Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

TAFSIR TARBAWI FATHULLAH MUNADI, S.Ag., MA

MENGIDENTIFIKASI DAN MEMBEDAKAN ANTARA


LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG BAIK MAUPUN
YANG BURUK BERDASARKAN PENAFSIRAN
QS. ALI-IMRAN:110, QS. HUD: 100-101, DAN
QS. AL-ISRA: 16-17

Di susun oleh :
MUHAMMAD RASYID AMIN : 1501250653
PADLILLAH : 1501250660

PMTK B 2015

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
1439 H/2018 M
2

KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم اِهلل الَّر ٰمْحِن الَّر ِح ْيِم‬


‫َاَحْلْم ُد ِهلل اَّل ِذ ي َاْر َس َل َر ُس ْو َلُه ِباُهْلٰد ى َو ِدْيِن اَحْلِّق ِلُيْظِه َر ُه َعَلى ال ِّد ْيِن‬
‫ُك ِّل ِه َل َك ِر اْلَك اِف َن الَّص اَل ُة الَّس َال َلى َّم ٍد َلى ٰاِل ِه‬
‫ُم َع َحُم َو َع‬ ‫َو‬ ‫ُر ْو َو‬ ‫َو ْو َه‬
‫ِه ِع‬
‫َو َاْص َح اِب َاَمْج َنْي‬
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah Tuhan yang telah mengutus Rasul-Nya dengan hidayah dan agama
yang benar, supaya dapat tampil berada di atas agama selainnya, kendatipun
orang-orang kafir menyenanginya. Sholawat serta salam atas Nabi Muhammad
saw. beserta seluruh keluarga dan sahabat-sahabat beliau sekalian.
Berkat Rahmad, taufik, hidayah serta ridho dari Allah swt. penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah dengan judul :
“MENGIDENTIFIKASI DAN MEMBEDAKAN ANTARA LINGKUNGAN
PENDIDIKAN YANG BAIK MAUPUN YANG BURUK BERDASARKAN
PENAFSIRAN QS. ALI-IMRAN: 110, QS. HUD: 100-101, DAN QS. AL-
ISRA: 16-17”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak berjalan
dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Atas segala bantuan yang
telah diberikan, penulis hanya bisa berharap dan berdo’a, mudah-mudahan Allah
swt. membalasnya dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif
dari semua pihak demi baiknya makalah ini. Selanjutnya tidak lain harapan
penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan mudah-mudahan
rahmat Allah swt. selalu tercurah kepada kita semua. Aamiin Yaa Rabbal
Aalamiin.

Banjarmasin, 02 Mei 2018 M


3

Penulis
DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................ 1
Kata Pengantar............................................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
BAB I........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5
BAB II.......................................................................................................... 6
A. Qs. Ali Imran ayat 110..................................................................... 6
B. Qs. Hud ayat 100 – 101.................................................................... 9
C. Qs. Al-Isra ayat 16 – 17................................................................... 11
D. Pengaruh Lingkungan Pendidikan................................................... 13
BAB III........................................................................................................ 14
A. Simpulan.......................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................. 14
Daftar Pustaka.............................................................................................. 15
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan itu bermacam-macam yang satu dengan yang lain saling
pengaruh-mempengaruhi berdasarkan fungsinya masing-masing dan kelancaran
proses dan hasil pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah upaya yang memang
secara sadar terencana yang dilakukan melalui proses untuk mengembangkan
potensi dasar secara jasmani dan rohani agar bisa menggapai segala tujuan.
Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, baik dalam
lingkungan keluarga yaitu orang tua sebagai pendidik di dalam keluarga dan guru
di lingkungan sekolah.
Pengaruh serta timbal balik pendidikan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat sangatlah penting karena itu sangat menentukan kejiwaan serta
tingkah laku anak didik dalam kehidupan sosial masyarakat. Pemahaman peranan
keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan akan sangat
penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal.
Utamanya pemahaman itu mengenai keterkaitan dan saling pengaruh antar
ketiganya dalam perkembangan manusia. Sebab, pada hakikatnya peranan ketiga
pusat pendidikan itu selalu secara bersama-sama mempengaruhi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kandungan atau tafsir yang terdapat pada Qs. Ali Imran ayat 110 ?
2. Apa kandungan yang terdapat pada Qs. Al-Isra ayat 16 – 17 ?
3. Apa kandungan yang terdapat pada Qs. Hud ayat 100 – 101 ?
4. Apa saja pengaruh lingkungan pendidikan ?
5

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kandungan atau tafsir yang terdapat pada Qs. Ali
Imran ayat 110 ?
2. Untuk mengetahui kandungan atau tafsir yang terdapat pada Qs. Hud
ayat 100 – 101 ?
3. Untuk mengetahui kandungan atau tafsir yang terdapat pada Qs. Al-Isra
ayat 16 – 17 ?
4. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan pendidikan ?
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Qs. Ali Imran : 110


‫ۡل‬ ‫ۡل‬ ‫ۡأ‬ ‫ُأ ُأ‬
‫ُك نُتۡم َخ ۡي َر َّمٍة ۡخ ِرَج ۡت ِللَّن اِس َت ُم ُروَن ِب ٱ َم ۡع ُروِف َو َتۡن َه ۡو َن َع ِن ٱ ُم نَك ِر‬
‫َو ُتۡؤ ِم ُن وَن ِبٱِۗهَّلل َو َل ۡو َء اَم َن َأۡه ُل ٱۡل ِكَٰت ِب َلَك اَن َخ ۡي ٗر ا َّلُهۚم ِّم ۡن ُهُم ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُن وَن‬
١١٠ ‫َو َأۡك َثُر ُهُم ٱۡل َٰف ِس ُقوَن‬
Artinya :
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. 1

Tafsir ayat :2
Setelah menjelaskan kewajiban berdakwah atas umat Islam, pada ayat 104,
persatuan dan kesatuan mereka yang dituntut, kini dikemukakan bahwa kewajiban
itu dan tuntunan itu pada hakikatnya lahir dari kedudukan umat ini sebagai sebaik-
baik umat. Ini yang membedakan mereka dengan sementara Ahl al-Kitab yang
justru mengambil sikap bertolak dengan itu. Tanpa ketiga hal yang disebut oleh
ayat ini, kedudukan mereka sebagai sebaik-baik umat tidak dapat mereka
pertahankan.
Kamu, wahai seluruh umat Muhammad dari generasi ke generasi
berikutnya, sejak dahulu dalam pengetahuan Allah adalah umat yang terbaik
karena adanya sifat-sifat yang menghiasi diri kalian. Umat yang dikeluarkan,
yakni diwujudkan dan ditampakkan untuk manusia seluruhnya sejak Adam hingga
akhir zaman. Ini karena kalian adalah umat yang terus-menerus tanpa bosan
menyuruh kepada yang makruf, yakni apa yang dinilai baik oleh masyarakat
1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an volume 2,
(Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 189.
2
Ibid, h.221 - 223.
7

selama sejalan dengan nilai-nilai Ilahi, dan mencegah yang mungkar, yakni yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur, pencegahan yang sampai pada batas
menggunakan kekuatan dan karena kalian beriman kepada Allah, dengan iman
yang benar sehingga atas dasarnya kalian percaya dan mengamalkan tuntunan-
Nya dan tuntunan Rasul-Nya, serta melakukan amr makruf dan nahi mungkar itu
sesuai dengan cara dan kandungan yang diajarkannya. Inilah yang menjadikan
kalian meraih kebajikan, tapi jangan duga Allah pilih kasih sebab sekiranya Ahl
al-Kitab, yakni orang Yahudi dan Nasrani beriman, sebagaimana keimanan kalian
dan mereka tidak bercerai berai tentulah itu baik juga baik mereka; di antara
mereka ada yang beriman, sebagaimana iman kalian, sehingga dengan demikian
merekapun meraih kebajikan itu dan menjadi pula bagian dari sebaik-baik umat,
tetapi jumlah mereka tidak banyak kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. Yakni keluar dari ketaatan kepada tuntunan-tuntunan Allah swt.
Kata (‫ )كنتم‬kuntum, yang digunakan ayat di atas, ada yang memahaminya
sebagai kata kerja yang sempurna, ( ‫ )كان تاّم ة‬kana tammah sehingga ia diartikan
wujud, yakni wujud dalam keadaan sebaik-baik umat. Ada juga yang
memahaminya dalam arti kata kerja yang tidak sempurna, ( ‫ )كان ناقص@@ة‬kana
naqishah, dan dengan demikian ia mengandung makna wujudnya sesuatu pada
masa lampau tanpa diketahui kapan itu terjadi dan tidak juga mengandung isyarat
bahwa ia pernah tidak ada atau suatu ketika akan tiada. Jika demikian, ayat ini
berarti kamu dahulu dalam ilmu Allah adalah sebaik-baik umat. Bagaimana pada
masa Nabi saw.? kuat dugaan bahwa demikian itulah keadaan mereka. Nah,
bagaimana generasi sesudah mereka atau generasi sekarang? Tidak disinggung.
Boleh jadi lebih buruk, boleh jadi juga lebih baik. Nabi Muhammad saw.
bersabda: “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian disusul dengan
generasi berikutnya, lalu disusul lagi dengan generasi berikutnya . . .” Tetapi,
dikali lain, beliau bersabda: “Umatku bagaikan hujan, tidak diketahui awalnya,
pertengahannya, atau akhirnyakah yang baik.”
Ayat di atas menggunakan kata ( ‫ )أمة‬ummah/umat. Kata ini digunakan
untuk menunjuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama
8

yang sama, waktu atau tempat yang sama, waktu atau tempat yang sama, baik
penghimpunnya secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Demikian ar-
Raghib dalam al-Mufradat Fi Gharib al-Qur’an dan hadits tidak membatasi
pengertian umat hanya pada kelompok manusia. “Tidak satu burung pun yang
terbang dengan kedua sayapnya kecuali umat-umat juga seperti kamu” (Qs. Al-
An’am:38). “Semut yang berkeliaran, juga umat dari umat-umat Tuhan”
(HR.Muslim).
Ikatan persamaan apa pun yang menyatukan makhluk hidup-manusia atau
binatang-seperti jenis, bangsa, suku, agama, ideologi, waktu, tempat dan
sebagainya, ikatan itu telah melahirkan satu umat dan, dengan demikian, seluruh
anggotanya adalah bersaudara. Sungguh indah, luwes, dan lentur kata ini sehingga
dapat mencakup aneka makna dan, dengan demikian, dapat menampung-dalam
kebersamaannya-aneka perbedaan.
Dalam kata ummah terselip makna-makna yang dalam. Ia mengandung arti
gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya dan cara hidup. Bukankah
untuk menuju ke satu arah harus jelas jalannya serta Anda harus bergerak maju
dengan gaya dan cara tertentu, dan dalam saat yang sama, membutuhkan waktu
untuk mencapainya? Qs.Yusuf : 45 menggunakan kata ummah untuk arti waktu,
sedang Qs. Az-Zukhruf : 22 dalam arti jalan atau gaya dan cara hidup.
Dalam konteks sosiologis, umat adalah himpunan manusiawi yang seluruh
anggotanya bersama-sama menuju satu arah yang sama, bahu membahu, dan
bergerak secara dinamis dibawa kepemimpinan bersama.
Kalimat (‫ )تؤمنون باهلل‬tu’minuna billah dipahami oleh pengarang tafsir al-
Mizan, Sayyid Muhammad Husain ath-Thabathaba’i, dalam arti percaya kepada
ajakan bersatu untuk berpegang teguh pada tali Allah, tidak bercerai. Ini
diperhadapkan dengan kekufuran yang disinggung oleh ayat 106: “Kenapa kamu
kafir sesudah kamu beriman”. Dengan demikian, ayat ini menyebutkan tiga syarat
yang harus dipenuhi untuk meraih kedudukan sebagai sebaik-baik umat, yaitu
amar makruf, nahi munkar, dan persatuan dalam berpegang teguh pada tali/ajaran
Allah. Karena itu, “Siapa yang ingin meraih keistimewaan ini, hendaklah dia
9

memenuhi syarat yang ditetapkan Allah itu.” Demikian Umar bin Khattab
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Jarir.

B. Qs. Hud : 100 – 101

‫ َو َم ا َظَلۡم َٰن ُهۡم‬١٠٠ ‫د‬ٞ‫م َو َح ِص ي‬ٞ‫َٰذ ِلَك ِم ۡن َأۢن َبٓاِء ٱۡل ُقَر ٰى َنُقُّص ۥُه َع َلۡي َۖك ِم ۡن َه ا َق ٓاِئ‬
‫َو َٰل ِكن َظَلُمٓو ْا َأنُفَس ُهۖۡم َفَم ٓا َأۡغ َنۡت َع ۡن ُهۡم َء اِلَهُتُهُم ٱَّلِتي َيۡد ُع وَن ِم ن ُد وِن ٱِهَّلل ِم ن‬
١٠١ ‫َش ۡي ٖء َّلَّم ا َج ٓاَء َأۡم ُر َر ِّبَۖك َو َم ا َز اُد وُهۡم َغ ۡي َر َتۡت ِبيٖب‬
Artinya :
100. Itu adalah sebahagian dan berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang
Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang
masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.
101. Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka
sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu
datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali
kebinasaan belaka.3

Tafsir ayat :
‫َٰذ ِلَك ِم ۡن َأۢن َبٓاِء ٱۡل ُقَر ٰى َنُقُّص ۥُه َع َلۡي َك‬
Artinya : “Itulah sebagian dari berita-berita negeri-negeri yang Kami ceritakan

kepadamu.”

Inilah sebagian dari cerita kota-kota (negeri) yang penduduknya menzalimi


diri sendiri dan mendurhakai Rasul-Nya. Kami menceritakan kepadamu
(Muhammad) untuk pelajaran, peringatan, dan untuk beberapa tujuan yang lain
dan supaya cerita-cerita itu terus menerus dibaca oleh para mukmin pada siang
ataupun malam hari untuk menjadi peringatan.
‫د‬ٞ‫م َو َحِص ي‬ٞ‫ِم ۡن َها َقٓاِئ‬

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an volume 5,
(Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 739 – 741.
10

Artinya: “Diantara negeri-negeri yang masih ada yang tegak (tertinggal bekas-
bekasnya), dan ada pula yang telah dituai (lenyap sama sekali).”
Kata ‫م‬ٞ‫ َق ٓاِئ‬yang dimaksud disini adalah negeri-negeri yang memiliki
peninggalan lama seperti Kairo, Mesir dengan Piramid dan Sphinx, Sana’a di
Yaman dengan peninggalan kaum Saba’ dan Tubba’, dan lain-lain yang tersebar,
baik yang disebut dalam surah ini maupun selainnya, bahkan di seluruh penjuru
dunia.4

‫وََم ا َظَلۡم َٰن ُهۡم َو َٰل ِكن َظَلُمٓو ْا َأنُفَس ُهۡم‬


Artinya: “Dan Kami tidak menganiaya (menzalimi) mereka, tetapi merekalah
yang menganiaya (menzalimi) mereka sendiri.”
Kami (Allah) tidak menzalimi mereka, walaupun sedikit saja. Kami telah
mengutus kepada mereka bebrapa Rasul untuk memberi petunjuk. Akan tetapi
mereka sendiri yang menzalimi dirinya dengan mempersekutukan Allah, membuat
kerusakan di bumi dan terus-menerus dalam perbuatan itu. Mereka mengejek
ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka oleh para Rasul.
‫َفَم ٓا َأۡغ َنۡت َع ۡن ُهۡم َء اِلَهُتُهُم ٱَّلِتي َيۡد ُع وَن ِم ن ُدوِن ٱِهَّلل ِم ن َش ۡي ٖء َّلَّم ا َج ٓاَء َأۡم ُر َر ِّبَك‬
Artinya: “Maka Tuhan-Tuhan yang mereka seru selain Allah tidak memberi
manfaat kepada mereka, walaupun sedikit saja, ketika azab Tuhanmu telah tiba.”
Mereka bertawakal kepada Tuhan-Tuhan mereka (selain Allah) untuk
menolak azab. Tetapi Tuhan-Tuhan mereka itu tidak sedikitpun dapat memberi
manfaat kepada mereka, ketika azab Allah telah menimpa mereka.

‫َو َم ا َز اُدوُهۡم َغ ۡي َر َتۡت ِبيٖب‬


Artinya: “Dan Tuhan-Tuhan mereka tidak menambah sesuatu baginya kecuali
kerugian dan kebinasaan.”
Tuhan-Tuhan mereka tiada menambah sesuatu kecuali kebinasaan dan
kesesatan, karena dengan bertawakal kepada Tuhan-Tuhan sesembahannya itu
justru menambah kekufurannya kepada Allah, bertambah zalim dan sesat. Mereka
rugi di dunia dan akhirat.5

4
Ibid, h.742
11

C. Qs. Al – Isra : 16 – 17

‫َو ِإَذ ٓا َأَر ۡد َنٓا َأن ُّنۡه ِلَك َقۡر َيًة َأَم ۡر َن ا ُم ۡت َرِفيَه ا َفَفَس ُقوْا ِفيَه ا َفَح َّق َع َلۡي َه ا ٱۡل َق ۡو ُل‬
‫ َو َك ۡم َأۡه َلۡك َن ا ِم َن ٱۡل ُق ُروِن ِم ۢن َبۡع ِد ُن وٖۗح َو َك َفٰى ِبَر ِّب َك‬١٦ ‫َف َد َّم ۡر َٰن َها َت ۡد ِم يٗر ا‬
١٧ ‫ِبُذ ُنوِب ِع َباِدِهۦ َخ ِبيَۢر ا َبِص يٗر ا‬
Artinya :
16. Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah)
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya
berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan
negeri itu sehancur-hancurnya
17. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan
cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-
Nya6

Tafsir ayat :
‫َو ِإَذ ٓا َأَر ۡد َنٓا َأن ُّنۡه ِلَك َقۡر َيًة َأَم ۡر َنا ُم ۡت َر ِفيَها َفَفَس ُقوْا ِفيَها َفَح َّق َع َلۡي َها ٱۡل َقۡو ُل َفَد َّم ۡر َٰن َها َتۡد ِم يٗر ا‬
Artinya: “Apabila Kami berkehendak untuk memusnahkan suatu kota, maka
Kami menyuruh penduduk kota itu hidup mewah, berbuat fasik, maka wajiblah
azab atas kota itu, lalu Kami membinasakannya.”
Apabila Kami berkehendak untuk membinasakan suatu kota dan
penduduknya, maka Kami menyuruh orang-orang yang hidup mewah, baik para
pembesar negeri maupun orang-orang hartawan (jutawan), supaya menaati agama
dengan benar. Tetapi mereka tidak menuruti perintah itu, bahkan melawannya.
Mereka bebruat curang dan durhaka. Maka Kami pun melimpahkan azab kepada
mereka dan menghancurkan mereka.
Ada yang mengatkan bahwa makna “Kami menyuruh penduduk kota” yang
hidup mewah adalah “Kami yang memperbanyak jumlahnya.” Az-Zamakhsyari

5
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 3 (Surat 11-23),
(Semarang:PT Pustaka Rizki Putra, 2000), h.1944-1945
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an volume 7,
(Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 48.
12

berpendapat bahwa perintah disini bersifat majazi (simbolik), bukan hakiki. Maka
makna ayat ini adalah Kami mencurahkan nikmat atas mereka, lalu mereka
menjadikan nikmat itu sebagai jalan berbua maksiat, seakan-akan mereka
diperintah untuk melakukan maksiat. Nikmat dibrikan sebenarnya untuk
disyukuri, bukan untuk dikufuri. Setelah mereka kufur dan menyimpang dari jalan
yang benar, maka layaklah mereka menerima azab dan Allah pun menghancurkan
mereka.
‫ۡل‬ ‫َأ ۡك‬
‫َو َك ۡم ۡه َل َنا ِم َن ٱ ُقُروِن ِم ۢن َبۡع ِد ُنوٖح‬
Artinya: “Dan berapa banyak Kami telah membinasakan umat-umat terdahulu
yang datang sesudah Nuh.”
Banyak umat yang telah Kami binasakan sebelummu sejak sesudah Nuh
sampai zamanmu sekarang, sebab mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan
mendustakan Rasul-Rasul-Nya. Maka berhati-hatilah agar kamu tidak tertimpa
azab seperti yang telah menimpa orang-orang terdahulu.
‫َو َكَفٰى ِبَر ِّبَك ِبُذ ُنوِب ِعَباِدِهۦ َخ ِبيَۢر ا َبِص يٗر ا‬
Artinya: “Dan cukuplah Tuhanmu mengetahui dan melihat semua dosa hamba-
hamba-Nya.”
Maksudnya, Dia itu Maha Mengetahui segala perbuatan mereka, yang baik
maupun buruk. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya, Mahasuci Dia
lagi Mahatinggi.
Cukuplah bagimu, wahai Rasul, Tuhanmu yang sangat mengetahui dosa-
dosa makhluk-Nya dan sangat pula melihatnya. Tidak ada sesuatu perbuatan
orang musyrik yang tersembunyi bagi Allah. Dia akan memberi pembalasan
kepada mereka dengan sangat sempurna.7
Allah berfirman seraya memperingatkan orang-orang kafir Quraisy
mengenai tindakan mendustakan Rasul-Nya. Bahwa Dia telah mebinasakan umat-
umat yang dahulu pernah mendustakan para Rasul setalah Nuh. Dan hal itu
menunjukkan bahwa selama kurun waktu antara Adam dan Nuh mereka telah
memeluk Islam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, bahwa masa
antara Adam dan Nuh itu sepuluh kurun, yang semuanya memeluk agama Islam.
7
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 3 (Surat 11-23),
(Semarang:PT Pustaka Rizki Putra, 2000), h.2311-2312.
13

Artinya, bahwa kalian, hai sekalian para pendusta, tidak lebih mulia dari
pada mereka (para Rasul) dihadapan Allah. Dan kalian telah mendustakan Rasul
yang paling mulia dan makhluk yang paling terhormat, sehingga penimpaan
siksaan kepada kalian itu memang merupakan suatu hal yang layak dan
seimbang.8

D. Pengaruh Pendidikan Lingkungan


1. Pengaruh positif, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau
memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima,
memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam.
2. Pengaruh negatif, yaitu lingkungan yang menghalangi atau kurang
menunjang kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini, dan
mengamalkan ajaran Islam.

3.

8
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Jakarta:Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2017), h.291-292.
14

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa intisari
tentang mengidentifikasi dan membedakan antara lingkungan pendidikan yang
baik maupun yang buruk berdasarkan penafsiran qs. ali-imran: 110, qs. hud: 100-
101, dan qs. al-isra: 16-17 antara lain:
1. Surah Ali Imran ayat 110 menjelaskan tentang kedudukan untuk
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar.
2. Surat Hud ayat 100 – 101 memperingatkan kita supaya mengambil
pelajaran dari kisah-kisah umat-umat terdahulu.
3. Surah Al-Isra ayat 16 – 17 menjelaskan tentang keadaan kitab catatan
amal manusia dan Tuhan, bahwa orang yang mengambil manfaat dari isi
Al-Qur’an dan mengambil petunjuknya, maka faedah itu sebenarnya
kembali kepada mereka.
Oleh karena itu, lingkungan dapat mempengaruhi baik secara positif
mengajak kepada jalan kebenaran atau agama Islam maupun negatif menghalangi
untuk menuju jalan kebenaran.

B. Saran
Adapun saran yang diharapkan dalam makalah ini antara lain:
1. Dapat dijadikan sebagai bahan renungan dan motivasi untuk pentingnya
mengajak manusia kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran.
2. Dapat memperkaya khazanah dan ilmu pengetahuan khususnya di UIN
Antasari Banjarmasin.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Jakarta:Pustaka
Imam Asy-Syafi’I, 2017.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an
volume 2. Jakarta: Lentera Hati, 2012.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an
volume 5. Jakarta: Lentera Hati, 2012.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an
volume 7. Jakarta: Lentera Hati, 2012.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 3
(Surat 11-23). Semarang:PT Pustaka Rizki Putra, 2000.

Anda mungkin juga menyukai