Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan
sebagainya (FKUI, 1995).
Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan
atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena
trauma tajam. Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan
kemampuan

deteksi

dan

identifikasi

awal

atas

trauma

sehingga

penanganannya dapat dilakukan dengan segera (Kukuh, 2002; David, 2005).


Secara anatomis rongga toraks di bagian bawah berbatasan dengan
rongga abdomen yang dibatasi oleh diafragma, dan batas atas dengan bawah
leher dapat diraba incisura jugularis. Otot-otot yang melapisi dinding dada
yaitu: m.latissimus dorsi, m.trapezius, m.rhomboideus mayor dan minor,
m.serratus anterior, dan m.intercostalis. Tulang dinding dada terdiri dari
sternum, vertebra torakalis, iga dan skapula. Organ yang terletak di dalam
rongga toraks : paru-paru dan jalan nafas, esofagus, jantung, pembuluh darah
besar, saraf dan sistem limfatik (Kukuh, 2002).
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh
tikaman dan tembakan. Cidera toraks sering disertai dengan cidera perut,
kepala, dan extremitas sehingga merupakan cidera majemuk.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi trauma thorax?
2. Bagaimana penyebab trauma thorax?
3. Bagaimana patofisiologi trauma thorax?
4. Apa gejala trauma thorax?
5. Bagaimana pencegahan trauma thorax?
6. Apa komplikasi dari trauma thorax?
7. Bagaimanan pemeriksaan diagnostik trauma thorax?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada trauma thorax?


1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata
kegawat daruratan tentang trauma thorax.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian dari trauma thorax
Untuk mengetahui penyebab trauma thorax
Untuk mengetahui patofisioligi trauma thorax
Untuk mengetahui gejala trauma thorax
Untuk mengetahui pencegahan trauma thorax
Untuk mengetahui komplikasi dari trauma thorax
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik trauma thorax
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada trauma thorax

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan
sebagainya (FKUI, 1995).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paruparu, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne &
Smetzler, 2001).

Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks dan


atau organ intra toraks, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena
trauma tajam. Memahami kinematis dari trauma akan meningkatkan
kemampuan

deteksi

dan

identifikasi

awal

atas

trauma

sehingga

penanganannya dapat dilakukan dengan segera (Kukuh, 2002; David, 2005).


2.2 Klasifikasi
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Trauma Tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemothoraks
c. Trauma tracheobronkial
d. Contusio Paru
e. Ruptur diafragma
f. Trauma Mediastinal
2. Trauma Tumpul
a.

Tension pneumothoraks

b.

Trauma tracheobronkhial

c.

Flail Chest

d.

Ruptur diafragma

e.

Trauma mediastinal

f.

Fraktur kosta
2.3 Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan
trauma tajam.
1. Trauma tumpul (non penetrasi)
Cedara tumpul merusak struktur di dalam rongga dada tanpa
mengganggu integritas dinding dada . Pada trauma tumpul biasanya
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, dan pukulan pada
dada, dengan kekuatan hantaman didistribusikan ke area yang luas, dan
kerusakan visceral terjadi akibat tahanan, penyebaran kekuatan hantaman,
tekanan.

Misal

pneumotoraks

tertutup,

pneumotoraks

tensi,

cedera

trakheobonkhial, flail chest, ruptur diafragma, cedera mediastinal, fraktur


rusuk. Meski trauma tumpul dada adalah lebih umum, pada trauma ini
sering timbul kesulitan dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena
gejala-gejala mungkin umum dan rancu. Pasien mungkin tidak segera
mencari bantuan medis , yang selanjutnya dapat mempersulit masalah.
2. Trauma Tajam (penetrasi)
Trauma tajam adalah penerobosan suatu benda dari permukaan luar
kepermukaan
mengakibatkan

dalam,

mengganggu

perubahan

dalam

integritas
tekanan

dinding

dada

dan

intratoraks.Missal

pneumotoraks terbuka, hemotoraks, cedera trakheobronkhial, kontusio


pulmonal, ruptur diafragma.
Pada trauma tajam biasanya diakibatkan oleh luka tembak, atau luka
tusuk, dengan penyebaran tenaga pada area yang kecil, tidak seluas
trauma tumpul. Pada luka tembak, arah tembakan peluru, tidak dapat
diprediksi dengan jelas, sehingga seluruh organ dada memiliki risiko
tinggi.
2.4 Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada/thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi/akselerasi), biasanya menyebabkan
memar pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul
dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan
ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada pada jantung, atau
tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun
terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu
suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga
multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.
Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika perusakan parenkim paru dibawahnya

terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka menyebabkan hipoksia


yang serius.
Sedangkan trauma dada/thorax dengan benda tajam seringkali
berdampak lebih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul.
Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan
merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada
posisi tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada
(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan
tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika
tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif
dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax, penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung.
2.5 Gejala
Gejala pada trauma thorax diantaranya:

Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.

Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.

Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.

Pucat keringat dingin

Dyspnea (Sesak), takipnea (bernafas cepat)

Takikardi

Tekanan darah menurun.

Gelisah dan cemas.

Kemungkinan sianosis.

Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.

Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit

2.6 Pencegahan
Pencegahan

trauma

thorax

yang

efektif

adalah dengan

cara

menghindari faktor penyebab nya, seperti menghindari terjadinya trauma


yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi
berupa trauma tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding thorax

ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan oleh benda tajam
ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
2.7 Komplikasi

Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

Pleura,

paru-paru,

bronkhi

hemo/hemopneumothoraks-emfisema

pembedahan.

Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur


klep jantung.

Pembuluh darah besar : hematothoraks.

Esofagus : mediastinitis.

Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal


(Mowschenson)

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola
dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan
dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain
lain.
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas
darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan

nama

pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan


melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A.
brachialis, A. Femoralis.
Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA dan pH,

serta kemungkinan diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil


pemeriksaannya :
Nilai Normal

Asidosis

Alkaliosis

pH ( 7,35 s/d 7,45 )

Turun

Naik

HCO3 (22 s/d 26)

Turun

Naik

PaCO2 (35 s/d 45)

Naik

Turun

BE (2 s/d +2)

Turun

Naik

PaO2 ( 80 s/d 100 )

Turun

Naik

Tabel 1.1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan
pH (Hanif, 2007)
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan
diagnosis penyakit tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan
dalam rangka pemantauan hasil / respon terhadap pemberian terapi /
intervensi tertentu kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang
tidak normal baik Asidosis maupun Alkaliosis, baik Respiratori maupun
Metabolik. Dari pemantauan yang dilakukan dengan pemeriksaan AGD
dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah terkompensasi atau
belum / tidak terkompensasi.
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang
menunjukkan kondisi sudah / tidak terkompensasi.
Jenis Gangguan Asam Basa
Asidosis

PH

Total CO2

PCO2

respiratorik

tidak

Rendah

Tinggi

Tinggi

respiratorik

tidak

Tinggi

Rendah

Rendah

terkonpensasi
Alkalosis
terkonfensasi

Asidosis

metabolic

tidak

Rendah

Rendah

Normal

metabolic

tidak

Tinggi

Tinggi

Rendah

kompensasi

Normal

Tinggi

Normal

kompensasi

Normal

Rendah

Normal

kompensasi

Normal

Rendah

Rendah

kompensasi

Normal

Tinggi

Tinggi

terkonfensasi
Alkalosis
terkonfensasi
Asidosis

respiratorik

alkalosis metabolic
Alkalosis

respiratorik

asidosis metabolic
Asidosis

metabolic

alkalosis respiratorik
Alkalosis

metabolic

asidosis respiratorik
Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH ( FKUI,
2008)
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan Aortografi.
5. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium,
cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung
ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini
bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)

Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi


akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma. Adanya
abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi
jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit,
hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
7. Angiografi
Gold Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan
adanya cedera aorta pada trauma tumpul toraks.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata

Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnostik medik, alamat.

Identitas penanggung jawab


Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan
jadi penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
dan alamat.

2.

Riwayat kesehatan

Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
pada dada dan gangguan bernafas.

Riwayat kesehatan sekarang


Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri yang dirasakan klien,
regional (R) yaitu penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi yang sesuai
untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan
time (T) yaitu sejak kapan merasakan nyeri.

Riwayat kesehatan yang lalu


Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
terdapat riwayat sebelumnya.

3.

Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernapasan

Sesak napas

Nyeri, batuk-batuk

Terdapat retraksi klavikula/dada

Pengembangan paru tidak simetris

Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain

Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani,


hematotraks

Pada

auskultasi

suara

nafas

menurun,

bising

napas

yang

berkuran/menghilang

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

Gerakan dada tidak sama waktu bernapas

b) Sistem kardiovaskuler

Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk

Takhikardia, lemah

Pucat, Hb turun/normal

10

Hipotensi

c) Sistem Muskuloskeletal

Kemampuan sendi terbatas

Ada luka bekas tusukan benda tajam

Terdapat kelemahan

d) Sistem integumen

Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi subkutan

e) Sistem endokrin

Terjadi peningkatan metabolism

Kelemahan

4. Pemeriksaaan diagnostik

Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.

Pa Co2 kadang-kadang menurun.

Pa O2 normal/menurun

Saturasi O2 menurun (biasanya)

Hb mungkin menurun (kehilangan darah)

Toraksentesis : menyatakan darah/cairan

B. Analisa Data
No
.
1.

Data
DS:

Etiologi
ekpansi paru yang

Biasanya pasien mengeluh tidak maksimal

2.

Masalah
Tidak efektifnya
jalan nafas

sulit bernapas

karena akumulasi

DO:

udara/cairan.

Pasien tampak gelisah


DS:

trauma jaringan dan Perubahan

Biasanya pasien mengeluh reflek spasme otot

rasa

nyaman

timbul nyeri dada selama sekunder.


batuk
DO:

11

3.

Pasien tampak gelisah


DS:

trauma mekanik

Biasanya pasien mengeluh terpasang bullow


lemah

Kerusakan
integritas kulit

drainage

DO:
Pasien terlihat berkeringat
Ada luka bekas tusukan
benda tajam
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage

12

Perencanaan
No
.
1.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan

Tujuan

pola Dalam 2x24 jam pola

pernapasan berhubungan nafas menjadi efektif,


dengan
yang

ekspansi
tidak

karena trauma.

Intervensi

Rasional

Mandiri
Berikan

posisi

yang

nyaman,

paru dengan kriteria:

biasanya dengan peninggian kepala

maksimal Memperlihatkan

tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit.

frekuensi

Dorong klien untuk duduk sebanyak

pernapasan yang

mungkin.

efektive.
Mengalami
perbaikan

Meningkatkan inspirasi
maksimal, meningkatkan
ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tidak sakit.
Distress pernapasan dan

Observasi fungsi pernapasan, catat

perubahan pada tanda vital

frekuensi pernapasan, dispnea atau

dapat terjadi sebgai akibat

perubahan tanda-tanda vital.

stress fisiologi dan nyeri atau

pertukaran gas-gas

dapat menunjukkan terjadinya

pada paru

syock sehubungan dengan


hipoksia
Pengetahuan apa yang
Jelaskan pada klien bahwa tindakan
tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.

diharapkan dapat mengurangi


ansietas dan mengembangkan
kepatuhan klien terhadap

13

rencana terapetik.
Membantu klien mengalami
Pertahankan perilaku tenang, bantu
pasien untuk kontrol diri dengan
menggunakan pernapasan lebih
lambat dan dalam.
Perhatikan alat bullow drainase
berfungsi baik, cek setiap 1 2 jam

efek fisiologi hipoksia, yang


dapat dimanifestasikan
sebagai ketakutan/ ansietas.
Mempertahankan
tekanannegatif intrapleural
sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru
optimum/drainase cairan

Mengevaluasi perbaikan kondisi


Kolaborasi:
Dengan dokter, radiologi dan

2.

fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemberian analgetika.
Fisioterapi dada.
Konsul photo toraks.
Perubahan kenyamanan : Dalam 2x24 jam nyeri Mandiri:

klien atas pengembangan


parunya.

14

Nyeri akut berhubungan berkurang dengan

Jelaskan dan bantu klien dengan

Pendekatan dengan

dengan trauma jaringan kriteria:

tindakan pereda nyeri

menggunakan relaksasi dan

dan reflek spasme otot Nyeri berkurang/

nonfarmakologi dan non invasive

nonfarmakologi lainnya telah

sekunder

dapat diatasi
Dapat
mengindentifikasi
aktivitas yang
meningkatkan/
menurunkan nyeri
Pasien tidak
gelisah.

menunjukkan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.
Ajarkan metode distraksi selama Mengalihkan perhatian
nyeri akut.
Berikan kesempatan waktu istirahat
bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman; misal waktu tidur,
belakangnya dipasang bantal kecil.
Tingkatkan pengetahuan tentang:
sebab-sebab nyeri, dan

nyerinya ke hal-hal yang


menyenangkan.
Istirahat akan merelaksasi
semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan yang akan

menghubungkan berapa lama nyeri

dirasakan membantu

akan berlangsung

mengurangi nyerinya. Dan


dapat membantu
mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana
terapetik.

15

Kolaborasi:
Pemberian analgetik

Analgetik memblok lintasan


nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang.

3.

Kerusakan integritas

Dalam 2x24 jam dapat Mandiri:

kulit berhubungan

mencapai

dengan trauma mekanik

penyembuhan luka

Kaji kulit dan identifikasi pada tahap


perkembangan luka

Mengetahui sejauh mana


perkembangan luka

pada waktu yang

mempermudah dalam

sesuai dengan kriteria:

melakukan tindakan yang

Tidak ada tandatanda infeksi


seperti pus
Luka bersih tidak
lembab dan tidak
kotor
Tanda-tanda vital

Kaji lokasi, ukuran, warna, bau,


serta jumlah dan tipe cairan luka
Pantau peningkatan suhu tubuh

ditoleransi.

keparahan luka akan


mempermudah intervensi
suhu tubuh yang meningkat
dapat diidentifikasikan
sebagai adanya proses

dalam batas
normal atau dapat

tepat
Mengidentifikasi tingkat

peradangan
Berikan perawatan luka dengan
teknik aseptik.

Teknik aseptik membantu


mempercepat penyembuhan

16

luka dan mencegah terjadinya


Infeksi
Agar benda asing atau
Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas

jaringan yang terinfeksi tidak


menyebar luas pada area kulit
normal lainnya.
Antibiotik berguna untuk

Kolaborasi:

mematikan mikroorganisme

Pemberian antibiotik

pathogen pada daerah yang


berisiko terjadi infeksi.

17

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
.
1.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan

Implementasi

pola Mandiri:

Evaluasi
S: Klien mengatakan sudah

pernapasan berhubungan Memberikan posisi yang

tidak lagi sesak nafas.

dengan
yang

ekspansi
tidak

karena trauma.

paru

nyaman, biasanya dengan

O: Klien dapat bernafas

maksimal

peninggian kepala tempat

dengan normal tanpa adanya

tidur. Balik ke sisi yang sakit.

suara pernapasan tambahan.

Dorong klien untuk duduk

A: Masalah teratasi

sebanyak mungkin.

P: Intervensi dihentikan

Mengobservasi fungsi
pernapasan, catat frekuensi
pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
Menjelaskan pada klien
bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk menjamin
keamanan.
Mempertahankan perilaku
tenang, bantu pasien untuk
kontrol diri dengan
menggunakan pernapasan
lebih lambat dan dalam.
Memperhatikan alat bullow
drainase berfungsi baik, cek
setiap 1 2 jam
Kolaborasi:
Memberikan antibiotika.
2.

Memberikan analgetika.
Perubahan kenyamanan : Mandiri:

S: Klien mengatakan nyeri

Nyeri akut berhubungan Menjelaskan dan membantu

berkurang

18

dengan trauma jaringan

klien dengan tindakan pereda

O: Klien tampak lebih

dan reflek spasme otot

nyeri nonfarmakologi dan

tenang

sekunder.

non invasive

A: Masalah teratasi

Mengajarkan metode

sebagian

distraksi selama nyeri akut.


Memberikan kesempatan

P: Intervensi dilanjutkan

waktu istirahat bila terasa


nyeri dan memberikan posisi
yang nyaman; misal waktu
tidur, belakangnya dipasang
bantal kecil.
Meningkatkan pengetahuan

Ajarkan metode
distraksi selama nyeri
akut.
Berikan kesempatan
waktu istirahat bila
terasa nyeri dan
berikan posisi yang

tentang: sebab-sebab nyeri,

nyaman; misal waktu

dan menghubungkan berapa

tidur, belakangnya

lama nyeri akan berlangsung

dipasang bantal kecil

Kolaborasi:
3.

Kerusakan integritas

Pemberian analgetik
Mandiri:

S: klien mengatakan sudah

kulit berhubungan

Mengkaji kulit dan

tidak lemah lagi.

dengan trauma mekanik

mengidentifikasi pada tahap


perkembangan luka
Mengkaji lokasi, ukuran,
warna, bau, serta jumlah dan

O: tidak ada tanda-tanda


seperti pus
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

tipe cairan luka


Memantau peningkatan suhu
tubuh
Memberikan perawatan luka
dengan tehnik aseptik.
Membalut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan
plester kertas
Kolaborasi:

19

Memberikan antibiotik

BAB IV

20

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma Dada/Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan
baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan
abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax
akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ
bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat
terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax,
Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.
Penyebab trauma thorax yaitu antara lain:
1. Trauma Tumpul
Pada trauma tumpul biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, dan pukulan pada dada.
2. Trauma Tajam
Pada trauma tajam biasanya diakibatkan oleh luka tembak, atau luka
tusuk, dengan penyebaran tenaga pada area yang kecil, tidak seluas trauma
tumpul. Pada luka tembak, arah tembakan peluru, tidak dapat diprediksi
dengan jelas, sehingga seluruh organ dada memiliki risiko tinggi.
4.2 Saran
Dengan mengetahui trauma toraks, penyebab, patofisiologi, dan gejala
trauma thorax maka diharapkan pembaca dapat berhati-hati dalam
mengendarai kendaraan bermotor, jatuh dan menghindari benda-benda tajam.
Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan kita tentang trauma torax.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/190823621/Makalah-Trauma-Thorax#download
21

https://www.scribd.com/doc/224831469/LAPORANPENDAHULUAN#download
http://repository.usu.ac.idbitstream123456789331584Chapter%20II.pdf
https://www.scribd.com/doc/190823621/Makalah-Trauma-Thorax#download
http://www.academia.edu/8685384/asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_tra
uma_thoraks
https://www.scribd.com/doc/249901579/Trauma-Thorax#download
https://www.scribd.com/doc/24492441/Askep-Pada-Pasien-TraumaThorak#download

22

Anda mungkin juga menyukai