Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MATERNITAS

“PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN SEBAGAI HASIL


KOLABORASI (OPERATIF, KEMOTERAPI)”

Oleh :

Kelompok 5

Nama Anggota Kelompok

1. Ni Kadek Dian Karmila Yanti (P07120219056)


2. Putu Arsienda Dahata Ulmafema (P07120219060)
3. Dewa Ayu Putri Widyani (P07120219071)
4. Ni Nyoman Triyana Sari (P07120219079)
5. Putu Mia Rusmala Dewi (P07120219083)
6. Ni Kadek Yuni Anggreni (P07120219088)
7. Ni Komang Indah Kusuma Dewi (P07120219091)
8. Kadek Sari Savitri (P07120219094)
9. I Wayan Yogik Prayoga (P07120219095)
10. Komang Nova Sadana Yoga (P07120219102)

Kelas 2B/ S.Tr.Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul “Persiapan Pasien Yang Akan
Dilakukan Tindakan Sebagai Hasil Kolaborasi (Operatif, Kemoterapi)” bisa terselesaikan
dengan tepat waktu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, saran dan kritikan yang bersifat konstruktif diharapkan demi terciptanya tujuan
yang ingin dicapai. Atas bantuan dan kritikan serta saran dari semua pihak, maka penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 24 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Persiapan Operasi Kanker Serviks (Histerektomi)………………………………. 4

B. Persiapan Operasi Mioma Uteri (Miomektomi)……………………………………8

C. Persiapan Kuretase / Curtage……………………………………………………...11

D. Persiapan Kemoterapi Kanker Serviks……………………………………………19

E. Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif…………………………………………25


F. Gambaran Umum Masing-Masing Tahap Dalam Keperawatan dan
Kolaboratif…………………………………………………………………………..26

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 28

3.2 Saran .......................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan dari pertumbuhan sel
abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh, kanker ini adalah perubahan (mutasi)
genetik dari sel. Mutasi genetik akan membuat sel menjadi abnormal. Mekanisme
sehingga terjadinya kanker, diawali dari Karsinogen, karsinogen ini merupakan segala
sesuatu yang menyebabkan tumbuhnya sel kanker yang akan bereaksi dengan DNA
sehingga DNA mengalami perubahan. Satuan terkecil dari DNA adalah gen dan akan
terjadi perubahan gen atau mutasi gen dan muncul kanker. Pada salah satu jenis
kanker yang sering menyerang terutama pada wanita yaitu kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada sel-sel di leher rahim. Kanker
ini terjadi saat ada sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan
berkembang terus dengan tidak terkendali. Sel-sel abnormal ini dapat berkembang
dengan cepat, sehingga mengakibatkan tumbuhnya tumor pada serviks. Tumor yang
ganas ini kemudian akan berkembang dan menjadi penyebab kanker serviks. Selain
Kanker Serviks terdapat juga penyakit Mioma Uteri. Mioma uteri merupakan suatu
pertumbuhan massa atau daging di dalam rahim atau di luar rahim yang tidak bersifat
ganas. Mioma dari sel otot polos yang terdapat di rahim dan pada beberapa kasus juga
berasal dari otot polos pembuluh darah rahim. Jumlah dan ukuran mioma bervariasi,
terkadang ditemukan satu atau lebih dari satu. Pada umumnya, mioma terletak di
dinding rahim dan bentuknya menonjol ke rongga endometrium atau permukaan
rahim. Sebagian besar mioma tidak bergejala ditemukan pada wanita usia 35 tahun,
sedangkan sebagian kecil lainnya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu
pemeriksaan rutin pada wanita usia reproduksi atau usia subur.
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasive
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2010). Selain operasi terdapat juga
tindakan yang lain yaitu kuretase, biopsi dan kemoterapi. Kuretase adalah cara
membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum

1
melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya untuk
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misanya perforasi (Sofian, 2011). Biopsi
adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan
jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Risiko yang dapat
ditimbulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Kemoterapi
adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.Tidak seperti radiasi atau operasi
yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh
atau metastase ke tempat lain (Rasjidi,2007).
Tim pelayanan kesehatan merupakan sekelompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim akan berjalan
dengan baik bila setiap anggota tim memberikan kontribusi yang baik. Anggota tim
kesehatan antara lain dokter, perawat, fisioterapis, radiolog, laboran, ahli gizi, dan
juga apoteker. Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan
dan praktik bersama sebagai kolega. Bekerja saling ketergantungan dalam batasan-
batasan lingkup kerja mereka dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu
keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation, 1994).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana persiapan operasi Kanker Serviks (Histerektomi) ?
2. Bagaimana persiapan operasi Mioma Uteri (Miomektomi) ?
3. Bagaimana persiapan Kuretase / Curtage?
4. Bagaimana persiapan Kemoterapi Kanker Serviks ?
5. Bagaimana konsep dasar keperawatan perioperative ?
6. Apa gambaran umum masing-masing tahap dalam keperawatan dan kolaboratif ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui persiapan operasi Kanker Serviks (Histerektomi).
2. Untuk mengetahui persiapan operasi Mioma Uteri (Miomektomi).
3. Untuk mengetahui persiapan Kuretase / Curtage.
4. Untuk mengetahui persiapan kemoterapi Kanker Serviks.

2
5. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan perioperative.
6. Untuk mengetahui gambaran umum masing – masing tahap dalam keperawatan
dan kolaboratif.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persiapan Operasi Kanker Serviks (Histerektomi)

Ada beberapa jenis metode operasi yang dapat dilakukan untuk menangani kanker
serviks, salah satunya yaitu Histerektomi

a. Definisi

Histerektomi berasal dari bahasa Yunani yakni hystera yang berarti


“rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi
pengangkatan rahim. Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui
pembedahan, pembedahan yang dilakukan dilakukan untuk keganasan maupun
bukan keganasan yang sering dilakukan pada wanita usia subur.

b. Tujuan :

Tujuan atau kegunaan histerektomi adalah untuk mengangkat rahim


wanita yang mengidap penyakit tertentu dan sudah menjalani berbagai
perawatan medis, namun kondisinya tidak kunjung membaik. Pengangkatan
uterus merupakan solusi terakhir yang direkomendasikan pada pasien, jika
tidak ada pengobatan lain atau prosedur yang lebih rendah resiko untuk
mengatasi masalah tumor atau kista pada organ reproduksinya.

c. Indikasi

Menurut Benson Dan Phernoll (2008), indikasi histerektomi yaitu

a) Keganasan ginekologi
1. Serviks
2. Uterus
3. Ovarium
4. Tuba
b) Penyakit jinak ginekologi

4
1) Leioma uteri
2) Adenomiosis bergejala
3) Edometriosis bergejala
4) Sindrom relaksasi panggul bergejala
5) nyeri panggul pusat sehingga menimbulkan ketidakmampuan
kronis
6) penyakit radang pelvis berat atau abses pelvis
c) Komplikasi obstetrik
1. Perdarahan uterus yang tidak dapat dikembalikan
2. Kehamilan mola
d. Prosedur Histerektomi
1) Pre Operasi

Sebelum operasi, dokter akan melakukan beberapa tes untuk


memeriksa apakah dapat menjalani operasi. Ahli bedah juga akan
memilih jenis operasi yang tepat untuk penderita. Tes yang diperlukan
adalah:

a. Tes Pap (dikenal sebagai tes Papanicolaou), yang mendeteksi


secara dini adanya sel-sel serviks yang abnormal atau kanker
leher rahim.
b. Biopsi endometrium, yang mendeteksi sel abnormal pada
endometrium atau memeriksa keberadaan kanker endometrium.
c. USG panggul, yang membantu dokter mengidentifikasi ukuran
fibrosis rahim, polip endometrium, atau kanker ovarium.

Sebelum tes, dokter akan memberikan beberapa obat-obatan untuk


membersihkan saluran pencernaan. Ini merupakan proses yang
diperlukan dalam pembedahan. Selain itu, perlu pembersihan vagina
(douchevagina) untuk mengurangi resiko infeksi sebelum dan setelah
operasi. Tepat sebelum operasi, dokter akan menyuntikkan antibiotic
melalui pembuluh darah untuk mengurangi risiko infeksi setelah
operasi.

5
Persiapan Pasien

a. Persiapan Urogenital dilakukan pengosongan kandung kemih


dengan kateterisasi kandung kemih
b. Obat-obatan pramedikal yaitu penyuntikan pengantar pada
penderita yang ditentukan oleh ahli bius
c. Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi.
Status klien. Hasil-hasil Laboratorium.
d. Persiapan Psikologis. Pasien dan keluarga perlu diberi
kesempatam bertanya mengenai fungsi reproduksi dan seksnya.
Beri penjelasan tentang operasi histerektomi yang akan
dilakukannya
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
● Cek gelang identitas
● Lepas perhiasan pasien
● Bersihkan cat kuku
● Lepaskan kontak lensa
● Alat bantu pendengaran dapat dipasang bila pasien tidak
dapat mendengar tanpa alat
● Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien risiko tinggi
terhadap syok. Ganti pakaian operasi.
f. Transportasi ke kamar operasi perawat menerima status pasien,
memeriksa gelang pengenal, menandatangani inform consent,
pasien dilindungi dari kedinginan dengan memberi selimut.
g. Preoperatif Setengah bagian abdomen dan region pubis serta
perineal dicukur dengan sangat cermat dan dibersihkan dengan
sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak menganjurkan
pencukuran pasien).

Persiapan Alat dan bahan

1. Meja Mayo
2. Set tenun
3. Set instrument dasar ditambah : kogle tang, liver hak
4. Obat-obatan :

6
● Bethadine
● NaCl
● Alkohol
● Sorfratule
5. Benang-benang :
● Chromik 1
● Silk 1
● Vicryl 1
● Plain 2/0
● Vicryl 3/0
6. Kabel diatermi
7. Mata Pisau no.20
8. kassa dan rol kassa
9. Handscoon
10. Hypafix
2) Saat dilakukan Operasi

Operasi dilakukan di bawah anastesi. Biasanya memakan waktu satu


jam. Proses operasinya sebagai berikut:

a. Pertama,dokter bedah membuat sayatan, yang biasanya berada


di bawah garis pusar perut.
b. Kedua,dokter bedah akan menarik dan membuka dinding perut
kedua sisi dan memasukkan instrument untuk mengangkat
rahim.
c. Ketiga, setelah usai pengangkatan rahim, baian perut yang
disayat tersebut dijahit untuk menutup luka. Dalam kebanyakan
kasus, ahli bedah juga akan mengangkat leher rahim
3) Pasca Operasi
a. Pemantauan yang seksama ditujukan pada parameter:
1. Kesadaran, diawasi sampai sadar baik
2. Pernapasan, diupayakan agar segera bernapas spontan dan
adekuat, bebas dari pengaruh efek sisa obat pelumpuh otot.
3. Denyut nadi, tekanan darah

7
4. Suhu tubuh

b. Pasien kembali ke ruangan setelah memenuhi kriteria pemulihan


Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar/recovery room sampai kondisi
pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi
syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
Pasien boleh kembali keruangan apabila nilai aldretenya sudah
mencapai 10 dan tidak ada faktor penyulit lain. Obyek yang dinilai
dalam Skor aldrete adalah aktivitas, respirasi, tekanan darah,
kesadaran dan warna kulit. Penilaian dilakukan pada saat masuk,
dan penilaian dilanjutkan setiap saat dan dicatat setiap 5 menit
sampai tercapai skor 10

B. Persiapan Operasi Mioma Uteri (Miomektomi)


a. Definisi.

Mioma uteri adalah sejenis tumor jinak uterus yang paling banyak
mengenai wanita. Tumor ini terdapat pada hampir 20% wanita yang umurnya
di atas usia 35 tahun. Selain karena pengaruh atau faktor kehamilan yang
sudah pernah di alami, tumor mioma ini juga diakibatkan oleh pembesar
uterus yang sering terjadi. Tumor ini berasal dari sel-sel otot polos uterus.
Mioma uteri ini dapat bersifat tunggal maupun bersifat multipel.
Konsistensinya keras, berbatas tegas, dan sering mempunyai pseudokapsul
sehingga dapat di enukleasi.

Miomektomi adalah tindakan pembedahan dengan melakukan


laparatomi atau insis idinding uterus untuk mengeluarkan myoma.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus.

b. Tujuan

Operasi untuk Menghilangkan Mioma Uteri, pada operasi mioma uteri


ini bertujuan untuk menghilangkan tumor ataupun mematikan sel-tumor
tersebut.

8
c. Prosedur operasi mioma uteri

1) Pre Operasi
Persiapan Pasien
• Persiapan mental
Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Persiapan mental dapat
dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.
Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang
menenangkan hati pasien untuk menjalani operasi.
• Latihan Sebelum Operasi
1. Latihan napas dalam
Latihan napas dalam sangat bermanfaat untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu
pasien relaksasi dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
2. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi pasien
setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret.
3. Latihan gerak sendi
Merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang
keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak
pasien yang tidak berani menggerakan tubuhnya karena
takut jahitan.
• Obat-obatan sebelum operasi
Sebelum Operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan
diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan
kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

9
● Beberapa hal yang akan dilakukan sebelum opeasi miom dapat
mencakup:
- Tes darah
- Elektrokardiogram
- Pemindaian MRI
- USG panggul

Persiapan Alat
1. Persiapan anastesi
• 2 buah cucing
• 1 buah bengkok
• Kassa steril
• 1 buah tampon tang
• Oksigen
• Mesin atau monitor anastesi lengkap
• 1 duk lubang
2. Peralatan Miomektomi :
• Nafudder 2 buah
• Ring klem 2 buah
• Duk klem 6 buah
• Musquito 2 buah
• Koher lurus 1 buah
• Koher bergigi 4 buah
• Hand mess no.20
• Gunting 1 buah
• Hak daun 1 buah
• Langen back 1 buah
• Cangkul besar 1 buah
• Cangkul besar lurus 1 buah
• Pinset anatomi 1 buah
• Pinset cirurgis 1 buah
• Bengkok 1 buah
• Cucing 2 buah

10
• Myom bor
• Selang suction
• handscoon
2) Saat dilakukan Operasi
• Didalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhadap
pasien yaitu berupa penutupan pasien dengan menggunakan
peralatan tenun steril dan hanya bagian yang akan di insisi saja
yang dibiarkan terbuka
• Pembiusan, menghilangkan rasa sakit ketika melakukan operasi
• Lamanya waktu operasi pengangkatan mioma 1-1,5 jam
bergantung dari keadaan pasien.
3) Pasca Operasi

● Setelah melakukan miomektomi, akan merasakan sakit setelah


operasi. Dokter akan memberikan obat untuk mengobati rasa
sakit
● Pemantauan kondisi pasien sebelum dipindahkan ke ruang
perawatan.
● Pasien dibawa ke ruang rawat
Ketika pasien sudah mencapai ruang rawat, hal yang harus kita
lakukan, yaitu :
a) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien,
drainage, tube/selang dan komplikasi.
b) Manajemen luka, meliputi perawatan luka samapi
dengan pengangkatan jahitan
c) Mobilisasi dini, yang dapat dilakukan meliputi ROM,
nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan
mengeluarkan sekret dan lendir.

C. Persiapan Kuretase/Curtage
a. Definisi

Kuretase cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase


(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan

11
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan
besarnya uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan
misalnya perforasi (Sofian, 2011). Kuretase adalah serangkaian proses
pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan
invasi dan manipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.

Pendekatan transerviks pada abortus bedah mensyaratkan bahwa


serviks mula mula harus dibuka (dilatasi) dan kemudian kehamilan di evakuasi
dengan mengerok keluar secara mekanis isi (kuretase tajam), dengan mengisap
keluar isi (kuretase hisap), atau keduanya. Namun paling sering digunakan
adalah kuret hisap tapi memerlukan kanula kaku yang dihubungkan ke sumber
vakum bertenaga listrik (Cunningham, et al, 2014).

b. Tujuan Kuretase

menurut Damayanti (2014) bahwa tujuan kurtase dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim

Merupakan mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim,


sehingga dapat diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang
terjadi misalnya perdarahan pervagina yang tidak teratur, perdarahan
hebat, kecurigaan akan kanker endometriosis atau kanker rahim,
pemeriksaan kesuburan/fertilitas.

2. Kuret sebagai terapi

Bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada


keguguran kehamilan dengan cara mengeluarkan hasil kehamilan yang
telah gagal berkembang, menghentikan perdarahan akibat mioma dan
polip dari dalam rongga rahim, ,menghentikan perdarahan akibat
gangguan hormone dengan cara mengeluarkan lapisan dalam
mengeluarkan lapisan dalam rahim misalnya kasus keguguran,
tertinggalnya sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proses
persalinan, hamil anggur, menghilangkan polip rahim.

12
c. Indikasi Kuretase

Menurut Supriyadi (1994), indikasi kuretase dibagi menjadi dua yaitu :

1) Diagnostik : Jaringan Endometrium untuk diagnosis histologi


2) Terapeutik : Pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau
melahirkan, mengangkat polip atau endometrium hiperplastik
d. Prosedur Kurtase
1) Persiapan sebelum Kuretase

Konseling pra tindakan :

1. Memberi informed consent


2. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
3. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang
dilakukan : garis besar prosedur tindakan, tujuan, dan manfaat
tindakan.
4. Memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien
dipuasakan.

Pemeriksaan Sebelum Kurtase

1. USG (Ultrasonografi)
2. Mengukur tensi dan Hb darah
3. Memeriksa sistim pernapasan
4. Mengatasi Perdarahan
5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit.

Persiapan Pasien

1. Mengosongkan Kandung Kemih


2. Membersihkan genetalia eksterna
3. Membantu pasien Naik ke meja ginjek
4. Lakukan pemeriksaan umum : Tekanan darah, Nadi, Keadaan
Jantung, dan Paru-paru.
5. Pasang infuse cairan sebagai profilaksis

13
6. Pada umumnya diperlukan anastesi infiltrasi lokal atau umum
secara Intravena dengan ketalar.
7. Sebelum masuk ke ruang opersi, terlebih dahulu pasien harus
dipersiapkan dari ruangan.
8. Puasa : saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam
sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong
sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal
9. Cek adanya perdarahan

Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah


pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada
indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai
masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan
kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan
dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing masing,
dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang
saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat
pelaksanaan kuret, pasca kuret, dan sampai pasien sembuh.

10. Persiapan Psikologis

Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani


kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia
kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang
merasakan biasa saja, seperti halnya persalinan normal, sakit
tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat
berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan
bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa
sakit sangat mungkin terjadi karena rasa takut akan menambah
kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat
bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis
rasa takutnya udah bekerja lebih dahulu.

11. Mengganti baju pasien dengan baju operasi

14
12. Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai
identitas
13. Pasien dibawa keruang operasi yang telah ditentukan .
14. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan
dilakukan, kemudian pasien dibius dengan anesthesi narkose
15. Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan
monitor EKG
16. Bebaskan area yang akan dikuret

Persiapan Alat dan Obat

1) Alat tenun, terdiri dari :


● Baju operasi
● Laken
● Doek kecil
● Sarung meja mayo
2) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat
dalam keadaan aseptik berisi :
● Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan
SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah.
● Sonde (penduga) uterus:
1) untuk mengukur kedalaman rahim
2) untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
● Cunam Muzeus atau Cunam porsio
● Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
● Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1
SET)
● Cunam Tampon (1 buah)
● Pinset dan Klem
● Kain steril, dan sarung tangan 2 pasang
● Menyiapkan alat kuret AVM
● Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
● Meja dorong atau meja instrument
● Wadah Instrumen khusus (untuk prosedur AVM)

15
● AVM Kit ( tabung, adaptor dan kanula)
● Tenakulum(1buah)
● Klem Ovum/fenster (2 buah)
● Mangkok Logam
● Dilagator/busi hegar (1 set)
● Lampu sorot
● kain atas bokong dan penutup perut bawah
● Larutan antiseptik (klorheksidin, povidon, iodin,
alkohol)
● Tensimeter dan Stetoskop
● Sarung Tangan DTT(Desinfeksi Tingkat Tinggi)
● Set Infus
● Abocatt
● Cairan infus
● Wings
● Kateter karet 1 buah
● Spuit 3 cc dan 5 cc
3) Obat-obatan
● Analgetik (Petidin 1-2 mg/Kg BB)

Indikasi : Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah

Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkoholisme


akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau
cedera kepala

Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,


ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan
Sediaan Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg

● Ketamin HCL 0.5 ml/Kg


2) Saat dilakukan tindakan
1. Menentukan Letak Rahim

Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam dengan


menggunakan alat-alat yang ummnya terbuat dari metal dan

16
biasanya melengkung. Karena itu alat-alat tersebut harus
dimasukkan sesuai dengan letak rahim. Tujuannya supaya tidak
terjadi salah arah (fase route) dan perforasi.

2. Pendugaan Rahim (Sondage)

Yaitu dengan memasukkan penduga rahim sesuai dengan letak


rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim.
Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim membentur
fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau
dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca
berapa cm dalamnya rahim.

3. Kuretase

Pada teknik ini harus memakai sendok kuret yang cukup besar.
Jangan memasukkan sendok kuret dengan kekuatan, dan
pengerokan biasanya dimulai di bagian tengah. Memakai
sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) lebih efektif dan
lebih terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim
dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian, kita
tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan (Sofian, 2011).

4. Kuretase dengan cara penyedotan (suction curretage)

Dalam tahun-tahun terakhir ini lebih banyak digunakan oleh


karena perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi
lebih kecil. Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak
serta besarnya uterus ditentukan dengan pemeriksaan bimanual,
bibir depan serviks dipegang dengan cunam serviks, dan sonde
uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalanya
kavum uteri. Anastesi umum dengan penthoal sodium, atau
anastesia percervikal block dilakukan dan 5 satuan oksitosin
disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung kencing dekat
pada perbatasanya pada serviks.

17
3) Setelah dilakukan tindakan
● Setelah melakukan kuret, pasien tinggal beberapa jam di ruang
rawat agar dokter dapat memantai jika terjadi pendarahan atau
ada komplikasi lain pasca kuret.
● Beberapa jam itu juga digunakan untuk memulihkan fisik
akibat efek anastesi.
● Jika pasien mendapati general anastesi, mungkin akan
merasakan mual atau muntah. Bisa pula mengalami sakit
tenggorokan.
● Efek samping kuret yang normal akan terasa beberapa hari
kemudian, efeknya yaitu kram ringan dan flek.
● Pasien akan dapat beraktivitas kembali setelah 1 atau 2 hari
pasca kuret.
● Perlu diingat, setelah melakukan kuret jangan dahulu
memasukan apapun atau berhubungan intim dengan suami. Hal
ini untuk menghindari masuknya kuman atau penyebaran
penyakit lainnya.
● Selain itu, untuk mempercepat pemulihan pasca kuret maka ada
beberapa perawatan yang bisa dilakukan di rumah.

Komplikasi yang dapat terjadi setelah Kuretase yaitu :

1. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat


bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding
uterus yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke rongga
peritoneum, ke ligatum latum, atau ke kandung kencing.
Bahaya perforasi adalah perdarahan dan peritonitis. Apabila
terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, maka
penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati
keadaan umum nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunya
hemoglobin dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan
atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparotomi
percobaan dengan segera.

18
2. Luka pada Serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksaan


maka dapat timbul robekan pada serviks dan perlu dijahit.
Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat
yang segera timbul adalah perdarahan yang memerlukan
pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka
panjang ialah kemungkinan timnulnya incompetent cervik.

3. Perlekatan dengan kavum uteri

Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan


pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi
jaringan sampai terkerok, karena hal itu dapat menyebabkan
terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat.
Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila
tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut
lagi.

4. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada


molahidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika
perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah
kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan
vagina (Prawirohardjo, 2007).

D. Persiapan Kemoterapi Kanker Serviks


a. Definisi

Kemoterapi adalah salah satu prosedur pengobatan dengan


menggunakan bahan kimia yang sangat kuat untuk menghentikan atau
menghambat pertumbuhan sel kanker dalam tubuh. Selain penyakit kanker,
kemoterapi juga digunakan untuk pengobatan penyakit sumsum tulang dan
gangguan sistem imunitas tubuh, seperti lupus atau rheumatoid arthritis.

19
Kemoterapi dapat dipadukan dengan metode pengobatan, seperti terapi
hormon, operasi, serta radioterapi. Pelaksanaan prosedur ini bisa dilakukan
dirumah dengan mengonsumsi obat kemoterapi oral atau melalui infus yang
dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter. Pilihan ini ditentukan
berdasarkan jenis kanker, stadiumnya, serta kondisi kesehatan pasien. Waktu
pelaksanaan kemoterapi biasanya dapat berlangsung selama beberapa bulan
yang terbagi dalam beberapa sesi. Prosedur ini adalah pengobatan sistemik
yang berpengaruh pada seluruh tubuh, sehingga dapat menimbulkan berbagai
efek samping yang dirasakan pasien pasca terapi.

b. Indikasi Kemoterapi

Pelaksanaan kemoterapi menjadi metode pengobatan utama kanker yang


dianjurkan oleh dokter karena bertujuan untuk:

● Menghambat penyebaran kanker.


● Menyembuhkan kanker secara keseluruhan. Kemoterapi ini juga
digunakan pasca prosedur operasi guna membunuh sel kanker yang
masih tersisa dalam tubuh.
● Meningkatkan keberhasilan metode pengobatan lain, praoperasi atau
kemoterapi yang dikombinasikan dengan radioterapi.
● Meringankan gejala yang diderita.
c. Prosedur Kemoterapi
1) Pra Kemoterapi
● Anamnesis
● Membuat dokumentasi riwayat penyakit pasien secara lengkap
termasuk riwayat lengkap termasuk riwayat kemoterapi pasien
sebelumnya
● Membuat persetujuan tindakan medic (informed consent )
● Menjelaskan tentang penyebab penyakit, obat dan prosedur
yang akan dilakukan dalam kemoterapi, dan efek samping
kemoterapi.
● Penting bagi pasien dan keluarganya untuk mengetahui
keduanya, resiko dan manfaat kemoterapi.
● pemeriksaan fisik

20
● pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan
laboratorium dan pastikan hemoglobin > 10 gram % untuk
hemoglobin > 10 gram % untuk rencana kemotera rencana
kemoterapi, Hb >11 gram pi, Hb >11 gram % untuk kemoterapi
dan % untuk kemoterapi dan radiasi. Pemeriksaan Biopsi PA,
USG ginekologi atau onkologi, dan dan rontgen thorax.
● Periksa darah lengkap sebelum dan secara regular selama
kemoterapi.
● Evaluasi fungsi hati, ginjal dan jantung
● Evaluasi kimia darah dan elektrolit
● Hidrasi selama 24 jam, alkalinisasi (pH 7-7,5)
● Jika ada demam lakukan biakan darah, obati sebagai sepsis,
berikan antibiotic minimal selama 3 hari sebelum kemoterapi
● Jika didapati anemia, Hb<6 gr/dl, berikan PRC usahakan Hb
diatas 9 gr/dl
● Lakukan eradikasi parasite (cacing) tanpa memandang hasil
pemeriksaan feses.
● Pemberian nutrisi yang baik.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menekan Makan


makanan yang berigizi dan minum banyak rasa mual adalah :

1. Makan dan minum secara normal sampai kurang lebih 2


jam sebelum kemoterapi
2. Makan makanan yang tinggi kalori, tinggi karbohidrat
dan protein, rendah lemak dan hindari makanan yang
terlalu berbumbu dan merangsang.
● Mengukur berat badan, tinggi badan dan menghitung luas
permukaan tubuh.

Persiapan sebelum kemoterapi dilakukan untuk mengantisipasi


efek yang ditimbulkan pasca terapi.

21
● Sebagian orang merasa lemas dan lelah setelah kemoterapi,
oleh karena itu, sebaiknya minta bantuan orang lain untuk
mengantar dan menemani saat pelaksaaan kemoterapi.
● Pasien membutuhkan membutuhkan waktu istirahat yang cukup
pasca kemoterapi. Oleh karena itu, diperlukan bantuan dalam
melakukan pekerjaan di rumah atau mengurus anak, setidaknya
selama satu hari setelah kemoterapi.
● Sebaiknya jam kerja disesuaikan dengan kondisi fisik.
Pengaturan jam kerja yang sesuai dengan beban kerja yang
lebih ringan perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi efek
pasca kemoterapi.
● Bicarakan dan rencanakanlah segala sesuatunya dengan dokter,
keluarga atau sahabat yang dapat memberi dukungan selama
proses terapi.
Persiapan Obat dan alat
● Persiapan protocol pengobatan
● Perhitungan dosis obat berdasarkan umur penderita dan luas
permukaan tubuh atau berat badan penderita
● Penyediaan obat-obat yang diperlukan dalam kemoterapi sesuai
protocol pengobatan
● Penyediaan infuse set, obbocath, dan cairan untuk rehidrasi
● Spoit ( syringe) 3cc, 5cc, 10cc
● Handscoon / sarung tangan steril
● Jarum spinal no 20 (untuk kemoterapi intratekal)
● Antiseptic

Alat

1. Jas Dokter warna biru muda

2. Alas pasien (Underpad/jas warna biru tua)

3. Masker

4. Penutip kepala

22
5. Handschoen steril

6. Doek steril

7. Nierbek

8. Kom

9. Dispissible syringe 50 cc (dengan TIP)

10. Jarum spinal

11. Papan slide

12. Objek glass/slide

13. Cotton but

14. Kasa steril

15. Plester

16. Tissue

17. Botol Liquor

Bahan

1. Lidocain ampul (2 ampul dalam dispossible 5 cc/ 1 pasien)

2. Betadine (telah disiapkan dalam kom)

3. Alkohol 70%

2) Selama Dilakukan Tindakan Kemoterapi

Umumnya kemoterapi di rumah sakit diberikan intravena yaitu


melalui infus, kendati terkadang kemoterapi juga bisa dilakukan
melalui oral dalam bentuk tablet. Pada prosedur kemoterapi intravena,

23
obat disalurkan dari sekantong cairan obat yang disambungkan dengan
selang menuju salah satu pembuluh vena.

Penyaluran cairan obat tersebut dapat dilakukan melalui selang


PICC (peripherally inserted central catheter) yang terpasang di dalam
vena lengan pasien selama beberapa minggu atau bulan. Selang
tersebut disambungkan pada sebuah pompa untuk mengatur jumlah
obat dan kecepatan penyaluran obat. Serupa dengan kinerja selang
PICC, penyaluran obat kemoterapi juga bisa dilakukan dengan sebuah
selang yang dimasukkan ke dalam dada dan disambungkan ke salah
satu vena dekat jantung (central line).

Selain itu, penyaluran obat juga dapat dilakukan melalui selang


cannula yang dipasang sementara untuk jangka pendek di dalam vena
pada punggung tangan atau lengan bawah. Bisa juga melalui implanted
port , yaitu sebuah alat kecil yang ditanam di bawah kulit selama
periode terapi. Untuk menyalurkan cairan obat, digunakan jarum yang
ditusukkan ke alat tersebut dengan menembus kulit.

Di samping intravena, kemoterapi bisa dilakukan melalui arteri


di sekitar lokasi kanker (intra-arterial). Sedangkan untuk kanker pada
organ seperti usus, lambung, hati, indung telur, dilakukan kemoterapi
pada rongga perut (intraperitoneal chemotherapy). Kemoterapi juga
dapat dilaksanakan melalui penyuntikan obat, meskipun ini jarang
dilakukan. Beberapa di antaranya adalah melalui penyuntikan ke
bawah permukaan kulit (subcutaneous chemotherapy), penyuntikan ke
dalam otot (intramuscular chemotherapy), atau penyuntikan langsung
ke tulang belakang (intrathecal chemotherapy). Sedangkan untuk kasus
kanker kulit, kemoterapi yang diberikan umumnya adalah dalam
bentuk krim.

3) Pasca kemoterapi
● Memantau kondisi fisik pasien oleh tim dokter untuk
mengetahui tingkat keberhasilannya. Pemantauan atau

24
monitoring tersebut bisa berupa pemeriksaan darah dan
pemindaian tubuh secara teratur.
● Memantau bagaimana efek samping yang ditimbulkan pasca
prosedur kemoterapi. Dengan demikian, tim dokter dapat
melakukan penyesuaian terhadap pelaksanaan kemoterapi.

E. Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif


Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen
yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang
mendasari sebab kolaborasi adalah tujuan yang sama. Kesamaan persepsi, kemauan
untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis
masyarakat (CIFOR/PILL, 2005).
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir setiap pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah,
dokter anestesi, dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah
peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di
kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak
memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah
ambulatory. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi
pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi
anastesi local, regional atau umum.
sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan
pembedahan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dimana perkembangan
teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang
lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro atau penggunaan laser,
peralatan by pass lebih canggih dan peralatan monitoring yang lebih sensitif.

25
Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan
penggunaan obat-obatan anestesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan
berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anestesi
tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-masing personal
sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Istilah perioperative adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase,
intraoperative phase, dan postoperative phase. Masing-masing fase di mulai pada
waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan strandar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan
perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten
dalam keperawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu
bentuk pelayanan prima.

F. Gambaran Umum Masing-Masing Tahap Dalam Keperawatan dan Kolaboratif.


1. Fase pra operatif; dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah
dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan
selama lingkup tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di
tatanan klink ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien
untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan.
2. Fase intra operatif; dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup
aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi
intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
3. Fase pasca operatif; dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan
berahir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup
aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini.
Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi
vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada

26
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak
lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta
pemulangan.

27
BAB III
KESIMPULAN

Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini terjadi
pada sel-sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan
tidak terkendali. Terdapat beberapa cara dalam menangani kanker serviks salah satunya yaitu
Operasi Kanker Serviks (Histerektomi) yang berasal dari bahasa Yunani yakni hystera yang
berarti “rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Tujuan atau kegunaan histerektomi
adalah untuk mengangkat rahim wanita yang mengidap penyakit tertentu dan sudah
menjalani berbagai perawatan medis, namun kondisinya tidak kunjung membaik. Kemudian
terdapat Operasi Mioma Uteri (Miomektomi) yang merupakan tindakan pembedahan dengan
melakukan laparatomi atau insisi dinding uterus untuk mengeluarkan myoma singkatnya
miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Operasi
Miomektomi bertujuan untuk menghilangkan mioma uteri, pada operasi mioma uteri
bermanfaat untuk menghilangkan tumor ataupun mematikan sel-tumor. Kemudian Persiapan
Kuretase/Curtage merupakan serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan manipulasi instrument (sendok kuret) ke
dalam kavum uteri. Tujuan Kuretase menurut Damayanti (2014) dibagi menjadi dua yakni
kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim serta kuret sebagai terapi. Selanjutnya
persiapan kemoterapi kanker serviks yang merupakan salah satu prosedur pengobatan dengan
menggunakan bahan kimia yang sangat kuat untuk menghentikan atau menghambat
pertumbuhan sel kanker dalam tubuh. Kemoterapi dapat dipadukan dengan metode
pengobatan, seperti terapi hormon, operasi, serta radioterapi, pelaksanaan prosedur ini bisa
dilakukan dirumah dengan mengonsumsi obat kemoterapi oral atau melalui infus yang
dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter. Terdapat Konsep Dasar Keperawatan
Perioperatif kolaborasi dalam bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang
terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak
langsung yang menerima akibat dan manfaat dari setiap tindakan yang diberikan ke pasien.
Gambaran umum dari masing-masing tahapan keperawatan dan kolaboratif yakni fase pra-
operatif, fase intra operatif, serta fase pasca operatif.

28
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/search?content_type=documents&page=2&query=Prosedur%20oper
asi%20Histerektomi
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/b8015aecfff00d3e34057d28d0047f7a
.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9909/5/BAB%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/132/jtptunimus-gdl-sitichoiru-6577-2-2.babi.pdf
https://www.slideshare.net/mobile/Djokopriyono/persiapan-operasi-pengangkatan-mioma-
uteri
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1229/5/BAB%20II%202.pdf
https://www.scribd.com/doc/95629780/Persiapan-Kuretase-Dan-Perawatan-Setelah-Kuretase
https://www.scribd.com/document/421848043/Laporan-Pendahuluan-Ruang-Kemoterapi
https://www.scribd.com/document/421059123/PERSIAPAN-KEMOTERAPI
https://www.scribd.com/document/401365649/106143772-Penerapan-Kolaborasi-Perawat-
Dalam-Tindakan-Operasi-doc

29

Anda mungkin juga menyukai