Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan

Gawat Darurat
Sistem Pernapasan
Ilham (1720180037)
Ferry Maulana H (1720180038)
Shella Steifany (1720180039)
Yurice Maidilta (1720180040)
Ghina Muradah (1720180048)
Prila Yuwanda B (1720180055)
Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif
sehingga apabila terangsang oleh faktor resiko tertentu, jalan
nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan meningkatnya
proses radang (almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada
siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya
asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5
tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb, 2011).
Etiologi
Asma non imunologik atau non alergik (di sebut instrinsik), biasanya terjadi pada usia diatas 35
tahun. Serangan dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang pada bronchial. Asma
campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau bacterial atau oleh allergen.

Faktor Presipitasiontent
Faktor Predisposisi
a) Alergen
Genetik merupakan b) Perubahan cuaca
faktor Serangan dicetus oleh c) Stress
Predisposisi dari asma d) Lingkungan kerja
bronkhial. e) Olah raga/ aktifitas
jasmani yang berat
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos
P
bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. A
Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara. T
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi O
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE F
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
I
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan S
dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat
degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin I
menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon O
histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan L
meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
O
G
I
Gejala awal : Manifestasi
a. Batuk Your
Your Picture
Picture Here
Here
Klinis
b. Dispnea
c. Mengi (whezzing)
d. Gangguan kesadaran, hyperinflasi
dada
e. Tachicardi
f. Pernafasan cepat dangkal Gejala LAIN :
a. Takipnea
b. Gelisah
c. Diaphorosis
d. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
e. Fatigue (kelelahan)
f. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
g. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
h. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
i. Sianosis sekunder
j. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti: berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan Darah

Foto Rontgen

Pemeriksaan Faal Paru


Elektrokardiografi
Pengkajian primer Pengkajian sekunder
a. Airway a. Riwayat kesehatan
Batuk kering/tidak produktif,  Riwayat kesehatan sekarang
wheezing yang nyaring,  Riwayat kesehatan dahulu
penggunaan otot bantu  Riwayat kesehatan keluarga
pernafasan (retraksi otot b. Pemeriksaan tanda-tanda
interkosta) vital
 Tekanan darah
Pengkajian
b. Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan  Suhu
perpendekan periode  Respirasi
inspirasi, dyspnea, takipnea,  Nadi
taktil fremitus menurun pada c. Pemeriksaan fiisik
palpasi, suaa tambahan  Kulit
ronchi, hiperresonan pada  Kepala
perkusi.  Mata
c. Circulation  Telinga
Hipotensi, diaphoresis,  Hidung
sianosis, gelisah, fatique,  Mulut
perubahan tingkat  Leher
kesadaran, pulsus  Thorax: jantung dan paru
parodexus > 10mm.  Abdomen
 Ekstremitas
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif


berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan tirah baring atau
immobilisasi.
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan
masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan criteria hasil:

Intervensi  Oksigenasi dan ventilasi adekuat


 Suara nafas bersih
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Respiratory monitoring
 Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
 Monitor suara nafas
 Monitor pola nafas
 Monitor kelelahan otot diafragma
 Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan
 Auskultasi suara nafas
 Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil
 Kolaborasi pemberian bronkodilator
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam
diharapkan jalan nafas kembali efektif dengan criteria hasil:
 Respirasi dalam batas normal
 Irama pernafasan teratur
 Oksigenasi adekuat

Intervensi:
Manajemen jalan nafas
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi udara
 Monitor pernafasan dan batuk
 Monitor status respiratory dan oksigenasi
 Keluarkan secret dengan batuk efektif atau dengan suction
 Berikan threatmen aerosol sesuai kebutuhan
 Berikan therapy oksigen sesuai kebutuhan
 Regulasi intake cairan untuk mencapai keseimbangan
cairan
 Auskultasi suara nafas
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
atau immobilisasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
jam diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi
dengan criteria hasil:
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Ventilasi adekuat
Intervensi
Therapy aktivitas
a. Kaji kemampuan pasien untuk beraktivitas
b. Bantu pasien untuk memilih aktivitas sesuai kemampuan
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
d. Bantu pasien untuk mendapatkan alat bantu untuk
aktivitas
e. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan
f. Berikan penguatan positif
g. Evaluasi respon fisik, emosi, social, dan spiritual
Thank You

Anda mungkin juga menyukai