Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Kebidanan dan Kehamilan

SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA SEJAK PRAKONSEPSI


Dosen pengajar : Mratini,SKM,.MKM

Oleh kelompok : 1
1. Sabilla Putri
2. Puspa cahya ningrum
3. Claudia Ratih Nrulita
4. Novita Ulan Sari
5. Gema Kartika Ningrum
6. Tri Kartika
7. Niluh Neli Netaria
8. Nova Windarti
9. Fevia Makharani
10. Ketut Riani
11. Putu Setia Wati
12. Mustika Rani Ade Putri

PRODI DIII KEBIDANAN METRO JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN PELAJARAN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah meridhoi kami selama
proses pembuatan makalah ini. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyusun tugas makalah ini untuk lebih lanjut mengetahui tentang Perkembangan
Siklus kehdupan Manusia Sejak Prakonsepsi hingga tanda-tanda kehamilan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Kami memohon maaf apabila di dalam makalah
saya ini terdapat kata-kata yang kurang mengenakkan untuk dibaca dan kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Metro,10 Januari 2020

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
 
BAB II PEMBAHASAN
A. Prakonsepsi...................................................................................................... 5
B. Konsep-Konsep Dasar Fertilasi............................................................ 6
C. Penyibakan....................................................................................... 14
D. Implantasi........................................................................................ 15
E. Penentuan jenis kelamin..................................................................... 16
F. Sirkulasi peredaran janin..................................................................... 17
G. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.......................................................... 18
H. Tanda-Tanda kehamilan ......................................................................22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
 
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Dalam profesi kebidanan, standar asuhan kebidanan merupakan suatu acuan atau
pedoman bagi seorang bidan dalam mengerti akan sebuah pengalaman. Namun, seringkali kita
temukan bidan yang tidak mengerti sejarah asuhan kebidanan yang sesuai dengan asuhan
kebidanan yang telah ditetapkan. Hal ini menimbulkan penurunan materi suatu pelayanan yang
diberikan oleh bidan. Oleh sebab itu tim penulis membahas mengenai standar asuhan kebidanan,
sehingga calon-calon tenaga bidan yang akan datang dapat bekerja sesuai dengan standar asuhan
kebidanan yang telah ditetapkan. 
Standar adalah ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai
tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah
ditetapkan.Penentuan standar profesi selalu berkaitan erat dengan situasi dan kondisi dari tempat
standar profesi itu berlaku. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional maka bidan dalam
melakukan tugasnya wajib memenuhi standar profesi yang sesuai. Di sini juga akan membahas
tentang tanda-tanda kehamilan,konsep dasar fertilisasi sampai dengan implantasi.

B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah,
“Apa definisi,tujuan,sejarah dan tanda-tanda kehamilan”.  

C. Tujuan Penulisan 
1. Tujuan Umum 
Dapat diketahuinya konsep dasar asuhan kebidanan sejak prakonsepsi sampai dengan
tanda-tanda kehamilan. 

2. Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan kebidanan dan kehamilan

2. Untuk menambah wawasan pembaca terutama mahasiswa kebidanan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.Prakonsepsi

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang istimewa dan menyandang gelar


sebagai khalifah Allah yang diciptakan berpasang-pasangan untuk
menyempurnakan kebahagiaan di dunia dan di akhrirat serta untuk menumbuhkan
dan berbagi kebaikan di dunia. Sebagaimana diungkapkan dahulu bahwasanya
manusia diciptakan dari tanah setelah melalui proses yang disempurnakan dan
ditiupkan dari tanah setelah melalui proses yang disempurnakan dan ditiupkan
padanya ruh dari Tuhannya. Dari sini jelas bahwa manusia merupakan kesatuan
dua unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Sebagaimana halnya dengan air yang merupakan perpaduan antara oksigen


dengan hidrogen dalam keadaan tertentu. Bila kadar oksigen dan hidrogennya
dipisahkan, maka ia tidak akan menjadi air lagi. Dalam pembentukan senyawa
kimia dijelaskan bahwa senyawa harus terbentuk dari dua unsur yang berbeda jenis
(laki-laki dan perempuan) dan sifat yang diikat dalam satu area medan energi.
Proses terbentuknya senyawa dikarenakan ketidak seimbangan masing-masing
atom unsur yang membutuhkan penyatuan agar saling melengkapi.

Adapun masa prakonsepsi merupakan masa persiapan individu dewasa


menuju masa konsepsi atau dikenal dengan istilah pernikahan yang bertujuan
untuk membentuk generasi-generasi atau keturunan yang diinginkan dan yang
sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam rentang waktu prakonsepsi, individu diminta
untuk memilih pasangan yang akan mendampingi hidupnya dan orang yang akan
saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lainnya agar terjadi
kehidupan rumah tangga yang harmoni dan seimbang dengan didasari fondasi
ketaatan dalam beragama yang kokoh.

Tak sebatas pencarian atau pemilihan calon pasangan yang kelak akan
bekerjasama dalam hal membentuk gen-gen dan kromosom baru dalam proses
pembentukan individu baru pasca konsepsi, pemeliharaan terhadap kesehatan jiwa
dan raga juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan agar dapat menghasilkan
generasi yang gemilang. Tak sampai disana, ketika masa prakonsepsi tengah
berlangsung, individu tersebut diminta untuk mencukupi atau membekali diri

5
dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan proses konsepsi, pranatal,
hingga pascanatal individu baru yang kelak akan menghiasi muka bumi.

Pembekalan tak sekadar berbatas pada bidang materi, melainkan bidang


nonmateri berikut kecerdasan emosi, kognisi dan spiritual yang menjadi penunjang
manusia menuju lapis tingkatan tertinggi Islam, yakni Ihsan. Ditambah lagi dengan
tuntutan pembangunan karakter bangsa yang memerlukan keteladan dan sentuhan
sejak dini mungkin (pranatal/janin) sampai masa dewasa. Periode pertumbuhan
dan perkembangan manusia yang paling sensitif adalah periode di dalam keluarga.
Pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap penanaman nilai-nilai agama,
sosial dan moral manusia. Untuk itu diperlukan pendidikan bagi para calon
orangtua untuk dapat melakukan pola asuh yang tepat untuk melatakkan dasar-
dasar pendidikan berkarakter bagi anggota keluarga dalam rangka pembinaan
karakter agama bangsa yang berkelanjutan.
Tak sampai disana, para peneliti sepakat bahwa salah satu cara terbaru untuk
mengajarkan perilaku bermoral kepada anak adalah dengan memberikan contoh
yang baik. Melalui metode tersebut, anak dapat meningkatkan kecerdasan
moralnya. Para Psikolog Perkembangan anak juga menemukan adanya satu kondisi
yang membuat anak dapat mencontoh sikap baik, yaitu banyaknya kesempatan
anak melihat contoh atau sikap tersebut.

B. KONSEP-KONSEP DASAR FERTILISASI


 

Saat yang dinanti sepasang suami-isteri, dari perwujudan buah percintaan


kasih-sayang sekian waktu, yaitu ketika rahim sang isteri mengandung janin calon
bayi. Sungguh terasa sebagai anugerah indah tiada tara dari Allah Azza wa Jalla.
Gerakan-gerakan kecil menyentak dinding perut sang ibu. Betapa bahagia calon
orang tuanya. Ingin segera mengasuh dan merawatnya.

Itulah kebesaran Allah Azza wa Jalla sebagai bukti kekuasaan Nya kepada
manusia. Agar mereka banyak bersyukur. Di dalam al-Qur’an Allah Azza wa Jalla
telah berfirman

َ‫ق اِإْل ن َسا ِن ِمن ِطي ٍن ثُ َّم َج َع َل نَ ْسلَهُ ِمن ُساَل لَ ٍة ِّمن َّما ٍء َّم ِهي ٍن ثُ َّم َس َّواهُ َونَفَخ‬ َ ‫الَّ ِذي َأحْ َسنَ ُك َّل َش ْي ٍء َخلَقَهُ ۖ َوبَ َدَأ َخ ْل‬
‫ض َأِإنَّا لَفِي‬ِ ْ‫ضلَ ْلنَا فِي اَأْلر‬ َ ‫صا َر َواَأْل ْفِئ َدةَ ۚ قَلِياًل َّما تَ ْش ُكرُونَ َوقَالُوا َأِإ َذا‬
َ ‫فِي ِه ِمن رُّ و ِح ِه ۖ َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْل ْب‬
َ‫ق َج ِدي ٍد ۚ بَلْ هُم بِلِقَا ِء َربِّ ِه ْم َكافِرُون‬ ٍ ‫َخ ْل‬

6
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Dan
mereka berkata, “Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami
benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan (sebenarnya) mereka
ingkar akan menemui Rabbnya. [As Sajdah : 7-10]

Firman Allah yang lain tentang penciptaan manusia ialah :

ْ ُّ‫ب ثُ َّم ِمن ن‬


‫طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ثُ َّم ي ُْخ ِر ُج ُك ْ•م ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغوا َأ ُش َّد ُك ْم ثُ َّم لِتَ ُكونُوا ُشيُو ًخا• َو ِمن ُكم‬ ٍ ‫هُ َو الَّ ِذي َخلَقَ ُكم ِّمن تُ َرا‬
َ‫َّمن يُتَ َوفَّ ٰ•ى ِمن قَ ْب ُل َولِتَ ْبلُ ُغوا• َأ َجاًل ُّم َس ّمًى َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkanNya kamu sebagai seorang
anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang
diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal
yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). [Al Mu’min : 67].

1. Proses terjadinya Ovulasi


Saat ovulasi kadang-kadang menetukan masa subur (masa fertil) dari
seorang wanita, karena  kehamilan hanya mungkin kalau coitus terjadi sekitar saat
ovulasi.
Ovulasi terjadi ±14 hari sebelum haid yang  akan datang. kita menentukaan
saat ovulasi itu bukan pada saat haid yang telah lalu tapi dari haid yang akan
datang karena ternyata bahwa dri siklus itu stadium sekresi yang tetap karena
corpus luteum mempunyai umur yang tertentu ± 8 hari.
Sebaliknya stadium proliferasi berbeda panjangnya, maka pada wanita
dengan siklus 28 hari ovulasi terjadi pada hari ke-14 dari siklus sedangkan pada
wanita dengan siklus 35 hari ovulasi terjadi hari ke-21 dari siklus (Sastrawinata,
1983).

Menurut Betharia, Ovulasi terdiri atas tiga fase yaitu

7
 Fase pra ovulasi
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel juga
mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit
sekunder hingga terjadi ovulasi. Sebelumnya, Hipotalamus mengeluarkan hormon
gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH
merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu
oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14
hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di
dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel
penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Karena itulah fase pra-ovulasi
juga di sebut sebagai fase poliferasi.
 Fase ovulasi
Ovulasi pada wanita terjadi pada hari ke 14 dari siklus normal seksual 28
hari. Sesaat sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan
membengkak dengan cepat dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul yang
disebut stigma akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit kemudian,
cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian folikel
menjadi lebih kecil karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar
dan cairan yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami
evaginasi. Cairan kental ini membawa ovum bersamanya yang dikelilingi oleh
beratus-ratus sel granulosa kecil yang disebut korona radiata atau sel kumulus
(Anwar, 2005).
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan
FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis
melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-
14 (Bertharia).
 Fase pra-ovulasi
Masuknya ovum ke dalam tuba fallopi (oviduct). bila terjadi ovulasi, ovum
bersama dengan beratus-ratus atau lebih sel-sel granulosa yang melekat padanya,
yang mengandung korona radiatea, dikeluarkan langsung kedalam rongga
peritoneum dan selanjutnya harus masuk ke dalam salah satu  tuba fallopi untuk
mencapai kavum uteri. Ujung fimbria dari masing-masing tuba fallopi secara alami
jatuh di sekitar ovarium. Permukaan dalam tentakel fimbria dibatasi oleh epitel
bersilia, dan silia ini yang diaktivasi oleh esterogen, secara terus menerus bergerak
ke arah pembukaan, osteum tuba fallopi. Kita dengan jelas dapat dilihat arus cairan
yang lambat mengalir ke arah ostium. Dengan cara ini ovum memasuki salah satu

8
tuba fallopi.
Tampaknya akan banyak ovum gagal masuk ke dalam tuba fallopi. Akan
tetapi, berdasarkan pada penelitian konsepsi, mungkin sekali bahwa 98 persen
ovum berhasil memasuki tuba. Ternyata, ada catatan kasus dimana wanita yang
satu ovariumnya diangkat dan tuba fallopi sisi yang berlawanan juga diangkat,
dapat memiliki banyak anak dengan konsepsi yang relatif mudah, sehingga
menggambarkan bahwa ovum bahkan dapat mencapai tuba fallopi sisi yang
berlawanan (Guyton dan Hall, 1997).
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus
luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel
de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron.
Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus
atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada
endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan
progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk
melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan
tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya (Bertharia).

2. Syarat-Syarat, Jenis-Jenis dan Proses terjadinya Fertilisasi


Pembuahan atau fertilisasi (singami) menurut Bertharia adalah peleburan
dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel
tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan
penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus
(kariogami).
Fungsi utama fertilisasi adalah mengombinasikan perangkat-perangkat
haploid kromosom dari dua individu menjadi satu sel diploid tunggal, zigot.
(Campbeel, 2008)
3.  Jenis-Jenis Fertilisasi
Proses fertilisasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Fertilisasi internal
fertilisasi internal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di
dalam tubuh organisme betinanya, sehingga lebih aman dari gangguan faktor luar,

9
tersimpan di dalam rahim organisme betinanya. Hanya saja perkembangan ovum
yang telah dibuahinya dapat bermacam-macam, misalnya ada yang
mengalami ovovipar (telur menetas menjadi bayi di luar tubuh betinanya, seperti
terjadi pada golongan serangga dan burung), ovovivipar (telur menetas menjadi
bayi sewaktu akan ke luar dari tubuh betinanya, seperti terjadi pada golongan
kadal), dan vivipar (melahirkan bayi atau anak, seperti terjadi pada golongan
hewan menyusui).
Fertilisasi internal memastikan ketersediaan lingkungan yang lembab,
tempat sperma dapat bergerak menuju ke sel telur. Sekresi-sekresi pada pada
saluran reproduksi betina bertangging jawab terhadap penigkatan mortilitas
sperma.
 Fertilisasi eksternal
Dalam fusi fertilisasi eksternal sperma dan sel telur terjadi secara eksternal
dari tubuh wanita. Fertilisasi eksternal membutuhkan air untuk memfasilitasi
pembuahan mereka, sehingga terjadi dalam lingkungan basah. Gamet jantan dan
betina yang dilepaskan ke dalam air, dan gamet jantan sebagian besar dapat
bergerak. Jenis fertilisasi dapat dilihat pada tanaman tingkat rendah. Keuntungan
dari fertilisasi eksternal adalah bahwa ia menghasilkan sejumlah besar keturunan
karena bahaya eksternal. Jadi kelangsungan hidup embrio relatif rendah. Amfibi
dan ikan adalah contoh untuk jenis hewan.
4. Syarat-Syarat Terjadinya Fertilisasi
Menurut Arif (2015), peristiwa fertilisasi dapat terjadi apabila memenuhi syatat-
syarat yaitu:
 Kematangan ovum
Fertilisasi dapat terjadi apabila ovum telah matang, telah mengalami proses
oogenesis dan telah terjadi ovulasi.
 Harus mengalami kapasitasi khusus pada spermatozoa di dalam saluran
reproduksi wanita.
 Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di
daerah ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke
rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan
oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi
oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom
Kapasitasi Spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi.
Sperma yang dikeluarkan dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan
fertil atau dapat membuahi ovum apabila belum terjadi proses kapasitasi. Proses ini
ditandai pula dengan adanya perubahan protein pada seminal plasma, reorganisasi
lipid dan protein membran plasma, Influx Ca, AMP meningkat, dan pH intrasel
menurun (Widhi, 2012).
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi

10
wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu
selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput
plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang
menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom (Sadler, 2012).

    4. Tahapan Fertilisasi


Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
Namun, pada fertilisasi mencakup 5 tahap:
 Penembusan korona radiata.
Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh corona radiata . namun
spermatozoa mempunyai enzyme hyaluronidase yang dapat melarutkan senyawa
hialuronid pada corona radiata tersebut hingga sal ah satu spermatozoon dapat
menembus dinding sel telur
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin
wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya
yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya
membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang
melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas
menembus sel korona (Bertharia).
 Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida
Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum. Salah satu komponen
zona pelusida berfungsi sebagai reseptor sperma. Syarat agar sperma dapat
menempel pada zona pelucida adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma
maupun ovum, karena hal ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah
individu yang sejenis. Perlekatan sperma dan ovum dipengaruhi adanya reseptor
pada sperma yaitu berupa protein. Sementara itu suatu glikoprotein pada zona
pelucida berfungsi seperti reseptor sperma yaitu menstimulasi fusi membran
plasma dengan membran akrosom (kepala anterior sperma) luar. Sehingga terjadi
interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang
spesifik.  Pengikatan sperma ke reseptor ini menginduksi terjadinya reaksi akrosom
(Campbeel, 2008 dan Widhi, 2012).
 Reaksi akrosom
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi
oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa
tripsin
Reaksi tersebut terjadi sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi
akrosom terjadi pada pangkal akrosom, karena pada lisosom anterior kepala
sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi penetrasi zona pelucida.

11
Mekanismenya adalah reseptor pada sperma akan membuat lisosom dan inti keluar
sehingga akan merusak zona pelucida. Reaksi tersebut menjadikan akrosom
sperma hilang sehingga fusi sperma dan zona pelucida sukses (Widhi, 2012).
 Penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi
akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus
zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit.
Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan
oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul
korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini
menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat
penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa
pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa
menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit (Bertharia).
Penetrasi zona pelusida memungkinkan terjadinya kontak antara
spermatozoa dan membran oosit. membran sel germinal segera berfusi dan sel
sperma berhenti bergerak. inti sel sperma kemudian memasuki sitoplasma se telur.
            Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar kalsium
intraseluler yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membran sperma dan sel
telur. membran sel telur berdepolarisasi, sehingga mencegah fusi membran dengan
spermatozoa lainnya. hal ini disebut sebagai blok primer terhadap
polispermia. blok ini memastikan bahwa hanya satu pronukleus pria yang dapat
berfusi dengan pronukleus wanita dan menjaga keadaan diploid pada zigot.
peristiwa yang kedua dikenal sebagai reaksi kortikal. granula-granula kortikal
berada sedikit dibawah membran sel telur, dan bersama dengan reaksi kortikal ini
mreka berfusi dengan membran dan melepaskan isinya kedalam zona pelusida.
reaksi ini akan membuat zona menjadi keras dan mengganggu kemampuan sperma
lain untuk berikatan dengan zona -  blok sekunder terhadap
polispermia. peristiwa yang ketiga meliputi dimulainya lagi pembelahan meiosis
kedua dari sel telur. badan polar kedua terbentuk dan dikeluarkan dari sel telur
sehingga memastikan bahwa pronukleus wanita bersifat haploid (Schust, 2006).
  Fusi oosit dan membran sel sperma.
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput
plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala
akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi
adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala
sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma
oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit

12
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang
tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
 Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
 Menarik sperma secara kemotaksis positif.
 Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara
yang berbeda :
1)   Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
 selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
 zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah
penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi
dapat dicegah.
2)   Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan
meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya
hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel
anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam
sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.
3)   Penggiatan metabolic sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh
spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi
kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan
awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan
pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria
sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus
wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan
kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita
maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak,
masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh
dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam
gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom
ibu dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-

13
kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke arah kutub yang
berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai
jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid
berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang
dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2
bagian (Sadler, 2012).
Hasil utama pembuahan adalah sebagai berikut:
1.      Pemulihan jumlah diploid kromosom, separuh dari ayah dan separuh dai ibu.
Karena zigot mengandung kombinasi yang berbeda dari kedua orang tuanya
2.      Penentuan jenis kelamin individu baru. Sperma pembawa kromosom X
mengahsilkan mudigah wanita (XX) dan sperma pembawa kromosom Y
menghasilkan mudiga Pria (XY). Karen aitu jenis kelamin kromosomal mudigah
ditentukan oelh pembuahan
3.      inisiasi pembelahan. tanpa pembuahan oosit biasanya berdegerasi 24 jam
setelah ovulasi.

C.   Penyibakan (cleavage)
Setelah fertilisasi selesai, serangkaian pembelahan sel berlangsung cepat
pada bererbagai spesies. Periode ini disebut penyibakan (clevage). Selama periode
ini sel-sel melaksanakan fase S (sintesis DNA) dan fase M (mitosis) siklus sel.
Akan tetapi, sel-sel itu sering kali melewatkan fase G1 dan G2 (gap), dan hanya
ada sedikit sintesis protein atau bahkan tidak sama sekali. Akibatnya embrio tidak
membesar secara signifikan selama periode perkembangan ini, Dalam beberapa
jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan membentuk dua buah sel dan
selanjutnya dalam waktu 3 – 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid yang
disebut morula. Morula dengan cepat berjalan didalam Tuba Falopii menuju
rongga uteru. Selama perjalanannya, melalui kanalikuli zona pellucida masuk
sejumlah cairan membentuk rongga cairan dalam morula sehinga
terbentuk blastosis. Penyibakan hanya membagi-bagi sitoplasma dari satu sel yang
berukuran besar, zigot., menjadi sel-sel kecil yang disebut blastomer (blastomere),
masing-masing dengan nukleusnya sendiri (Campbell, 2008).
Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang
termampatkan termampatkan, blastomer, membelah lagi membentuk morula.
Morula adalah kumpulan dari 16-30 sel blastomer. Karena sel-sel ini muncul dari
pembelahan (cleavage), dari zigot dan semua terdapat pada zona pelusida yang
tidak membesar, jadi pertumbuhan tidak banyak terlihat (Anonim, 2011).
Pada hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih
diselubungi dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu pemadatan.
Sebuah rongga terbentuk pada di interior blastokista dan Kira-kira pada waktu
morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke

14
dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam (inner cell mass). Sel-sel
embrio berkembang dari inner cell mass yang sekarang disebut embrioblastt.
Sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblast, menipis dan membentuk
dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sekarang sudah menghilang,
sehingga implantasi bisa dimulai
Lima sampai tujuh pembelahan pertama menghasilkan gugusan-gugusan sel,
yang di dalamnya sebuah rongga terisi cairan yang disebut blastosol
(blastocoel). mulai terbentuk. Blastosol terbentuk secara penuh di
dalam blastula (jamak; blastulae), yang merupakan bola sel-sel berongga. Selama
penyibakan, wilayah-wilayah sitoplasma yang berbeda, yang terdapat dalam sel
telur awal yang belum terbagi-bagi, berakhir dalam blastomer-blastomer yang
terpisah. Karena wilayah-wilayah tersebut bisa mengandung determinan-
determinan sitoplasmik yang berbeda., misalnya mRNA dan protein spesifik, pada
banyak spesies pembagian ini menyiapkan tahap untuk peristiwa-peristiwa
perkembangan selanjutnya (Campbeel, 2008 dan Anonim, 2011)

D.  Implantasi
Menurut Bertharia, dalam beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nukleus
akan membentuk dua buah sel dan selanjutnya dalam waktu 3 – 4 hari sudah
terbentuk sebuah masa solid yang disebut morula. Morula dengan cepat berjalan
didalam Tuba Falopii menuju rongga uteru. Selama perjalanannya, melalui
kanalikuli zona pellucida masuk sejumlah cairan membentuk rongga cairan dalam
morula sehinga terbentuk blastosis.
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus
diawali dengan menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium,
menembus lapisan epitelium selanjutnya membuat hubungan dengan sistem
sirukulasi ibu. implantasi pada manusia terjadi 2-3 hari setelah telur yang telah
dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi dimana ditandai
dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus
Dalam sistem reproduksi manusia, implantasi merupakan proses yang harus
dilalui, dan keberhasilan proses ini membutuhkan kesiapan, koodinasi dan interaksi
yang terus-menerus antara embrio dan ibu. Endometrium banyak mengandung
selama darah kaya akan gilikogen. sel-sel stroma terutama disekitar pembuluh
darah mengalami hipertrofi keadaan ini sangat baik untuk implantasi dan
pertumbuhan dari hasil konsepsi Implantasi didahului dengan bertambahnya
permiabilitas kapiler stroma uterus pada tempat blastosis akan menempel, ini
menumbulkan hypotesa bahwa isyarat dari embrio mungkin merupakan faktor
pencetus yang penting. Pengetahuan dasar tentang implantasi pada manusia masih
banyak yang belum diketahui dengan jelas, ada beberapa informasi berdasarkan
pada percobaan binatang dengan spesies yang lebih rendah. Penelitian mengenai

15
hal tersebut telah banyak dilakukan namun belum dapat menjelaskan secara
menyeluruh mengenai proses implantasi tersebut. Pada endometrium manusia
semua komponen sistem interleukin dapat dideteksi dengan pemeriksaan secara
immunohistokimia baik pada embrio praimplantasi maupun pada endometrium di
semua fase siklus menstruasi, dimana konsentrasinya menigkat pada fase luteal
pada saat sekitar impantasia. IL-1 β dan interleukin-1 reseptor tipe I (IL-IRtl)
secara signifikan meningkat pada fase luteal. Hal inilah yang mendorong para
sarjana untuk melakukan penelitian untuk mengungkap lebih jauh tentang fungsi.
sistem IL-1 pada proses implantasi. Tingginya kosentrasi ini dihubungkan dengan
keberhasilan proses implantasi embrio. Saat ini telah banyak penelitian yang
membuktikan peran IL-1 β pada proses implantasi melalui beberapa mekanisme
antara lain aktivasi dari molekul adhesi, aktivasi Cyclooxygenase-2 (COX-2),
induksi matrix metalloproteinase (MMP), induksi urokinasi plasminogen aktivator
(u-PA).(3) Dalam refrat ini kami akan membahas tentang penanan IL-1 βsebagai
salah satu faktor yang ikut berperan dalam proses terjadinya implantasi.

E.       Penentuan Jenis Kelamin


Pembentukan jenis kelamin anak hasil fertilisasi tergantung ada atau tidak
adanya determinan maskulin selama periode kritis perkembangan embrio.
Perbedaan terbentuknya anak dengan jenis kelamin pria atau wanita dapat terjadi
setelah melalui 3 tahap, yaitu tahap genetik, gonad, dan fenotip (anatomi) seks.
Tahap genetik tergantung kombinasi genetik pada tahap konsepsi. Jika sperma
yang membawa kromosom Y bertemu dengan oosit, terbentuklah anak laki-laki,
sedangkan jika sperma yang membawa kromosom X yang bertemu dengan oosit,
maka yang terbentuk anak perempuan. Selanjutnya tahap gonad, yaitu
perkembangan testes atau ovarium. Selama bulan pertama gestasi, semua embrio
berpotensi untuk menjadi pria atau wanita, karena perkembangan jaringan
reproduksi keduanya identik dan tidak berbeda. Penampakan khusus gonad terlihat
selama usia 7 minggu di dalam uterus, ketika jaringan gonad pria membentuk
testes di bawah pengaruh sex-determining region kromosom Y (SRY), sebuah gen
yang bertanggung jawab pada seks determination. SRY menstimulasi produksi

16
antigen H-Y oleh sel kelenjar primitif. Antigen H-Y adalah protein membran
plasma spesifik yang ditemukan hanya pada pria yang secara langsung membentuk
testes dari gonad. Pada wanita tidak terdapat SRY, sehingga tidak ada antigen H-Y,
sehingga jaringan gonad baru mulai berkembang setelah 9 minggu kehamilan
membentuk ovarium.

Tahap fenotip tergantung pada tahap genetik dan gonad. Diferensiasi


membentuk sistem reproduksi pria diinduksi oleh androgen, hormon maskulin
yang disekresi oleh testes. Usia 10-12 minggu kehamilan, jenis kelamin secara
mudah dapa dibedakan secara anatomi pada genitalia eksternal.
Meskipun perkembangan genitalia eksterna pria dan wanita tidak berbeda
pada jaringan embrio, tetapi tidak pada saluran reproduksi. Dua sistem duktus
primitif, yaitu duktus Wolffian dan Mullerian menentukan terbentuknya pria atau
wanita. Pada pria duktus Wolffian berkembang dan duktus Mullerian
berdegenerasi, sedangkan pada wanita duktus Mullerian yang berkembang dan
duktus Wolffian berdegenerasi. Perkembangannya tergantung ada atau tidak
adanya dua hormon yang diproduksi oleh testes fetus yaitu testosteron dan
Mullerian-inhibiting factor. Testosteron mengiduksi duktus Wolffian menjadi
saluran reproduksi pria (epididimis, duktus deference, duktus ejakulatorius, dan
vesika seminalis). Testosteron diubah menjadi dihydrotestosteron (DHT) yang
bertanggung jawab membentuk penis dan skrotum. Pada wanita, duktus Mullerian
berkembang menjadi saluran reproduksi wanita (oviduct, uterus, dan vagina), dan
genitalia eksterna membentuk klitoris dan labia

G. Sirkulasi peredaran darah janin

Darah teroksigenasi dalam plasenta -> v. umbilicalis -> (hepar) ->ductus venosus -
> v.cava inferior -> atrium kanan -> foramen ovale ->atrium sinistrum ->
ventriculus sinister -> aorta -> seluruh tubuh janin -> a.pulmonalis -> ductus
arteriosus -> aorta
Darah vena :

17
o Dari kepala dan leengan -> v. cava superior -> atrium dextrum ->
ventriculus dexter ->truncus pulmonalis -> ductus arteriosus botalli ->
aorta
o Dari abdomen dan membrum inferior -> v. cava inferior (+ darah
vena umbilicalis) -> atrium dextrum

Darah ke paru-paru -> sangat sedikit


Sirkulasi darah janin setelah lahir
Pada saat persalinan sebagian besar bayi langsung menangis maka akan terjadi
perubahan besar terhadap sirkulasi darah, diantaranya adalah :
1. Paru-paru berkembang dengan sempurna dan langsung dapat berfungsi
untuk O2 dan CO2. Akibat perkembangan paru-paru terjadi perubahan
sirkulasi darah diantaranya adalah :
- Arteri pulmonalis kini langsung mengalirkan darah ke paru sehingga ductus
arteriosus botalli akan menutup.
- Perkembangan paru-paru menyebabkan tekanan negatif pada atrium kiri,
karena darah diserahkan langsung oleh vertikel kanan dan dialirkan menuju
paru yang telah berfungsi.
- Akibat tekanan negatif pada atrium kanan foramen ovale akan menutup
dengan sendirinya, dan tidak lagi menjadi tempat aliran darah menuju arteri
kiri
2. Pemotongan tali pusat
- Tali pusat di potong setelah bayi menangis dengan nyaring sehingga akan
menentukan jumlah darah bayi sekitar 50 %
- Dengan dilakukannya pemotongan tali pusat berani perubahan sirkulasi pada
bayi tidak merubah menjadi sirkulasi orang dewasa

G. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan

a) Definisi Asuhan Kehamilan

Asuhan kebidnan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi


tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa hamil,masa
persalinan,nifas,bayi setelah lahir serta keluarga berencana.

b) Tujuan Asuhan Kehamilan


 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehataan ibu dan

18
tumbuh kembang janin.
 Meningkatkan dan memperhatikan kesehtan fisik,mental dan sosial pada ibu
dan bayi. Ima kelahiran b
 Mengenali secara dini adanya ketidak normalan yang mungkin terjadi
selama hamil,termasuk riwayat penyakit secara umum.
 Mempersiapkan persalinan cukup bulan,melahirkan dengan selamat.
 Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI`
 Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
dapat tumbuh secara normal.
c) Sejarah Asuhan Kehamilan
Sejarah asuhan kehamilan terkait erat dengan sejarah kebidanan.  Bidan
berasal dari kata latin yaitu “OBSTO” yang artinya mendampingi, dalam bahasa
Perancis dikenal dengan kata “OBSTETRICUS”, dalam bahasa Belanda dikenal
dengan sebutan “OBSTETRIE”.
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban diantaranya di
Yunani dan di Romawi, di Tiongkok dan India, di mana praktek kedokteran sudah
mencapai tingkat tinggi. Pada tahun 460 sampai 377 sebelum Masehi, Hippocrates
dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
Pada masa itu pertolongan pada wanita hamil dam melahirkan sepenuhnya
diserahkan kepada wanita-wanita penolong persalinan, yang umumnya tidak
mempunyai pengetahuan tentang kebidanan kecuali yang hidup pada zaman
Romawi dan Yunani. Pertolongan berdasar pada pengalaman, kepercayaan yang
diperoleh dari penolong-penolong terdahulu.
Kemudian lahirlah para dokter pria yang walaupun tidak melakukan
praktek kebidanan, tetapi menaruh perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi
kehamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya Hipocrates, Soranus, Rufus,
Galenus dan Celsus.
Selanjutnya Wiknjosastro menjelaskan bahwa pada tahun 1513 Eucharius
Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk penolong persalinan yang berjudul “Der
Schwangern Frauen Und Hebammen Rosengarten”.
Pada tahun 1598 dibuka sekolah bidan pertama di Munchener Gebaranstalt,
kemudian diikuti sekolah di hotel Dieu di Paris dan Gebaranstalt des
Burgerspitals di Strassburg.  
Pada tahun 1837 Thomas Bull  membuat buku pertama yang khusus
membahas penanganan wanita hamil. Pada tahun 1878 Pinard  menulis tentang
bahaya kelainan letak janin  dan menganjurkan pemeriksaan wanita hamil untuk
mengetahui letak janin dalam uterus. Selanjutnya pada tahun 1895 beliau
memberitahukan adanya rumah di Paris untuk merawat wanita hamil  yang
terlantar , dan menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita

19
ini  umumnya lebih besar dari bayi wanita-wanita yang bekerja terus sampai
persalinan mulai.
Jean Lubumen dari Perancis menemukan stetoskop pada tahun 1819, dan pertama
mendengar DJJ tahun 1920.
John Braxton Hicks dari Inggris tahun 1872 menggambarkan kontraksi
uterus selama kehamilan yang dikenal dengan kontrksi Braxton-Hicks. Di Inggris (
Edinburg) dalam tahun 1899 disediakan tempat untuk merawat wanita hamil
pada The Royal Maternity Hospital.Dr.Ballentyne adalah dokter yang
berjasa  dalam menganjurkan pro maternity hospital untuk wanita hamil yang
memerlukan perawatan.
Selanjutnya di Amerika serikat (BOSTON) dilangsungkan usaha baru,
dimana anggota-anggota Intructive Nursing Association mengadakan kunjungan
rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya pada tahun 1911 didirikan
klinik antenatal di Boston Lying-in Hospital untuk pemeriksaan dan
penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh oleh Negara-negara lain, dan
kini klinik antenatal sudah tersebar di seluruh dunia. Salah satunya adalah Negara
Belanda.
Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a.         Pelayanan Antenatal
Bidan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai
ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko
rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal. Untuk memperbaiki
pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar
bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
b.         Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah
lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk
melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya
bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke
Ahli Kebidanan.
c.         Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan,
hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community –
normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu
dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi
dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang
menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.

20
Pada zaman pemerintahan Belanda di Indonesia Angka kematian Ibu dan
Anak sangat tinggi, karena penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun
1850  dibuka kursus kebidanan oleh seorang bidan VOC untuk meringankan
penderitaan masyarakat pribumi. Banyak orang Indonesia mengikuti kursus yang
diadakan oleh Bidan VOC.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus
Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan
pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan
Anak (BKIA) dan adanya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Ruang lingkup
pelayanan BKIA meliputi pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, penyuluhan
gizi, pemberdayaan masyarakat serta pemberian makanan tambahan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi
kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
pada tahun 1957.  Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah
kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat
dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada
Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan
bidan di desa.
Oleh Pemerintah adanya program KIA dan BKIA menjadi prioritas tinggi
keberadaannya ke pelosok daerah sehingga meningkatkan asuhan pada ibu hamil.
Pada tahun1995 adanya program bidan desa juga dalam rangka meningkatkan
asuhan. Dalam pelaksanaannya asuhan kehamilan selalu mengikuti
perubahan  zaman dan tuntunan masyarakat.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA
khususnya dalam pelayanann kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Pelayanan
yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan
bidan yang bekerja dirumah sakit dimana pelayanan yang diberiklan berorientasi
pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal.

21
H. Tanda-tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan merupakan saat yang paling dinantikan oleh seorang


perempuan yang menginginkan dirinya memiliki seorang buah hati dambaan
keluaga (family hoping). Dengan terjadinya kehamilan menandakan bahwa
pasangan suami isteri memiliki tingkat kesuburan yang baik dan hal ini juga
menandakan bahwa mereka tidak memiliki masalah kesehatan yang berarti dengan
datangnya tanda-tanda kehamilan, hadirnya seorang buah hati dalam keluarga
mereka tinggalah menunggu waktu, Keluarga terasa semakin lengkap dengan
kehadiran buah hati yang dinanti.
Namun ada kalanya, pasangan suami isteri belum mengetahui secara betul
mengenai tanda-tanda kehamilan ini, Mereka kadang masih bingung membedakan
mana tanda-tanda kehamilan sebenarnya dengan  tanda akan datang menstruasi,
karena banyak kasus terjadi bahwa tanda-tanda kehamilan biasanya mirip dengan
tanda-tanda akan datang menstruasi. Ketidaktahuan mengenai hal ini  juga
menyebabkan beberapa kasus terjadinya keguguran.
Hal ini disebabkan masih dilakukannya suatu aktivitas atau konsumsi
makanan yang seharusnya tidak boleh dilakukan selama kehamilan, padahal
sebetulnya dia sudah mengalami kehamilan. Dengan ketidaktahuan akan tanda-
tanda kehamilan juga mengakibatkan persiapan yang matang menyongsong
kehamilan menjadi terabaikan. Sebaliknya, banyak kasus para keluarga stress
karena tanda-tanda yang sudah dianggapnya sebagai sebuah tanda kehamilan, 
ternyata sesudah dilakukan beberapa kali test ternyata hasilnya negative, Bayangan
dan dambaan kehamilan yang mereka tunggu akhirnya menjadi sirna.
Untuk menentukan hamil atau tidak harus mencari tanda-tanda kehamilan
yaitu tanda pasti, tanda tidak pasti dan tanda mungkin.
A. Tanda pasti hamil
Tanda pasti adalah tanda – tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksa yang
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
1.   Mendengar DJJ (Denyut Jantung Janin)
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan :
a.       Fetal Elektro cardiograph pada kehamilan 12 minggu.
b.      Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.
c.       Stetoskop Laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu.
2.   Meraba, merasakan gerakan anak pada saat diperiksa
Bagian –bagian janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan cara
palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua, Gerakan janin pada

22
primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan
pada multigravida pada kehamilan 16 minggu, karena telah berpengalaman dari
kehamilan terdahulu. Pada bulan ke- IV dan V janin itu kecil jika dibandingkan
dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan,
maka anak melenting di dalam rahim.Ballottement ini dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luar maupun dengan jari yang melakukan pemeriksaan
dalam.Ballottement di luar rahim dapat ditimbulkan oleh tumor – tumor bertangkai
dalam ascites seperti fibroma ovari. Karena seluruh badan janin yang melenting
maka ballotement semacam ini disebut ballottement in toto untuk membedakan
dengan ballottement yang ditimbulkan oleh kepala saja pada kehamilan yang lebih
tua.
3.   Melihat rangka janin saat USG, foto sinar rongsen
Dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin, dan
diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.
Jika salah satu tanda pasti ditemukan diagnosa kehamilan dapat dibuat
dengan pasti, ditemukan umur kehamilan > 4 minggu dengan USG, Kantong
kehamilan selalu dapat terdeteksi pada umur 10 minggu dan DJJ pada umur 12
minggu, tanda pasti bisa didapat dari tanda obyektif dari pemeriksa.
B.      Tanda Kemungkinan Hamil
Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan – perubahan yang diobservasi oleh
pemeriksa ( bersifat obyektif ) , namun berupa dugaan kehamilan saja. Makin
banyak tanda – tanda mungkin kita dapati, makin besar kemungkinan kehamilan.
Yang termasuk tanda kemungkinan hamil yaitu :
1.      Pembesaran Uterus
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak terutama daerah
isthmus sedemikin lunaknya hingga kalau diletakkan 2 jari dalam fornix posterior
dan satunya pada dinding perut atas sympisis maka ishmus ini akan teraba seolah
olah corpus uteri terpisah dari serviks.
2.      Tanda Haegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus
.Pada minggu –minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus
uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi
panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior
dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis , maka ismus ini tidak
teraba seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.
3.      Perubahan pada Serviks
Diluar kehamilan konsistensi serviks keras seperti meraba ujung hidung dalam
kehamilan serviks teraba selunak bibir/ ujung bawah daun telinga
4.      Tanda Chadwick

23
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah,
agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio pun tampak livide, hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen.
5.      Tanda Piscaseck
Uterus membesar kesalah satu jurusan, pada PD dapat diraba uterus membesar dan
makin bundar bentuknya, kadang pembesaran tidak rata, tapi didaerah telur
bernidasi lebih cepat tumbuhnya.
6.      Kontraksi Braxton Hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau pemeriksaan
dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini
khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
7.      Reaksi Kehamilan Positif (Tes HCG +)
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic gonadotropin
pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini
dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
C. Tanda Tidak Pasti Hamil
Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan yang dirasakan oleh ibu (subyektif
) yang timbul selama kehamilan.
1.      Amenorrche
Pada wanita sehat dengan haid yang teratur amenorche menandakan adanya
kemungkinan kehamilan, tapi kadang amenorche disebabkan oleh penyakit berat
seperti TBC, Anemia, typhus, pengaruh psykis, perubahan lingkungan.
2.  Mual dan Muntah (Morning Sicknes)
Sekitar 50% perempuan yang mengalami kehamilan akan memiliki tanda-tanda ini.
Pemicunya adalah peningkatan hormon secara tiba-tiba dalam aliran darah.
Hormon tersebut adalah HCG (Human chorionic Gonadotrophin). Selain dalam
darah, peningkatan hormon ini juga terjadi pada saluran air kencing. Makanya, alat
test pack kehamilan dilakukan melalui media air seni, hal ini dilakukan untuk
mengukur terjadinya peningkatan kadar hormon HCG tersebut. Peningkatan
hormon ini akan mengakibatkan efek pedih pada lapisan perut dan menimbulkan
rasa mual. Rasa mual ini biasanya akan menghilang memasuki kehamilan trimester
kedua Jika rasa mual dan muntah masih terjadi pada usia kehamilan trimester
kedua, sebaiknya periksakan dan konsultasikan mengenai hal ini ke dokter anda
karena akan mengganggu kehamilan anda.
Mual dan muntah ini biasa morning sickness karena biasanya terjadi pada saat di
pagi hari. Namun kenyataannya, mual dan muntah dapat terjadi pada siang dan
malam hari juga. Bahkan morning sickness terjadi hanya ketika si ibu mencium
aroma atau wewangian tertentu.
3.      Perubahan Payudara

24
Jika terjadi kehamilan, maka payudara akan membesar, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya produksi hormon esterogen dan progesteron. Selain itu kondisi
payudara juga akan terasa makin lembut, hal ini menimbulkan rasa sensitif yang
lebih tinggi, hingga payudara akan terasa sakit atau nyeri saat dipegang. Puting
susu membesar pula dan warnanya akan semakin gelap, kadang juga terasa gatal.
Pembuluh vena pada payudara juga akan terlihat akibat penegangan payudara.
Selain itu terjadi  aktivitas hormon HPL (Human Placental Lactogen). Hormon
tersebut diproduksi oleh tubuh saat ibu mengalami kehamilan untuk
mempersiapkan ASI bagi bayi anda ketika terlahir ke dunia.
4.      Sering Kencing
Setelah haid terlambat satu hingga dua minggu, keinginan untuk buang air kecil
menjadi lebih sering dari kebiasaannya. Ini disebabkan janin yang tumbuh di rahim
menekan kandung kemih dan akibat adanya peningkatan sirkulasi darah. Selain itu
kandung kemih lebih cepat dipenuhi oleh urine dan keinginan untuk buang air
kecil menjadi lebih sering. Peningkatan rasa buang air kecil juga disebabkan oleh
peningkatan hormon kehamilan. Walaupun buang air kecil ini sering, jangan
sampai membatasinya atau menahannya. Selain itu hindarkan dehidrasi dengan
lebih meningkatkan asupan cairan ke dalam tubuh.
5.      Konstipasi
Terjadi akibat peningkatan hormon progesterone. Hormon ini selain mengendurkan
otot-otot rahim, juga berdampak pada mengendurnya otot dinding usus sehingga
menyebabkan sembelit atau susah buang air besar. Namun keuntungan dari
keadaan ini adalah memungkinkan peyerapan nutrisi yang lebih baik saat hamil.
6.      Hyperpigmentasi pada Kulit
Pada muka (chloasma gravidarum), hiperpigmentasi pada areola mamae dan
papilla mamae, hiperpigmentasi linea alba (putih) yang menjadi linea fusca
(coklat), linea nigra(hitam)

25
BAB III
PENUTUP

Di dalam konsep-konsep dasar fertilisasi di jelaskan ada proses terjadinya


Ovulasi,ovulasi di bagi menjadi 3 fase :
 Fase pra-ovulasi
 Fase ovulasi
 Fase pra-vulasi (pada hari ke 14)
Jenis-jenis fertilisasi
 Fertilisasi internal
 Fertilisasi eksternal
Syarat-syarat terjadinya vertilasi dengan kematangan ovum,harus mengalami
kapasitas khusus pada spermatozoa di dalam saluran reproduksi wanita.
Tahapan fertilasi :
 Penembusan korona radiata
 Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida
 Reaksi akrosom
 Penembusan zona pelusida
 Fusi osit dan membran sel sperma
Setelah terjadinya fertilisasi m akan akan terjadi penyebakkan lalu ke implantasi
Disini ada beberapa fase yang kita bahas seperti penentuan jenis kelamin dan
sirkulasi peredaran darah janin.

Di sini di jelaskan pula konsep dasar asuhan kebidanan dimulai dari definisi
asuhan kehamilan.tujuan,sejarah asuhan kehamilan sampai dengan tanda-tanda
kehamilan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Rose-neil,wendy,1996.panduanlengkapPerawatanKehamilan.Jakarta.PT
DIAN RAKYAT
Tyastuti,siti&Pujiwahyuningsih,Heni.2016.Asuhankebidanan
Kehamilan.Jakarta
Academia.edu/35310140/sirkulasi_darah_janin

27

Anda mungkin juga menyukai