PENDAHULUAN
Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa,
peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian dalam proses
pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi
informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam proses
pembelajaran merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, karena itu hendaknya
dilakukan oleh guru agar dapat memperoleh informasi proses kemajuan belajar siswa dan
informasi keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam setiap pembelajaran,
pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang
dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian evaluasi dan evaluasi pembelajaran..?
2. Bagaimana kedudukan evaluasi dalam pembelajaran..?
3. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran..?
4. Apa saja prinsip evaluasi pembelajaran..?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evalution”, yang berarti
penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan intrument dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan. Banyak sekali pendapat para
ahli tentang pengertian evaluasi, diantaranya : 1
Dari pendapat para ahli diatas serta literature lainnya, penyusun menyimpulkan bahwa evaluasi
adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian yang sistematis serta berkelanjutan
untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka mengambil suatu keputusan.
Ada beberapa istilah yang sangat erat hubungannya dengan evaluasi, di antaranya :
a. Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang
bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk
melakukan penilaian. Menurut Nurgiyantoro pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk
1
M. Chabib Thaha, Teknik Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hal : 1
2
mengukur sesuatu, misalnya suhu badan dengan ukuran berupa termometer hasilnya 360 celcius,
380 celcius, 390. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran bersifat kuantitatif.
Menurut Zainal Arifin pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kualitas
daripada sesuatu. Kata sesuatu bias berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, dan sebagainya.
Dalam proses pengukuran tersebut, tentu seseorang harus menggunakan alat ukur (tes atau non
tes).
Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Tujuan pengukuran
2. Ada objek ukur
3. Alat ukur
4. Proses pengukuran
5. Hasil pengukuran kuantitatif.
b. Penilaian
Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif. Menurut Nurgiyantoro penilaian berarti
menilai sesuatu, sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh. Jadi penilaian sifatnya kualitatif.
c. Tes
Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring atau jambangan dari
tanah liat. Tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes
dapat dilihat dari konstruksi butir (soal) yang dipergunakan. tes juga dapat diartikan sebagai
suatu tugas, tugas yang dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap
seseorang. 2
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi, antara lain :
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk), hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai
2
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009, hal : 5-9
3
atau arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah
evaluasi.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan nilai dan arti.
B. KEDUDUKAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Belajar menurut
Behavioristik adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dapat diamati, diukur, dan
dinilai. Perubahan tingkah laku terjadi akibat rangsangan (stimulus). Perubahan sebagai hasil
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya,
daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain- lain aspek yang ada pada individu.
yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik. Ada beberapa hal
yang perlu dijelaskan dalam masalah pembelajaran, antara lain: Pembelajaran adalah suatu
program. Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik, dan terencana. Setelah pembelajaran
berproses, seorang pendidik perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi semua komponen yang
ada dalam proses pembelajaran. Untuk itu, pendidik harus melakukan evaluasi pembelajaran.
Dalam hal ini, berkaitan dengan kedudukan evaluasi dalam pembelajaran sangatlah penting
dalam pembelajaran. Karena melalui evaluasi seorang pendidik akan dapat membuat dan
merangkai kegiatan pembelajaran, mulai dari membuat disain pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Jadi evaluasi adalah salah satu komponen diantara komponen-komponen
yang sangat penting dalam pembelajaran.
Menurut Sudijono terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
3
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2006, hal : 17
4
a) Tujuan umum evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan
yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan
yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu
tertentu.
b) Tujuan khusus evaluasi pendidikan adalah untuk merangsang kegiatan peserta didik
dalam menempuh program pendidikan, untuk mencari dan menemukan faktor penyebab
keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
Menurut Zainal Arifin Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi system pembelajaran, baik yang menyangkut tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian. Evaluasi juga bertujuan untuk melihat
dan mengetahui proses yang terjadi dalam pembelajaran.
a) Input: adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani
proses pembelajaran.
b) Transformasi: adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu:
guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem
administrasi. Output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Menurut Scriven dikutip oleh Zainal Arifin fungsi evaluasi pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua (2) macam, yaitu : 4
a) Fungsi Formatif yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik
yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009, hal : 19-20
5
b) Fungsi Sumatif yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
Diagnostik yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar. Evaluasi Placement (Penempatan) yaitu hasil
evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan
minat dan kemampuannya.
Fungsi evaluasi memang cukup luas, tergantung kepada dari sudut mana melihatnya. Bila kita
lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah:
a) Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga peserta
didik merasakan kepuasan dan ketenangan.
b) Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya,
c) Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing.
d) Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan
peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk
peserta didik itu sendiri.
3. Prinsip Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa
berpegang pada prinsip-prinsip yang ada dalam pembelajaran. Antara lain:
6
yang terjadi pada diri peserta didik, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
b) Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan) Istilah lain dari prinsip ini adalah kontinuitas.
Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara
terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara
berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal
mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-
program pendidikan yang mereka tempuh.
c) Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-
faktor yang sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan
sebutan “apa adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi
evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau
sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian skor
dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi,
pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang
melekat pada diri tester. Di sini tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin
kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik
mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek padahal
jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan
jauh-jauh sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif.
d) Kesahihan Sebuah evaluasi dikatakan valid jika evaluasi tersebut secara tepat, benar, dan
sahih telah mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar diperoleh
hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat
kesahihan suatu instrumen evaluasi.
e) Kepraktisan suatu evaluasi bermakna bahwa kemudahan-kemudahan yang ada pada
instrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi,
memperoleh hasil maupun kemudahan dalam menyimpan.
7
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pada dasarnya peserta didik memiliki tiga ranah keluaran belajar, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dalam setiap pembelajaran, ranah ini diharapkan oleh pendidik dapat
berkembang dengan baik. Untuk mengetahui perkembangan ketiga ranah itu, dilakukanlah
kegiatan evaluasi. Hal ini tentu saja bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik. Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu
pendidik untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan
mengetahui kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik dapat mengetahui dan sekaligus
membimbing peserta didik yang masih kurang mampu memahami materi pelajaran yang telah
mereka ajarkan.
Kegiatan evaluasi tentu saja tak dapat dilakukan tanpa prosedur yang jelas. Ada prinsip-prinsip
evaluasi yang sepatutnya diterapkan oleh peserta didik. Tanpa mengikuti prinsip ini
dikhawatirkan hasil evaluasi tidak akan valid, tidak reliabilitas, tidak objektif, dan tidak praktis
menggambarkan kemampuan belajar peserta didik.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009
Suditjono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006
Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996