Anda di halaman 1dari 39

JAKARTA, OKTOBER 2014

METODE
OPERASI WANITA
(MOW)
dr. R. Pandji Setiawan Sp.OG

Nadia Alwainy / 030.08.171


Pendahluan
 Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita
adalah suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan
dengan cara melakukan tindakan pada kedua
saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel
telur (ovum) dengan sel mani (sperma).
Efektifitas

Angka 1-5 / 99,4-99,8%


kegagalan 1000 per 100
Tujuan
 Tujuan program KB sesungguhnya bukan untuk
mengurangi jumlah penduduk. Tujuan yang benar
dari program KB adalah mengendalikan
pertumbuhan penduduk serta meningkatkan
keluarga kecil berkualitas, dengan cara Pengaturan
kehamilan dan jarak melahirkan.
Angka Kematian Ibu (AKI)
 Indonesia merupakan
2002 = 307/100.000 yang tertinggi di Asia
Tenggara atau keempat
di wilayah Asia Pasifik

2014= 248/100.000

Millenium Development Goal’s


2015 = 102/100.000 (MDGs)
Penyebab Kematian Ibu

komplikasi persalinan

infeksi

preeklamsi

persalinan macet

perdarahan

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%


Kontrasepsi Ideal
 tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
 daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
 tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
 tidak memerlukan motivasi terus menerus
 mudah pelaksanaannya
 murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat
 dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang
bersangkutan
irreversibl
reversible
e
Kontrasepsi
Reversible
 KB alamiah = Fertility Awareness Methode, Pantang
Berkala, Metode Kalender (Ogino-Knaus), Coitus
Interruptus.
 Dengan Alat = Mekanis (Barrier), Kondom pria, Barrier

Intra-Vaginal
 Per-oral = Pil oral kombinasi (POK), Mini-Pil, Morning

– after pill
 Injeksi/suntikan

 Implant / Alat Kontrsepsi Bawah Kulit (AKBK)

 Intra Uterin Devices (IUD, AKDR)


Irreversible / Kontrasepsi Mantap
 Istilah kontrasepsi mantap merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris, secure contraception. Nama
lain adalah sterilisasi (strelization), atau kontrasepsi
operatif (surgical contraception).

 Wanita = tubektomi / MOW


 Pria = vasektomi / MOP
MOW / Tubektomi
 ialah suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah
keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat
atau memotong pada kedua saluran tuba. Dengan
demikian maka ovum yang matang tidak akan
bertemu dengan sperma karena adanya hambatan
pada tuba.
History
Uchida dkk (1961)

• Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh di Jepang untuk akseptor


kontrasepsi mantap (kontap) atau sterilisasi pada wanita pasca
persalinan

Mark dan Webb (1968)

• melakukan sayatan kecil yang tersembunyi di balik lipatan kulit


bawah pusat pada akseptor pasca persalinan

Vitoon Osathanondh (1972)

• minilaparotomi yang sederhana dengan memakai alat-alat yang


sederhana pula, anestesi lokal tanpa tinggal di rumah sakit.
Indikasi (yang boleh melakukan MOW)
 Usia > 26 tahun
 Paritas > 2
 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya
 Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko
kesehatan yang serius.
 Pascapersalinan
 Pasca keguguran
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur
ini
Kontraindikasi (yang tidak boleh melakukan MOW)
 Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
 Perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan
(hingga harus dievaluasi).
 Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga
masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk
fertilitas di masa depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis.
Jenis – jenis MOW
Minilaparotomi
 sterilisasi tuba yang
dilakukan melalui
suatu insisi
suprapubik kecil
dengan panjang
biasanya 3-5 cm.
Laparoskopi
 adalah suatu
pemeriksaan
endoskopik dari
bagian dalam rongga
peritoneum dengan
alat laparoskop yang
dimasukkan melalui
dinding anterior
abdomen
Teknik Ligasi Tuba Falopii
Cara oklusi tuba falopii adalah dengan ligasi
tuba falopii untuk mencegah perjalanan dan
pertemuan spermatozoa dan ovum
Ligasi biasa
 jarang dikerjakan lagi sekarang karena angka
kegagalan tinggi. Pernah dicoba untuk melakukan
ligasi dengan dua ikatan tetapi menyebabkan
terjadinya hydrosalpinx diantara dua ikatan
sehingga cara ini tidak dipakai lagi.
Ligasi & penjepitan tuba falopii
 Teknik Madlener
Bagian tengah tuba
falopii diangkat
sehingga membentuk
suatu loop. Dasar dari
loop dijepit dengan klem
kemudian diikat dengan
benang yang tidak
diserap (silk/silicon).
Ligasi + Pembelahan + Penanaman
1. Teknik irving
 Tuba falopii diikat pada 2

tempat dengan benang


yang dapt diserap
kemudian dibagi diantara
kedua ikatan.
 Ujung proximal

ditanamkan dalam
myometrium uterus
 Ujung distal ditanamkan

kedalam mesosalpinx
2. Teknik wood
 Pars ampularis tuba falopii dibelah /dibagi

 Kedua ujung yang dibelah atau dibagi diikat

dengan benang yang dapat diserap


 Ujung medial ditanamkan kedalam kantong yang

dibuat dalam mesosalpinx.


Ligasi & Reseksi tuba fallopii
1. Salpingektomi
 Sebagai suatu cara

kontap wanita yang


biasa / rutin , jarang
dikerjakan karena
prosedurnya luas,
reversibilitas tidak ada
dan morbiditas lebih
tinggi ( perdarahan )
2. Teknik Pomeroy
 paling sering dikerjakan.

 Bagian tengah tuba

fallopii dijepit dengan


klem lalu diangkat
sehingga membentuk
suatu loop. Dasar dari
loop diikat dengan benang
yang dapat diserap ( plain
catgut ). Bagian loop
diatas ikatan dipotong.
3. Teknik Pritchard’s /
Parkland
 Suatu segmen kecil dari

tuba fallopii dipisahkan dari


mesosalpinx.
 Masing-masing ujung dari

segmen tersebut diikat


dengan benang chromic
kemudian dipotong diantara
kedua ikatan dan segmen
tuba fallopii dibuang.
4. Fimbriektomi
Kroener
 Bagian 1/3 distal tuba

fallopii diikat dengan


dua ikatan benang silk
dan ujung fimbrae
dieksisi.
Ligasi + Reseksi + Penanaman tuba fallopii

1. Reseksi Cornu
 Merupakan prosedur yang ekstensif yang memerlukan

laparotomi. Utero tubal junction diikat dengan benang


yang dapat diserap. Insisi tuba fallopii proximal dari
ikatan, membebaskannya dari mesosalpinx kemudian
membuang 1 cm dari tuba fallopii. Myometrium
uterus disekitarnya dieksisi terbentuk baji( untuk
mencegah endometriosis dan kehamilan ektopik ) dan
bagian proximal dari segmen distal tuba fallopii
ditanam kedalam ligamentum latum.
2. Teknik Uchida
 Larutan garam fisiologis- adrenalin ( 1 : 1000 )

disutikan dibawah serosa pars ampularis,


sehingga terjadi spasme vaskuler local dan
pembengkakan dari mesosalpinx, dan terjadi
pemisahan dari permukaan serosa dengan bagian
muskularis tuba fallopii.
 Serosa diinsisi dan dibebaskan kebelakang.

 Segmen sepanjang 5 cm dari bagian proximal

tuba fallopi diputuskan / dipotong, ujung yang


pendek diikat dengan benang yang tidak diserap
dan segmen tuba fallopii dibuang. Maka ujung
tuba fallopii yang telah diikat secara otomatis
membenamkan dirinya dibawah serosa .
 Pinggir dari insisi serosa dikumpulkan sekitar

ujung distal tubafallopii dan diikat secara ikatan


rangkaian kantong sehingga tuba fallopii
ditinggalkan menonjol ke dalam cavum
abdomen.
Elektro-koagulasi (fulgurasi)
 Dikembangkan pada
tahun 1970an, untuk
mengurangi terjadinya
luka bakar usus.
Arus listrik mengalir di
antara kedua jepitan dari
forsep laparoskop
sehingga hanya
sebagian kecil saja dari
tuba falopi yang terlibat.
Thermo-koagulasi
 Merusak Tuba falopi dengan
panas sehingga shock dan luka
bakar elektrik tidak terjadi
pada jaringan/organ lain.
 belum banyak dipakai dan
efektivitasnya masih belum
diketahui dengan jelas.
 Dengan memakai aliran listrik
voltase rendah (6 volt ) atau
temperature rendah(umumnya
<1400C), resiko terjadinya luka
pada jaringan/organ sekitarnya
dapat dikurangi
Tubal Clips
1. Tantalum hemo-clips
 Terbuat dari tantalum,

suatu logam yang


tidak bereaksi dengan
jaringan(non tissue
reactive), mempunyai
alur-alur pada bagian
dalamnya agar lebih
kuat menjepit tuba
falopii.
2. Spring - loaded clips
 Ditemukan dan dipakai

awal 1970-an oleh Hulka-


Clemens.
 Terdiri dari 2 rahang

bergigi palstik yang


dipegang oleh suatu pegas
stainless steel yang harus
didorong kedepan agar
cipsnya menutupi dan
menjepit tuba falopii,
3. Filshie / nothingham clips
 Dikembangkan pada tahun

1973 oleh G.M Filshie, terbuat


dari titanium dengan
permukaan dalam clips dilapisi
silicon.
 Setelah dipasang pada tuba

falopii silicon akan ditekan


sehingga terjadi atrofi jaringan
tuba falopii, yang disusul
dengan mengembangnya
silicon sehingga tuba falopii
tetap tersumbat.
4. Bleier Clips
 Dikembangkan awal 1970-an

oleh W.Bleier di jerman


mempunyai panjang 10 mm
dan lebar 4 mm terbuat dari
plastic
 Sekarang bleier clips tidak

dibuat dan tidak dipakai lagi


oleh karena angka
kegagalannya yang tinggi
sekali dan sering timbul
persoalan-persoalan dengan
aplikatornya.
Waktu Pelaksanaan Tubektomi
 Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48
jam pasca persalinan.
 Pasca keguguran, dapat dilakukan pada hari yang
sama dengan evakuasi rahim atau keesokan harinya
 Dalam masa interval (keadaan tidak hamil),
sebaiknya dilakukan dalam 2 minggu pertama dari
siklus haid ataupun setelahnya, seandainya calon
akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi
dalam siklus tersebut.
Keuntungan
 metode cara KB yang paling efektif
 jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan
ulang
 bersifat praktis artinya tidak membutuhkan
kunjungan ulang yang terjadwal
 tidak mengganggu hubungan sexsual.
 Bebas dari efek samping hormonal sebagaimana
pil, KB suntik maupun susuk.
Kerugian
 sifatnya permanent, sehingga calon ibu klien harus
menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi
hampir tidak mungkin hamil kembali.
 Kontap merupakan tindakan operasi, sehingga
syarat operasi harus terpenuhi terutama yang
menyangkut pencegahan infeksi.
Daftar Pustaka
 Brahm, (2006),”Ragam Metode Kontrasepsi”.Cet.1-Jakarta : EGC.
 Everett,(2007),”Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif”. Ed.2-Jakarta : EGC.
 Ferre, Hellen,(1999),”Perawatan Maternitas”.Cet.1.Ed.2-Jakarta : EGC.
 Glasier, A,(2005),”Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi”.Ed.4.Cet.1-Jakarta : EGC.
 Hartanto,(2004),”Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”.Cet.5-Jakarta : CV Muhasari.
 Indiarti, dkk,(2008), “Bahagia Menjalani Kehamilan Sehat”.Cet.1-Yokyakarta : Pegasus.
 Kompas,(2006),”Kontrasepsi Mantap”.http://www.kompas.htm.dikutip tanggal 23-4-2009.
 Manuaba, (1998), Ilmu Kebidanan & Penyakit Kandungan. Cet.2 – Jakarta : EGC.
 Mochtar,Rustam,(1998),”Sinopsi Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial”.Ed.2-Jakarta :
EGC.
 Notoatmodjo.S,(2002), “Metodologi Penelitian Kesehatan”.Cet.2 – Jakarta : PT.Rineka Cipta.
 Siswasudarmo.et.al,(2007),”Teknologi Kontrasepsi”.Cet.2-Yogyakarta:Gadjah Mada University.
 Speroff Leon,(2005), “Pedoman Klinis Kontrasepsi”.Ed.2.Cet.1-Jakarta : EGC.
 Suratun,dkk,(2008),”Pelayanan Kelarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi”.-Jakarta : Trans
Info Media.
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC.
 Wiknjosastro, Hanifa.1999. Ilmu Kebidanan, ed. III. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai