SECTIO CAESAREA
DI SUSUN OLEH :
Rizki Ayu Ariska
1720180043
1. SECTIO CAESAREA
a. Pengertian
Sectio Caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini semakin
umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).
Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang
tujuannya untuk mengeluarkan janin didalam rahim melalui insisi pada dinding dan
rahim perut ibu dengan syarat rahim harus dalam keadaan utuh dan bobot janin diatas
500 gram.
b. Indikasi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :
1) Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik Disproportion
(disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan
kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan yaitu pre eklampsia dan
eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung,
DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).
2) Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti
prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta
previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple
pregnancy).
c. KontraIndikasi
Kontraindikasi dari sectio caesarea adalah :
1. Janin mati
2. Syok
3. Anemia
4. Kelainan kongenital berat
5. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
6. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea
2. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum.
Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami
istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum.
Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 minggu
c. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum.
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
pulih sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti
Anggraini, 2010).
1) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.
3) Auto lysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin :Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
b. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir
padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap samas
elama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
c. Uterus tempat plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol kedalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat
luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir
nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan
nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal
ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi
plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini
berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis
pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga
terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G.,
Koniak, 2014).
d. After pains
Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas. After pains sering kali terjadi bersamaan dengan
menyusui, saat kelenjar hipofisis posterioir melepaskan oksitosin yang
disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan kontraksi saluran lakteal
pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan menyebabkan
otot otot uterus berkontraksi. Sensasi after pains dapat terjadi selama kontraksi
uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus.
(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
e. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti sebelum
kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada
tonus semula.
g. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata
pada pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang
bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur
kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
i. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa haris
etelahk elahiran. “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor
faktor emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari
keluarga dan dokter, perasaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
3) Pengkajian fisik
a) Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-
tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah
melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk
jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan
kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit
meningkat karena upaya untuk persalinan dan keletihan. Tekanan
darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan post partum.
Tekanan darah, normal yaitu< 140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami
peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan
kembali normal selama beberapa hari. 24 Bila tekanan darah
menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisatimbul pada masa
nifas. Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4
setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih
dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu
akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Initerjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus
nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala
shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu
tubuh.
Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada
umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum (> 30
x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
.
c) Pemeriksaan thorak
Inspeksipayudara
- Kajiukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi
asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran
masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti
adanya depresi, retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu
dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
- Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan.
Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi
apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1
sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak berubah
kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui,
perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan
areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta
menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh
dan bengkak akan menjadil embut dan lebih nyaman setelah
menyusui.
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi Abdomen
- Kaji adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen
yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukans ebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang
kontraksi.
Palpasi Abdomen
- Fundus uteri Tinggi: Segera setelah persalinan TFU 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diataspusat dan
menurun kira-kira 1 cm setiap hari. Hari kedua post partum
TFU 1 cm dibawah pusat Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm
dibawah pusat Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan
pusat-symfisis Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral
biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa
jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan
uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga
bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2
hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G.,
Koniak, 2014).
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada ototrektus
abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan
ini menyerupai belah memanjang dari proses susxiphoideus ke
umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.
Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum
hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur terlentang
tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian
palpasi abdomen dari bawah proses susxipoideus ke umbilikus
kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
6) Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien
post partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “post
partum blues” ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-
kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor,
termasuk fluktuasi hormonal, kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu.
Iniadalahbagian normal daripengalamanpost partum. Namun, jika gejala
ini berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika pasien post
partum menjadi nonfungsional atau mengungkapkan keinginan untuk
menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus diajari untuk segera
melaporkan hal ini pada perawat, bidanataudokter.
b. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016), yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan suplai ASI,
hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidak adekuatan reflek
soksitosin, ketidak adekuatan refleks menghisap bayi, payudara bengkak,
riwayat operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang
terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode
menyusui, kurang dukungan keluarga, faktor budaya.
3) Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan
mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam belajar,
kurang mampu mengingat, ketidak tahuan menemukan sumber informasi.
4) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang
kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak
familiar dengan peralatan tidur
5) Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidak adekuatan pertahanan
tubuh primer, ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder.
6) Risikogangguanperlekatanditandaidenganpenghalangfisik (incubator)
c. Intervensi
Penyusunan perencanaan keperawatan diawali dengan melakukan
pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan
jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan juga memuat kriteria hasil.
Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil keperawatan berdasarkan
SMART, yaitu:
S :Spesific (tidak menimbulkan artiganda).
M :Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun
dibau).
A :Achievable (dapat dicapai).
R :Reasonable (dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah).
T :Time (punya batasan waktu yang jelas).
Karakteristik rencana asuhan keperawatan adalah:
1) Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
2) Berdasarkan kondisi klien.
3) Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik.
4) Menciptakan situasi pengajaran.
5) Menggunakan sarana prasarana yang sesuai.
Diagnose keperawatan Kriteriahasil Tindakan
Nyeri akut berhubungan 1. Pasien melaporkan Oberservasi
dengan agenpencedera fisik. nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi,
2. Skala nyeri 2-3 karasteristik, durasi,
3. Pasien tampak rileks frekuensi, kualitas,
4. Pasien dapat istirahat intensitas nyeri
dan tidur 2. Identifikasi skala
5. TTV dalambatas nyeri
normal 3. Identifikasi factor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
4. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (kompres air
hangat/ Teknik
relaksasi dalam)
Edukasi
5. Ajarkan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian obat
analgesik
Menyusui tidak efektif 1. Pasienmengatakan Observasi
berhubungan dengan puas dengan 1. Identifikasi kesiapan
ketidak adekuatan suplai kebutuhan menyusui dan kemampuan
ASI, hambatan pada 2. Kemantapan menerima informasi
neonatus, anomaly pemberian ASI :Bayi : 2. Identifikasi tujuan
payudara ibu, ketidak pelekatan bayi yang atau keinginan
adekuatan reflex oksitosin, sesuai pada dan menyusui
ketidak adekuatan reflex proses menghisap Teraupetik
menghisap bayi, payudara payudara ibu untuk 3. Sediakan materi dan
bengkak, riwayat operasi memperoleh nutrisi media penkes
payudara, kelahiran selama 3 minggu 4. Jadwalkan penkes
kembar, tidak rawat pertama sesuai kesepakatan
gabung, kurangterpapar 3. Kemantapan 5. Berikan kesempatan
informasi tentang Pemberian ASI : IBU : untuk bertanya
pentingnya menyusui kemantapan ibu untuk Edukasi
dan/atau metode menyusui, membuat bayi melekat 6. Berikan konseling
kurang dukungan keluarga, dengan tepat dan menyusui
factor budaya. menyusui dan 7. Jelaskan manfaat
payudara ibu untuk menyusui bagiibu dan
memperoleh nutrisi bayi
selama 3 minggu 8. Ajarkan 4 posisi
pertama pemberian menyusui dan
ASI perlekatan dengan
4. Pemeliharaan benar
pemberian ASI 9. Ajarkan perawatan
:keberlangsungan payudara anter
pemberian ASI untuk partum(dengan
menyediakan nutrisi mengkompres
bagi bayi/todler dengankapas yang
telah diberikan
minyak kelapa)
10. Ajarkan perawatan
payudara post partum
(memerahasi, pijat
payudara, pijat
oksitosin)
d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2011)
Komponen tahap implementasi :
1) Tindakan keperawatan mandiri.
2) Tindakan Keperawatan edukatif.
3) Tindakan keperawatan kolaboratif.
4) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhirdari seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan (Bararah, 2013).
7. Discharge planning
a. Pengertian
Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan perawatan,
yang bertujuan untuk memandirikan klien dan mempersiapkan orang tua untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi bila pulang.
c. Karakteristik
Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat
Rencana Pemulangan (RP) adalah :
1) Berfokus pada klien. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien merupakan hal
penting dalam perencanaan. Klien dan keluarga harus berpartisipasi aktif
dalam hal ini.
2) Kebutuhan dasar klien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu
masuk dan terus dipantau pada masa perawatan
3) Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan
implementasi dan evaluasi secara periodik.
4) Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari
berbagai disiplin ilmu.
5) Klien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana
pemulangan.
d) Keamanan
Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau,
gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan
mobil atau sarana lainnya.
Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yetti. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Potter, Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta :Salemb aMedika
Rukiyah, dkk. (2010). Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta :Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika