Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Penafsiran tentang Pendidikan Keluarga dalam


Qs. At-Tahrim Ayat 6 dan Qs. Luqman Ayat 13-19

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah “Tafsir Tarbawi”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Aswadi, M. Ag

Disusun oleh:
1. Nur Izzah ( 2231110057)
2. Rosydiyah Aini ( 2231110068)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS QOMARUDDIN
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, yang dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
menjadi penjelasan hidayah bagi umat manusia.
Makalah ini merangkum tentang penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang
berkaitan dengan Pendidikan Keluarga, khususnya dalam surah At-Tahrim 6 dan
Luqman Ayat 13-19. Melalui telaah mendalam terhadap ayat-ayat suci Al-Quran
tersebut, makalah ini berusaha untuk menggali pemahaman yang lebih dalam
mengenai pesan-pesan pendidikan yang terkandung di dalamnya.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing, teman-teman, dan semua pihak yang telah
memberikan kontribusi, dukungan, serta motivasi dalam penyusunan makalah ini.
Terakhir, makalah ini disusun dengan segenap kerendahan hati dan
kesungguhan untuk memberikan kontribusi pemikiran yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pendidikan. Semoga
makalah ini dapat menjadi bagian yang berharga dalam upaya kita mencari
kebenaran dan pengetahuan yang bermanfaat.

Gresik, 08 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Ayat Tafsir Yang Berkaitan Dengan Pendidikan Keluarga ................ 3
B. Tafsir Ayat Dan Penjelasan Yang Berkaitan Dengan Pendidikan
Keluarga ............................................................................................ 5
C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Keluarga Menurut Prespektif Al-Qur’an 18
BAB III PENUTUP .................................................................................... 20
A. Kesimpulan......................................................................... ............ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada
hakekatnya pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia. Masalah pendidikan merupakan masalah yang dinamik,
merupakan issu yang selalu muncul (recurrent issues). Di negara-negara maju
maupun yang sedang berkembang, pendidikan diselenggarakan untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang berkwalitas sesuai dengan kebutuhan
pembangunan dan pasaran kerja. Disamping itu lebih ideal lagi untuk
mencerdaskas bangsa dalam rangka mengangkat derajat dan martabat mereka
sebagai manusia. Dalam bahasa Qur’ani disebut sebagai Khaira Ummat
(Manusia utama). Dengan demikain berarti pendidikan merupakan asset besar
dalam pembangunan ummat, ikut menetukan kwalitas “kepribadian muslim
peradaban” manusia termasuk “hitam putihnya” dinamika ekonomi, politik,
ekologi, sosial budaya, dan masalah-masalah hidup dan kehidupan manusia.
Pendidikan Islam dalam keluarga adalah sebagai pendidikan pertama
dan utama, karena pendidikan yang berlangsung dalam keluarga merupakan
basis pembentukan anak yang berkualitas dan bermoral, sesuai dengan harapan
yang didambakan orang tua. Orang tua harus dapat meningkatkan kualitas anak
dengan menanamkan nilai-nilai yang baik dan akhlak yang mulia disertai
dengan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh manusia yang mengetahui
kewajiban dan hak-haknya. Jadi, tugas orang tua tidak hanya sekadar menjadi
perantara adanya makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga mendidik dan
memeliharanya.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang diteliti dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja ayat tafsir yang berkaitan dengan pendidikan keluarga ?
2. Apa pengertian komponen pendidikan keluarga dalam tafsir QS. At-tahrim
ayat 6 dan QS. Luqman ayat 13-19?

1
3. Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan keluarga menurut prespektif Al-
Qur’an?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini tujuan
penulisan makalah:
1. Untuk mengetahui ayat tafsir yang berkaitan dengan komponen pendidikan
keluarga
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan keluarga dalam tafsir QS. At-
tahrim ayat 6 dan QS. Luqman ayat 13-19
3. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip pendidikan keluarga menurut prespektif
Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat Tafsir Yang Berkaitan Dengan Pendidikan Keluarga


Adapun ayat-ayat tentang Pendidikan Keluarga diantaranya sebagai
berikut: QS. At-tahrim ayat 6 dan QS. Luqman ayat 13-19
1. QS. At-tahrim ayat 6

ٌ‫يٰٓاَيُّهَا الَّذي َْن ا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهل ْي ُك ْم نَا ًر ا َّوقُ ْو ُدهَا النَّاسُ َوا ْلح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰۤل ِٕى َكة‬
ٰ ‫غ ََلظٌ ش َد ا ٌد ََّّل يَ ْعص ُْو َن‬
‫ّللاَ َمآ اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما ي ُْؤ َمر ُْو َن‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya
adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
2. QS. Al-luqman Ayat 13
‫ك لَظُ ْل ٌم َعظ ْي ٌم‬ ٰ ‫ي ََّل تُ ْشر ْك ب‬
َ ْ‫اّلل ۗا َّن ال ِّشر‬ َّ َ‫َوا ْذ قَا َل لُ ْقم ُن َّلبْن ٖه َوهُ َو يَعظُهٗ يبُن‬
Artinya:
“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia
menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah!
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang
besar.”
3. QS. Luqman ayat 14

ْ‫صالُهٗ ف ْي َعا َميْن اَن ا ْش ُكر‬


َ ‫ان ب َوال َدي ِْۚه َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ َو ْهنًا َعلى َو ْه ٍن َّوف‬َ ‫ص ْينَا ْاَّل ْن َس‬ َّ ‫َو َو‬
‫ي ْال َمص ْي ُر‬ َّ َ‫ك ال‬َ ۗ ‫ل ْي َول َوال َد ْي‬
Artinya:
“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam

3
dua tahun.598) (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.”
4. QS. Luqman ayat 15
َ ‫ف ََّل تُط ْعهُ َما َو‬
‫صاح ْبهُ َما‬ َ ‫ك ب ٖه علْ ٌم‬ َ َ‫ْس ل‬
َ ‫ك ب ْي َما لَي‬ َ ‫ك َعلٰٓى اَ ْن تُ ْشر‬ َ ‫َوا ْن َجاهَد‬
‫ي َمرْ ج ُع ُك ْم فَاُنَ ِّبئُ ُك ْم ب َما ُك ْنتُ ْم‬ َّ ِۚ َ‫َاب ال‬
َّ َ‫ي ثُ َّم ال‬ َ ‫س ب ْي َل َم ْن اَن‬َ ‫فى ال ُّد ْنيَا َم ْعر ُْوفًا ۖ َّواتَّب ْع‬
‫تَ ْع َملُ ْو َن‬
Artinya:
“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan
sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentang itu, janganlah mematuhi
keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu
kembali, lalu Aku beri tahu kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.”
5. QS. Luqman ayat 16

َ ‫ك م ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّم ْن خَرْ َد ٍل فَتَ ُك ْن ف ْي‬


‫ص ْخ َر ٍة اَ ْو فى السَّموت اَ ْو‬ ُ َ‫ي انَّهَآٰ ا ْن ت‬
َّ َ‫يٰبُن‬
‫ْف خَب ْي ٌر‬ٌ ‫ّللاَ لَطي‬ ٰ ‫فى ْاَّلَرْ ض يَأْت بهَا‬
ٰ ‫ّللاُ ۗا َّن‬
Artinya:
“(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu
perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi,
niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya
Allah Maha Lembut) lagi Maha Teliti.”
6. QS. Luqman ayat 17
‫ك‬ َ َ‫ي اَقم الصَّلوةَ َو ْأ ُمرْ با ْل َم ْعر ُْوف َوا ْنهَ َعن ا ْل ُم ْن َكر َواصْ برْ َعلى َمآٰ ا‬
َ ۗ َ‫صاب‬ َّ َ‫يبُن‬
‫ك م ْن َع ْزم ْاَّلُ ُم ْور‬
َ ‫ا َّن ذل‬
Artinya:
“Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang (harus) diutamakan.”

4
7. QS. Luqman ayat 18
ٰ ‫ك للنَّاس َو ََّل تَ ْمش فى ْاَّلَرْ ض َم َرح ًۗا ا َّن‬
‫ّللاَ ََّل يُحبُّ ُك َّل‬ َ ُ‫َو ََّل ت‬
َ ‫صعِّرْ َخ َّد‬
‫ُم ْختَا ٍل فَ ُخ ْو ِۚ ٍر‬
Artinya:
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
sangat membanggakan diri.”
8. QS. Luqman ayat 19

‫ت ا ْل َحميْر‬ َ ۗ ‫ص ْوت‬
َ َ‫ك ا َّن اَ ْن َك َر ْاَّلَصْ َوات ل‬
ُ ‫ص ْو‬ َ ‫َوا ْقص ْد ف ْي َم ْشي‬
َ ‫ك َوا ْغضُضْ م ْن‬

Artinya:
“Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

B. Tafsir Ayat Dan Penjelasan Yang Berkaitan Dengan Pendidikan Keluarga


a. QS. At Tahrim Ayat 6
a) Tafsir Kemenag
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya dari api neraka, yakni dari murka Allah yang menyebabkan kamu
diseret ke dalam neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
ada manusia yang dibakar dan ada manusia yang menjadi bahan bakar;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka sehingga tidak ada malaikat yang bisa disogok untuk
mengurangi atau meringankan hukuman; dan mereka patuh dan
disiplin selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada
mereka.
b) Tafsir Tahlili

5
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya
terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan
perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada
keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk
menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat
yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah
mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah:
َ َ‫َو ْأ ُمرْ اَ ْهل‬
‫ك بالصَّلوة َواصْ طَبرْ َعلَ ْيهَ ۗا‬
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar
dalam mengerjakannya. (Ṭāhā/20: 132)
٤١٢ ۙ ‫ك ْاَّلَ ْق َربي َْن‬
َ َ‫َواَ ْنذرْ َعش ْي َرت‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad)
yang terdekat. (asy-Syu‘arā'/26: 214)
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, ‘Umar berkata,
“Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana
menjaga keluarga kami?” Rasulullah saw menjawab, “Larang mereka
mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan
mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah
caranya menyelamatkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh
malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan
belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di
dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan-Nya.
b. QS. Luqman ayat 13
a) Tafsir Kemenag
Dan diam ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia
saat demi saat memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!
Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, dan
ketauhilah bahwa sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah

6
benar-benar kezaliman yang besar karena telah memberikan martabat
Sang mahaagung ke posisi yang hina.”

b) Tafsir Tahlili
Allah mengingatkan kepada Rasulullah nasehat yang pernah
diberikan Lukman kepada putranya ketika ia memberi pelajaran
kepadanya. Nasihat itu berbunyi, “Wahai anakku, janganlah engkau
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang sangat besar.”
Mempersekutukan Allah berfirman kezaliman karena perbuatan itu
berarti menempatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya, yaitu
menyamakan sesuatu yang melimpahkan kenikmatan dan karunia
dengan sesuatu yang tidak mampu memberikan semua itu.
Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan
patung-patung yang tidak dapat berbuat apa-apa adalah perbuatan
zalim. Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang besar karena
yang disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu
adalah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya
semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada-Nya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dari Ibnu Mas'ūd bahwa tatkala turun
ٰۤ
َ ْ ‫اَلَّذ ْينَ ا َمنُوْ ا َولَ ْم يَ ْلبس ُْٰٓوا ا ْي َمانَهُ ْم ب ظُ ْل ٍم اُول ِٕىكَ لَهُ ُم‬
ayat: )‫ (االنعام‬٢٤ ࣖ َ‫اَّل ْمنُ َوهُ ْم ُّم ْهتَ ُدوْ ن‬
Orang-orang yang beriman dan tidak memadukan iman mereka dengan
syirik, merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka
mendapat petunjuk. (al-An'ām/6: 82) timbullah keresahan di antara
para sahabat Rasulullah saw. Mereka berpendapat bahwa sangat berat
menjaga keimanan agar tidak bercampur dengan kezaliman. Mereka
lalu berkata kepada Rasulullah saw, “Siapakah di antara kami yang
tidak mencampuradukkan keimanan dengan kezaliman?” Maka
Rasulullah menjawab, “Maksudnya bukan demikian, apakah kamu
tidak mendengar kata Lukman, 'Hai anakku, jangan kamu menyekutu-
kan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah
adalah kezaliman yang besar'.” Dari ayat ini dipahami bahwa antara

7
kewajiban ayah kepada anak-anaknya adalah memberi nasehat dan
pelajaran, sehingga anak-anaknya dapat menempuh jalan yang benar,
dan terhindar dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
ُ‫يٰ ٰٰٓاَيُّهَا الَّذي َْن ا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهل ْي ُك ْم نَارًا َّوقُ ْو ُدهَا النَّاسُ َوا ْلح َجا َرة‬
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu. (at-Taḥrīm/66: 6) Jika diperhatikan susunan kalimat ayat ini,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Lukman mengajarkan anaknya
menyekutukan Tuhan. Larangan ini adalah sesuatu yang memang patut
disampaikan Lukman kepada anak-anaknya karena menyekutukan
Allah adalah perbuatan dosa yang paling besar. Anak adalah generasi
penerus dari orang tua. Cita-cita yang belum dicapai orang tua selama
hidup di dunia diharapkan dapat dicapai oleh anaknya.
c. QS. Luqman Ayat 14
a) Tafsir Kemenag
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik
kepada kedua orang tuanya, terutama ibu. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah
seiring makin besarnya kandungan dan saat melahirkan, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Jika demikian, bersyukurlah
kepada-Ku atas nikmat yang telah Aku karuniakan kepadamu dan
bersyukurlah juga kepada kedua orang tuamu karena melalui keduanya
kamu bisa hadir di muka bumi ini. Hanya kepada Aku tempat
kembalimu dan hanya Aku yang akan membalasmu dengan cara
terbaik.
b) Tafsir Tahlili
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia agar
berbakti kepada kedua orang tuanya dengan berusaha melaksanakan
perintah-perintahnya dan mewujudkan keinginannya. Pada ayat-ayat
lain, Allah juga memerintahkan yang demikian, firman-Nya:
‫َّل ايَّاهُ َوب ْال َوال َديْن احْ سنً ۗا‬
ٰٓ َّ ‫ك اَ ََّّل تَ ْعبُ ُد ْٰٓوا ا‬
َ ُّ‫۞ َوقَضى َرب‬

8
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
(al-Isrā’/17: 23)
Hal-hal yang menyebabkan seorang anak diperintahkan berbuat
baik kepada ibu adalah:
a) Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan. Selama masa
mengandung itu, ibu menahan dengan sabar penderitaan yang
cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian
kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin
lemah, sampai ia me-lahirkan. Kekuatannya baru pulih setelah
habis masa nifas.
b) Ibu menyusui anaknya sampai usia dua tahun. Banyak penderitaan
dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan
anaknya. Hanya Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Dalam ayat ini yang disebutkan hanya alasan mengapa seorang
anak harus taat dan berbuat baik kepada ibunya, tidak disebutkan apa
sebabnya seorang anak harus taat dan berbuat baik kepada bapaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran dan penderitaan ibu dalam
mengandung, memelihara, dan mendidik anaknya jauh lebih berat bila
dibandingkan dengan penderitaan yang dialami bapak dalam
memelihara anaknya. Penderitaan itu tidak hanya berupa pengorbanan
sebagian dari waktu hidupnya untuk memelihara anaknya, tetapi juga
penderitaan jasmani dan rohani. Seorang ibu juga menyediakan zat-zat
penting dalam tubuhnya untuk makanan anaknya selama anaknya
masih berupa janin di dalam kandungan.
Sesudah lahir ke dunia, sang anak itu lalu disusukannya dalam
masa dua tahun (yang utama). Air susu ibu (ASI) juga terdiri dari zat-
zat penting dalam darah ibu, yang disuguhkan dengan kasih sayang
untuk dihisap oleh anaknya. Dalam ASI ini terdapat segala macam zat
yang diperlukan untuk pertumbuhan jasmani dan rohani anak, dan
untuk mencegah segala macam penyakit. Zat-zat ini tidak terdapat
pada susu sapi. Oleh sebab itu, susu sapi dan yang sejenisnya tidak

9
akan sama mutunya dengan ASI. Segala macam susu bubuk atau susu
kaleng tidak ada yang sama mutunya dengan ASI.
Dalam ayat ini, Allah hanya menyebutkan sebab-sebab manusia
harus taat dan berbuat baik kepada ibunya. Nabi saw sendiri
memerintahkan agar seorang anak lebih mendahulukan berbuat baik
kepada ibunya daripada kepada bapaknya, sebagaimana diterangkan
dalam hadis:
‫ت يَا َرس ُْو َل ّللا َم ْن اَبَرُّ قَا َل‬ ُ ‫ قُ ْل‬:‫َع ْن بَهْز بْن َحكي ٍْم َع ْن اَبيْه َع ْن َجدِّه قَا َل‬
ُ‫ك ثُ َّم ْاَّلَ ْق َرب‬ ُ ْ‫ك قُل‬
َ ‫ت ثُ َّم َم ْن قَا َل اَب ُْو‬ ُ ‫ك قُ ْل‬
َ ‫ت ثُ َّم َم ْن قَا َل اُ ُّم‬ ُ ‫ك قُ ْل‬
َ ‫ت ثُ َّم َم ْن قَا َل اُ ُّم‬ َ ‫اُ ُّم‬
)‫ (رواه ابو داود والترمذي‬. ُ‫فَاَّْلَ ْق َرب‬
Dari Bahz bin Ḥakīm, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata,
“Aku bertanya ya Rasulullah, kepada siapakah aku wajib berbakti?”
Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu.” Aku bertanya, “Kemudian
kepada siapa?” Rasulullah menjawab, “Kepada ibumu.” Aku
bertanya, “Kemudian kepada siapa lagi?” Rasulullah menjawab,
“Kepada ibumu.” Aku bertanya, “Kemudian kepada siapa lagi?”
Rasulullah menjawab, “Kepada bapakmu. Kemudian kepada kerabat
yang lebih dekat, kemudian kerabat yang lebih dekat.” (Riwayat Abū
Dāwud dan at-Tirmiżī)
Adapun tentang lamanya menyusukan anak, Al-Qur’an
memerintahkan agar seorang ibu menyusukan anaknya paling lama
dua tahun, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat ini, dengan
firman-Nya, “dan menyapihnya dalam masa dua tahun.” Dalam ayat
lain, Allah menentukan masa untuk menyusukan anak itu selama dua
tahun. Allah berfirman:
ُ ‫۞ َوا ْلولد‬
َ ‫ت يُرْ ضع َْن اَ ْو ََّل َدهُ َّن َح ْولَيْن َكاملَيْن ل َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يُّت َّم ال َّر‬
ۗ َ‫ضا َعة‬
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. (al-
Baqarah/2: 233)

10
d. QS. Luqman Ayat 15
a) Tafsir Kemenag
Meski taat kepada kedua orang tua berada pada posisi setara
dengan menyembah Allah, ia tidak bersifat mutlak. Jika keduanya atau
salah satunya memaksamu secara sungguh-sungguh untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai
pengetahuan tentang itu, terlebih jika engkau tahu besarnya dosa
syirik, maka janganlah engkau menaati keduanya. Namun demikian,
jagalah hubungan baikmu dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, bahkan terbaik, selama keduanya tidak mencampuri urusan
agamamu. Dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku
dalam segala urusannya. Kemudian, hanya kepada-Ku tempat
kembalimu di akhirat kelak, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan dan Aku akan memberi balasan sesuai
amal perbuatanmu di dunia.
b) Tafsir Tahlili
Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan
Sa’ad bin Abī Waqqāṣ, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam, ibuku
bersumpah bahwa beliau tidak akan makan dan minum sebelum aku
meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu pada hari pertama aku
mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya
dan tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku juga
mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap
pada pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar
mau makan dan minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku
berkata kepadanya, ‘Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus
jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai ibu mati, aku tidak
akan meninggalkan agama yang aku peluk ini.’ Setelah ibuku melihat
keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliau pun mau makan.”
Dari sebab turun ayat ini dapat diambil pengertian bahwa Sa’ad
tidak berdosa karena tidak mengikuti kehendak ibunya untuk kembali
kepada agama syirik. Hukum ini berlaku pula untuk seluruh umat Nabi

11
Muhammad yang tidak boleh taat kepada orang tuanya mengikuti
agama syirik dan perbuatan dosa yang lain.
Ayat ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu, seorang anak
dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka memerintahkannya untuk
menyekutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui
bahwa Allah mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu
bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai
sekutu. Karena menurut naluri, manusia harus mengesakan Tuhan.
e. QS. Luqman Ayat 16
a) Tafsir Kemenag
Lukman melanjutkan nasihatnya, “Wahai anakku! Sungguh,
jika ada suatu perbuatan yang sangat kecil dan tersembunyi, layaknya
benda yang bobotnya hanya seberat biji sawi dan berada dalam batu
atau berada di langit atau di perut bumi, niscaya Allah akan
memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, betapa pun kecil dan halus.
b) Tafsir Tahlili
Lukman berwasiat kepada anaknya agar beramal dengan baik
karena apa yang dilakukan manusia, dari yang besar sampai yang
sekecil-kecilnya, yang tampak dan yang tidak tampak, yang terlihat
dan yang tersembunyi, baik di langit maupun di bumi, pasti diketahui
Allah. Oleh karena itu, Allah pasti akan memberikan balasan yang
setimpal dengan perbuatan manusia itu. Perbuatan baik akan dibalas
dengan surga, sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalas dengan
neraka. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang
luput sedikit pun dari pengetahuan-Nya.
Allah kemudian melukiskan dalam firman-Nya tentang
penimbangan perbuatan manusia:
ٰۗ ‫شيْـ ًا‬ ْ ُ‫ض ُع ا ْل َم َوازي َْن ا ْلق ْسطَ ليَ ْوم ا ْلقي َمة فَ ََل ت‬
َ ٌ‫ظلَ ُم نَفْس‬ َ َ‫َون‬
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit. (al-
Anbiyā’/21: 47)

12
f. QS. Luqman Ayat 17
a) Tafsir Ringkas Kemenag
Wahai anakku! Laksanakanlah salat secara sempurna dan
konsisten, jangan sekali pun engkau meninggalkannya, dan suruhlah
manusia berbuat yang makruf, yakni sesuatu yang dinilai baik oleh
masyarakat dan tidak bertentangan dengan syariat, dan cegahlah
mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu sebab hal itu tidak lepas dari kehendak-Nya dan bisa jadi
menaikkan derajat keimananmu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting dan tidak boleh diabaikan.
b) Tafsir Tahlili
Pada ayat ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal
berikut:
1) Selalu mendirikan salat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridai
Allah. Jika salat yang dikerjakan itu diridai Allah, perbuatan keji
dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak
ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan
bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin
dekat dengan Tuhannya.
Nabi saw bersabda:
َ َّ‫اُ ْعبُ ُدوا ّللا َ َكأَن‬
َ ‫ك تَ َراهُ فَا ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَانَّهُ يَ َرا‬
)‫ (رواية البخاري ومسلم‬.‫ك‬
Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,
maka jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihat engkau. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim).
2) Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan
baik yang diridai Allah, berusaha membersihkan jiwa dan
mencapai ke-beruntungan, serta mencegah mereka agar tidak
mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa. Allah berfirman:
)‫ (الشمس‬١١ ‫َاب َم ْن َد ٰسىهَ ۗا‬
َ ‫ َوقَ ْد خ‬٩ ‫قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن َز ٰكىهَ ۖا‬
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orang yang mengotorinya. (asy-Syams/91: 9-10)

13
3) Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang
menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan
meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam
bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk
kesengsaraan dan penderitaan.
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan
tiga hal tersebut di atas karena merupakan pekerjaan yang amat besar
faedahnya bagi yang mengerjakannya dan memberi manfaat di dunia
dan di akhirat.
g. QS. Luqman Ayat 18
a) Tafsir Kemenag
Dan janganlah kamu sombong. Janganlah kamu memalingkan
wajah dari manusia secara congkak dan janganlah berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Bersikaplah tawaduk dan rendah hati kepada
siapa pun. Sungguh, Allah tidak menyukai dan tidak pula
melimpahkan kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.
b) Tafsir Tahlili
Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada anaknya,
yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara:
a) Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong,
membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-
tanda seseorang yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah:
- Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan
mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah.
- Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang berkuasa
dan yang paling terhormat. Firman Allah:
‫ض َولَ ْن تَ ْبلُ َغ ْالجبَا َل طُ ْو ًَّل‬
َ ْ‫ق ْاَّلَر‬ َ َّ‫َو ََّل تَ ْمش فى ْاَّلَرْ ض َم َرح ًِۚا ان‬
َ ‫ك لَ ْن ت َْخر‬
)71-71 :71/‫(اَّلسراء‬ ٰۤ ٧٣
Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan
tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (al-Isrā’/17: 37)

14
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:
‫ََّل تَبَا َغض ُْوا َو ََّلتَ َدابَر ُْوا َو ََّلتَ َحا َس ُد ْوا َو ُك ْونُ ْوا عبَا َد ّللا ا ْخ َوانًا َو ََّليَحلُّ ل ُمسْل ٍم اَ ْن‬
ٍ ‫ق ثَ ََل‬
)‫ (رواه مالك عن انس بن مالك‬.‫ث‬ َ ‫يَ ْه ُج َر اَخَاهُ فَ ْو‬
Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling
mem-belakangi dan janganlah kamu saling mendengki, dan jadilah
kamu hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh bagi seorang
muslim memencilkan (tidak berbaik) dengan temannya lebih dari
tiga hari. (Riwayat Mālik dari Anas bin Mālik)
b) Hendaklah berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan
angkuh atau sombong, dan lemah lembut dalam berbicara,
sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang
dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan
sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu
tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu
diibaratkan Allah dengan suara keledai yang tidak nyaman
didengar.
Yaḥya bin Jābir aṭ-Ṭā’ī meriwayatkan dari Guḍaif bin Ḥāriṡ,
ia berkata, “Aku duduk dekat ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al-’Āṣ, maka
aku mendengar ia berkata, ‘Sesungguhnya kubur itu akan berbicara
dengan orang yang dikuburkan di dalamnya, ia berkata, ‘Hai anak
Adam apakah yang telah memperdayakan engkau, sehingga engkau
masuk ke dalam liangku? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku
rumah tempat engkau berada sendirian? Tidakkah engkau
mengetahui bahwa aku tempat yang gelap? Tidakkah engkau
mengetahui bahwa aku rumah kebenaran? Apakah yang
memperdayakan engkau sehingga engkau masuk ke dalam liangku?
Sesungguhnya engkau waktu hidup menyombongkan diri’.”
Sederhana atau wajar dalam berjalan dan berbicara bukan
berarti berjalan dengan menundukkan kepala dan berbicara dengan
lunak. Akan tetapi, maksudnya ialah berjalan dan berbicara dengan
sopan dan lemah lembut, sehingga orang merasa senang melihatnya.

15
Adapun berjalan dengan sikap gagah dan wajar, serta berkata
dengan tegas yang menunjukkan suatu pendirian yang kuat, tidak
dilarang oleh agama.
h. QS. Luqman Ayat 19
a) Tafsir Kemenag
Dan jika engkau melangkahkan kakimu, sederhanakanlah dalam
berjalan, jangan terlalu cepat atau terlalu lambat. Dan lunakkanlah
suaramu ketika sedang berbicara agar tidak terdengar kasar seperti
suara keledai, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.”
b) Tafsir Tahlili
Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada anaknya,
yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara:
1. Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan
diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda seseorang
yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah:
- Bila berjalan dan bertemu dengan orang lain, ia memalingkan
mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap
ramah.
- Berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan ia yang berkuasa
dan yang paling terhormat. Firman Allah:
‫ض َولَ ْن تَ ْبلُ َغ ا ْلجبَا َل‬
َ ْ‫ق ْاَّلَر‬ َ َّ‫َو ََّل تَ ْمش فى ْاَّلَرْ ض َم َرح ًِۚا ان‬
َ ‫ك لَ ْن ت َْخر‬
)71-71 :71/‫(اَّلسراء‬ ٰۤ ٧٣ ‫طُ ْو ًَّل‬
Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi
dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung. (al-Isrā’/17:
37)
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:
‫ََّل تَبَا َغض ُْوا َو ََّلتَ َدابَر ُْوا َو ََّلتَ َحا َس ُد ْوا َو ُك ْونُ ْوا عبَا َد ّللا ا ْخ َوانًا َو ََّليَح ُّل‬
ٍ ‫ق ثَ ََل‬
)‫ (رواه مالك عن انس بن مالك‬.‫ث‬ َ ‫ل ُمسْل ٍم اَ ْن يَ ْه ُج َر اَخَاهُ فَ ْو‬
Janganlah kamu saling membenci, janganlah kamu saling
mem-belakangi dan janganlah kamu saling mendengki, dan jadilah

16
kamu hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh bagi seorang
muslim memencilkan (tidak berbaik) dengan temannya lebih dari
tiga hari. (Riwayat Mālik dari Anas bin Mālik)
2. Hendaklah berjalan secara wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatan
angkuh atau sombong, dan lemah lembut dalam berbicara, sehingga
orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tenteram
hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan sombong
dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu tidak enak
didengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu diibaratkan Allah
dengan suara keledai yang tidak nyaman didengar.
Yaḥya bin Jābir aṭ-Ṭā’ī meriwayatkan dari Guḍaif bin Ḥāriṡ,
ia berkata, “Aku duduk dekat ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al-’Āṣ, maka
aku mendengar ia berkata, ‘Sesungguhnya kubur itu akan berbicara
dengan orang yang dikuburkan di dalamnya, ia berkata, ‘Hai anak
Adam apakah yang telah memperdayakan engkau, sehingga engkau
masuk ke dalam liangku? Tidakkah engkau mengetahui bahwa aku
rumah tempat engkau berada sendirian? Tidakkah engkau
mengetahui bahwa aku tempat yang gelap? Tidakkah engkau
mengetahui bahwa aku rumah kebenaran? Apakah yang
memperdayakan engkau sehingga engkau masuk ke dalam liangku?
Sesungguhnya engkau waktu hidup menyombongkan diri’.”
Sederhana atau wajar dalam berjalan dan berbicara bukan
berarti berjalan dengan menundukkan kepala dan berbicara dengan
lunak. Akan tetapi, maksudnya ialah berjalan dan berbicara dengan
sopan dan lemah lembut, sehingga orang merasa senang melihatnya.
Adapun berjalan dengan sikap gagah dan wajar, serta berkata
dengan tegas yang menunjukkan suatu pendirian yang kuat, tidak
dilarang oleh agama.
Menurut suatu riwayat dari ‘Aisyah r.a. bahwa beliau
melihat seorang laki-laki berjalan menunduk lemah, seakan-akan
telah kehilangan kekuatan tubuhnya, maka beliau pun bertanya,
“Mengapa orang itu berjalan terlalu lemah dan lambat?” Seseorang

17
menjawab, “Dia adalah seorang fuqaha yang sangat alim.”
Mendengar jawaban itu ‘Aisyah berkata, “Umar adalah penghulu
fuqaha, tetapi apabila berjalan, ia berjalan dengan sikap yang gagah,
apabila berkata, ia bersuara sedikit keras, dan apabila memukul,
maka pukulannya sangat keras.”

C. Prinsip-Prinsip Pendidikan Keluarga Menurut Prespektif Al-Qur’an


Pendidikan keluarga dalam Islam, menurut Al-Quran, mencakup
sejumlah prinsip utama yang membentuk dasar pendidikan anak-anak dan
hubungan antara anggota keluarga. Berikut adalah beberapa prinsip pendidikan
keluarga menurut Al-Quran:
1. Pendidikan Moral dan Etika:
Al-Quran mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang harus
diterapkan dalam pendidikan keluarga, seperti kejujuran, kesabaran, dan
bertanggung jawab. (QS. At-Tahrim, 66:6)
2. Syukur kepada Allah:
Prinsip yang terkandung di dalam ayat ini adalah larangan terhadap
perbuatan syirik, yaitu mempersekutukan Allah dengan yang lain. Luqman
memberikan nasihat kepada anaknya untuk menjauhi kesalahan ini, karena
mempersekutukan Allah dianggap sebagai dosa besar dalam ajaran Islam.
Prinsip ini menekankan pentingnya memelihara keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu atau
siapapun. (QS. Luqman, 31:13)
3. Ketaatan kepada Allah:
Pendidikan keluarga dalam Islam dimulai dengan mengajarkan
ketaatan kepada Allah. Keluarga diajak untuk hidup sesuai dengan ajaran
agama dan melibatkan Allah dalam setiap aspek kehidupan. (QS. Luqman,
31:14)
4. Moral dan Etika:
Prinsip yang terkandung dalam ayat ini mencakup penolakan
terhadap perintah orang tua yang mengajak kepada perbuatan syirik atau
yang bertentangan dengan ajaran tauhid (keesaan Allah). Luqman

18
mengajarkan kepada anaknya untuk tetap setia pada keimanan kepada
Allah dan menolak segala bentuk kesyirikan. Selain itu, prinsip ini
menekankan pentingnya berlaku baik terhadap kedua orang tua, meskipun
dalam hal-hal keagamaan tetap teguh pada prinsip tauhid. Keseluruhan
pesan dalam ayat ini juga mengajarkan bahwa akhirnya, setiap individu
akan kembali kepada Allah untuk pertanggungjawaban atas perbuatannya.
(QS. Luqman, 31:15)
5. Bersyukur kepada Allah:
Prinsip yang terkandung dalam ayat ini adalah mengajarkan tentang
kehalusan dan kebijaksanaan Allah dalam mengatur segala sesuatu.
Luqman memberi pemahaman kepada anaknya bahwa tidak ada yang
terlalu kecil atau tersembunyi di dunia ini yang luput dari perhatian dan
kekuasaan Allah. Prinsipnya adalah mengakui kebesaran dan
kebijaksanaan Allah dalam mengatur setiap aspek kehidupan, sekecil apa
pun itu, dan bersyukur kepada-Nya. (QS. Luqman, 31:16)
6. Ketaqwaan kepada Allah:
Prinsip yang terkandung dalam ayat ini mencakup aspek ibadah,
etika sosial, moralitas, ketahanan dalam menghadapi kesulitan, dan
kesadaran akan kewajiban-kewajiban agama. (QS. Luqman, 31:17)
7. Bersyukur kepada Allah:
Prinsip dalam ayat ini menekankan pentingnya sikap tawadhu',
terbuka, dan menghindari sikap angkuh dalam hubungan dengan sesama
manusia. (QS. Luqman, 31:18)
8. Pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu:
Ayat ini terus memperkuat prinsip-prinsip moral dan spiritual dalam
membimbing individu untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam. (QS.
Luqman, 31:19)

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Surah At-Tahrim Ayat 6
Ayat ini mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang harus
diterapkan dalam pendidikan keluarga, seperti kejujuran, kesabaran, dan
bertanggung jawab.
2. Surah Luqman Ayat 13-19
Ayat ini mengajarkan kita Bersyukur kepada Allah, Ketaatan kepada
Allah. Moral dan Etika, Ketaqwaan kepada Allah, dan Pengetahuan Allah
yang meliputi segala sesuatu.
Dari dua ayat ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Al-Qur'an
mendorong manusia untuk senantiasa Bersyukur kepada Allah, Taat
kepada Allah, Taqwa kepada Allah, mengajarkan nilai-nilai Moral dan
Etika, dan Pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu. Dengan
demikian, Pendidikan keluarga dalam Islam mencakup aspek-aspek
spiritual, moral, dan sosial untuk membimbing anggota keluarga dalam
menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan keluarga
dalam Islam tidak hanya terbatas pada aspek formal, tetapi juga mencakup
pengajaran nilai-nilai Islam, tata cara beribadah, dan norma-norma etika
yang Islami.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al Abrasyi, M. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (terj) Bustami A.


Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.
Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Toumy, Filsafat Pendidikan Islam, alih
bahasa, Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Bakar, Usman Abu, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Safiria Insania Pres, 2005.
Drajat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama,
1994.
Tafsir Kemenag diakses pada 9 Desember 2023
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/31?from=1&to=34
https://www.jurnal.staidarululumkandangan.ac.id/index.php/annahdhah/article/downlo d/10

21

Anda mungkin juga menyukai