Anda di halaman 1dari 21

KEWIRAUSAHAAN KOPERASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Koperasi Syariah dan UMKM
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.

FAHIRA ALIMIN
90500120125
fahiraalimin@gmail.com

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya

kita dapat menyelesaian Makalah KEWIRAUSAHAAN KOPERASI. Makalah ini disusun

untuk memenuhi tugas mata kuliah Koperasi Syariah dan UMKM dengan dosen pengampu

Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.

Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Semoga Makalah

ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai bank syariah. Saya menyadari

bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saya

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini

menjadi

lebih baik lagi.

Makassar, 20 Juni 2022

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Kewirausahaan ................................................................................................................................ 3
B. Kewirausahaan Koperasi................................................................................................................. 6
C. Teori Keunggulan Komparatif dan Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................. 9
D. Keunggulan Kompetitif/Bersaing dalam Koperasi ....................................................................... 12
E. Kinerja Usaha Koperasi ................................................................................................................ 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 16
B. Saran.............................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam usaha pemulihan krisis ekonomi Indonesia dewasa ini, sesungguhnya
koperasi mendapatkan peluang (opportunity) untuk tampil lebih eksis. Krisis ekonomi
yang diawali dengan krisis nilai tukar dan kemudian membawa krisis hutang luar
negeri, telah membuka mata semua pemerhati ekonomi bahwa "fundamental
ekonomi" yang semula diyakini kesahihannya, ternyata hancur lebur. Para pengusaha
besar konglomerat dan industri manufaktur yang selama ini diagungagungkan
membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat pada rata-rata 7% pertahun, ternyata
hanya merupakan wacana. Sebab, ternyata kebesaran mereka hanya ditopang oleh
hutang luar negeri sebagai hasil perkoncoan dan praktik mark-up ekuitas, dan tidak
karena variabel endogenous ( yang tumbuh dari dalam).

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang pantas untuk ditumbuhkembangkan sebagai badan
usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir. Membentuk jiwa kewirausahaan
koperasi di dalam diri para pengurus dan anggotanya adalah upaya awal untuk menuju
keberhasilan gerakan koperasi di tanah air.

Pencapaian misi mulia koperasi pada umumnya masih jauh dari idealisme
semula. Koperasi yang seharusnya mempunyai amanah luhur, yaitu membantu
pemerintah untuk mewujudkan keadilan ekonomi dan sosial, belum dapat menjalani
peranannya secara maksimal. Membangun koperasi menuju kepada peranan dan
kedudukannya yang diharapkan merupakan hal yang sangat sulit, walau bukan
merupakan hal yang tidak mungkin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan?
2. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan koperasi?
3. Bagaimana teori keunggulan komparatif dan pembangunan ekonomi daerah?
4. Bagaimana keunggulan kompetitif/bersaing dalam koperasi?
5. Bagaimana kinerja usaha koperasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kewirausahaan.

1
2. Mengetahui pengertian kewirausahaan koperasi.
3. Mengetahui teori keunggulan komparatif dan pembangunan ekonomi daerah.
4. Mengetahui keunggulan kompetitif/bersaing dalam koperasi.
5. Mengetahui kinerja usaha koperasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewirausahaan
1. Pengertian Kewirausahaan
Istilah wirausaha merupakan terjemahan dari kata entrepreneur. Dalam
bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal dengan istilah wiraswasta yang berarti
berdiri di atas kekuatan sendiri. Suharsono Sagir dalam Buchari Alma, menuliskan
bahwa wiraswasta adalah seorang yang modal utamanya adalah ketekunan yang
dilandasi sikap optimis, kreatif dan melakukan usaha sebagai pendiri pertama
disertai dengan keberanian menanggung resiko berdasarkan suatu perhitungan dan
perencanaan yang tepat. Sedangkan Fadel Muhammad dalam Buchari Alma, lebih
menekankan bahwa wiraswasta adalah orang yang memfokuskan diri pada
peluang, bukan pada resiko. Dengan demikian, wiraswasta bukanlah pengambilan
resiko, melainkan penentu resiko.

Kemampuan mengembangkan kewirausahaan sangat ditentukan oleh


kecakapan dari si pengelola usaha tersebut. Artinya tingkat pendidikan dan
pengalaman berpengaruh terhadap pengembangan sebuah usaha disamping modal
dan motivasi kerja. Hal ini diperkuat pendapat dari Surya Dharma, bahwa
pengembangan kewirausahaan sekolah merupakan trend baru yang mendukung
pengembangan suatu pendidikan di berbagai tingkatan pendidikan. Menurut
Timmons (Lambing dan Kuehl, 2000: 14), menyatakan pengertian kewirausahaan
sebagai berikut:

Entrepreneurship is a human, creative act that builds something of value from


practically nothing. It is the pursuit of opportunity regardless of the resources, or
lack of resources, at hand. It requires a vision and the passion and commitment to
lead others in the pursuit of that vision. It also requires a willingness to take
calculated risks.

Artinya, kewirausahaan merupakan sifat manusiawi untuk bertindak kreatif


meningkatkan nilai sesuatu dengan memanfaatkan kesempatan dan sumber daya
yang dilandasi visi, semangat dan komitmen dalam memimpin serta
memperhitungkan resiko. Karena kewirausahaan merupakan sifat manusiawi,

3
maka kewirausahaan berhubungan erat dengan perilaku. Pendapat yang sama dari
Hisrich dan Peters (1989: 9), mengenai pengertian entrepreneurship sebagai
berikut:

Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting


the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and
social risks, and receiving the resulting rewards of monetary and personal
satisfaction and independence.

Pendapat tersebut mempunyai makna bahwa kewirausahaan adalah


merupakan suatu proses mengkreasi sesuatu yang baru yang mempunyai nilai,
dengan mencurahkan waktu dan upaya, serta berani menanggung resiko untuk
mencapai keberhasilan. Jadi pendapat Hisrich dan Peter sejalan dengan pendapat
Lambing dan Kuehl, yaitu samasama berpendapat bahwa kewirausahaan adalah
proses suatu kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah sumber-sumber daya yang
ada.

Menurut Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin serta


proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan
dan peluang di pasar. Pendapat yang senada dari Suryana (2003: 2), bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah merupakan suatu kemampuan kreatif
dan inovasi dalam menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai tambah untuk di
pasarkan melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda, seperti: (1) pengembangan teknologi; (2) penemuan pengetahuan ilmiah;
(3) perbaikan produk barang dan jasa yang ada; (4) menemukan cara-cara baru
untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih
efisien. Dari kedua pendapat di atas diketahui bahwa titik kesamaan persepsi
kewirausahaan adalah kreativitas dan inovasi.

Sedangkan Kuratko and Hoodgets (2004: 30),


mendefinisikan entrepreneurship secara rinci sebagai:

Entrepreneurship is a dynamic process of vision, change, and creation. It requires


an application of energy and passion towards the creation and implementation of
new ideas and creative solutions. Essential ingredients include the willingness to
take calculated risks-in terms of time, equity, or career; the ability to formulate an

4
effective venture team; the creative skill to marshall needed resources; the
fundamental skill of building a solid business plan; and, finally, the vision to
recognize opportunity where others see chaos, contradiction and confusion.

Pendapat tersebut mempunyai makna bahwa, seorang wirausahawan dalam


melakukan aktivitas manajemen strategik dimana dalam keputusan
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan wirausaha (internal) dan juga
peluang dan hambatan yang ada dalam lingkungan usaha (eksternal), bermanfaat
untuk individu dan masyarakat. Depdiknas, mengartikan bahwa entrepreneurship
(kewirausahaan) adalah sikap dan perilaku dalam memimpin dan mengelola suatu
organisasi (termasuk sekolah) dengan selalu mencari dan menerapkan cara kerja
dan teknologi baru sehingga dicapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

Dari beberapa definisi dan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, sikap
dan perilaku seseorang dalam memenuhi tantangan dalam kehidupannya
(individu/organisasi) secara efektif dan efisien sehingga ia mampu mandiri dan
dapat mengembangkannya ke arah yang lebih baik, sehingga efektif dan efisien.
Seorang wirausahawan adalah seseorang yang selalu berkembang dan
mengembangkan setiap potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

2. Proses Kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan
diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar.
Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu,
seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan
faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran,
aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi
kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan
keluarga.

5
3. Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang
memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri
seorang wirausahawan adalah:

- Percaya diri

- Berorientasikan tugas dan hasil

- Berani mengambil risiko

- Kepemimpinan

- Keorisinilan

- Berorientasi ke masa depan

- ujur dan tekun

Sifat-sifat seorang wirausahawan adalah:

- Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.

- Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan


dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan
memiliki inisiatif.

- Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.

- Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang laindan suka
terhadap saran dan kritik yang membangun.

- Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa danmemiliki


jaringan bisnis yang luas.

- Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masadepan.

- Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

B. Kewirausahaan Koperasi
Secara definitif seorang wirausaha termasuk wirausaha koperasi adalah orang
yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,

6
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan
darinya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Para wirausaha koperasi adalah orang yang mempunyai sikap mental positif
yang berorientasi pada tindakan dan mempunyai motivasi tinggi dalam mengambil
risiko pada saat mengejar tujuannya. Tetapi mereka juga orang-orang yang cermat dan
penuh perhitungan dalam mengambil keputusan tentang sesuatu yang hendak
dikerjakan, Setiap mengambil keputusan tidak didasarkan pada metode coba-coba,
melainkan dipelajari setiap peluang bisnis dengan mengumpulkan informasiinformasi
yang berharga bagi keputusan yang hendak dibuat.

Selanjutnya menurut Meredith (1984) para wirausaha (termasuk wirausaha


koperasi) mempunyai ciri dan watak yang berlainan dengan individu kebanyakan.

Ciri-ciri dan watak tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.

b. Berorientasi pada tugas dan basil yang didorong oleh kehutuhan untuk
herprestasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan
ketabahan, mempunyai tekad kerja keras, dan mempunyai energi inisiatif.

c. Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko dan mengambil keputusan


keputusan secara cepat dan cermat.

d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi


saransaran dan kritik.

e. Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun.

f. Berorientasi ke masa depan.

Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha


secara koperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil
risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan nyata serta peningkatan kesejahteraan bersama. Dan definisi
tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan seperti penjelasan di
bawah ini.

7
Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha
secara koperatif. Ini berarti wirausaha koperasi (orang yang melaksanakan
kewirausahaan koperasi) harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi
koperasi, baik itu usaha koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus
dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus
mementingkan kebutuhan anggotanya.

Tugas utama wirausaha koperasi adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya


berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi
kepentingan bersama. Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi berada
dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat tumbuh dengan
cepat dan menghasilkan. Kemudian pada saat usaha koperasi berjalan, agar koperasi
paling tidak dapat mempertahankan eksistensi usaha koperasi yang sudah berjalan
dengan lancar. Perihal yang lebih penting adalah tindakan inovatif pada saat usaha
koperasi berada dalam kemunduran (stagnasi). Pada saat itu wirausaha koperasi
diperlukan agar koperasi berada pada siklus hidup yang baru. Wirausaha koperasi
harus mempunyai keberanian mengambil risiko. Karena dunia penuh dengan
ketidakpastian, sehingga hal-hal yang diharapkan kadang-kadang tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu dalam menghadapi situasi
semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil
risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini dilakukan dengan perhitungan-perhitungan
yang cermat.

Pada koperasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian sedikit


terkurangi oleh orientasi usahanya yang lebih banyak di pasar internal. Pasar internal
memungkinkan setiap usaha menjadi beban koperasi dan anggotanya karena koperasi
adalah milik anggota. Oleh karena itu secara nalar tidak mungkin anggota merugikan
koperasinya. Kalaupun terjadi kerugian dalam kegiatan operasional, maka risiko
tersebut akan ditanggung bersama-sama, sehingga risiko per anggota menjadi relative
kecil.

Tetapi bila orientasi usaha koperasi lebih banyak ke pasar eksternal seperti
KUD, maka risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian akan mempunyai bobot yang
sama dengan risiko yang dihadapi oleh pesaingnya. Dalam kondisi ini tugas wirausaha

8
koperasi lebih berat dibanding dengan wirausaha koperasi yang lehih banyak
orientasinya di pasar internal.

Kegiatan wirausaha koperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas


koperasi, yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
Kepentingan anggota harus diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap
koperasi. Karena itu wirausaha koperasi bertugas meningkatkan pelayanan dengan
jalan menyediakan berbagai kebutuhan anggotanya.

Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata


anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas seorang wirausaha
koperasi sebenamya cukup berat karena banyak pihak yang berkepentingan di
lingkungan koperasi, seperti anggota, perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di
sekitarnya, dan lain-lain. Seorang wirausaha koperasi terkadang dihadapkan pada
masalah konflik kepentingan di antara masing-masing pihak. Bila ia lebih
mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus berorientasi di pasar eksternal dan
hal ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggota. Sebaliknya bila
orientasinya di pasar internal dengan mengutamakan kepentingan anggota, maka yang
menjadi korban adalah pertumbuhan koperasi.

Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer,


birokrat yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang
peduli terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirausaha koperasi ini
tentunya mempunyai kebebasan bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang
selanjutnya menentukan tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.

C. Teori Keunggulan Komparatif dan Pembangunan Ekonomi Daerah


Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya
alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana
pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi
ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan
pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas.

Pembangunan ekonomi di suatu daerah berkaitan erat dengan potensi dan


karakteristik yang dimilikinya yang biasanya berbeda dengan daerah lain. Adanya

9
perbedaan potensi dan karakteristik yang dimiliki masingmasing daerah disebabkan
oleh karena adanya perbedaan pada faktor geografis dan sumberdaya yang tersedia.
Perbedaan tersebut menyebabkan produk-produk tertentu yang dihasilkan oleh suatu
daerah mempunyai keunggulan dan kemampuan bersaing (comparative and
competitive advantage) bila dibandingkan dengan produk yang sama yang dihasilkan
oleh daerah lain.

Oleh karena adanya berbagai perbedaan antar daerah, maka keberhasilan


pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah itu sendiri
dalam mengidentifikasi dan mengelola potensi dan sumberdaya ekonomi, seperti
sumberdaya alam, sumberdaya manusia atau sektor ekonomi yang mempunyai
keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif bila dibandingkan dengan daerah
lain.

Menurut Arsyad (1999) permasalahan pokok dalam pembangunan daerah


adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
pada kekhasan daerah yang bersangkutan(endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada
pengambilan inisiatifinisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses
pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan
ekonomi.

Sebelum berlakunya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di


Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir
sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara,
termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan atau kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang
kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak. Menurut
pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber
daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah
yang miskin sumber daya alam.

Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian
sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang
selanjutnya harus dikembangkan terus. Untuk itu diperlukan faktor-faktor lain,
diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia.

10
Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah,
berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar
peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan
atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan
PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negaranegara maju, pertumbuhan yang cepat dalam


sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa
sektor primer.

Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju terhadap sektor-sektor


lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada
sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan
berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor
unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu
perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup
internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing
dengan sektor yang sama dengan negara lain.

Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai


sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor
yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun
domestik. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah
memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan
potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan
kemakmuran masyarakat.

Ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, antara lain:

1 Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang


cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek
permintaan tersebut;

2 Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi
produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas;

11
3 Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasilhasil produksi sektor
yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah;

4 Sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh


terhadap sektor-sektor lainnya.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui


output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu
(provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya
sektor unggulan di suatu daerah atau wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup
sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan
kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan
lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama
dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di
daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi


perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki
potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam
suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan
teknologi. Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan
potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

D. Keunggulan Kompetitif/Bersaing dalam Koperasi


Untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain:

1) Jumlah perusahaan dalam industri, bila hanya ada satu perusahaan dalam
industri, maka secara teoris perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan
harganya seberapa pun. Akan tetapi, sebaliknya bila industri terdiri dari
banyak perusahaan, maka persaingan harga terjadi bila produk yang dihasilkan
tidak terdiferensiasi. Hanya pemimpin industri yang leluasa menentukan
perubahan harga;

2) Ukuran relatif setiap anggota dalam industri, bila perusahaan mempunyai


pangsa pasar yang besar, maka perusahaan yang bersangkutan dapat

12
memegang inisiatif perubahaan harga. Bila pangsa pasarnya kecil, maka harga
menjadi pengikut;

3) Diferensiasi produk, bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam


industrinya, maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan penetapan
harganya bahkan sekali pun perusahaan-perusahaan kecil dan banyak pesaing
dalam industri;

4) Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan, bila suatu industri


mudah untuk memasuki, maka perusahaan yang ada sulit mempengaruhi atau
mengendalikan harga. Bila ada hambatan masuk pasar (barier to market
entry), maka perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat
mengendalikan harga.

Untuk mencapai keunggulan bersaing terutama di pasar bebas, maka berbagai


macam usaha ditempuh oleh perusahaan-perusahaan. Salah satu strategi yang terkenal
digunakan dewasa ini strategi kompetitif (competitive strategy). Strategi kompetitif
dapat dibedakan dalam banyak cara termasuk tingkat yang mana perusahaan mesti
menekankan pada tiga hal utama yaitu: „innovation‟, „quality improvement‟, dan
„cost reduction‟.

Hubungan kompetensi dan komitmen yang dikenal dengan intellectual capital


dan fungsi manajemen keanggotaan serta partisipasi anggota terhadap keunggulan
bersaing pada koperasi, yaitu:

a) Penerapan intellectual capital mempunyai pengaruh terhadap keunggulan


bersaing;

b) Fungsifungsi manajemen keanggotaan pengadaan, pengembangan, manfaat,


pemeliharaan, pemutusan hubungan kerja mempunyai pengaruh terhadap keunggulan
bersaing;

c) Aktif partisipasi anggota mempunyai pengaruh terhadap keunggulan bersaing;

d) Semakin tepat penerapan intellectual capital dan pelaksanaan manajemen


keanggotaan serta semakin aktif partisipasi anggota terhadap keunggulan bersaing.

13
E. Kinerja Usaha Koperasi
Pengertian kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) sesuatu,
Sedangkan Siegel dan Shim (1994) memberikan batasan yang lebih rinci tentang
kinerja yaitu pernyataan yang menyajikan ukuran hasil yang sebenarnya dari beberapa
kegiatan pribadi atau kesatuan pada periode waktu yang sama. Oleh karena itu dapat
ditarik suatu pengertian dari kinerja yaitu gambaran prestasi yang yang telah dicapai,
selalu dibandingkan dengan ukuran standar dan sifatnya relative tergantung pada
tinggi rendahnya standar yang digunakan.

Di dalam lingkungan dunia usaha, secara umum masih beranggapan bahwa


laba merupakan salah satu tolak ukur dalam mengukur kinerja perusahaan. Sehingga
perusahan yang labanya kecil dianggap berkinerja rendah, padahal ada aspek lain
yang harus dinilai. Dengan demikian laba bukanlah satu-satunya tolak ukur dalam
menilai kinerja. Perlu dipahami bahwa suatu perusahaan mempunyai tujuan utama
dalam berusaha, oleh karena itu untuk menilai keberhasilan usaha perlu mengukur
mengetahui apa yang diinginkan oleh perusahaan.

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha di Indonesia yang


memiliki perbedaan dibandingkan degan badan usaha lain yang berorientasi ada
keuntungan (profit oriented), dimana tujuan koperasi adalah memajukan kesejahteraan
anggota melalui upaya-upaya kelompok secara mandiri dengan menerapkan sejumlah
nilai, norma dan prinsipprinsip koperasi. Pengukuran kinerja koperasi mengacu harus
pada tujuan pokoknya sekaligus juga harus mencerminkan berlakunya nilai, norma
dan prinsip-prinsip yang mengikatnya.

Secara universal tujuan koperasi yaitu meningkatkan dan mengembangkan


kondisi perekonomian rumah tangga anggota atau memajukan kesejahteraan anggota.
Artinya tujuan operasional organisasi koperasi merupakan akumulasi dari tujuan
ekonomi seluruh anggotanya. Semakin heterogen kepentingan dan aktivitas ekonomi
anggotanya akan menjadi semakin kompleks tugas-tugas yang harus dijalankan oleh
koperasi. Dengan demikian tujuan ekonomi koperasi dapat dioperasionalisasikan
sebagai meningkatkan pendapatan anggota. Bila koperasi berhasil meningkatkan
pendapatan anggota maka kesejahteraan ekonomi anggota akan meningkat.

Menurut Alwi (2001) secara teoritis tujuan pengukuran kinerja suatu usaha
dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang harus

14
menyelesaikan: (1) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi
(2) Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision (3) Hasil penilaian digunakan
sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi.

Koperasi memiliki jatidiri yang berbeda dengan pelaku ekonomi lainnya (PT,
CV dan sebagainya) dimana tujuan utama koperasi yaitu memajukan kesejahteraan
anggota melalui upayaupaya kelompok secara mandiri dengan menerapkan nilai,
norma dan prinsip koperasi. Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam melihat
kinerja koperasi yaitu sisa hasil usaha (SHU), dimana SHU dapat mengukur tujuan
utama keperasi yaitu kesejahteraan anggota koperasi.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan,
sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi tantangan dalam kehidupannya
(individu/organisasi) secara efektif dan efisien sehingga ia mampu mandiri dan dapat
mengembangkannya ke arah yang lebih baik, sehingga efektif dan efisien. Seorang
wirausahawan adalah seseorang yang selalu berkembang dan mengembangkan setiap
potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha


secara koperatif. Ini berarti wirausaha koperasi (orang yang melaksanakan
kewirausahaan koperasi) harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi
koperasi, baik itu usaha koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus
dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus
mementingkan kebutuhan anggotanya.

Tugas utama wirausaha koperasi adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya


berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi
kepentingan bersama. Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi berada
dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat tumbuh dengan
cepat dan menghasilkan. Kemudian pada saat usaha koperasi berjalan, agar koperasi
paling tidak dapat mempertahankan eksistensi usaha koperasi yang sudah berjalan
dengan lancar. Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah memenuhi kebutuhan
nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas seorang
wirausaha koperasi sebenamya cukup berat karena banyak pihak yang berkepentingan
di lingkungan koperasi, seperti anggota, perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat
di sekitarnya, dan lain-lain.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, diharapkan kita mampu memahami lebih jauh
tentang Kewirausahaan Koperasi lebih dalam lagi walaupun penulis menyadari bahwa

16
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
menyarankan agar mencari referensi-referensi bacaan lebih banyak lagi selain dari
makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arnawa, G. (2014). MANAJEMEN KOPERASI MENUJU KEWIRAUSAHAAN KOPERASI. Jurnal


Manajemen, 1(1), 1-12.
Gemina, D., Samsuri, & Kusuma, I. C. (2013). KEUNGGULAN BERSAING KOPERASI BERKAITAN
DENGAN PENERAPAN INTELECTUAL CAPITAL, MANAJEMEN KEANGGOTAN DAN
PARTISIPASI ANGGOTA. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 15(2), 191-204.
Nurbudiyani, I. (2013). MODEL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MEDIA
KOPERASI SEKOLAH DI SMK KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 3(1), 53-67.
Sasongko, A. T., Purnamadewi, Y. L., & Mulatsih, S. (2017). ANALISIS KEUNGGULAN
KOMPARATIF DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KOPERASI DI PULAU
JAWA. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 6(2), 90-106.

18

Anda mungkin juga menyukai