Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan

Demam Thypoid
A.

Pengertian
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk., 2005, hal 152).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Rampengan, 2007).
Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi salmonella
typhi (Ovedoff, 2002: 514).

B.

Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella
typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan
mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob pada suhu 15-41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus
lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.

C.

Manifestasi klinis
Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada
orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan
tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak
tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun
dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah
tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma
atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang
juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama
demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap berlangsung
ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali,
terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organorgan yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

D.

Patofisiologi
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella
(biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang
baik, maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah
bening mesenterika.
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil
tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh
organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar
dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear.
Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman
salmonlla thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit
kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan
otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel
endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua
dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi
proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly(lalat), dan melalui Feses.
E.
1.
a.
b.
c.
2.
a.

Komplikasi
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perporasi usus
Ilius paralitik
Komplikasi extra intestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,

b.
c.
d.
e.
f.
g.

tromboplebitis.
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma
Guillain bare dan sidroma katatonia.

F.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan
oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3. Vaksinasi di masa lampau


Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman
dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
G.

Terapi dan pengobatan


1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
2.
a.
b.
c.
d.
3.

perdarahan.
Diet
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu penyembuhan bisa
makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol,
trimethoprim sulfamethoxazole, dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam tipoid

di negara-negara barat. Obat-obat antibiotik adalah


a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral
atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat,
selama 21 hari.
c. amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian
oral/intravena selama 21 hari.
d. kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari.

e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan 2 kali
sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem,
azithromisin dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan.
Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam
thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini
biasanya berjangkit (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin).
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB, intravena
perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan
tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus
dengan penyulit perforasi usus.

H.

Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine
tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan.

Klien dengan

demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan
merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka
segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami
kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus
bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus
b. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral
yang kurang (mual, muntah)
c. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus
d. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
e. Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal nutrisi,
eliminasi, personal hygiene berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
h. Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring

i. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi
anaknya.
3. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA

NOC

NIC

DOMAIN 2
KELAS 5
00027
Kekurangan Volume

NOC :

Cairan :
Penurunan cairan intra
vaskuler, interstisil, dan atau
mengarah intravaskuler. Ini
mengarah ke dehidrasi,
kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium.
Kelemahan, kehausan,
Penurunan turgor

kulit/lidah
Membran mukosa/kulit

kering
Penigkatan denyut

nadi
Pengisian vena

menurun
Penurunan status

mental
Konsentrasi urine

meningkat
Temperatur tubuh

meningkat
Hematokrit meninggi
Kehilangan berat
badan seketika

Faktor yang berhubungan :

Kehilangan volume

Monitoring Cairan

Kriteria Hasil :

Tentukan riwayat jumlah


dan tipe intake cairan dan

and fluid intake

TD dalam rentang yang

eliminasi
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari

diharapkan
CVP dalam rentang yang

ketidakseimbangan

diharapkan
Tekanan arteri rata-rata

diuretik, kelainan renal,

cairan (hipertermi, terapi


gagal jantung, diaporesis,

dalam rentang yang

Batasan Karakteristik :

Fluid balance
Hydration
Nutritionalstatus : food

NIC :

diharapkan
Nadi perifer teraba
Keseimbangan intake
dan output dalam 24jam
Suara nafas tambahan

tidak ada
Berat badan stabil
Tidak ada distensi vena
Tidak ada edema perifer
Hidrasi kulit
Membran mukosa basah
Serum elektrolit dbn
Ht dbn
Tidak ada haus yang

abnormal
Tidak ada sunken eyes
Urine output normal
Mampu berkeringat
Tidak demam

disfungsi hati)
Monitor berat badan
Monitor serum dan

elektrolit urine
Monitor serum dan

osmolaritas urine
Monitor BP,HR,RR
Monitor tekanan darah
orthotastik dan

perubahan irama jantung


Monitor parameter

hemodinamik invasif
Catat secara akurat

intake dan output


Monitor membran
mukosa dan turgor kulit,

serta rasa haus


Monitor warna dan

jumlah
Manajemen Cairan
Pertahankan posisi tirah

baring selama masa akut


Kaji adanya peningkatan

cairan secara aktif


Kegagalan mekanisme
pengaturan

JVP, edema, dan asites


Tinggikan kaki saat

berbaring
Buat jadwal masukan

cairan
Timbang berat badan

secara berkala
Monitor ttv
Pantau haluaran urine
( karakteristik,warna ,

D I AG N O S A
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
(00002)
Domain 2 : nutrisi
Kelas 1: makanan
Batasan karakteristik
-

Berat badan 20%


atau lebih dibawah

ideal
Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recomended Daily

Allowance)
Membran mukosa
dan konjungtiva

pucat
Kelemahan otot yang

NOC
Nutritional status:
Nutritional status :
food fluid intake
Nutritional status :

, awasi tetesan infus


Pantau albumin serum
Kaji turgor kulit

ahli gizi untuk


menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan

pasien
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan

sesuai dengan tinggi

intake Fe
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan

mengidentifikasi

pengecapan dari

asites dan edema


Ukur lingkaran abdomen

makanan
Kolaborasi dengan

berat badan sesuai

peningkatan fungsi

Kaji adanya alergi

Adanya peningkatan

kebutuhan nutrisi
Menunjukan

secara 24jam
Monitor tanda dan gejala

Kriteria hasil :

badan
Mampu

NIC
Nutrition management

nutrient intake
Wight control

dengan tujuan
Berat badan ideal

ukuran)
Keseimbangan cairan

protein dan vitamin

C
Berikan substansi

gula
Yakinkan diet yang

digunakan untuk
-

menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada

rongga mulut
Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah

dimakan
mengandung tinggi

penurunan berat

serat untuk

badan yang berarti

mencegah

kekurangan makanan
Dilaporkan adanya

sensasi rasa
Perasaan
ketidakmampuan

komplikasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah

makanan
Dilaporkan atau
fakta adanya

menelan
Tidak terjadi

dikonsultasikan

dengan ahli gizi )


Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan

harian
Monitor jumlah

untuk mengunyah

nutrisi dan

makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB

kandungan kalori
Berikan informasi

tentang kebutuhan

dengan makanan
-

cukup
Keengganan untuk

makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal

nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

dengan atau tanpa


-

patologi
Kurang berminat

terhadap makanan
Pembuluh darah

kapiler mulai rapuh


Diare dan atau

steatorrhea
Kehilangan rambut

Nutrition monitoring

BB pasien dalam

batas normal
Monitor adanya
penurunan berat

badan
Monitor tipe dan

yang cukup banyak

jumlah aktifitas yang

(rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya

bisa dilakukan
Monitor interaksi

anak atau orang tua

informasi,
misinformasi

selama makan
Monitor lingkungan
selama makan

Faktor-faktor yang

Jadwalkan

berhubungan :

pengobatan dan

Ketidakmampuan

tindakan tidak

pemasukkan atau

selama jam makan


Monitor kulit kering

mencerna makanan atau


mengabsorpsi zat-zat

dan perubahan

gizi berhubungan

pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,

dengan faktor biologis,


psikologis, atau

rambut kusam, dan

ekonomi.

mudah patah
Monitor mual dan

muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, hb, dan

kadar Ht
Monitor makanan

kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan

perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan

konjungtiva
Monitor kalori dan

intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila

lidah dan cavitas oral


Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
HASIL (NOC)

KRITERIA INTERVENSI (NIC)

DOMAIN 4:
Aktivitas/Istirahat

NOC
Energy conservation

NIC
Activity Therapy

KELAS 4:s
Respons
Kardiovaskular/Pulmonal
Kode NDX (00092)

Activity tolerance
Self care : ADLs

Intoleran aktivitas
Defenisi : Ketidakcukupan
energy
psikologis
atau
fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang
harus
atau
yang
ingin
dilakukan.
Batasan karakteristik :
Respon tekanan darah
abnormal
terhadap
aktivitas
Respon
frekuensi
jantung
abnormal
terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang
mencerminkan aritmia
Perubahan
EKG
yangmencerminkan
isekmia
Ketidaknyamanan
setelah beraktivitas
Dispnea
setelah
beraktivitas
Menyatakan
merasa
letih
Menyatakan
merasa
lemah

Kriteria hasil :
Berpartisipasi
dalam
aktivitas
fisik
tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah, nadi dan
RR
Mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
(ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu
berpindah
:
dengan atau tanpa bantuan
alat
Status
kardiopulmunari
adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran gas
dan ventilasi adekuat

Factor yang berhubungan :


Tirah
baring
atau
imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan
antara
suplei
dan
kebutuhan oksigen
Mobilitas
Gaya hidup monoton

DX.
KEPERAWATAN

Kolaborasi
dengan
tenaga
rehabilitasi
medic
dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
- Bantu untuk memilih
aktivitas
konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan
fisik,
psikologi dan social
- Bantu
untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas
yang
diinginkan
- Bantu
untuk
mendapatkan
alat
bantuan
aktivitas
seperti kursi roda, krek
- Bantu
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk
membuat
jadwal
latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan
positif bagi yang aktiv
beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi
diri
dan
penguatan
Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.

TUJUAN &
KRITERIA HASIL
(NOC)

INTERVENSI (NIC)

Domain 12
Kelas 1

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .x

Pain management
Lakukan pengkajian nyeri

24 jam nyeri akut teratasi,

secara komprehensif termasuk

Kode dx (00132)

dengan Kriteria hasil :

lokasi, karakteristik, durasi,

Nyeri akut

Factor Berhubungan
dengan:

Pain level
Pain control
Comfort level
Mampu
mengontrol

Agens cedera mis.

nyeri (tahu penyebab

Biologis, zat kimia,

nyeri)
Mampu

fisik, psikologis

menggunakan

tehnik non-farmakologi
untuk mengurangi nyeri

Batasan karakteristik:

(mencari bantuan)
Melaporkan bahwa

frekuensi, kualitas dan factor

presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan
Gunakan tehnik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien


Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri

masa lampau
Evaluasi bersama klien dan tim

Perubahan selera

makan
Perubahan tekanan

darah
Perubahan frekuensi

jantung
Perubahan frekuensi

pernapasan
Laporan isyarat
Diaphoresis
Perilaku distraksi
Mengekspresikan

perilaku
Masker wajah
Perilaku berjaga-jaga
Focus menyempit
Indikasi nyeri yang

dapat diamati
Perubahan posisi

farmakologi dan interpersonal)


Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menghindari

untuk menentukan intervensi


Ajarkan tentang tehnik non

farmakologi
Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol

nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter

nyeri
Sikap tubuh

melindungi
Dilatasi pupil
Fokus pada diri

sendiri
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri

nyeri berkurang dengan

kesehatan lain tentang

menggunakan

manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,

ketidakefektifan, control nyeri

mencari dan menemukan

frekuensi, dan tanda

nyeri)
Menyatakan rasa

rentang normal

dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti

nyaman setelah nyeri


berkurang
Tanda vital dalam

masa lampau
Bantu klien dan keluarga untuk

suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan
Kurangi factor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi , non

secara verbal

Analgesic administration
Tentukan lokasi , karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat


Cek instruksi dokter tentang

jenis obat, dosis, dan frekuensi


Cek riwayat alergi
Beri analgetik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesic

ketika pemberian lebih dari 1


Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya

nyeri
Tentukan analgesic pilihan ,
rute pemberian dan dosis

optimal
Pilih rute pemberian secara IV,
IM, untuk pengobatan nyeri

secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic

pertama kali
Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat

DAFTAR PUSTAKA

Arif mansjoer, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Penerbit media aesculapius.
Jakarta : fkui
Donna Lwong, dkk. 2002, buku ajar keperawatan pediatrik ed. 6. Jakarta : egc
Herdman t. Heather. 2010. Diagnosis keperawatan . jakarta : egc
Wong, dona I. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : egc

Anda mungkin juga menyukai