Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN DENGAN TRAUMA DADA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9 :

ELVIRA MANIK LUMEMBANG (C1814201115)

DIAN ASTRID MADIKA (C1814201114)

FEBRIANTI (C1814201119)

MARIA LEPIT (C1814201133)

SINTIKE (C18142011 49)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini. Kami menyadari bahwa
asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan askep ini.
Askep ini takkan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara langsung
maupun tidak langsung.

Atas segala bantuan yang diberikan kami mengucapkan terima kasih dan kami memohon
maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam askep ini sehingga dengan adanya askep
ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...................... ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1
I. Latar Belakang …………………………………………………………….......... 1
II. Rumusan Masalah ……………………………………………………………..... 2
III. Tujuan ……………………………………………………………....................... 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………... 3
A. Definisi ……………………………………………………………...................... 3
B. Etiologi ……………………………………………………………...................... 3
C. Klasifikasi ……………………………………………………………................. 4
D. Patofisiologi …………………………………………………………….............. 4
E. Manifestsi Klinis ……………………………………………………………....... 5
F. Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………………………... 6
G. Penatalaksanaan ……………………………………………………………........ 6
H. Komplikasi ……………………………………………………………................ 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………………… 10
A. Pengkajian ……………………………………………………………................. 10
B. Pemeriksaan Fisik ……………………………………………………………..... 12
C. Diagnose Keperawatan …………………………………………………………. 13
D. Intervensi Keperawatan …………………………………………………………. 13
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………........... 17
A. Kesimpulan ……………………………………………………………............... 17
B. Saran …………………………………………………………….......................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Trauma dada atau trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thoraks yang dapat meyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari
cavum thoraks yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thoraks akut. Trauma tumpul merupakan luka atau
cedera yang mengenai rongga thoraks yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu.
Trauma adalah kejadian yang bersifat holistik dan menyebabkan hilangnya
produktivitas seseorang. Dewasa ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena
dalam kehidupan modern penggunaan kendaraan automotif semakin luas. Trauma
juga dilaporkan menjadi penyebab utama kematian, perawatan di rumah sakit, dan
kecacatan jangka panjang dalam empat dekade pertama kehidupan. Trauma toraks
merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 35 tahun.
Di Asia memiliki angka kematian trauma tertinggi di seluruh dunia, berdasarkan
World Health Organization (WHO) 90% dari seluruh kematian di dunia disebabkan
oleh trauma toraks. Trauma toraks semakin meningkat sesuai dengan kemajuan
transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Di Indonesia, trauma merupakan
penyebab kematian nomor empat, tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun, trauma
merupakan penyebab kematian utama. Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul (90%). Trauma dada
menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang berhubungan dengan trauma di
amerika serikat dan berkaitan dengan 50% kematian yang berhubungan dengan
trauma yang mencakup cedera sistem multiple. Trauma adalah penyebab kematian
utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.. Penyalahgunaan alkohol
dan obat telah menjadi faktorimplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atautidak disengaja.
Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi). Meski trauma
tumpul dada lebih umum, pada trauma ini sering timbul kesulitan dalam

1
mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum dan rancu.
Cedera pada sangat mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme
patologi yaitu hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru,
sangkar iga, dan otot pernapasan, kolaps paru, pneumonia, hipovolemia akibat
kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau hemothoraks, dan
gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra thoraks
yang meningkat.

II. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Trauma thorax?
2. Apa etiologi dari trauma thorax?
3. Apa klasifikasinya trauma thorax?
4. Apa patofisiologi trauma thorax?
5. Bagaimana manifestasi klinis trauma thorax?
6. Bagaimana pemeriksaan trauma thorax?
7. Bagaimana penatalaksaan trauma thorax?
8. Apa komplikasi dari trauma thorax?
III. Tujuan
1. Mengetahui definisi trauma thorax
2. Mengetahui etiologi trauma thorax
3. Mengetahui klasifikasi trauma thorax
4. Mengetahui patofisiologi trauma thorax
5. Mengetahui manifestasi klinis trauma thorax
6. Mengetahui pemeriksaan trauma thorax
7. Mengetahui penatalaksaan trauma thorax
8. Mengetahui komplikasi dari trauma thorax
9. Mengetahui teori asuhan keperawatan pada pasien trauma thorax

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang di sebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru,
diafragma, atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan system pernapasan.(Nyoman et al., 2012)
Cedera pada dada secara luas di klasifikasikan menjadi dua kelompok cedera
penetrasi dan tumpu. Cedera penetrasi (misalkan pneumotoraks terbuka, hemotoraks,
cedera trekheobronkhial, kontusio pulmonal, rupture diafragma) mengganggu integritas
dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul
(nonpenetrasi) (misalnya pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cedera
trakheobronkhia, flail chest, rupture diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk)
merusak struktur di dalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding
dada.(muttaqin, 2008)
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari
44 tahun. Penyalahgunaan alcohol dan obat telah menjadi factor implikasi pada trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang di sengaja atau tidak di sengaja.(Nyoman et al.,
2012)

B. Etiologi
Penyebab utama cedera pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor, misalnya
sepeda motor atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul pada dada, atau akibat terjatuhnya
juga dapat menyebabkan cedera pada nonpenetrasi. Luka penetrasi umumnya diakibatkan
oleh tusukan senjata tajam atau luka akibat tembaka.
Menurut (Nyoman et al., 2012)Trauma dada dapat disebabkan oleh :

3
a. Tension pneumothorak trauma dada pada selang dada, penggunaan terapi ventilasi
mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa
pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, rupture oleh
vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequel dari PPOM. Tusukan paru dengan
prosedur invasive.
c. Kontusio paru cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda
berat.
d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak).
e. Fraktur tulang iga
f. Tindakan medis (operasi)
g. Pukulan daerah torak

C. Klasifikasi
Menurut (Shamsuhidajat, 2004) klasifikasi dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Tamponade jantung disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah
jantung.
b. Hematotoraks disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatic atau
spontan.
c. Pneumothoraks. Spontan (bula yang pecah) trauma (penyedotan luka rongga dada);
iatrogeniik (pleural tap), biopsy paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan
positif).

D. Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga
thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau
kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap
organ.(Nyoman et al., 2012)
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering di sebabkan oleh trauma thorax. Hipoksia
jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh

4
karena hipivolemia (kehilangan darah), pulmonary ventilation/perfusion mismatch
(contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intrathorax
(contoh tension pneumothorax, pneumothorax terbuka). Hiperkarbia lebih sering
disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau
penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolic disebabkan oleh hipoperfusi dari
jaringan (syok) (Smeltzer, 2002)
Fraktur iga merupakan komponen dan dinding thorax yang paling sering mengalami
trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri pada pergerakan akibat terbidainya
iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk
yang tidak efektif untuk mengeluarkan secret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis
dan pneumotoraks.laserasi parumerupakan penyebabkan tersering dari pneumotoraks
akibat trauma tumbul.dalam keadaan normal rongga toraks di penuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tengangan permukaan antara
kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jairngan paru. Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena daraah menuju paru
yang kolaps yang tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika
pneumotorks terjadi suara napas menurun pada sisi yang terjkena dan pada perkusi
hipersono. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. terapi
terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube 1 pada sela iga ke 4
atau ke 5. Anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan
observasi atau aspirasi saja,maka akan mengandung resiko.sebuah selang dada di pasang
dan di hubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap,dan foto toraks dilakukan
untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anastesi umum atau ventilasi
dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks
traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks
intraoperative yang tidak terduga sebelumnya,sampai dipasang chest tube hemotoraks.
Peneyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembulu darah
intercostal atau arteri mamaria intranal yag disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul. Dislokasi fraktur dari fraktur dari vertebra torakal juga dapat enyebabkan
terjadinya hemotoraks(Smeltzer, 2002)

5
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Shamsuhidajat, 2004)Tanda dan gejala dari trauma dada yaitu :
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi
2. Pembengkakan local dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernapas pendek.
4. Dispnea, takipnea.
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun
7. Gelisa dan agitasi.
8. Kemungkinan sianosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hipertimpani pada perkusi diatas daerah yang sakit.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Nyoman et al., 2012)Pemeriksaan yang dilakukan dengan trauma dada yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Gas darah arteri (GDA), untu melihat adanya hipoksia akibat kegagalan
pernapasan.
b. Torasentesis menyatakan darah cairan serosanguinosa dan di daerah toraks
c. Hemoglobin mungkin menurun.
d. Saturasi O2 menurun ( biasanya).
2. Radio Diagnostik
a. Radiologi : foto toraks (AP) untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-
paru dan untuk melihat daerah terjadinya trauma.
b. EKG memperlihatkan perubahan gelombang T, ST yang non spesifik atau
disritmia.
c. Pemeriksaan USG (echocardiografi) merupakan metode non invasive yang dapat
membantu penilaian pericardium dan dapat mendektesi cairan di kantung
perikard.

G. Penatalaksaan

6
Menurut (Smeltzer, 2002)Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien
trauma thorax, yaitu :
1. Gawat darurat / pertolongan pertama
Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan masing-
masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenasi penting dilakukan untuk
mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi kesadaran
yang mengalami penurunan / tidak sadar maka tindakan tanggap darurat yang
dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan :
a) Pemeriksaan dan pembebasan jalan napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahn pada jalan
napas. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan
berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang
dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras
dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan.
Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross Finger, dimana ibu jari
diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
Setelah jalan napas di pastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa
pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan
epiglottis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh dapat dilakukan
dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tild-chin lift) dan
Manuver pendorongan mandibular (Jaw Thrust Manuver).
b) Pemeriksaan dan penanganan masalah usaha napas (breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan teknik melihat
gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan
napas klien (Look, Listen and Feel), biasanya teknik ini dilakukan secara
bersamaan dalam satu waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan
indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan
metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.
c) Pemeriksaan dan penanganan masalah sirkulasi (Circulation)

7
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi jantung,
tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi perdarahan. Klien
dengan trauma dada kadang mengalami kondisi perdarahan aktif, baik
yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma benda tajam maupun
yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup yang
mengenai / melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan
menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai dari
penekanan hingga penjahitan, luka pembuluh darah, hingga prosedur
operatif.
Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi jantung paru) pada penderita
trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-hati agar
tidak menimbulkan atau meminimalisir komplikasi dari RJP seperti fraktur
tulang kosta dan sebagainya
d) Tindakan kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis dan
waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang
mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu :
pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah vena dan AGD, hingga
tindakan operatif yang bersifat darurat.
2. Konservatif
 Pemberian analgetik
 Pemasangan plak / plester
 Jika perlu antibiotika
 Fisiotherapy
3. Invasive / operatif
 WSD (Water Seal Drainage)
 Ventilator

H. Komplikasi
Menurut (Smeltzer, 2002)komplikasi yang mungkin muncul dengan trauma dada adalah :

8
1. Surgical emfisema subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam memungkinkan
keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas : pembengkakan kaki, krepitasi
2. Cedera vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada pericardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang
kembali. Pembuluh vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah
yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothoraks meningkat dan mendorong mediastinum menekan
paru sisi lain.
4. Pleura effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu
sesak napas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila
kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya cairan, udara dan darah
yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda-tanda:
a. Dyspnea sewaktu bergerak/kalau efusinya luas pada waktu istirahat pun bisa
teradi dyspnea.
b. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
c. Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
d. Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu bada di atas normal).
e. Plail chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat inspirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukkan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)
f. Hemopneumothoraks yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian kegawatdaruratan
1. Pengkajian primary survey
a. Data Subjektif
 Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien akan mengeluh sesak
- Pasien akan mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien dengan
fraktur rusuk dan sternum).
- Pasien akan mengeluh batuk berdarah dan berdahak
- Pasien akan mengeluh lemas, lemah.
 Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya.
- Riwayat pengobatan sebelumnya.
b. Data Objektif
 Airway (A)
- Biasanya pasien akan batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang
disertai muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
 Breathing (B)
- Adanya napas spontan dengan gerakan dada asimetris (pada pasien
tension pneumothorax), napas cepat, dyspnea, takipnea, suara napas
gurgling, napas pendek, napas dangkal.
 Circulation (C)
- Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis,
takikardi.
 Disability (D)
- Dapat terjadi penurunan kesadaran (apabila penangan an yang akan
diberikan terlambat).

a. Pengkajian Sekunder

10
 Exposure (E)
- Biasanya ada jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab trauma
pada dinding dada.
 Five Intervention / Full set of vital sign (F)
- Tanda-tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, hipotensi.
- Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemiaa
- Aritmia jantung
- Gambaran pada hasil X-ray yang biasa dijumpai :
 Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate.
 Pneumothorax : batas pleura yang radiolusen dan tipis, hilangnya batas
paru (sulit mendiagnosa pada rontgen dengan posisi supinasi).
 Injury trakeobronkhial : pneumomediastinum, udara di servikal.
 Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
 Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula, dan dislokasi
sternoklavikular.
- CT scan dapat ditemukan gambaran hemothorax, pneumothorax, contusio
paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injury diafragma.
- Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury esofagus.
- Bronchoskopy untuk melihat apakah terjadi tracheobronkhial injury.
- Echocardiogram (ECG) akan memperlihatkan gambaran tamponade jantung
(pada umumya ECG digunakan untuk melihat cedera pada katup jantung).
- Elektrokardiogram (EKG) akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia
berhubungan dengan miokardia konstusion atau iskemia yang berhubungan
dengan cedera pada arteri koronaria.
- Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan dengan
adanya iskemik atau infark yang disebabkan dari hipotensi miokardia
konstusion.
 Give Comfort / Kenyamanan (G) : Pain Assesment (PQRST)
- Adanya nyeri hebat pada dada, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi pada saat
bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen.

11
 Head to toe (H)
Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada :
- Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva pucat, Distensi Vena
Jugularis (DVJ).
- Daerah dada :
 Inspeksi : Penggunaan otot bantu pernapasan Kussmaul, terdapat jejas.
 Palpasi : adanya ketidakseimbangan traktil fremitus, adanya nyeri tekan.
 Perkusi : adanya hipersonor.
 Auskultasi : suara napas gurgling, suara napas krekels, suara jantung
abnormal. Terkadang terjadi penurunan bising napas.
- Daerah abdomen : herniasi organ abdomen
- Daerah ekstremitas : pada palpasi ditemukan penurunan nadi femoralis.
 Inspect the Posterior Surface (I)
- Adanya jejas pada daerah dada.

A. Pengkajian 11 Pola Gordon


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Adanya riwayat benturan pada dinding dada
- Adanya luka atau cedera yang mengenai dinding thorax
- Adanya riwayat kecelakaan bermotor
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Adanya penurunan nafsu makan
- Adanya penurunan berat badan
3. Pola Eliminasi
- Terjadi gangguan pada BAB dan BAK
4. Pola Aktivitas dan Latihan
- Mengalami gangguan karena adanya sesak dan nyeri yang dirasakan

5. Pola Tidur dan Istirahat


- Biasanya pasien akan mengalami gangguan akibat sesak dan nyeri sehinnga
waktu istirahat dan tidur terganggu
6. Pola Persepsi dan Kognitif

12
- Merasakan nyeri
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Biasanya klien tidak begitu mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Ketika
ditanyakan mengenai penyakitnya, klien hanya menjawab perlunya saja.
8. Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama
- Biasanya klien idak mampu menjalankan peran khususnya di keluarga maupun di
komunitasnya
9. Pola Mekanisme Koping dan Tolerensi Terhadap Stress
- Biasanya pasien akan merasakn stress akan penyakitnya
10. Pola Reproduksi dan Seksualitas
- Biasanya pasien akan mengalami gangguan seksualitas akibat kondisi klien yang
lemah sehingga terjadi penurunan hubungan seksualitas
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
- Aktivitas ibadah klien akan terganggu akibat proses penyakitnya.

B. Diagnosa keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)


a. Resiko penurunan curah jantung factor resiko perubahan kontraktilitas (D.0011)
b. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas (D.0005)
c. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif (D.0023)
d. Risiko perfusi perifer tidak efektif factor resiko trauma (D.0015)
e. Nyeri akut (D.0077)

13
C. Intervensi keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Resiko Penurunan Setelah dilakukan Manajemen Aritmia (I.02035)
Curah Jantung tindakan keperawatan …. Observasi :
x/24 jam, diharpkan  Periksan onset dan pemicu
Curah jantung aritmia
Karakteristik hasil :  Identifikasi jenis aritmia
- Kekuatan nadi  Monitor keluhan nyeri dada
perifer meningkat  Monitor saturasi oksigen
- Gambaran EKG Terapeutik :
aritmia menurun  Berikan lingkungan yang tenang
 pasang monitor jantung
 Rekam EKG 12 sadapan
 Lakukan maneuver valsava
 Berikan oksigen,sesuai indikasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian aritmia
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
efektif tindakan keperawatan
Observasi :
diharapkan
Pola nafas  Monitor pola napas
Kriteria hasil :
 Monitor bunyi napas tambahan
- Ventilasi semenit
meningkat  Monitor sputum
- Kapasitas vital
Terapeutik :
meningkat
- Dyspnea menurun  Pertahankan kepatenan jalan
- Frekuensi nafas
napas dengan head-tilt dan chin-
membaik
- Kedalam nafas lift (jaw-thrust jika curiga
membaik
trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen
Edukasi :
 anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
Kolaborasi :

14
 kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,muko
litik
3. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I. 03116)
tindakan … x/24jam Observasi :
diharapkan :  Periksa tanda dan gejala
Status nutrisi hipovolemia
Kriteria hasil  Monitor intake dan output
- Kekuatan nadi cairan
meningkat Terapeutik :
- Tekanan darah  Hitung kebutuhan cairan
meningkat  Berikan posisi modified
trendelenburg.
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghidari perubahan
posisi mendadakan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCL,RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCL 0,4 %)
 Kolaborasi pemberian produk
darah
4. Resiko perfusi Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
perifer tindakan keperawatan Observasi :
selama …x/24 jam  Periksa sirkulsi perifer
diharapkan  Identifikasi factor resiko
Perfusi perifer gangguan sirkulasi
Kriteria hasil Terapeutik :
- Denyut nadi  Hindari pemasangan infus atau
perifer pengambian darah di area
meningkat keterbatasan perfusi
- Warna kulit  Hindari pengukuran tekanan

15
pucat menurun darah pada ektremitas dengan
- Akral membaik keterbatasan perfusi
- Turgor kulit Edukasi :
membaik  Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporankan
( mis. Rasa sakit yang tidak
berkurang saat
istirahat,hilangnya rasa)

5. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


tindakan keperawatan Observasi:
selama …x/24 jam  Identifikasi lokasi
diharapkan ,karakteristik,durasi,frekuensi,k
ualitas,intensitas nyeri
Kriteria hasil  Identifiksi skala nyeri
- Keluhan nyeri  Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun nyeri
- Meringis menurun Terapeutik :
- Kesulitan tidur  Berikan teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- Pola nafas  Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik  Pertimbangkan jenis dan sumber
- Tekanan darah nyeri dalam pemilihan strategi
membaik meredahkan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab , periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredahkan
nyeri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang di sebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru,
diafragma, atau organ-organ dalam mediastinum baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan system pernapasan.
Cedera pada dada secara luas di klasifikasikan menjadi dua kelompok cedera
penetrasi dan tumpu. Cedera penetrasi (misalkan pneumotoraks terbuka, hemotoraks,
cedera trekheobronkhial, kontusio pulmonal, rupture diafragma) mengganggu integritas
dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekan intratoraks. Cedera tumpul
(nonpenetrasi) (misalnya pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cedera
trakheobronkhia, flail chest, rupture diafragma, cedera mediastinal, fraktur rusuk)
merusak struktur di dalam rongga dada tanpa mengganggu integritas dinding dada.

B. Saran

17
Dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sebagai perawat dalam
melakukan Asuhan Keperawatan Tentang Trauma Dada. Dan juga dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

muttaqin, A. (2008). asuhan keperawatan gangguan sistem pernafasan. salemba medika.

Nyoman, N. I., Widyastuti, S. R. I., Putu, N. I., Juli, E. V. A., & Sumadi, A. A. G. P. (2012).
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Klien Dengan Trauma Thorax. 0802105055, 0–26.

Shamsuhidajat, R. (2004). Buku ajar ilmu bedah.

Smeltzer, S. C. (2002). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKALBEDAH (8 ed.). EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (1
ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (1
ed.). DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (1 ed.).
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai