Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENDIDIKAN AQIDAH Drs. H. SAMDANI, M.Fil.I

PENDIDIKAN/PENANAMAN AQIDAH PADA MASA PRANATAL


(DALAM KANDUNGAN)

Disusun Oleh :
KELOMPOK VIII
PMTK B 2015
SITI RAHMAH : 1501250637
PADLILLAH : 1501250660
JAZULI RAHMAN : 1301251060

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
1439 H / 2018 M
KATA PENGANTAR
‫الر ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, dan karunia-Nya.
Shalawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan kasih sayangnya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Berikut ini akan kami persembahkan sebuah makalah yang berjudul
“Pendidikan/Penanaman Aqidah pada Masa Pranatal (Dalam Kandungan)”. Penulisan
ini merupakan salah satu tugas terstruktur yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan
Aqidah pada Semester VI di Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika.
Kami menyadari sekali bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi
bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila terdapat salah penulisan
dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kami juga masih dalam
tahap belajar. Dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Dengan demikian, kami mengucapkan terima kasih untuk para pembaca yang telah
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk kita
semua. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

Banjarmasin, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumasan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2


A. Pengertian Pendidikan Pranatal ........................................................... 2
B. Pembinaan dan Pendidikan Akidah pada Masa Pranatal .................... 3
C. Prinsip Tauhidiyah dalam Pendidikan Pranatal ................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13


A. Simpulan .............................................................................................. 13
B. Saran .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia.
Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan
tetapi proses pendidikan berlangsung secara berkelanjutan.
Islam sendiri telah menggariskan tentang proses pendidikan seumur hidup.
Dalam suatu riwayat Rasulullah SAW bersabda “Tuntutlah ilmu sejak buayan hingga
ke liang lahat”. Hal ini mengisyaratkan bahwa proses pendidikan berlangsung sejak
manusia dalam kandungan.
Landasan terpenting dalam pendidikan seorang anak yaitu pengenalan dan
penanaman ajaran tauhid untuk yang pertama kali, sebelum masuknya pengetahuan
lain yang mengisi benak otak intelektualnya. Sehingga secara bertahap ia dapat
tumbuh menjadi pribadi yang rabbani, yang senantiasa taat, tunduk dan patu pada
ajaran agama dan Tuhannya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
pendidikan/penanaman aqidah pada masa pranatal, hal ini dimaksudkan agar kita
dapat memahami seberapa pentingnya penaman aqidah sejak dalam kandungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan prenatal?
2. Bagaimana pembinaan dan pendidikan akidah pada masa pranatal?
3. Bagaimana Prinsip Tauhidiyah dalam Pendidikan Pranatal?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan pendidikan prenatal.
2. Menjelaskan pembinaan dan pendidikan pada masa prenatal.
3. Menjelaskan prinsip tauhidiyah dalam pendidikan prenatal.

1
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Pranatal

Secara umum, pranatal berasal dari kata pra yang berarti sebelum dan natal
berarti lahir, jadi pranatal adalah sebelum kelahiran, yang berkaitan atau keadaan
sebelum dilahirkan. Masa pranatal adalah periode perkembangan pertama dalam
jangka kehidupan manusia dan secara biologis hidup dimulai pada waktu itu.
Pendidikan pranatal adalah usaha sadar orang tua (suami-isteri) untuk
mendidik anaknya yang masih dalam kandungan. Usaha sadar khusus ditujukan
kepada kedua orang tua karena anak dalam kandungan memang belum mungkin
dididik, apalagi diajar, kecuali oleh orang tuanya sendiri. Jadi, pendidikan pranatal
ialah sebagai usaha manusia untuk menumbuh dan kembangkan potensi-potensi
pembawaan sejak dalam memilih pasangan hidup dan perkawinan (prakonsepsi)
sampai pada masa kehamilan (Pascakonsepsi) yang masih tergolong pranatal.1
Pendidikan pranatal merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak
belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan pranatal lebih banyak
dipengaruhi kebudayaan lingkungan setempat. Dalam kehidupan sekarang ini,
terdapat pula model pendidikan aqidah pranatal. Seperti mendengarkan senandung
ayat-ayat suci, kalimat tauhid, memperbanyak do’a dan istighfar selama anak masih
dalam kandungan adalah contoh-contoh pendidikan pranatal.
Bahkan didalam islam pendidikan pranatal dimulai jauh sebelum kelahiran,
yaitu mulai dari pemilihan bibit penyemaian (jodoh), cara melakukan penyemaian
(berhubungan suami isteri) baru kemudian melangkah ke tahap pendidikan dalam
kandungan sampai dengan proses kelahiran. 2
Periode prenatal atau Fase dalam kandungan adalah fase dimana anak masih
berupa janin dalam Rahim seorang ibu, yang kurang lebih selama 9 bulan dengan
beberapa macam tahapan kejadian (QS az-Zumar/39: 6). Alquran mengabarkan hal
tersebut dalam surah al-Mu’minun ayat 12-13 dan 14 yaitu:
  
     
   
   

1
Chusnul Wardati “Pendidikan Pranatal Menurut Islam” Skripsi IAIN Saalatiga 2017, h.21
2
Murtadho Naufal, “Konsep Pendidikan Aqidah Persepektif Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan”
Skripsi IAIN Raden Intan Lampung (2016). h.35

2
  
  
  
  
   
  
 
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lau tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Pada masa ini anak telah dapat menerima pendidikan dari kedua orangtuanya,
yang merupakan pendidikan awal bagi anak. Dengan kata lain, bahwa pendidikan
anak secara aktif sudah harus dimulai sejak dalam kandungan dengan cara atau
teknik pendidikan yang sesuai dengan Alquran.3
Secara sederhana pendidikan aqidah pranatal dalam keluarga bertujuan untuk
menanamkan dasar-dasar aqidah selama dalam kandungan hingga nanti pada
akhirnya dapat terlahir dengan fitrah. 4

B. Pembinaan dan Pendidikan Akidah pada Masa Pranatal

Dalam Bahasa Alqur’an disebut pertemuan dan perpaduan antara sperma yang
berasal dari sulbi suami dengan ovum yang berasal dari taraib istri di dalam Rahim
sebagai hasil dari hubungan yang mereka lakukan, maka dimulailah awal sebuah
pembentukkan janin pertama dan terus berproses sampai saatnya ruh manusia yang
diciptakan Allah ditiupkan kepada janin tersebut. Proses itu digambarkan Allah
melalui Surah As-Sajadah ayat 9:

    


   
 

3
Zaenl Abidin, Perspektif Al-Qur’an tentang Pendidikan Anak Dalam Keluarga (Banjarmasin:
Antasari Press, 2006) h. 83-94
4
Murtadho Naufal, “Konsep Pendidikan Aqidah Persepektif Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan”
Skripsi IAIN Raden Intan Lampung (2016). h.35

3
   
 

“kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-


Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur”
Maksudnya setelah fisik janin dalam kandungan ibunya sempurna, maka Alalh
meniupkan ruh ciptaann-Nya kepadanya seperti yang dijelaskan dalam surah Al-
Mu’min ayat 67:
   
     
   
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang
anak”,
Setelah ruh sebagai hakikat manusia dipindahkan dari alam arwah ke tubuh
janin dalam Rahim, ia harus menunggu beberapa bulan sebelum diturunkan kealam
dunia materi ini. Disini ia mendapatkan pendidikan akidah yang menjadi modal
baginya setelah di bumi ini. Prilaku dan tabiat seorang ibu yang sedang hamil
berpengaruh kepada janin yang sedang berproses dalam rahimnya. Kebiasaan jelek
seorang ibu ketika hamil memberi sumbangan tabiat yang tidak baik terhadap bayi
setelah ia dilahirkan. Teori ini sering dibenarkan dalam dunia pendidikan dan diakui
oleh umumnya masyarkat muslim. Di masa ini seorang ibu yang sedang hamil harus
menyadari bahwa dirinya adalah guru yang paling awal dan paling menentukan
dalam memberikan pendidikan kepada bayi yang dikandungannya. Tabiat
keberagaman anaknya setelah lahir ke dunia adalah cerminan dari tabiat dan prilaku
ibunya ketika mengandungnya.
Dari segi psikologi keimanan, hubungan antara orang tua dan anak keturunan
diisyaratkan Allah pada ayat berikut:
 
 
  
  
     
   

“dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan

4
Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thuur : 21)
Oleh karena itu salah seorang yang saleh berkata kepada anaknya: “ Wahai
anakku, aku telah memperbanyak amal saleh, semata-mata mengharap kepada Allah
agar kamu lahir kebumi sebagai anak yang saleh”. At-Thustari, seorang ahli ibadah
selalu mendoakan anaknya yang saat itu masih dialam arwah dengan memelihara
ibadah kepada Allah. Ia telah berjanji dengan Allah akan memelihara anaknya yang
masih ada di alam arwah hingga dikeluarkan ke alam nyata ini. Dari. Vander Carr:
“Bayi dalam rahim dapat mendengar suara dari luar tubuh ibunya mulai minggu ke
18 kehamilan”
Bayi yang sedang terkurung dalam dinding rahim adalah sebagai anak didik
yang sangat netral dan peka terhadap apapun pendidikan yang diberikan sang ibu
kepadanya. Tentu saja sebagai seorang ibu dalam memberikan pendidikan akidah
tidak menggunakan metodologi pendidikan seperti yang dipakai pada pendidikan
formal biasa. Metode pendidikan yang digunakan adalah metode Ibda’ bi nafsik
dengan lebih dahulu mendidik dan membimbing prilaku dirinya sendiri agar lebih
terarah kepada prilaku ketuhanan. Membangun prilaku ketuhanan selama
mengandung adalah bentuk pendidikan ketuhanan yang disampaikan kepada bayi
dalam kandungan. Allah berfirman dalam surah at-Tahrim ayat 6:
 
  
 
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka” (QS. At-Tahrim : 6)
Adalah petunjuk bahwa membina akidah anak harus dimulai dengan membina
akidah diri sendiri. Seorang bayi dalam kandungan akan merekam prilaku ibunya dan
menjadikannya sebagai acuan berprilaku setelah ia lahir ke bumi ini. Maka untuk
mendidik mereka seorang ibu harus hati-hati agar semua sifat dan prilakunya selama
mengandung tidak mengarah kepada yang tidak terpuji. Parah ahli medis mengatakan
bahwa makanan yang dikonsumsi bayi dalam kandungan adalah sari pati makanan
yang dikonsumsi oleh ibunya. Maka darah yang mengalir di tubuh ibunya adalah
juga mengalir ditubuh bayinya. Kehalalan makanan yang dikonsumsi ibu memberi
pengaruh kepada perkembangan jiwa bayi mulai dari dalam Rahim sampai ia lahir ke
bumi.
Artinya pembangunan akidah anak sudah dimulai sejak ia masih di dalam
kandungan melalui kebiasaan baik seorang ibu. Oleh sebab itu, ibu harus memelihara

5
prilakunya dari yang jelek dan tak terpuji agar bayi dalam kandungan mendapat
pendidikan yang baik dan tidak lahir dengan mental yang jelek. Oleh sebab itu,
seorang ibu yang sedang hamil harus menjaga kesehatan fisiknya disamping selalu
berdoa, banyak beribadat dan kegiatan-kegiatan sosial. Suami dalam hal ini
mengambil peran sebagai penasehat terhadap istri disamping ia harus mengerti tabiat
wanita yang sedang hamil.5
Pada fase dalam kandungan ini ada beberapa hal yang harus mendapat
perhatian dari calon ayah dan ibu, agar janin tersebut lahir dengan sehat dan dapat
menerima pendidikan selanjutnya yang bersifat operasional, sebab ketika anak masih
dalam kandungan ia belum dapat menerima pendidikan secara langsung, sehingga
kedua orang tuanyalah (terutama ibu) yang melakukan dan membiasakan diri dalam
berbagai kegiatan yang bersifat pedagogis, maka secara tidak langsung anak yang
ada dalam kandungan telah menerima pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara
lain :

1. Pemeliharaan Anak dalam Kandungan

Dalam kehidupan rumah tangga, pada saat istri sedang hamil, maka
suami adalah orang yang pertama yang memiliki tanggungjawab mengawasi,
memelihara dan melindungi istrinya. Selain itu ia harus mengerti benar hal-hal
yang menjadi kebutuhan primer istrinya. Dengan melakukan ini berarti ia telah
menyelesaikan pekerjaan secara bersamaan, yaitu menjaga istri sekaligus janin
yang sedang dikandung istrinya.
Seorang istri yang sedang hamil juga tidak lepas dari tanggung jawab
yang besar unuk menjaga bayi yang ada dalam kandungannya, jadi dengan
demikian kedua unsur keluarga tersebut sama-sama memiliki tanggung jawab.
Keduanya dituntut untuk saling bekerja sama dalam upaya memelihara,
menjaga, danmelindungi bayi, sehingga janin tersebut akan dapat mengalami
perkembangan yang sempurna selama berada dalam rahim ibunya.
Janin hidup di dalam Rahim seorang ibu selama kurang lebih sembilan
bulan, maka selama itu janin mendapatkan makanan dari ibunya melalui tali
pusar. Oleh sebab itu selama masa-masa hamil hendaknya seorang ibu sangat
memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.

5
Rahman Ritonga, Akidah ( Merakit Hubungan Manusia dengan Khaliknya melalui Pendidikan
Akidah Anak Usia Dini)(Amelia Surabaya, 2005) h. 20-23

6
Makanan tersebut tentunya yang mengandung banyak gizi yang baik lagi
halal, karena hal ini juga perintah Allah SWT yang terdapat dalam surah Thaha
ayat 81, yaitu :
   
  
    
   
  
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan
kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan
kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku,
maka sesungguhnya binasalah ia” (QS. Thaha : 81)
Masalah makanan ini adalah suatu permasalahan yang penting, sebab jika
pada saat daging, badan, dan tulang terbentuk dari makanan haram, maka
anak telah mengalami penderitaan yang berat semenjak ia dalam kandungan
sampai pada kehidupannya mendatang.
Ketika seorang suami mencari nafkah untuk istri dan anaknya haruslah
benar-benar memperhatikan kebaikan dan kehalalan rejeki tersebut sehingga
tidak akan merusak masa depan kehidupan keluarganya, karena rejeki yang
diperoleh secara tidak halal akan dapat menimbulkan kemudharatan yang
besar.
Dalam masa kehamilan antara ayah dan ibu juga harus menjaga
kesehatan baik dalam hal makanan. kebersihan tempat tinggal, pakaian dan
sebagainya. Karena pakaian, tempat dan makanan yang kotor dapat
mengganggu kesehatan. Oleh sebab itu seorang ibu hamil haruslah
memperhatikan makanan dan kesehatan dirinya. agar anak yang lahir kelak
dapat lahir dengan keadaan sehat dan selamat.

2. Menjaga kondisi psikologis


Ketika seorang ibu yang sedang hamil, maka kondisi psikologis dan
emosionalnya memiliki dampak dan pengaruh yang cukup kuat terhadap
perkembangan kesehatan bayi. Al-quran berkenaan dengan hal ini telah
menganjurkan kepada seluruh manusia agar menjaga stabilitas psikologis. yang
disebut dengan istilah nafsun al muthmainnah, yaitu jiwa yang tentram, aman
dan tenang. Sebab jiwa yang selalu gelisah dan tidak tentram dapat
mempengaruhi keseimbangan tingkah laku (baca: Ahmad Mubarak. diwa
dalam Alquran) terlebih lagi bagi ibu yang sedang hamil

7
Ashley Montaga menjelaskan bahwa pengaruh tersebut terjadi karena:
Janin dalam rahim seorang ibu merupakan unitas organik yang tunggal dengan
sang ibu. Dengan demikian segala yang dirasakan dan dialami oleh ibu akan
dialami juga oleh bayi yang dikandungannya. Jadi walaupun masih erada
dalam rahim, janin tidak berati secara absolut stteril dari pengaruh-pengaruh
luar. Segala bentuk ganguan emosi pada ibu dapat memperngaruhi kondisi
psikis janin dalam kandungannya. Dikatakan bahwa perubahan emosi pada ibu
yanng menghasilkan perubahan-perubahan kimiawidalam tubuh dapat
menyebabkan makhluk yang dikandungnya menerma zat-zat kimia tersebut
secara berlebihan sehingga menyebabkan adanya ganguan pada pertumbuhan
dan perkembangan kandungannya
Dalam menjaga kondisi psikologis tersebut, maka harus ada kerjasama
antara suami dan istri, terutama suami harus memahami keadaan istrinya yang
sedang hamil, yang terkadang meminta sesuatu yang aneh-aneh (ngidam).
Suami istri harus selalu menjaga ketenangan banyak berdoa kepada Allah agar
dikaruniai anak yang saleh, menjaga kesucian diri dari segala bentuk perbuatan
tercela, menciptakan kenyamana dan ketentraman dengan menumbuhkan
perasaan keagamaan. Dan jangan sampai ada di antara keduanya dihinggapi
perasaan cemburu uang berlebihan, takut, khawatir, ngeri dan dendam
kesumat, benci dan antipati, permusuhan dan pertengkaran, kekecewaan serta
prustasi, karena hal dapat menurunkan sifatsifat yang demikian pada janin dan
bahkan dapat membuat lahimya janin dalam keadaan tidak normal.
Anak lahir dalam keadaan cacat dapat saja terjadi ketika ibu mengandung
janin tersebut ibu mengalami pengalaman emosional atau gangguan batin yang
sangat berat. Sebagimana yang telah diungkapkan oleh Bjononegoro, bahwa
pengaruh emosional ibu terhadap anak selama pranatal dapat mengakibatkan
kelahiran yang cacat.
Jadi dengan demikian seorang ibu hamil yang didampingi oleh suami
harus menjaga kondisi psikologis. baik berupa perasaan maupun pikiran
dengan mendekatkan diri kepada Allah dan meyakini akan ketentuan-Nya,
memohon perlindungan dari segala godaan setan dan juga memohon agar
dikaruniai yang sehat dan selamat.

3. Pendidikan anak dalam kandungan


Dalam Al-quran Allah swt telah memerintahkan kepada orang-orang
yang beriman agar menjaga diri dan keluarganya dari api neraka (Q.5. at-

8
Tahrim/66: 6), dan salah satu bentuk pemeliharaan tersebut adalah
mendidiknya dengan baik Q S. al-lsra' 17: 24 dan asy- Syu'ara 26:18.
Proses pendidikan ini harus telah berjalan pada saat anak dalam
kandungan sampai anak dewasa, sehingga pendidikan yang diberikan benar-
benar sempurna.
Sedangkan pendidikan yang ketika anak masih ada dalam kandungan
adalah suatu tugas yang cukup berat karena memerlukan pemikiran.
pengorbanan, dedikasi dan etos kerja yang kukuh terutama wang dididik belum
terlihat secara nyata. oleh sebab itu pendidikannya pun berbeda dengan
mendidik anak yang telah lahir, karena prosesnya berlaku bagi semua unsur
keluarga (suami istri) dan anak masih merupakan satu kesatuan dengan ibunya.
Sebelum pendidikan dilangsungkan, maka ada syarat syarat yang harus
dilakukan dan dimiliki oleh suami istri sekaligus sebagai materi yang diberikan
melalui kedua orang tuanya, yaitu membentuk lingkungan keluarga yang
Islami yang terdiri dari beberapa langkah. Dan langkah itulah yang menjadi
syarat mendidik anak dalam kandungan yang kesemuanya adalah penjabaran
dari konsep-konsep pendidikan yang terdapat dalam Al-quran, yaitu:
a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah

Dalam kehidupan rumah tangga faktor keimanan dan ketaqwaan


kepada Allah swt adalah faktor yang man itulah manusia sangat penting,
karena dengan dapat terhindar dari kehinaan. dengan keimanan pula
manusia dapat menemukan ketenangan (QS. Yunus 10: 98) oleh itu
ketika seseorang ingin berumah tangga haruslah mengutamakan agama
bagi calon pendamping hidupnya
Selain itu pula keimanan (agama) yang nantinya diwariskan kepada
anak keturunannya, sebab agama. anak sangat ditentukan oleh kedua
orang tuanya. Di samping itu iman inilah yang nantinya dijadikan sebagai
pegangan dalam mendidik anak, karena suami dali, istri yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah akan selalu mendapatkan limpaham berkah
dari Allah swt begitu juga anak yang sedang dikandungnya (QS. Al-
thalaq/65:4). Berkah itu dapat berupa kemudahan dalam mendidik anak
dan secara pskologis akan terbina suatu kondisi yang sangat paedagogis
lagi lslami di dalam kehidupan rumah tangga.

b) Mendoakan anak

9
Dalam Alquran terdapat beberapa doa para nabi. dan doa tersebut
adalah permohonan kepada Allah agar diberi anak keturunan yang saleh
(QS. Ibrahim 14: 40, al-Baqarah/2: 128, Ali Imran/3: 38, Maryam/19. 6),
mendoakan anak jika dianalisis secara paedagogis hal itu adalah suatu
kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tuanya, sebab
mendoakan anak adalah salah satu unsur yang harus ada dalam
pendidikan, sedangkan kaitan secara langsung mengenai pendidikan anak
dalam kandungan bahwa doa tersebut memberikan ketenangan bagi
kedua orang anak dalam kandungan yang sedang dididik dengan
demikian keadaan tersebut dapat dijadikan stimulus edukatif yang positif
bagi anak dalam kandungan.

c) Menghormati kedua orang tua

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, suami dan istri harus


selalu membangun kehidupan yang Islami, antara satu sama lain
harussaling hormat menghormati terlebih lagi kepada kedua orang tua
nya, sebab terkadang suami istri masih tinggal bersama orang tuanya,
namun bukan berarti tidak hormat jika berjauhan, tetapi penghormatan
tersebut haruslah tampak serta tulus, di samping hal ini adalah kewajiban
seorang anak kepada kedua orang tuanya.
Dalam kaitannya dengan penuliukan anak, situasi seperti ini sangat
membantu guna memberi stimulus kepada anak dalam kandungan, di
samping itu ada kaitan keniscayaan antara keberhasilan mendidik anak
dengan penghormatan dan bakti kepada kedua orang tua.
Bagaimanapun juga penghormatan yang dilakukan oleh orang tua
janin dapat memberiikan pengaruh yang sangat besar terhadap anak
tersebut, dalam artian jika orang tua anakanya menjadi baik dan hormat
kepadanya. Maka terlebih dahulu ia harus berbuat baik kepada kedua
orang tuanya

d) Akhlak mulia

Orang tua yang bermaksud mendidik anak dalam haruslah selalu


menjaga prilakunya, dalam kehidupan sehar-hari di segala bidang, baik
terhadap diri sendiri, istri, orang tua dan mertua, tetangga kaum kerabat
dan masyarakat di sekitamya.

10
Akhlak mulia yang dimaksud ialah akhlak yang berpola dari
perilaku Rasulullah saw.selama hidupnya.yaitu akhlak yang agung (QS.
al-Qalam/68 3, al-Ahzabl33: 21).
Dalam mendidik anak.peranan akhlak orang tua (sebagai pendidik)
sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan dan keberhasilan
pendidikan tersebut.Di antara akhlak mulia tersebut adalah: kasih
sayang.sopan santun.sabar, pemaaf, rukun dalam kehidupan rumah angga
dan lain sebagainya.

e) Yakin bahwa anak dalam kandungan dapat dididik

Keyakinan bahwa anak dalam kandungan dapat dididik adalah


suatu keyakinan yang harus ada dalam diri orang tua, sebab jika
keyakinan itu tidak ada maka pendidikan yang akan dilaksanakan tidak
terarah.
Dengan keyakinan tersebut akan timbullah perasaan yang menuntut
tanggung jawab mendidik- tulus dan ikhlas serta memelihatany dengan
baik sampai anak terlahir ke dunia.

f) Memberi nafkah yang halal

Nafkah dan memenuhi kebutuhan istri uuengandung ataupun ketika


menyusui sampai anak dewasa adalah tanggung jawab suami istri, dan
tanggung jawab ini adalah perintah langsung dari Allah swt.sebagaimana
yang dkabarkan oleh Alquran yaitu:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua penuh
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya.Dan kewajiban
ayah memberi dan pakaian kepada para ibu dengan ma'ruf.Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.(QS al-
Baqarah/2: 233)
Selain memberikan sandang, pangan dan papan seorang suami
juga harus memenuhi kebutuhan istrinya baik yang bersifat lahiriah
(seperti makanan ekstra, perawatan dan lain-lain) maupun yang bersifat
batiniah (seperti perhatian, cinta dan kasih sayang penghargaan,
ketentraman dan lain in) Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh

11
kedua orang tua tersebut, maka secara otomatis anak yang ada dala
kandungan telah mendapatkkan pendidikan dari kedua orang tuanya.6

C. Prinsip Tauhidiyah dalam Pendidikan Pranatal


Menurut at-Tamimi bahwa ketauhidan adalah pemurnian ibadah kepada Allah
SWT, yaitu menghambakan diri kepada-Nya secara murni dan konsekuen dengan
mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa
rendah diri, cinta harap, dan takut kepada-Nya. Untuk inilah sebenarnya manusia
diciptakan Allah SWT dan sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan
tauhid dalam pengertian tersebut mulai dari Rasul pertama hingga yang terakhir.
Dalam melakukan stimulasi edukatif, orang tua harus memberikan nuansa
(orientasi) tauhidiyah yaitu latihan-latihan edukasi yang berpangkal pada prinsip-
prinsip-prinsip keesaan Allah. Orang tua harus menjadikan prinsip ini sebagai dasar
dalam mendidik anak dalam kandungannya, dan yang lebih utama adalah orang tua
harus menjalani prinsip ini dalam kehidupan sebelum ia mengajarkan kepada
anaknya.

6
Zaenl Abidin, Perspektif Al-Qur’an tentang Pendidikan Anak Dalam Keluarga (Banjarmasin:
Antasari Press, 2006) h. 83-94

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara sederhana pendidikan aqidah pranatal dalam keluarga bertujuan untuk
menanamkan dasar-dasar aqidah selama dalam kandungan hingga nanti pada
akhirnya dapat terlahir dengan fitrah. Metode pendidikan yang digunakan adalah
metode Ibda’ bi nafsik dengan lebih dahulu mendidik dan membimbing prilaku
dirinya sendiri agar lebih terarah kepada prilaku ketuhanan.

Pembangunan akidah anak sudah dimulai sejak ia masih di dalam kandungan


melalui kebiasaan baik seorang ibu. Oleh sebab itu, ibu harus memelihara prilakunya
dari yang jelek dan tak terpuji agar bayi dalam kandungan mendapat pendidikan
yang baik dan tidak lahir dengan mental yang jelek.

Langkah yang menjadi syarat mendidik anak dalam kandungan yang


kesemuanya adalah penjabaran dari konsep-konsep pendidikan yang terdapat dalam
Al-quran, yaitu: Beriman dan bertaqwa kepada Allah, Menghormati kedua orang tua,
Akhlak mulia, Yakin bahwa anak dalam kandungan dapat dididik dan Memberi
nafkah yang halal.

Dalam melakukan stimulasi edukatif, orang tua harus memberikan nuansa


(orientasi) tauhidiyah yaitu latihan-latihan edukasi yang berpangkal pada prinsip-
prinsip-prinsip keesaan Allah. Orang tua harus menjadikan prinsip ini sebagai dasar
dalam mendidik anak dalam kandungannya.

B. Saran

Kritik dan saran pembaca sangat diperlukan bagi kami sebagai pemakalah untuk
kebaikan penulisan yang akan mendatang.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. Perspektif Al-Qur’an tentang Pendidikan Anak Dalam Keluarga.
Banjarmasin: Antasari Press. 2006
Ritonga, Rahman. Akidah ( Merakit Hubungan Manusia dengan Khaliknya melalui
Pendidikan Akidah Anak Usia Dini) .Amelia Surabaya. 2005

Naufal, Murtadho. “Konsep Pendidikan Aqidah Persepektif Syaikh Shalih Fauzan Al


Fauzan” Skripsi IAIN Raden Intan Lampung. 2016
Wardati, Chusnul. “Pendidikan Pranatal Menurut Islam” Skripsi IAIN Salatiga.
2017

14

Anda mungkin juga menyukai