. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 6(2), 90-
106.

Anda mungkin juga menyukai