Populasi > wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 117).
SAP 6
POPULASI
DAN SAMPEL Sampel > sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.
Sedangkan menurut Suharsimi (2002:109), sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.
Kriteria sampel yang baik : Sampel dipilih dengan cara hati-hati,Sampel harus
mewakili populasi, Besarnya ukuran sampel
2. Jenis-Jenis Populasi
Menurut Muri (2007:183) Populasi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Populasi terbatas (definite) yaitu objek penelitiannya dapat dihitung, seperti luas sawah,
jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (infinite) yaitu objek penelitian yang mempunyai jumlah yang tak
terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya; seperti pasir di pantai.
Disamping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut
ini:
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang
sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya seorang dokter
yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi uang unsur-unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
B. Sampel
1. Pengertian Sampel
Menurut Muri (2007:186) secara sederhana dapat dikatakan bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Sedangkan menurut Suharsimi
(2002:109), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
diharapkan 100% yang mewakili populasi adalah sama dengan jumlah populasi itu sendiri. Jadi
bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitan itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut
tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut
yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka
semakin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian? Jawabannya
tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat
ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga
yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah
anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber dana.
Berikut ini rumus menghitung ukuran sampel dari populasi yang jumlahnya telah diketahui:
Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi
homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasinya berbeda, katakan
logam dimana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sempel yang diperlukan 1% saja
sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel, misalnya dari Cochen,
Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung ukuran sempel, terdapat sedikit
perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah
ukuran sempel yang paling besar.
Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% , maka jumlah sempelnya = 258, Karena populasi
berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan.
Dengan demikian masing-masing sempel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai
dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sempel untuk
kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
Jumlah = 258
Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah yang pecahan bisa
dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas
sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258.
Prosedur Pengambilan Sampel Penelitian
Teknik penarikan sampel pada hakikatnya untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari
sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representatif, artinya
sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Dalam penentuan sampel ada empat yang harus dipertimbangkan untuk menentukan
besarnya sampel yang diambil, sehinga dapat diperoleh gambaran yang representatif dari
populasinya. Keempat faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu: Pertama, tingkat keseragaman
dari populasi. Semakin homogen populasi ini, semakin kecil sampel yang diambil. Kedua,
tingkat presisi (ketepatan, ketelitian) yang dihendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat
presisi yang dikehendaki semakin besar anggota sampel yang harus diambil. Karena semakin
besar sampel akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat. Ketiga,
rencana analisis dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Kadang-kadang besarnya sampel
masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan sampel yang lebih
besar. Keempat, teknik penentuan sampel yang digunakan. Penentuan ukuran sampel
dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat
atau representatif, maka sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan
waktu yang disediakan.[16]
Dalam persoalan teknik sampling dapat juga dijumpai beberapa pembagian yang berbeda-
beda, walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang sama. Asumsi pokoknya adalah bahwa
teknik sampling harus secara maksimal memungkinkan diperolehnya sampel yang representatif.
kedua jenis rancangan tersebut akan dipaparkan secara terinci sebagai berikut:
Rancangan sampel Probabilitas disebut juga dengan rancangan sampel secara random.
Dikatakan sampel Probabilitas, karena unit-unit sampelnya dipilih dengan mengikuti hukum
Probabilitas. Menurut hukum Probabilitas masing-masing warga populasi mempunyai peluang
dan kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari suatu populasi yang jumlah
warganya 1000 setiap warganya mempunyai peluang 1/1000 untuk dipilih sebagai sampel.
Agar setiap warga populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel,
maka pengambilannya haruslah dengan teknik random atau acak. Dalam hubungannya dengan
teknik random tersebut, jenis-jenisnya ialah :
Cara sampel random ini adalah setiap subyek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor
urut mulai dari 1 (satu) sampai banyak subyek. Kemudian sampel random dilakukan baik dengan
cara undian atau dengan menggunakan tabel bilangan random.
Populasi distratakan terlebih dahulu; stratanya disesuaikan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri
sesuatu populasi. Cara mendapatkan warga sampel dilakukan dengan jalan undian, atau
menggunakan tabel bilangan random.[19]
Populasinya distratakan lebih dahulu, stratanya disesuaikan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri
sesuatu populasi, dan pemilihan sampel dilakukan secara bertahap. Cara memilih sampel dalam
setiap tahap tadi, bisa dengan jalan undian atau dengan menggunakan tabel bilangan random.[20]
d. Teknik Random atas Dasar Himpunan
Terlebih dahulu populasi dibagi atas dasar-dasar himpunan di mana populasi tersebut
menyebar. Dalam hubungan ini yang dirandom adalah himpunannya. Sesuatu himpunan yang
terpilih sebagai sampel, keseluruhan warganya menjadi sampel penelitian. Cara merandom untuk
mendapatkan himpunan-himpunan yang menjadi sampel, bisa dengan jalan undian dan bisa juga
dengan menggunakan tabel bilangan random.[21]
Rancangan sampel non probabilitas disebut juga dengan rancangan non random.
Rancangan pengambilan sampel yang tidak menggunakan random. Karena itu, tidak didasarkan
atas hukum probabilitas. Teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam rancangan ini adalah
:[22]
Sampel purposif dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena
beberapa pertimbangan. Misalnya, karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Peneliti boleh menentukan sampel ini, tetapi
peneliti konsisten dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.[23]
Sampling yang purposif adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehinga relevan dengan
desain penelitian. Di samping itu, penelitian berusaha agar dalam sampel terdapat wakil-wakil
dari lapisan populasi. Dengan demikian, diusahakan agar sampel itu memiliki yang esinsial dari
populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Oleh karena itu, sampel ini di samping
mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.[24]
Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada. Misalnya
menanyakan siapa saja dijumpainya di jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu.
Karena sampel ini sama tidak representatif. Oleh karena tak mungkin diambil satu kesimpulan
yang bersifat generalisasi.[25]
1. Teknik sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam
penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d, Prof. Dr. Sugiyono (2010) menyatakan Secara skematis,
teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling
dan Non probability Sampling. Probability Sampling meliputi: simple random, proportionate
stratified random, disproportionate stratifed random, dan area random. Nonprobability
sampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive
sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
1) Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Macam-macam
teknik ini meliputi:
Simple random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata
secara proposional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan
yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1=45
orang, S2=30 orang, SMK= 800 orang, SMA= 400 orang, SMP= 300 orang, SD= 300 orang.
Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai, 3 orang lulusan S3, 4 orang
lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP. Maka 3 orang lulusan S3 dan 4 orang
lulusan S2 tersebut diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila
dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi, atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan jadi sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerahn itu ceara
sampling juga.
2) Nonprobability sampling
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota tersebut diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan 5, untuk itu maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor1, 5, 10, 15,
20, dan seterusnya sampai 100.
1. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan
Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum
memenuhi kuota yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data,
maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5
orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 orang anggota sampel tersebut.
1. Sampling ansidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, hasil datanya dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.
1. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya
akan melekukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang
yang ahli makanan. Atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
1. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
1. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam
penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini
belum merasa lengkap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang
lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball, misalnya akan
meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan purposive dan snowball.