Laparotomi eksplorasi adalah bedah terbuka yang dilakukan agar dapat menjangkau organ dan
jaringan internal tubuh untuk keperluan diagnostik. Prosedur ini bertujuan untuk mencari sumber
kelainan yang menyerang organ perut, termasuk usus buntu, kandung kemih, usus, kantung
empedu, hati, pankreas, ginjal, ureter, limpa, lambung, rahim, tuba fallopi, dan indung telur.
Prosedur ini pun dapat dimanfaatkan untuk mengambil sampel jaringan untuk diagnosis lanjutan
(biopsi) dan sebagai prosedur terapeutik.
Siapa yang Perlu Menjalani Laparotomi Eksplorasi dan Hasil yang Diharapkan
Kehamilan ektopik
Endometriosis
Infeksi perut
Batu ginjal
Divertikulitis
[Pankreatitis] (/id/info/condition/pancreatitis)
Abses hati
Abses retroperitoneal
Peritonitis
Dokter kemungkinan merekomendasi laparotomi eksplorasi pada pasien yang kerap
mengeluh sakit perut tapi tidak tahu penyebabnya, dan pasien yang menahan cedera
traumatik atau trauma tumpul yang terasa di perut.
Laparotomi eksplorasi terkadang dilakukan sebagai prosedur darurat, karena operasi organ dalam
perut sangat rentan terhadap pendarahan internal dan infeksi.
Tujuan utama dari prosedur ini adalah menentukan penyebab nyeri atau gejala lain, tingkat kelainan
(atau stadium penyakit), dan melakukan prosedur perbaikan yang diperlukan.
Laparotomi eksplorasi dapat dilakukan dengan bantuan bius total atau spinal. Lama prosedur
tergantung pada gangguan kesehatan yang di derita pasien, namun biasanya berkisar antara 1-4 jam.
Saat menjalani prosedur ini, dokter bedah membuat sayatan sepanjang daerah perut untuk
memeriksa organ-organ di dalamnya. Sayatan bisa berupa garis melintang (horizontal), meliku,
berbentuk huruf T, garis median (vertikal), atau paramedian, sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
dari laparotomi. Jika ada kelainan pada organ tertentu, maka dokter perlu membuat sayatan di
dekat organ tersebut. Sayatan ini harus menembus lemak subkutan, otot-otot perut, dan
peritoneum. Pada beberapa kasus, dokter akan menggunakan elektrokauter agar dapat menembus
jaringan subkutan, untuk meminimalisir pendarahan. Bila perlu, dokter akan melakukan
pengambilan sampel [biopsi] (/id/info/procedure/pengambilan-contoh-jaringan-biopsi).
Jika penyebab gejala masih belum diketahui, maka dokter akan memeriksa rongga perut dan
mencari tanda keberadaan penyakit, infeksi, atau cedera. Tanda umum dari kelainan, di antaranya
terdapat cairan tubuh dan bau yang tidak wajar.
Waktu pemulihan dari prosedur ini bisa mencapai 4 minggu, namun dalam 2-3 hari biasanya pasien
sudah bisa makan dan minum.
Jika prosedur telah selesai, dokter akan menjahit lapisan dinding perut dan mengembalikan susunan
semula, kemudian sayatan akan ditutup dengan jahitan atau staple bedah. Setelah menjalani
prosedur ini, pasien tidak segera bisabisa langsung makan dan minum, maka diperlukan pemasangan
selang infus untuk mengantarkan memasukkan cairan dan obat-obatan. Pemasangan kateter pun
juga diperlukan untuk mengeluarkan air seni dari kandung kemih.
Sebagai prosedur operasi terbuka yang terbilang besar, laparotomi eksplorasi memiliki resiko dan
dapat menyebabkan komplikasi seperti:
Infeksi
Gumpalan darah
Kerusakan organ
Kemunculan hernia
Sulit bernapas
Rujukan
Devour, D., Knauft R. “Exploratory laparotomy for abdominal pain of unknown etiology.”
Arch Surg. 1968; 96(5):836-839. http://archsurg.jamanetwork.com/article.aspx?
articleid=567059
Gupta A., Srivastava U., Dwivedi P., Shukla V. “Post-operative visual loss: An unusual
complication after exploratory laparotomy.” Indian J Anaesth. 2013 Mar-Apr; 57(2): 206-207.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3696278/