Anda di halaman 1dari 8

1

TUBEKTOMI

A. Definisi
Tubektomi (Kontrasepsi mantap) merupakan terjemahan dari bahasa inggris, secure
contraception. Nama lain adalah sterilisasi (sterilization), atau kontrasepsi operatif
(surgical contraception). Dari sini dikenal istilah medis operatif wanita (MOW) untuk
sterilisasi wanita dan medis operatif pria (MOP) untuk sterilisasi laki-laki. Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan seorang
perempuan). Sangat efektif dan permanen.
Pada wanita sterilisasi lazimnya dilakukan dengan memotong dan mengambil
sebagian saluran telur (tuba) sehingga dikenal istilah tubektomi. Kadang-kadang
prosedur sterilisasi tidak dilakukan dengan memotong tuba tetapi cukup dengan
mengikatnya (membuatnya buntu), dan dari sini lahir istilah tubal ligation atau tubal
occlusion. Pendekatannya dapat dilakukan dengan pembedahan kecil yang dikenal
dengan nama minilaparotomi atau disingkat minilap dan dengan melakukan
laparoskopi disebut sterilisasi laparoskopi (laparascopic sterilization).

B. Cara Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

C. Indikasi
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
4. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

D. Keuntungan
1. Sangat efektif (terjadi 0,2-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
2

3. Tidak bergantung pada faktor sanggama.


4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

E. Kekurangan
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini kecuali dengan
operasi rekanalisasi.
2. Klein dapat menyesal di kemudian hari.
3. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
4. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).

Ada dua pendekatan operasi yang lazim ditempuh untuk melakukan sterilisasi wanita
yakni minilaparotomi dan laparoskopi.
A. Mini laparotomi
adalah operasi membuka rongga perut melalui irisan kecil yang tidak lebih dari 5
cm, tetapi secara teknis, istilah ini dipakai untuk operasi strerilisasi wanita dengan
membuat irisan kecil melalui dinding perut. Minilaparotomi juga dapat dilakukan
dalam masa interval dengan irisan suprapubik, baik vertikal maupun horizontal.
B. Laparoskopi
adalah melihat isi rongga perut dengan menggunakan lensa dan penutupan tuba
dengan bantuan laparoskop. Keuntungan cara ini adalah, lebih mudah, lebih cepat,
dan lebih aman. Kerugiannya adalah bila terjadi trauma pada usus, atau terjadi
perdarahan, kadang-kadang memerlukan laparotomy. Pada dasarnya ada dua cara
untuk menutup tuba secara laparoskopi, yakni secara elektris dan mekanis. Pada
yang pertama pada satu segmen tuba sepanjang 3-4 cm di daerah isthmus, dijepit
dengan penjepit yang beraliran listrik. Dengan cara ini segmen tuba yang terjepit
akan mengalami koagulasi. Pada cara ini, ujung penjepit (forceps) dibuat panas
dengan aliran listrik lemah yang berasal dari lilitan kawat halus yg berada di dalam
lengan penjepit sehingga tidak ada arus yang menyentuh tubuh, tetapi tuba dibakar
dengan panas yang dihasilkan oleh aliran listrik tersebut.
3

I. JENIS- JENIS TUBEKTOMI


A. Metode Irving
A: Fenestrasi dilakukan di bawah tuba sekitar 4 cm dari uterotubal junction
menggunakan gunting atau hemostat.
B: Tuba kemudian diligasi dua kali dan dipotong. Rongga yang dalam dibuat di
miometrium uterus bagian posterior. Garis putus-putus menunjukkan garis insisi
jika mobilisasi tambahan tuba proksimal dibutuhkan untuk mengubur ujung tuba
dalam miometrium.
C: Ujung-ujung tuba proksimal dijahit ke dalam rongga miometrium dan jarum
dikeluarkan melalui lapisan serosa uterus.
D: Pengikatan jahitan mengamankan ujung-ujung tuba proksimal di dalam rongga
miometrium.

Gambar 2. Metode Irving

B. Pomeroy Modifikasi
Cara pomeroy adalah cara yang paling sederhana, mudah, paling banyak dipakai
dan merupakan cara baku. Tuba diangkat pada bagian tengah sehingga terbentuk
sebuah jerat (loop) pangkal jerat diikat dan sebagian jerat dipotong. Pengikatan
menggunakan benang yang mudah diserap dengan maksud mengurangi
4

pembentukan reaksi radang. Setelah benang diserap kedua ujung tuba akan
terpisah satu sama lain sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya
rekanalisasi. Angka kegagalan pada teknik Pomeroy kira-kira adalah 0,2 per 100
wanita.
Salah satu kelebihan cara ini dibanding cara lain adalah bila diperlukan
penyambungan kembali angka keberhasilannya lebih tinggi, yang dapat mencapai
55% dengan menggunakan teknik bedah mikro. Dalam metode ini, tuba dipegang
pada bagian tengahnya, dapat dengan klem atraumatik kecil seperti Babcock, dan
lengkung tuba diangkat, ligasi dilakukan dengan jahitan ganda dengan benang
chromic catgut absorbable untuk memungkinkan ujung-ujung tuba yang dipotong
untuk terpisah secara cepat setelah pembedahan. Mereka percaya bahwa tindakan
ini akan memungkinkan ujung-ujung tuba mengalami fibrosis secara alami dan
bersatu dengan peritoneal tanpa pembentukan fistula ataupun hubungan
(communication). Hal ini juga menjadi alasan bagi modifikasi yang umum
dilakukan untuk tekhnik Pomeroy, di mana benang chromic asli digantikan
dengan plain catgut karena degradasi plain catgut terjadi secara lebih cepat.

Gambar 3. Pomeroy Modifikasi

Metode Pomeroy. A: Lengkung tuba bagian isthmus diangkat dan dilitasi pada
pangkalnya dengan satu atau dua ikatan benang plain catgut no 1. Jika dilakukan
melalui insisi minilaparotomi, ikatan ini harus dipegang untuk menghindari
retraksi prematur potongan pangkal tuba ke dalam abdomen ketika lengkung tuba
5

dipotong. B: Fenestrasi dibuat secara tumpul melalui mesenterium dalam


lengkung tuba, dan tiap bagian tuba di kedua sisi fenestrasi ini dipotong secara
individual. Ujung potongan tuba diinspeksi untuk hemostasis dan dibiarkan
beretraksi ke dalam abdomen.

C. Metode Uchida
A: Injeksi larutan vasokonstriktif diberikan di bawah lapisan serosa tuba sekitar 6
cm dari uterotubal junction. Lapisan serosa kemudian diinsisi (garis putus-putus).
B: Ujung antimesenterika dari mesosalfing ditarik ke arah uterus, membuka
sekitar 5 cm tuba.
C: Tuba diligasi pada proksimal dan dipotong, kemudian potongan yang terikat
dibiarkan beretraksi ke dalam mesosalfing. Hemostat pada potongan distal tetap
dipertahankan untuk memudahkan eksteriorisasi bagian tuba ini.
D: Mesosalfing ditutup. Jahitan pursestring pada mesosalfing di sekitar potongan
tuba yang dieksteriorisasi mengamankan posisinya sehingga terbuka ke abdomen,
sedangkan tuba proksimal yang diligasi dikubur dalam mesosalfing. Ketika
jahitan pursestring diselesaikan, hemostat dapat disingkirkan.

Gambar 4. Metode Uchida


6

D. Metode Parkland
A: Fenestrasi 2 hingga 3 cm dibuat di bawah bagian isthmus tuba baik dengan
gunting atau secara tumpul dengan hemostat.
B: Ligasi tuba. Penarikan benang selama ligasi atau selama pemotongan tuba
dapat merobek tuba dari mesenterium, menyebabkan perdarahan.
C: Bagian dari tuba disingkirkan.

Gambar 5. Metode Parkland

E. Koagulasi unipolar
Dalam koagulasi unipolar, suatu grasping forceps terinsulasi khusus dimasukkan
melalui operating channel laparoskop atau secara independen melalui puncture
port 5 mm sekunder.
Dengan koagulasi unipolar, 3 hingga 5 cm tuba dapat dirusak dengan satu
pembakaran, dengan kerusakan samar terjadi di luar zona visual pembakaran.
Karena inilah, bagian ampula tuba harus diidentifikasi secara cermat dan
dipegang sekitar 5 cm dari uterus untuk mengamankan sebagian panjang tuba
proksimal. Rahang-rahang grasping forceps harus sepenuhnya memegang tuba
7

fallopii dan juga sebagian mesosalfing. Tuba harus diangkat dari struktur-struktur
yang berdekatan, seperti usus dan kandung kemih, sebelum arus dialirkan selama
sekitar 5 detik. Jika pembakaran kedua diperlukan, pembakaran ini harus
dilakukan pada bagian proksimal dan bukan distal dari tuba. Arus harus dimatikan
sebelum tuba dilepaskan dan grasping forceps diretraksi ke dalam laparoskop.
Kedua rahanggrasping forceps berfungsi sebagai elektroda aktif dan akan
membakar struktur apapun yang mereka sentuh ketika arus mengalir.

F. Koagulasi bipolar
Ketika tuba fallopii telah diidentifikasi, tuba dipegang di bagian isthmus distal
dengan forceps bipolar sehingga tuba sepenuhnya terpegang, termasuk bagian
mesosalfing. Tuba kemudian diangkat sehingga terpisah dari struktur sekitar, dan
arus diberikan. Dua area yang bersambungan juga dikoagulasi untuk memastikan
area pembakaran sekurang-kurangnya 3 cm (Isthmus tuba dengan panjang
minimal 3 cm dibakar dengan forceps bipolar. Rahang forceps memegang tuba
hingga mesosalfing).

Gambar 6. Metode Bipolar.

G. Gelang karet silikon (Silicone Band Method)


Gelang ini dimasukkan dengan aplikator endoskopik khusus yang dapat
diinsersikan melalui operating channel atau puncture port sekunder yang terpisah.
Gelang ini pada mulanya diregangkan pada ujung distal pipa aplikator (segera
sebelum digunakan untuk menghindari deformasi gelang yang terlalu lama).
8

Setelah alat dimasukkan ke dalam rongga abdomen, grasper tong digunakan


untuk menarik dan mengangkat bagian isthmus tuba sekitar 3 cm dari uterus.
Grasper tong kemudian diretraksi ke dalam aplikator, yang menutup kedua
lengan tong di sekitar tuba yang dipegang sementara menarik lengkung tuba ke
dalam selongsong. Ahli bedah harus berhati-hati dalam memastikan bahwa tuba
sepenuhnya terambil oleh tong ketika ditarik ke dalam aplikator. Kegagalan untuk
pengambilan lengkap dapat menyebabkan gelang hanya ditempatkan pada bagian
luar tuba (gagal mengoklusi lumen) atau hanya ditempatkan pada mesosalfing.

Gambar 7. Gelang Karet Silikon

Anda mungkin juga menyukai