Anda di halaman 1dari 257

INTEGRASI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM

DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH


DI KELAS VIII MTs MA’ARIF WADAS
KANDANGAN TEMANGGUNG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh
MUH NASEKUN, S.Pd
NIM. MI. 12.038

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan


untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015

i
ii
iii
MOTTO

‫اى َح ِدَثًا َُ ْفتَ َس ٰي َو ٰلَ ِك ْي‬ ِ ‫ص ِه ْن ِعث َْسجٌ ِِلُولٍِ ْاِلَ ْلثَا‬
َ ‫ب ۗ َها َك‬ ِ ‫ص‬ َ َ‫اى فٍِ ق‬ َ ‫لَقَ ْد َك‬
َ ُ‫صُ َل ُك ِّل َش ٍْ ٍء َوهُدًي َو َزحْ َوحً لِقَ ْى ٍم َ ُْؤ ِهن‬
‫ىى‬ ِ ‫ق الَّ ِرٌ تَُ َْي ََ َد َْ ِه َوتَ ْف‬
َ َ‫تَصْ ِد‬
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
(QS. Yusuf : 111)1

َ َ‫طَلَةُ ْال ِع ْل ِن فَ ِس‬


‫ْضحٌ َعلًَ ُكلِّ ُه ْسلِ ٍن َو ُه ْسلِ َو ٍح‬
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah keperluan bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)2

1
al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 1971, 366.
2
Ibnu Abbas. Hadist tentang Kewajiban Mencari Ilmu. Melalui https://www. facebook.com/
kurmamotivation/posts/558822584159570(20-02-15) 2010.

iv
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya besarku kepada :

1. Ibunda Hj. Sri Rahayu atas doa restu dan bimbingannya.

2. Istri dan putra-putraku terkasih : Tri Astuti, Muhammad Abram Adriano,

Muhammad Reza Cakrawira, dan Muhammad Bisma Hibatullah yang

senantiasa menjadi penyejuk hati dalam suka dukaku.

3. Keluarga Besar MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang selalu

memberi suport.

v
ABSTRAK

Integrasi Nilai-Nilai Islam Dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs
Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung oleh Muh Nasekun, S.Pd.
Kata Kunci : Integrasi, Nilai-Nilai Islam, Pembelajaran IPS Sejarah.
Latar belakang penelitian ini adalah adanya kontradiksi antara tujuan
pengajaran sejarah dengan materi pembelajaran sejarah. Agama dijadikan tujuan,
tapi sumber-sumber yang berasal dari agama seperti wahyu tidak dipercayai sebagai
azas pengetahuan. Pelajaran sejarah terlanjur diapersepsi secara sekular, sehingga
harus ada upaya untuk meluruskan kontradiksi tersebut dengan pengintegrasian nilai-
nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah apalagi di madrasah yang nyata-nyata
merupakan lembaga pendidikan Islam.
Tujuan penelitian : (1) Untuk mengetahui implementasi integrasi nilai agama
Islam pada pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan
Temanggung; (2) Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS
Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang
diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam; (3) Untuk mengetahui perangkat sistem
pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung
yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.
Penelitian ini termasuk dalam deskriptif eksploratif dengan menggunakan
metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting). Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah semua fihak yang terkait
dengan penanaman nilai agama Islam di MTs Ma‟arif Wadas. Obyek penelitian
adalah proses pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII yang terintegrasi dengan nilai-
nilai Islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi integrasi nilai-nilai agama
Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah dilakukan dengan menetapkan bidang kajian
yang akan dipadukan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama
Islam. Kemudian mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS
Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Berikutnya mengidentifikasi beberapa
Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk
diintegrasikan. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
serta menyajikan di kelas. Keunggulan pembelajaran ini dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dan meningkatkan kerjasama antar guru mata pelajaran.
Sedang kelemahannya keterbatasan guru IPS Sejarah tentang pemahaman dalil-dalil
al-Qur‟an dan Hadist karena memang bukan berlatar belakang pendidikan agama
Islam, serta belum ada buku ajar yang mengintegrasikan materi pelajaran dengan
nilai-nilai Islam. Perangkat sistem pembelajarannya disusun dengan menetapkan
bidang kajian yang akan diitegrasikan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan
Pendidikan Agama Islam yang memiliki potensi untuk diintegrasikan.

vi
PRAKATA

‫يم‬
ِ ‫مه ال َّر ِح‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْح‬
ْ ِ‫ب‬
Alhamdulillah, atas limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Integrasi nili-nilai Islam dalam pembelajaran IPS

Sejarah di kelas VIII MTs Ma’arif Wadas Kandangan Temanggung” yang menjadi

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.

Tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagi fihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN

Salatiga.

3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A. selaku Ketua Program Study Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. dan Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. atas bimbingannya

dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Yusuf Purwanto, M.Ag. selaku Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor

Kementrian Agama Kabupaten Temanggung yang telah mengarahkan penulis untuk

mengikuti studi lanjut Pascasarjana di IAIN Salatiga.

6. Keluarga besar MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung atas izin penelitian dan

suport yang diberikan.

vii
7. Semua fihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda

dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran

dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga tesis ini barokah dan banyak manfaatnya.

Salatiga, 28 Februari 2015

Penulis,

Muh Nasekun, S.Pd


NIM. MI. 12.038

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

PENGESAHAN ……………………………………………………………...... ii

HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………...…….. iii

MOTTO……………………………………………………………………...........iv

PERSEMBAHAN ……………………………………………………………… v

ABSTRAK ……………………………………………………………………... vi

PRAKAT………………………………………………………………………..viii

DAFTAR ISI ………………………………………………………… ………. ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ….xiii

DAFTAR GAMBAR ……………………………...…………………………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………........xv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 12

C. Signifikansi Penelitian ………………………………………… 13

D. Kajian Pustaka ………………………………………………… 15

E. Metode Penelitian……………………………………………… 19

F. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 26

BAB II : LANDASAN TEORI ……………………………………………….29

A. Konsep Pembelajaran Integrasi ………………………...……… 29

ix
1. Pengertian Pembelajaran Integrasi ……………...……........... 29

2. Landasan Teori Pembelajaran Integrasi ………………...…… 32

3. Karakteristik Pembelajaran Integrasi ..………..…………….. 34

4. Tujuan Pembelajaran Intregrasi ……………………………. . 39

5. Manfaat Pembelajaran Integrasi …………………….…...….. 40

6. Macam-macam Model Pembelajaran Integrasi ……………... 41

7. Model Pembelajaran Integrasi di Madrasah Tsanawiyah ..…. 44

B. Pendidikan Nilai ………………………………………………. 48

1. Pengertian Nilai ……………………………………….…… 48

2. Macam-Macam Nilai ……………………………………… 51

3. Sumber-Sumber Nilai ……………………………..….......... 53

4. Pendidikan Nilai …………………………………………… 55

5. Tujuan Pendidikan Nilai …………………………………... 58

C. Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran ..……. 59

1. Integrasi Pendidikan Nilai ………………………………… 59

2. Strategi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran .…... 60

3. Evaluasi Integrasi Pendidikan Nilai dalam pembelajaran..….. 67

D. Pendidikan IPS Sejarah ……………………………..……...… 69

1. Pengertian IPS Sejarah …….………………………………. 69

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS Sejarah ……………... 73

3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS Sejarah ………………….. 76

4. Peran Strategis pembelajaran IPS Sejarah ………….……… 78

x
BAB III : PRESENTASI DATA / LAPORAN HASIL PENELITIAN……….81

A. Profil Madrasah MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.....81

B. Letak Geografis MTs Ma‟arif Wadas ………………………......... 87

C. Sejarah Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ………...88

D. Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan …………….91

E. Keadaan Peserta Didik dan Guru MTs Ma‟arif Wadas …………...98

F. Struktur Kurikulum MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ………….. 100

E. Prospek Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan…… 101

BAB IV : ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ………………………. 106

A. Implementasi Pembelajaran IPS Sejarah Di Kelas VIII MTs

Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam ……………………………………… 106

B. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas

VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ……………………… 137

C. Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII

MTS Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai ……………………………. 143

BAB V : PENUTUP ………………………………………………………… 147

A. Kesimpulan ………………...………………………………… 147

B. Saran …………………………………………………….…… 150

xi
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 152

LAMPIRAN …………………………………………………………………. 157

BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………………. 248

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015………………………. 82

Tabel 3.2 Data Ruang MTs Ma‟arif Wadas …………………………………. 83

Tabel 3.3 Data Mebelair …………………………………………………….... 84

Tabel 3.4 Fasilitas Penunjang Pembelajaran ………………………………….. 84

Tabel 3.5 Kamar Mandi/ Toilet ………………………………………………...85

Tabel 3.6 Perkembangan Peserta Didik Tahun 2008/2009 s.d 2014/2015 …… 98

Tabel 3.7 Data Guru dan Karyawan ………………………………………… . 99

Tabel 3.8 Struktur Kurikulum 2006 MTs Ma‟arif Wadas ……………………100

Tabel 3.9 Struktur Kurikulum 2013 untuk kelas VII ……………………. … .101

Tabel 4.1 Point Pelanggaran Tata Tertib pada MTs Ma‟arif Wadas ..………. 126

Tabel 4.2 Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah………………….……144

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sumber Nilai Dari Segi Filsafat………………..……………………… 82

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus asli IPS Sejarah kelas VIII ............................................... 157

Lampiran 2 : Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII…………………………. 160

Lampiran 3 : Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang memiliki

potensi untuk diintegrasikan ……………………………………. 168

Lampiran 4 : Penjabaran dalam indikator …………………………………….. 170

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )……………………. 174

Lampiran 6 : Daftar pertanyaan dalam wawancara ……………………………219

Lampiran 7 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian di MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung ………………………………………. 240

Lampiran 8 : Foto-foto kegiatan penelitian ………………………………….. 243

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”.

Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah

bersama-sama dengan masyarakat dalam rangka pengejawantahan salah satu

cita-cita yang sangat mulia dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tetapi keinginan itu belum sepenuhnya terwujud. Dalam upaya tersebut,

masyarakat dan pemerintah seharusnya bahu-membahu dalam upaya

mencerdaskan seluruh komponen bangsa melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. Pendidikan sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah SAW

adalah suatu keharusan bagi setiap muslimin dan muslimah, sebab pendidikan

sangat penting perannya bagi umat manusia untuk mempertahankan eksistensi

dirinya di tengah kehidupan global. Dengan berpendidikan, manusia mampu

1
2

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersusun

dan terprogram. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan

umat manusia, merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa.

Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang

pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul

generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri

untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Disadari atau tidak wajah pendidikan di Indonesia sendiri masih

memprihatinkan. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012

yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia

berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara.

Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia

berada di peringkat ke-69 dari 127 negara.3 Kualitas pendidikan Indonesia

hanya menempati posisi ke 64 dari 65 negara anggota Programme for

International Assessment (PISA). Hasil ini merupakan hasil studi yang

dilakukan lembaga PISA yang digelar setiap tiga tahun sekali. Dengan kata

lain, kualitas pendidikan Indonesia terburuk kedua di dunia. Hasil penelitian

ini sempat dikabarkan di situs Organisation for Economic Co-operation and

Development,oecd.org.

Tingkat membaca pelajar Indonesia, berdasarkan studi tersebut, hanya

3
Rachmad Faisal Harahap, Astaga RI Peringkat ke 64 untuk Pendidikan, http://kampus.
okezone.com/Red/2013/06/01/373/816065. diakses pada hari Jum‟at, 17 Oktober 2014 ; 21.00

2
3

mendapatkan skor 396. Untuk kompetensi matematika, Indonesia

memperoleh skor 375 dan skor 382 untuk ilmu pengetahuan. Bila

dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN, kualitas

pendidikan di Indonesia bahkan tertinggal jauh. Peringkat pendidikan

Indonesia juga tak kalah lebih baik dari Malaysia. Negara Jiran menempati

posisi 52 dari seluruh negara anggota PISA dengan perolehan 421 untuk

matematika, 398 membaca, dan 420 untuk ilmu pengetahuan.4

Sepanjang bulan April sampai Juni 2014 saja banyak kasus kenakalan

pelajar Indonesia yang sangat memprihatinan. Mulai dari kasus transaksi jual

beli bocoran soal UN 2014 yang menyesatkan.5 Kasus perampasan motor

yang dilakukan oleh Febri Gunawan pelajar kelas III sebuah SMK di

Semarang yang juga anggota geng motor terhadap adik kelasnya. 6

Meninggalnya Renggo Kadapi pelajar kelas V SD Negeri 09 Kampung

Makasar Jakarta Timur karena dianiaya oleh kakak kelasnya hanya masalah

makanan kecil yang tersenggol dan terjatuh.7 Tewasnya Fajar Murdiyanto

pelajar kelas V SD Klumprit 1 Sukoharjo karena sering dianiaya temannya

gara-gara tidak mau membantu mengerjakan PR.8 Meninggalnya Galih

4
Ari Purwanto, Wajah Pendidikan Indonesia, https://www.google.ae/search? diakses pada
hari Jum‟at, 17 0ktober 2014; 21.09.
5
Tribun Jateng, Selasa 8 April 2014, 9.
6
Tribun Jateng, Sabtu,28 Juni 2014, 15.
7
Tribun Jateng, Senin, 5 Mei 2014, 9.
8
Tribun Jateng, Senin, 26 Mei 2014,7.

3
4

Masruhi, pelajar kelas X SUPM Negeri Tegal juga Karena dianiaya

seniornya.9

Refleksi kehidupan sosial yang serba memprihatinkan di atas sudah

seharusnya menjadi sebuah renungan dan evaluasi bagi kalangan pendidikan

kita. Karena secara umum pendidikan harus mampu menghasilkan manusia

sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan cerdas

dengan (1) kepribadian yang kuat dan relegius serta mampu menjunjung

tinggi budaya luhur bangsa, (2) kesadaran demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) kesadaran moral hukum yang

tinggi dan (4) kehidupan yang makmur dan sejahtera10.

Melihat kondisi tersebut, maka tanggungjawab untuk memajukan

pendidikan merupakan tugas yang sangat berat untuk dilaksanakan.

Pendidikan tidak hanya menjadikan orang sekedar mengenal atau paham akan

nilai-nilai kebaikan, melainkan sadar dan mengamalkan nilai-nilai kehidupan

tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai karakter yang positif atau

kepribadian yang mulia. Karena pada dasarnya hakekat pendidikan bukan

hanya sekedar transfer of knowledge tetapi juga transfer of values dalam arti

penanaman dan pengamalan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari akan

lebih berarti dibandingkan hanya sekedar hafal atau tahu tentang ilmu

pengetahuan.

9
Tribun Jateng, Rabu, 25 Juni 2014, 13.
10
Jalal F & Supriyadi D, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta:
Adi Citra Karya Nusa, 2001, 67.

4
5

Pendidikan nilai seharusnya masuk dalam sebuah desain kurikulum

pembelajaran di tingkat satuan pendidikan, sehingga tujuan mencerdaskan

putra-putri bangsa tidak kehilangan ruh dan hakikat tujuan yang sebenarnya,

seperti yang diamanatkan UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi : “

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-

undang11.

Hampir setiap hari kita disuguhi contoh-sontoh yang menyedihkan

melalui film dan televisi yang secara bebas mempertontonkan perilaku

sadism, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, perselingkuhan, kawin

siri, penyalahgunaan obat terlarang dan korupsi yang telah membudaya dalam

sebagian masyarakat bahkan di kalangan pejabat dan artis. Kita juga

mendengar, melihat dan menyaksikan, betapa para pemuda, pelajar dan

mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat

dengan VCD porno, pelecehan seksual, narkoba, geng motor, dan perjudian.

Contoh-contoh tersebut erat kaitannya dengan kualitas pendidikan dan

kualitas sumber daya manusia, serta menunjukkan betapa rendah dan

rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa, sehingga telah

melemparkan moralitas bangsa kita pada titik terendah.

11
Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 versi Amandemen, melalui http://
belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/html, diakses selasa, 28 Oktober 2014; 21.00.

5
6

Tampak jelas bahwa negeri ini telah berubah menjadi negara dagelan

atau republik sandiwara, yang dipimpin oleh para pejabat negara yang seperti

tanpa beban menjadi terdakwa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara belum tumbuh budaya mutu, budaya

malu, dan budaya kerja baik di kalangan para pemimpin maupun di kalangan

rakyat pada umumnya, sehingga sulit untuk mencari tokoh atau figur yang

bisa diteladani. Ini merupakan bukti terjadinya pergeseran nilai menuju

kehancuran, atau pembentukan nilai-nilai baru atas dasar pragmatism,

materialism, hedonism, sekulerisme, bahkan atheisme12.

Kondisi dan kenyataan yang menyedihkan tersebut telah menimbulkan

berbagai pertanyaan bagi berbagai pihak, baik di kalangan masyarakat umum

maupun di kalangan para ahli pendidikan dan para guru, “ Apa yang salah

dengan pendidikan nasional sehingga belum berhasil mengembangkan

manusia Indonesia seperti yang diamanatkan dalam Pancasila, Undang-

undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional13.

Madrasah sejak dulu mulai dari Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai

tingkat Perguruan Tinggi Islam telah memberikan materi ilmu keagamaan

seperti Qur‟an Hadist, Akidah akhlak, Fiqih, dan sebagainya, di samping itu

12
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013, 14.
13
Aditya Mukti, Kualitas Pendidikan Indonesia, melalui http://edukasi. kompasiana.
com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saat-ini-454680.html, diakses hari Senin, 8
Desember 2014 ; 11.30.

6
7

juga memberikan materi pelajaran umum. Maka bisa dikatakan bahwa

Madrasah telah melakukan integrasi antara ilmu umum dengan Agama.

Fokus dalam penelitian ini adalah integrasi pada mata pelajaran IPS

Sejarah. Kenapa IPS Sejarah ?, karena mata pelajaran IPS Sejarah merupakan

mata pelajaran yang membahas tentang manusia dan kehidupan sosialnya.

IPS Sejarah mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi

pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu

mampu menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang

bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan

warga dunia.

Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat

dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di

masa kini. Di dalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran,

rahmat, dan huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman (QS

12.111). Sejarah sebagai landasan dasar penuturan wahyu yang diterima oleh

Rasulullah SAW berdampak akbar dalam mengubah karsa, rasa, dan cipta

umat yang mengimaninya. Tanpa sejarah yang benar, manusia akan

kehilangan jati dirinya. Kejahiliahan terjadi sebagai dampak kehilangan jejak

sejarahnya. Hanya dengan kembali memahami sejarah secara benar akan

terselamatkan dari keruntuhan derajat kemanusiaan.14

14
Suryanegara, AM, Api Sejarah 2, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010, vii.

7
8

Pendidikan Sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai,

pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang

dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa. Pendidikan sejarah tidak hanya diarahkan

untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, tetapi

ditekankan pula pada berbagai kegiatan yang dapat memberikan pengalaman

yang dapat menumbuhkan rasa kebangsaan dan kecintaan pada manusia

secara universal.15 Pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan

yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan

kepribadian peserta didik.16

Pada standar kompetensi inti yang dirumuskan dalam kurikulum 2013

dengan tegas dituliskan ada empat domain utama tujuan mata pelajaran

sejarah. Bila diringkas empat inti tujuan pelajaran sejarah ini adalah: 1)

mengembangkan penghayatan terhadap ajaran agama, 2) mengembangkan

perilaku positif, 3) mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan (sejarah)

untuk menghadapi kejadian-kejadian aktual, dan 4) mampu mengembangkan

ilmu pengetahuan yang dipelajari.17

15
Rudi Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013,
196.
16
Sapriya, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2012, 209.
17
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

8
9

Menarik bahwa dua di antara empat tujuan inti pelajaran sejarah ini

adalah ingin mengarahkan peserta didik untuk beragama dan berkarakter baik.

Kurikulum ini diharapkan dapat dicapai dengan mencapai target kompetensi

dasar yang juga telah dirumuskan. Agar beragama dengan baik, materi-materi

sejarah yang berisi berbagai cerita tokoh diharapkan bisa dihayati dalam

kehidupan keagamaan peserta didik. Sementara agar terbentuk karakter yang

baik, perilaku baik para tokoh sejarah seperti cinta damai, responsif, semangat

jihad, pantang menyerah, rela berkorban dan lain-lain hendaknya bisa

diteladani juga oleh peserta didik. Karakter baik ini pun diusahakan tercapai

dengan mengembangkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap

peninggalan sejarah. Demikian juga dengan sikap dan perilaku jujur dalam

menjalani proses pembelajarannya.

Fakta selama ini pelajaran sejarah sudah terlanjur diapersepsi secara

sekular. Pada tujuan dasar aspek penguasaan ilmu sebagai penjabarannya

masih mengadopsi hal-hal yang justru bertolak belakang dengan tujuan yang

sifatnya agamis di atas. Penghayatan sikap beragama para tokoh sejarah pun

akan sangat sulit terwujud jika tokoh-tokoh sejarah Islam tidak digambarkan

memiliki ikatan kuat dengan agamanya. Padahal, motif agama (dakwah dan

jihad) sangat mewarnai perjuangan para ulama dan pahlawan Islam.

Berdasarkan uraian di atas terdapat adanya kontradiksi antara tujuan

pengajaran sejarah pada kurikulum 2013 dengan materi pembelajaran sejarah.

Agama dijadikan tujuan, tapi sumber-sumber yang berasal dari agama seperti

9
10

wahyu tidak dipercayai sebagai azas pengetahuan. Sehingga harus ada upaya

untuk meluruskan kontradiksi tersebut dengan pengintegrasian nilai-nilai

Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah apalagi di Madrasah yang nyata-nyata

merupakan lembaga pendidikan Islam.

Sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 dikatakan

bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab18.

Fungsi dan tujuan dari pendidikan tersebut akan sulit terwujud tanpa

adanya pemahaman integral antara materi satu dengan materi lain. Tujuan dari

UU nomor 20 tahun 2003 esensinya adalah terkait dengan pengembangan

masalah keimanan dan ketaqwaan. Maka akan sangat penting untuk dapat

diaplikasikan dalam proses pembelajaran intregasi materi pelajaran IPS

sejarah dengan nilai-nilai Islam.

Tujuan materi IPS Sejarah pada hakekatnya adalah membentuk siswa

memiliki kepribadian sosial yang baik. Pembelajaran IPS Sejarah di Madrasah

pada umumnya belum optimal mengantarkan siswa pada pemahaman, sikap

18
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 5.

10
11

dan laku sosial yang baik. Pembelajaran IPS Sejarah di Madrasah Tsanawiyah

dirasakan masih mengalami kekeringan spiritualitas. Pembelajaran IPS

Sejarah di MTs belum banyak mengintegrasikan dengan nilai agama sebagai

sumber spiritualitas pembelajarannya.19

Sebuah contoh, Perang Diponegoro dalam buku paket untuk SMP/MTs

hanya dikait-kaitkan kemarahannya karena Belanda mematok tanah

leluhurnya di Tegalrejo secara semena-mena.20 Padahal, dalam berbagai

naskah tertulis, Pangeran Diponegoro jelas mengobarkan “jihad fi sabilillah”

atau “Perang Sabil” dalam menghadapi penjajah Belanda.21 Perjuangan

Diponegoro seharusnya mampu memberi inspirasi anak didik agar menjadi

mujahid.

Berdasarkan hasil observasi awal penulis di MTs Ma‟arif Kandangan

Temanggung telah ada upaya dari lembaga dengan mengintegrasikan materi

pelajaran dengan nilai-nilai Islam, namun masih perlu dievaluasi dan

dikembangkan terus dalam proses pembelajarannya. Pada Madrasah ini telah

berupaya menerapkan pola pembelajaran IPS Sejarah secara integratif dengan

nilai-nilai Islam. Meskipun masih dalam taraf kontektual secara sederhana,

misalnya belum adanya modul yang secara tertulis yang dijadikan sumber

19
Pendapat guru-guru IPS MTs Kabupaten Temanggung dalam pertemuan MGMP IPS hari
kamis, tanggal 6 Februari 2014 di MTsN Parakan Temanggung
20
Kurtubi, Sudut Bumi IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009 : 65.
21
Helmihakim, Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013, melalui http://catatan-guru
sejarah.blogspot.com/2013/09/implementasi-kurikulum-2013-pada-mata.html, diakses pada hari sabtu,
15 Maret 2014, 21.00.

11
12

belajar IPS Sejarah dan telah terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.22. Hal ini

menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih jauh melalui

penelitian ini, disaat pembelajaran IPS Sejarah di sekolah atau madrasah lain

masih terfokus pada kawasan kognitif dan belum memasukkan nilai-nilai

Islam dalam proses pembelajarannya.

Tataran konsep ideal, Islam diyakini sebagai agama yang memiliki

ajaran sempurna, komprehensip dan universal serta memuat semua system

ilmu pengetahuan. Namun dalam kenyataannya muncul pemisahan antara

sains dan teknologi yang dihadapkan dengan ilmu-ilmu agama. Madrasah

dalam hal ini berperan besar untuk menjembatani dikotomis antara mata

pelajaran umum dengan Pendidikan Agama Islam. Maka penelitian ini

penting dilakukan untuk mengkaji sejauh mana lembaga pendidikan Islam

yang bernama Madrasah Tsanawiyah memformulasikan materi dalam proses

pembelajaran yang diintegrsikan dengan nilai-nilai Islam. Adanya fenomena

tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang akan

dilaksanakan di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung tentang konsep

pengintegrasian mata pelajaran IPS sejarah terhadap nilai-nilai agama Islam.

G. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

22
Fitri Susanti, Integrasi IPS Sejarah dengan Aqidah Ahklak di MTs Ma’arif Wadas,
Wawancara, Sabtu, 15 November 2014, 10.00, di ruang guru.

12
13

1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs

Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-

nilai Islam?

2. Bagaimanakah keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di

Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam?

3. Bagaimanakah perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII

MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam?

H. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mendeskripsikan keseluruhan proses dari pelaksanaan

integrasi nilai agama Islam dalam proses pembelajaran IPS Sejarah dengan

rincian sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas

VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam

b. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS

Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung

yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

13
14

c. Untuk mengetahui perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas

VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam.

2. Manfaat dan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis

1) Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu yang

berkaitan dengan prosedur pelaksanaan pendidikan integrasi nilai

agama Islam di lingkungan sekolah/madrasah.

2) Membuka kemungkinan guna penelitian lebih lanjut mengenai

efektifitas pelaksanaan pendidikan integrasi nilai agama Islam di

sekolah / madrasah.

b. Manfaat praktis :

1) Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan

sumbangan dalam rangka meningkatkan kreatifitas proses belajar

mengajar, serta bahan evaluasi dari pelaksanaan integrasi nilai

agama Islam dengan semua mata pelajaran. Sehingga konsep

penanaman nilai Islam pada peserta didik dapat dengan efektif.

2) Bagi Madrasah, penelitian ini dapat memberikan bahan

pertimbangan dan bahan inspirasi ke depan dalam meningkatkan

pendidikan integrasi nilai agama Islam dalam mata pelajaran.

14
15

3) Bagi orang tua siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

bahan pertimbangan dan rujukan dalam memberikan pilihan

pendidikan nilai agama Islam terhadap putra-putrinya.

4) Bagi Pemerintah / pengembang kurikulum, penelitian ini dapat

memberikan masukan informasi dalam mengambil kebijakan di

sektor pendidikan integrasi nilai.

I. Kajian Pustaka

Setelah diadakan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan

beberapa penelitian yang mengupas tentang kajian mata pelajaran di sekolah

yang dihubungkan dengan nilai-nilai pendidikan Islam, antara lain :

1. Mustopa (2010), Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama

Islam dengan Sains di SMA I Ngantang Malang. Permasalahan penelitian

ini berangkat dari kesan bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah bersifat monolistik, dan kurang

menyentuh realitas mata pelajaran lain khususnya sains, akibatnya tidak

ada hubungan antara agama dan sains yang dipahami siswa. Masing-

masing berdiri sendiri, agama dinilai non-ilmiah dan sains ilmiah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pelaksanaan pendidikan

intregatif interkoneksi materi PAI dan sains di SMA 1 Ngantang Malang

terdapat dua model yang berbeda karena faktor guru : (1) Model

pembelajaran PAI tidak mengintregasikan dan menginterkoneksikan

dengan materi sains, (2) Model pembelajaran PAI yang mengintregasikan

15
16

dan menginterkoneksikan dengan sains, yaitu dengan menyeleksi bisa

tidaknya materi tersebut diintregasikan dan diienterkoneksikan dengan

sains. Adanya dua model tersebut dikarenakan terdapat perbedaan

wawasan, kurang adanya koordinasi, dan kemampuan dari masing-masing

guru.23

Hubungan penelitian tersebut dengan kajian yang penulis lakukan

adalah penelitian tersebut mengintegrasikan dan menginterkoneksikan

PAI dengan sains dengan obyek penelitian pada siswa SMA, sedangkan

dalam penelitian yang akan penulis lakukan adalah mengintegrasikan

nilai-nilai Islam dalam pembelajaran sejarah pada siswa Madrasah

Tsanawiyah.

2. Muhammad Ngali Zainal Makmun (2011), Pembelajaran IPA dan IPS

berbasis Integrasi Interkoneksi (Studi kasus di MIN Sumberejo

Mertoyudan Magelang). Latar belakang penelitian berangkat dari adanya

proses pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang masih mengarah

pada tindakan dan pengelolaan yang sifatnya independen tidak terintegral

dengan sentuhan materi lain. Akibatnya peserta didik hanya memiliki

kecenderungan mengetahui akan banyak hal akan tetapi sangat kurang

memiliki sistem nilai sikap minat maupun apresiasi secara positif terhadap

apa yang diketahui.

23
Mustopa, Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama Islam dan Saint di SMA 1
Ngantang Malang, Tesis Pascasarjana: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

16
17

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua materi dapat

dengan mudah diintegrasikan dengan nilai Islam. Kesulitan yang dihadapi

adalah belum adanya buku standar yang dapat dijadikan pegangan guru

yang memuat materi IPA-IPS terintegrasi dengan nilai Islam.24

Bila dihubungkan dengan penelitian yang akan penulis lakukan

bahwa penelitian ini mengintegrasikan mata pelajaran IPA-IPS pada

tingkat Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan dalam penelitian yang penulis

lakukan fokusnya pada integrasi nilai-nilai agama Islam dengan mata

pelajaran IPS Sejarah di Madrasah Tsanawiyah.

3. Rahmat Kamal (2012) “Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1”.25 Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan tujuan mengungkap proses pelaksanaan

pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, bahwa pelaksanaan

pendidikan nilai karakter di MIN Malang 1 pada dasarnya merupakan

pengembangan dari pendidikan akhlaq al-karimah yang

diimplementasikan ke dalam beberapa aspek, yakni : (a) kurikulum, (b)

budaya madrasah, dan (c) program pengembangan diri. Kedua, Nilai-nilai

karakter yang ditanamkan di MIN Malang 1 tidak lepas dari 18 nilai

24
M.Ngali Zaenal Makmun, Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi Interkoneksi,Studi
Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang,Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2011.
25
Rahmat Kamal, Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang 1,
Yogyakarta: Tesis PPs UIN-Suka, 2012, vi.

17
18

karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan Nasional dalam

buku pedoman pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diterbitkan

tahun 2010, antara lain : nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggungjawab.

Dari sejumlah nilai yang ditanamkan, ada beberapa nilai yang

mendominasi antara lain ; nilai relegius dengan maknanya yang sangat

luas sebagai bagian dari ciri khas madrasah, dan nilai istiqomah atau

kedisiplinan dalam berbagai hal serta nilai menghargai prestasi. Ketiga,

Kendala yang dihadapi antara lain: (a) Faktor eksternal yang meliputi

lingkungan keluarga berupa kurangnya perhatian orang tua dalam

mengawal program pembiasaan siswa di rumah, lingkungan masyarakat

yang terkadang sulit mencari keteladanan, serta regulasi dari sebagian

kebijakan pemerintah yang bertendensi politis. (b) Faktor internal antara

lain guru yang terkadang belum seratus persen bisa disiplin, sarana

prasarana yang kadang mengalami hambatan teknis, serta pribadi siswa

yang belum bisa mandiri.

Penelitian ini bila dihubungkan dengan penelitian yang akan

penulis lakukan ada kesamaan dalam mengembangkan pendidikan

karakter. Dalam penelitian ini nilai yang mendominasi adalah religius,

disiplin dan menghargai prestasi, sedang dalam penelitian saya hampir

18
19

semuanya dalam 18 nilai karakter terdapat dalam pembelajaran sejarah

dengan fokus utamanya pada nilai regius. Bahwa didalam sejarah terdapat

mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan huda-petunjuk bagi

orang-orang yang mengerti dan beriman (QS 12.111). Sejarah mempunyai

tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual,

emosional, kultural, dan social peserta didik, yaitu mampu

menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang

bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan

warga dunia.

Dari beberapa sumber pustaka yang berhasil dilacak penulis belum

ada yang menjelaskan secara rinci mengenai integrasi nilai-nilai Islam

dalam pembelajaran IPS Sejarah untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah.

Maka penelitian mengenai “Integrasi nilai-nilai Islam dalam

pembelajaran Sejarah” ini menjadi sangat penting dilakukan sebagai

upaya pengembangan pembelajaran sejarah di Madrasah dan untuk

menambah koleksi perpustakaan IAIN Salatiga. `

J. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan

metode naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting). Sumber datanya ialah situasi wajar, peneliti

mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi wajar, sebagaimana

19
20

adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan atau

wawancara sendiri.26

Subyek penelitian adalah semua fihak yang terkait dengan penanaman

nilai agama Islam di MTs Ma‟arif Wadas antara lain kepala madrasah, wakil

kepala bidang kurikulum, guru IPS Sejarah dan guru Aqidah Ahklak serta

siswa kelas VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber primernya yaitu dengan bedah

perangkat pembelajaran IPS Sejarah dan Pendidikan Agama Islam. Sedang

sumber sekundernya adalah interview (wawancara) dengan guru IPS Sejarah ,

guru PAI dan Siswa. Sedangkan obyek penelitian adalah proses pembelajaran

IPS Sejarah di kelas VIII yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.

Strategi penelitian menggunakan “social situation” atau situasi sosial

yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place) di MTs Ma‟arif Wadas,

pelaku (actors) adalah guru mata pelajaran IPS Sejarah, dan aktivitas

(activity) yaitu interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran IPS

Sejarah.

Langkah yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi dengan

bedah silabus dan perangkat pembelajaran IPS Sejarah serta Pendidikan

Agama Islam kelas VIII sebagai sumber data awal untuk mengetahui bisa

tidaknya materi pembelajaran tersebut diintegrasikan. Kemudian Wawancara

26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2013, 14-15.

20
21

dengan guru mata pelajaran IPS Sejarah dan Pendidikan Agama Islam kelas

VIII untuk mengetahui bagian materi pengajaran yang dapat diintegrasikan.

Selanjutnya diidentifikasi materi pengajaran yang diintegrasikan serta

melakukan pengamatan dan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru

dengan siswa di dalam kelas.

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan)

untuk memperoleh gambaran utuh tentang proses pembelajaran IPS Sejarah di

kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Temanggung khususnya yang berkaitan

dengan pengintegrasian nilai-nilai agama Islam. Selanjutnya wawancara

mendalam (in depth interview) terhadap guru IPS Sejarah untuk memperoleh

data persiapan, materi pelajaran, metode mengajar IPS Sejarah yang

diintegrasikan dengan nilai agama Islam sebagai sebuah karateristik

Madrasah. Wawancara dengan siswa untuk mengetahui respon siswa dan

tingkat keberhasilan. Sedangkan wawancara dengan kepala madrasah dan

wakil kepala bidang kurikulum untuk memperoleh data tentang kebijakan

yang diterapkan. Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan

mengumpulkan keterangan serta pendirian-pendirian merupakan suatu

pembantu utama dari metode observasi.27

Kemudian Dokumentasi tentang proses pembelajaran dan dokumentasi

tertulis tentang kebijakan, bahan pelajaran, silabus dan RPP IPS Sejarah yang

dibuat oleh guru yang bersangkutan. Instrumen dalam penelitian ini adalah
27
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia, 1986, 129.

21
22

peneliti sendiri (human instrument) dipandu dengan panduan wawancara dan

panduan observasi.

Metode analisis data antara lain dengan :

a. Data Reduction ( Reduksi data )

Data Reduction yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.28 Fokus pada penelitian ini adalah bedah

silabus dan RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dicari tema dan

polanya yang dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran IPS

Sejarah.

b. Data Display ( Penyajian data )

Display data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan.29 Dalam tahap ini peneliti akan menyajikan

data melalui ringkasan penting dari data yang telah direduksi sehingga

dapat ditarik kesimpulan. Informasi dibuat dalam bentuk naratif deskriptif

untuk memudahkan penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau

bagian tertentu dari hasil penelitian.

28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
Bandung: Alfabeta, 2013, 338.
29
Imam Suparyogo, dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001, 194.

22
23

Data yang terpilih kemudian disajikan sesuai dengan kondisi dan

urutan terkait dengan proses integrasi nilai agama Islam dalam

pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Temanggung. Penyajian data dalam bentuk bagan dan hubungan antar

kategori antara silabus dan RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan IPS Sejarah.

c. Conclusion Drawing / Verification

Penarikan kesimpulan diklarifikasi dan verifikasi selama penelitian

berlangsung. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal dan

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.30 Melalui pemahaman peneliti

kesimpulam awal yang dikemukakan bahwa terdapat integrasi nilai-nilai

Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung.

d. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data sangat diperlukan agar data yang tersusun dapat

dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi

30
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
Bandung: Alfabeta , 345.

23
24

kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan

berpengaruh terhadap hasil akhir sebuah penelitian.

Untuk menetapkkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan

tehnik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas

sejumlah criteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu

derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (konfirmability)31

1. Credibility, kegiatan yang dilakukan untuk membuat temuan dan

interprestasi yang lebih terpercaya. Credibility digunakan juga untuk

membuktikan kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan

dilapangan. Kegiatan credibility terdiri dari :

a) Keikutsertaan di lapangan dalam mengobservasi, peneliti masuk

ke lapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan subyek

penelitian.

b) Meningkatkan ketekunan yang dilakukan dengan melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.32

c) Melakukan triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data

31
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2013, 324.
32
Sugiyono, Memahami Penelitian Kulitatif : Dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, Bandung : Alfabeta, 2005, 72.

24
25

itu.33 Menurut Sugiyono, triangulasi diartikan sebagai tehnik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.34

d) Diskusi teman sejawat yang dilakukan dengan mendiskusikan

hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada temen-

teman sebaya untuk mendapat masukan demi sempurnanya

penelitian.

e) Menggunakan bahan referensi lain, yaitu melengkapi data-data

yang ditemukan dalam penelitian dengan menggunakan berbagai

bahan pendukung seperti rekaman hasil wawancara sebagai

pendukung data hasil wawancara, foto-foto sebagai pendukung

data tentang gambaran seputar interaksi manusia dan sebagainya

sehingga data hasil penelitian lebih valid dan dapat dipercaya.

2. Transferability, berfungsi untuk membangun keteralihan dalam

penelitian ini yang dilakukan dengan cara uraian rinci untuk

menjawab sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditransfer

pada beberapa kontek lain. Dengan tehnik ini peneliti akan

melaporkan hasil penelitian dengan teliti dan cermat yang

menggambarkan konteks tempat penelitian dengan mengacu pada

focus penelitian.

33
Rexy J.Moleong, Metodologi…., 330
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
Bandung: Alfabeta, 2013, 330.

25
26

3. Dependability adalah kriteria menilai apakah proses penelitian

bermutu atau tidak. Cara ini untuk menetapkan bahwa proses

penelitian dapat dipertahankan dengan audit dependability oleh

ouditor independen guna mengkaji kegiatan penelitian yang

dilakukan terhindar dari kesalahan dalam memformulasikan hasil

penelitian.

4. Confirmability, yaitu criteria yang digunakan untuk menilai hasil

penelitian yang dilakukan dengan mengecek data, informasi dan

interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada

pada pelacakan (audit trail). Konfirmability digunakan untuk

menilai hasil (produk) penelitian, terutama yang berkaitan dengan

deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Dengan

demikian diharapkan hasil penelitian dapat memenuhi standar

penelitaian kualitatif yaitu truth, value, applicability, consistency

dan neutrality.

K. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian.

Secara keseluruhan akan terbagi dalam lima bagian, pertama pendahuluan.

Kedua kajian teoritis, ketiga gambaran umum lokasi penelitian, keempat

analisis hasil penelitian, kelima penutup, kesimpulan dan saran.

Secara detailnya penulisan hasil penelitian ini akan disusun dalam bab-

bab sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan satu dengan lainnya.

26
27

1. Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, di dalamnya diuraikan

beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

2. Bab kedua, dipaparkan pokok bahasan menyangkut landasan teori yang

terdiri dari empat sub bab. Pada sub bab pertama adalah tentang konsep

pembelajaran integrasi. Permasalahan penting yang dibahas dalam bab ini

meliputi pengertian pembelajaran integrasi, karakteristik pembelajaran

integrasi, Tujuan pembelajaran integrasi, Manfaat pembelajaran integrasi,

Macam-macam model pembelajaran integrasi, dan Model pembelajaran

integrasi di Madrasah Tsanawiyah. Sub bab kedua tentang Pendidikan

Nilai, yang berisi tentang : Pengertian nilai, macam-macam nilai, Sumber-

sumber nilai, Pendidikan nilai, dan tujuan pendidikan nilai. Sub bab ketiga

adalah Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran yang terdiri

dari: Integrasi pendidikan nilai, Strategi integrasi pendidikan nilai dalam

pembelajaran, Evaluasi integtrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran.

Pada sub bab keempat mengenai Pendidikan IPS Sejarah yang berisi

tentang : Pengertian IPS Sejarah, Tujuan dan Fungsi pembelajaran IPS

Sejarah, Karakteristik mata pelajaran IPS Sejarah, serta Peran Strategis

Pembelajaran IPS Sejarah.

3. Bab ketiga, Presentasi data / Laporan Hasil Penelitian berisi tentang

gambaran MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yaitu tentang

27
28

gambaran umum obyek penelitian, dan pengembangan MTs Ma‟arif

Wadas Kandangan Temanggung.

4. Bab Keempat, akan dibahas tentang analisis data hasil penelitian yang

meliputi : Implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs

Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-

nilai Islam. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di

kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, dan perangkat sistem

pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

5. Bab Kelima, merupakan kesimpulan dan saran atas keseluruhan

pembahasan tesis ini yang diharapkan dapat menarik benang merah dari

uraian pada bab-bab sebelumnya menjadi suatu rumusan yang bermakna.

28
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pembelajaran Integrasi

1. Pengertian Pembelajaran Integrasi

Integrasi memiliki pengertian penyatuan hingga menjadi satu

kesatuan yang utuh atau bulat.35 Istilah integrasi sendiri berasal dari

bahasa Inggris yaitu integrate. Dalam buku The Comtemprorary English-

Indonesian Dictionary (Peter Salim), istilah integrate (vt) integrated,

integrating, integrates diterjemahkan menjadi menggabungkan,

menyatupadukan, mengintegrasikan. Sedangkan integrated (adj)

diterjemahkan menjadi dapat bergaul dengan orang dari berbagai suku

dengan dasar yang sama; terpadu.

Dalam dunia pendidikan, istilah integrasi biasanya dikaitkan

dengan sebuah gerakan untuk pendidikan demokaratis yang memusatkan

pada persoalan-persoalan aktual sebagai kurikulum inti. Pembelajaran

integrasi berpusat pada pengorganisasian persoalan penting dalam

kurikulum sekolah dengan dunia yang lebih luas. Integrasi ini akan

menghubungkan persoalan satu dengan lainnya, sehingga terbangunlah

sebuah kesatuan (unity) pengetahuan. Sebuah pengetahuan yang

1. Menuk Hardaniyati dkk, Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama, Jakarta : Pusat Bahasa,
2003, 251-252.

29
30

mempresentasikan bagian-bagian dengan keseluruhannya (part whole

relationships).36

Pembelajaran Integrasi sebagai suatu konsep merupakan

pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik.

Bermakna artinya dalam pembelajaran terpadu siswa akan memahami

konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang mereka pahami.37

Pembelajaran integrasi secara efektif akan membantu menciptakan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melihat dan membangun

konsep-konsep yang saling berkaitan.

Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali

dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan

pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang

dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi

atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar peserta didik maka

pembelajaran menjadi lebih bermakna.38 Dikatakan bermakna karena dalam

pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep yang dipelajari melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah

dipahami anak melalui kesempatannya mempelajari apa yang berhubungan

36
Hartono, Pendidikan Integratif, Purwokerto : STAIN Press, 2011, 7.
37
Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda.
blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.01.
38
Tim Penulis PGMI, Pembelajaran Tematik, Surabaya : Lapis-PGMI, 2009, 6.

30
31

dengan tema atau peristiwa otentik (alami). Dalam pembelajaran semacam itu,

anak diharapkan selalu mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara aktif

sesuai dengan aspirasi dan minatnya, dimana dalam pembelajaran terpadu sangat

menghargai keragaman. Melalui pembelajaran terintegrasi diharapkan para

siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara

mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.39 Pengertian

pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai berikut:

a. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata

pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam

rentang kemampuan dan perkembangan anak;

b. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

anak secara serempak (simultan);

c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata

pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan

lebih baik dan bermakna.40

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran integrasi adalah model pembelajaran dengan

menggabungkan beberapa mata pelajaran/materi/tema dengan berdasarkan

pada topik tertentu yang dipadukan untuk menggali pengetahuan peserta

39
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,196.
40
Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda.
blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.09.

31
32

didik berdasarkan interaksi dengan lingkungan atau pengalaman yang

dialami sehingga memberikan pengalaman yang bermakna begi peserta

didik.

2. Landasan Teori Pembelajaran Integrasi

Landasan ini pada hakikatnya adalah faktor-faktor yang harus

diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para guru pada waktu

merencanakan, melaksanakan, serta menilai proses dan hasil

pembelajaran.

a. Landasan filosofis

Perumusan kompetensi dan materi pada dasarnya bergantung

pada pertimbangan pertimbangan filosofis. Ada tiga aliran filsafat

sebagai berikut:

1. Aliran progresivisme menekankan pada penekanan kreativitas,

pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan

memperhatikan pengalaman siswa. Dengan kata lain proses

pembelajaran bersifat mekanistis.

2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct

experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.

3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan, potensi dan

motivasi yang dimilikinya.

32
33

b. Landasan Psikologis

Berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan teori

belajar. Tugas utama guru membantu mengoptimalkan perkembangan

siswa seperti perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan

moral melalui proses belajar. Pandangan Psikologis yang melandasi

pembelajaran terpadu sebagai berikut :

1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya

sendiri.

2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk

mencari pola dan hubungan antara gagasan yang ada.

3. Pada dasarnya siswa adalah seorang individu dengan berbagai

kemampuan yang dimilikinya dan mempunyai kesempatan untuk

berkembang.

4. Keseluruhan perkembangan anaka adalah terpadu dan anak melihat

dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistik).

c. Landasan Praktis

Berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya

terjadi dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat

perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu. landasan praktis

dalam pembelajaran terpadu sebagai berikut.

1. Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu

banyak informasi yang harus dimuat dalam kurikulum.

33
34

2. Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu

sama lain, padahal seharusnya saling terkait.

3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini

cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner)

sehingga dipelukan usaha kolaboratif antara berbagai mata

pelajaran untuk memecahkannya.

4. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat

dipersempit dengan pembelajaran terpadu sehingga siswa akan

mampu berfikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir

praktis.41

3. Karakteristik Pembelajaran Integrasi

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu

meliputi:42

a. Berpusat pada anak

Karakteristik pertama yang ada pada pembelajaran terpadu ini

adalah bahwa proses pembelajaran menjadikan peserta didik sebagai

pemeran utama yang dituntut untuk aktif dalam berbagai hal terkait

dengan pembelajaran. Dengan kata lain para peserta didik akan

41
Koswara Yudaamijaya, Konsep dasar pembelajaran Terpadu, melalui http://ncosyuda.
blogspot.com /2012/11/.html; diakses senin 27 Oktober 2014 : 22.32.
42
Andrean Perdana, Pengertian, Ciri, Kelebihan, dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu,
melalui http://www.andreanperdana.com/2013/04/.html, diakses selasa, 28 Oktober 2014 : 20.57.

34
35

diarahkan untuk aktif dan bersikap kritis terhadap materi

pembelajaran. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak

sebagai fasilitator dan siswa sebagai aktor.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran

yang memberikan keleluasaan pada siswa seperti aktif mencari,

menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu

pengetahuan yang harus dikuasai dan dibutuhkan sesuai

perkembangannya.

b. Otentik

Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa

secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari sehinggan

dengan pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu ini para

peserta didik akan lebih diarahkan untuk mendapatkan pembelajaran

yang lebih faktual sehingga dengannya mereka akan lebih mudah

memahami sebuah materi pembelajaran yang bersifat abstrak.

c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas.

Salah satu yang paling mencirikan dari pembelajaran ini adalah

bahwa tidak adanya batasan yang jelas antar mata pelajaran sebagai

akibat dari pandangan pembelajaran ini yang memadukan berbagai

macam mata pelajaran dalam sebuah tema tertentu. Pembelajaran

terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari

35
36

beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi

tidak ditonjolkan sehingga memungkinkan siswa untuk memahami

suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran

diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan

dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses

Pembelajaran.

Pembelajaran ini fleksibel dan dapat disesuaikan menurut

perkembangan dari anak serta situasi dan kondisi pada saat

pembelajaran sehingga lebih efektif untuk digunakan. Pembelajaran

terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang

membentuk semacam jalinan antar skema yang dimiliki oleh siswa,

keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan

konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu

menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-

masalah nyata di dalam kehidupannya.

e. Bersikap luwes

Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran

lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan

dimana sekolah dan siswa berada.

36
37

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Pembelajaran

terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau

ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.43

1) Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat

perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari

beberapa bidang kajian sekaligus,tidak dari sudut pandang yang

terkotak-kotak.Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa

untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya

nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam

menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.

2) Bermakna.

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang

dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan

antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal

ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang

dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh

43
Fida Khairunn, Karakteristik Pembelajaran Terpadu, dalam http://surgailmu-kitapunya.
blogspot. ch/2012/10/.html, diakses, selasa 28 Oktober 2014; 22.46.

37
38

dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah

kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan

mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu

menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-

masalah yang muncul dalam kehidupannya.

3) Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara

langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui

kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil

belajarnya sendiri,bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan

pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum

pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa

bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.

4) Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam

pembelajaran,baik secara fisik,mental,intelektual,maupun emosional

guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan

mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga

mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.Dengan demikaian

pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas-

aktivitas dari masing -masing mata pelajran yang saling

38
39

terkait.Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema

yang disepakati bersma dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang

bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.

4. Tujuan Pembelajaran Integrasi

Pembelajaran integrasi selain dikembangkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang holistik seperti yang tertuang dalam PP no. 19 tahun

2005 tentang Standar Nasioanl Pendidikan, diharapkan peserta didik juga

dapat :

a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih

bermakna.

b. Mengembangkan ketrampilan menemukan, mengolah, dan

memanfaatkan informasi.

c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-nilai

luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

d. Menumbuhkembangkan ketrampilan sosial seperti kerjasama,

toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

e. Meningkatkan gairah dalam belajar

f. Memiliki kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan.44

44
Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari
Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 4.

39
40

5. Manfaat Pembelajaran Integrasi

Beberapa manfaat apabila menggunakan pembelajaran integrasi

antara lain :

a. Banyak topik-topik yang tertuang dalam mata pelajaran mempunyai

keterkaitan konsep dengan yang dipelajari peserta peserta didik.

b. Peserta didik dapat memanfaatkan ketrampilan yang dikembangkan dari

mempelajari keterkaitan antar mata pelajaran.

c. Peserta didik terlatih untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan

antar pelajaran, sehingga peserta didik mampu memproses informasi

dengan cara yang sesuai dengan daya pikirnya dan memungkinkan

berkembangnya jaringan konsep-konsep.

d. Membantu peserta didik memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk

dapat dikembangkan melalui ketrampilan dalam situasi nyata.

e. Membantu meningkatkan daya ingat (retensi) peserta didik dengan jalan

memberikan topik-topik dalam berbagai situasi dan kondisi.

f. Dapat mempermudah transfer pembelajaran, apabila situasi pembelajaran

dekat dengan kehidupan nyata peserta didik.45

45
Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari
Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 5.

40
41

6. Macam-macam Model Pembelajaran Integrasi

Sesuai dengan sifat materi dan cara memadukan konsep, ketrampilam

dan unit tematisnya, Robin Fogarty membagi model pembelajaran integrasi

menjadi 10 (sepuluh) level, kesepuluh model tersebut adalah :

a. Model Penggalan (Fragmented)

Model ini ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu

mata pelajaran saja. Misalnya,dalma mata pelajaran bahasa Indonesia

materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis

dapat dipadukan dalam materi pembelajaran ketrampilan berbahasa.

b. Model Keterhubungan (Connected)

Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir

pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-

butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang

misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.

c. Model Sarang (Nested)

Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk

penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.

Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan pembelajaran

pada pemahaman bentuk kata, makna kata,dan ungkapan dengan saran

pembuahan ketrampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya

berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi,

membuat ungkapan dan menulis puisi.

41
42

d. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)

Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik

antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam

roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau

dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah

perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada

periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna

kata.

e. Model Bagian (Shared)

Model Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran

akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau

lebih. Buir-butir pembelajaran tetang kewarganegaraan dalam PKn

misalnya,dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran Tata

Negara, PSPB dsb.

f. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model ini bertolakdari pendekatan tematis sebagai pemandu

bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat

mengikat kegaiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu

maupun lintas mata pelajaran.

g. Model Galur (Threaded)

Model Threaded merupakan model pemaduan bentuk

ketrampilan, misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam

42
43

matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap

cerita, dsb. Bentuk model ini terfokus pada meta kurikulum.

h. Model Keterpaduan (Integrated)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari

mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik

tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran

matematika,bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan

kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu,

misalnya IPA.

i. Model Celupan (Immersed)

Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam

menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan

dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar

pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran.

j. Model Jaringan (Networked)

Model Networked merupakan model pemaduan pembelajaran

yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan

masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa

43
44

mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang

berbeda.46

7. Model Pembelajaran Integrasi di Madrasah Tsanawiyah.

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas tiga model

pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan di

pendidikan dasar dan menengah adalah model keterhubungan (connected),

model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).47

a. Model Keterhubungan (Connected)

Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit

di dalam satu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topik ke topik

yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu ketrampilan ke

ketrampilan yang lain, satu tugas ke tugas berikutnya. Pada pembelajaran

model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha secara sadar untuk

menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu.

Sebagai contoh; guru menghubungkan/menggabungkan konsep

matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan

pinjam, bunga.48 Dalam pembelajaran IPS Sejarah guru bisa

menghubungkan antara Masa Pemerintahan Daendels di Indonesia dengan

46
Kukuh Andri Aka, Model-Model Pembelajaran Terpadu, http://belajarpendidikanku.
blogspot. com/2013/04/ , diakses pada hari Kamis, 4 Desember 2014 ; 22.35.
47
Novi Resmini, Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu, Bandung: UPI.tt.
48
Sukayati, Materi Diklat, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari
Pembelajaran Terpadu, Yogyakarta: PPPG, 2004, 5.

44
45

Revolusi Perancis di Eropa, akibat Perang Diponegoro dengan Tanam

Paksa.

Keunggulan dari model keterhubungan ini adalah :

1. Peserta didik memperoleh gambaran yang luas sebagaimana satu mata

pelejaran yang berfokus pada suatu aspek tertentu,

2. Peserta didik mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus

menerus sehingga terjadilah proses internalisasi,

3. Menghubungkan ide-ide dalam sutu mata pelajaran memungkinkan

peserta didik untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki,

serta mengasimilasi ide-ide secara terus-menerus sehingga

memudahkan terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan

masalah.

Sedang kelemahan dari model keterhubungan ini antara lain :

1. Masih kelihatan terpisahnya antar mata pelajaran,

2. Tidak mendorong guru untuk bekerja secara rutin sacara tim, sehingga

isi pelajaran tetap berfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta

ide-ide antar mata pelajaran,

3. Dalam memadukan ide-ide pada satu mata pelajaran, maka usaha untuk

mengembangkan keterhubungan antar mata pelajaran menjadi

terabaikan.49

49
Sutrisno Widodo, Materi Diklat, Evaluasi dalam pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar,
Surabaya : tt, 10-11.

45
46

b. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model pembelajaran ini adala model pembelajaran terpadu

yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan

menentukan tema yang kemudian dikembangkan menjadi sub-tema

dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran

yang terkait. Dari sub tema tersebut diharapkan aktivitas peserta didk

dapat berkembang dengan sendirinya.50

Sebagai contoh, Peserta didik dan guru menentukan tema,

misalnya tentang air. Maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan

tema air tersebut pada sub-sub tema, misalnya siklus air, kincir air,

waduk, air sungai, bisnis air mineral, yang terkabung dalam mata

pelajaran Matematika, IPA, IPS dan Bahasa.51

Kelebihan pembelajaran model jaring laba-laba adalah :

1. Adanya factor motivasional yang dihasilkan dari penyeleksi tema

yang sangat diminati.

2. Model jarring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru

yang belum berpengalaman.

3. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk

mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.

Adapun kelemahan pembelajaran model jaring laba-laba adalah :

50
Novi Resmini, Makalah, Model………., 7.
51
Sukayati, Materi Diklat; Pembelajaran…….., 5.

46
47

1. Langkah yang sulit dalam pembelajaran integrasi model jarring laba-

laba adalah menyeleksi tema.

2. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal,

sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam perencaan

kurikulum

3. Dalam proses pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan dari pada

pengembangan konsep.52

c. Model Terpadu (Integrated)

Model ini merupakan pembelajaran integrasi yang

menggunakan pendekatan antar mata pelajaran / bidang studi. Model

ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan

menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan ketrampilan, konsep,

dan sikap yang saling tumpah tindih di dalam beberapa mata pelajaran.

Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut

pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka

dalam model keterpaduan tema yang terkait dan betumpah tindih

merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru

dalam tahap perencanaan program. Langkah pertama guru menyeleksi

konsep-konsep, ketrampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu

semester dari beberapa mata pelajaran. Kedua, dipilih beberapa

52
Novi Resmini, Makalah Model……, 8.

47
48

konsep, ketrampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat

dan tumpang tindih diantara berbagai mata pelajaran.

Kelebihan dari model terpadu ini antara lain :

1. Memudahkan peserta didik untuk mengarahkan keterkaitan dan

keterhubungan di antara berbagai mata pelajaran.

2. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan

penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.

3. Mampu membangun motivasi

Sedang kelemahan model ini adalah :

1. Sulit diterapkan secara penuh

2. Menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai

konsep, sikap dan ketrampilan yang sangat diprioritaskan.

3. Model ini menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang

sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.53

B. Pendidikan Nilai

1. Pengertian Nilai

Nilai dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai banyak makna,

antara lain harga dalam arti taksiran harga; harga uang (dibandingkan dng

harga uang yg lain), angka kepandaian, kadar; mutu, banyak sedikitnya isi.54

Nilai juga diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau berguna bagi

53
Novi Resmini, Makalah Model……, 8-9.
54
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang : CV
Widya Karya, 2005, 337.

48
49

kemanusiaan. sesuatu yg menyempurnakan manusia sesuai dng hakikatnya/

etika.55 Dari pengertian ini dapat didefinisikan bahwa Nilai adalah sesuatu

yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas,dan berguna bagi manusia.

Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan

manusia.

Dudung Rahmat Hidayat menjelaskan tentang pengertian nilai sebagai

berikut :

a. Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa Latin valere (berguna,mampu

akan, berdaya, berlaku, kuat).

b. Nilai ditinjau dari segi harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan

hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek

kepentingan.

c. Nilai ditinjau dari segi Keistimewaan adalah apa yang dihargai, dinilai

tinggi atau dihargai sebagai sesuatu kebaikan. Lawan dari suatu nilai

positif adalah “tidak bernilai” atau “nilai negative”. Baik akan menjadi

suatu nilai dan lawannya (jelek, buruk) akan menjadi suatu “nilai

negative” atau “tidak bernilai”.

55
Kamus Bahasa Indonesia Online melalui http://kamusbahasaindonesia.org/nilai, diakses
pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 19.00.

49
50

d. Nilai ditinjau dari seudut Ilmu Ekonomi yang bergelut dengan kegunaan

dan nilai tukar benda benda material, pertama kali mengunakan secara

umum kata “nilai‟.56

Zakiyah Darajat mengartikan nilai sebagai perekat keyakinan atau

perasaan yang diyakini sebagai satu identitas yang memberikan corak khusus

kepada pola pemikiran , perasaan, keterikatan, maupun perilaku.57 Menurut

Rohmat Mulyana nilai diartikan sebagai rujukan dan keyakinan dalam

menentukan pilihan.58 Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis,

karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah, baik-

buruk, indah-tidak indah, adalah hasil proses psikologis. Termasuk kedalam

wilayah ini seperti hasrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan motif.59

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan kembali

bahwa nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

Sejalan dengan definisi itu maka hakikat dan makna nilai adalah berupa

norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan

rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang.

Untuk menanamkan sebuah nilai atau sesuatu yang bernilai agar menjadi

56
Dudung Rahmat Hidayat, Hakikat dan Makna Nilai, melalui http://file.upi.edu/ Direktori/
FPBS/jur._pend._bhs_arab/195204141980021..pdf, diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 19.49.
57
Zakiyah Darajat dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, 260.
58
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004, 11.
59
Dudung Rahmat Hidayat, Hakikat dan Makna Nilai, melalui http://file.upi.edu/ Direktori/
FPBS/jur._pend._bhs_arab/195204141980021..pdf, diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember 2014; 20.11.

50
51

sebuah kesadaran dan pedoman tingkah laku serta dapat menjadi sebuah

keyakinan maka diperlukan adanya proses pendidikan.

2. Macam-Macam Nilai

Secara sederhana macam-macam nilai dapat dibedakan menjadi :

a. Berdasarkan sumbernya : a) nilai Ilahiyah, b) nilai Insaniyah.

b. Dilihat dari ruang lingkup keberlakuannya : a) nilai universal, b) nilai

local.

c. Dari dimensi waktu keberlakuannya : a) nilai abadi, b) pasang surut, dan

c) temporal.

d. Didasarkan hakekatnya : a) nilai hakiki, b) Instrumental.

e. Menurut sifatnya : a) Nilai Subyektif, Obyektif Rasional, dan obyektif

Metafisik.60

Nilai-nilai Ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari Agama (wahyu).

Nilai ini bersifat statis dan mutlak kebenarannya. Ia mengandung kemutlakan

bagi kehidupan manusia selaku pribadi dan selaku anggota masyarakat, serta

tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti selera hawa nafsu manusia

dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan social dan tuntutan

individual.61 Nilai ini meliputi nilai ubudiyah dan amaliyah. Sedangkan nilai

insaniyah adalah nilai yang bersumber dari manusia, yakni yang tumbuh atas

60
runzzzz , Macam-macam nilai, melalui http://runzzzz.wordpress.com/2011/05/30/macam-
macam-nilai-menurut-prof-notonegoro-dan-waber-g-everet. diakses pada hari Jum‟at, 5 Desember
2014; 24.46.
61
Muhaimin dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1993,111.

51
52

kesepakatan manusia serta hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Ia

bersifat dinamis, mengandung kebenaran yang bersifat relatif dan terbatas

oleh ruang dan waktu. Termasuk dalam nilai insaniyah ini adalah nilai

rasional, social, individual, biofisik, ekonomi, politik, dan estetik.

Nilai Universal sebagai hasil pemilahan nilai yang didasarkan pada

sudut ruang berlakunya dipahami sebagai nilai yang tidak dibatasi

keberlakuannya oleh ruang, ia berlaku dimana saja tanpa ada sekat sedikitpun

yang menghalangi keberlakuannya. Sedangkan nilai lokal difahami sebagai

nilai yang keberlakuannya dibatasi oleh ruang, dengan demikian ia terbatas

keberlakuannya oleh ruang atau wilayah tertentu saja.

Nilai abadi, pasang surut dan temporer sebagai hasil pemilahan nilai

yang didasarkan atas masa keberlakuannya nilai, masing-masing

menunjukkan pada keberlakuannya diukur dari sudut waktu. Nilai abadi

difahami sebagai nilai yang keberlakuannya tidak terbatas oleh waktu, situasi,

dan kondisi. Ia berlaku sampai kapanpun dan tidak terpengaruh oleh situasi

maupun kondisi yang ada. Nilai pasang surut adalah nilai yang

keberlakuannya dipengaruhi oleh waktu. Sedangkan nilai temporal adalah

nilai yang keberlakuannya hanya sesaat, berlaku untuk saat tertentu dan tidak

untuk saat yang lain.

Pembagian nilai subyektif, nilai obyektif rasional, dan nilai obyektif

metafisik, masing-masing menunjuk pada sifat nilai. Nilai Subyektif adalah

nilai yang merupakan reaksi subyek terhadap obyek, hal ini tergantung kepada

52
53

masing-masing pengalaman subyek tersebut. Nilai obyektif rasional adalah

nilai yang merupakan esensi dari obyek secara logis yang dapat diketahui

melalui akal sehat. Sedangkan nilai obyektif metafisik adalah nilai yang

ternyata mampu menyusun kenyataan obyektif, seperti nilai-nilai agama.

Dari keseluruhan nilai diatas dapat dimasukkan ke dalam salah satu

dari dua kategori nilai, yaitu nilai hakiki dan nilai instrumental. Nilai hakiki

adalah nilai yang bersifat universal dan abadi. Nilai temporal bersifat lokal,

pasang surut dan temporal. Atas dasar kategori nilai diatas, maka nilai agama

sebagai nilai ilahiyah dapat dikategorikan sebagai nilai obyektif metafisik

yang bersifat hakiki, universal dan abadi.

3. Sumber-Sumber Nilai.

Dalam kajian etika sebagai salah satu cabang filsafat dijelaskan bahwa

terdapat dua sumber nilai (baik-buruk) yaitu :

a. Nilai Normatif yang bersumber dari buah pikiran manusia dalam menata

kehidupan social. Pada nilai ini kualitas baik-buruk merupakan tema

abstrak yang disifatkan pada muatan hokum positif, adat kebiasaan, adat

istiadat dan perilaku etis.

b. Nilai Preskiptif yang bersumber dari wahyu. Pada nilai preskiptif ini,

kualitas baik-buruk merupakan tema abstrak yang disifatkan pada perintah

dan larangan yang terdapat dalam wahyu serta perwujudan akhlak.62

62
Muhaimin dkk, Dimensi…………………, 21-22

53
54

Dari kedua sumber nilai diatas, akan mudah difahami bila dilihat

dengan skema seperti yang tergambar berikut ini:

Gambar 2.1
Sumber nilai dari segi filsafat

ETIKA
Salah satu cabang filsafat
(Ilmu yang mempelajari antara baik dan buruk)

Sumbernya
NILAI

Nilai Normatif Nilai Perspektif


Bersumber dari Akal Bersumber dari Wahyu
Fikiran Manusia

Hukum positif, Norma, Syari‟ah


Adat Istiadat (Kewajiban / Larangan)

Menurut Maksudin terdapat tiga sumber nilai, meskipun secara

substansinya sama, tetapi pendapatnya lebih cenderung melihat pada proses

dan hasil. Tiga sumber nilai tersebut adalah :63

63
Maksudin, Pendidikan Nilai Komprehensif; Teori dan Praktek, Yogyakarta: UNY Press
cetakan I, 2009, 21.

54
55

a. Sifat kodrati, diantaranya; manusia sebagai makhluk social dengan cirri-

ciri: pertama, selalu berkelompok (group base) baik bersifat konstektual

maupun kondisional, bersifat monomultiplex atau pluralistik, merupakan

insan politik yang terorganisir (zoon politicion, organized political man),

merupakan insan yang terkait dengan sejumlah lingkaran kehidupan (life

cycles) yang multi-aspek dan multi-waktu, dan lain sebagainya. Kedua,

hakekat kodrat tersebut dipengaruhi oleh tempat, waktu, dan kondisi.

Melalui interaksi, hakekat interaksi itu menyebabkan terjadinya proses

perkembangan manusia dan melahirkan produk the real thing of man atau

human being. Proses perkembangan tadi tidak bersifat ”tidak beraturan”

(normless), tetapi terikat dan terkendali oleh seperangkat tatanan, norma,

atau acuan (norm refrences).

b. Norma Acuan Hidup, yakni : norma agama, budaya agama, budaya adat

atau tradisi, hukum positif atau Negara, norma keilmuan, dan norma

metafisis (hal-hal gaib).

c. Dimensi sistem kehidupan manusia, seperti sistem nilai (value system),

sistem budaya (cultural system), sistem sosial (social system), sistem

personal (personal system), dan sistem organik (organic system).

4. Pendidikan Nilai

Pendidikan Nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri

55
56

seseorang.64 Pendidikan Nilai merupakan bantuan terhadap peserta didik agar

menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam

keseluruhan hidupnya. Pendidikan Nilai tidak hanya merupakan program khusus

yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan

program pendidikan.65 Adapun Sumantri memahami Pendidikan Nilai sebagai

suatu aktivitas pendidikan yang penting bagi orang dewasa dan remaja, baik di

dalam sekolah maupun di luar sekolah, karena “penentuan nilai” merupakan suatu

aktivitas penting yang harus kita pikirkan dengan cermat dan mendalam. Maka hal

ini merupakan tugas pendidikan (masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan

nilai-moral individu dan masyarakat.66

Dari tiga definisi di atas, dapat dimaknai bahwa Pendidikan Nilai adalah

proses bimbingan melalui suri tauladan, pendidikan yang berorientasi pada

penanaman nilai-nilai kehidupan yang didalamnya mencakup nilai agama, budaya,

etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki

kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh,

berakhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan

negara.

Kohlberg menjelaskan bahwa Pendidikan Nilai adalah rekayasa ke arah:

(a) Pembinaan dan pengembangan struktur dan potensi/komponen pengalaman

64
Kaswardi EK, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, Jakarta : PT Gramedia Widia
Sarana Indonesia, 1993, 21.
65
Mardiatmaja BS, Tantangan Dunia Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius, 1986, 7.
66
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses
pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 01.30.

56
57

afektual (affective component & experiences) atau “jati diri” atau hati nurani

manusia (the consiense of man) atau suara hati (al-qolb) manusia dengan perangkat

tatanan nilai-moral-norma. (b) pembinaan proses pelakonan (experiencing) dan

atau transaksi/interaksi dunia afektif seseorang sehingga terjadi proses klarifikasi

niai-moral-norma, ajuan nilai-moral-norma (moral judgment) atau penalaran nilai-

moral-norma (moral reasoning) dan atau pengendalian nilai-moral-norma (moral

control).67

Jika kita membahas tentang Pendidikan Nilai maka minimalnya berhubungan

dengan tiga dimensi, yakni: identification of a core of personal & social values,

philosopy and rational inquiry into the core, and decision making related to the

core based on inquiry and response. Pendidikan Nilai adalah pendidikan yang

mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi etika dan

norma-norma yang meliputi estetika, yaitu menilai objek dari sudut pandang

keindahan dan selera pribadi, serta etika yaitu menilai benar/salahnya dalam

hubungan antar pribadi.68

Secara umum Pendidikan Nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik

agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu

menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan

67
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses
pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 01.39.
68
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses
pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 01.45.

57
58

dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada perilaku yang baik

dan benar perlu diperkanalkan oleh para pendidik.69

Dari bebarapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Nilai

sebagai suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk

melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif dan

komitmen pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama. Pendidikan Nilai adalah

bentuk kegiatan pengembangan ekspresi nilai-nilai yang ada melalui proses

sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki

kualitas kognitif dan afektif peserta didik. Harapan kedepan perserta didik dapat

menyadari nilai kebenaran, kebaikan, kebersamaan, dan keindahan melalui proses

pertimbangan nilai yang tepat dan kebiasaan bertindak yang konsisten.

5. Tujuan Pendidikan Nilai

Pendidikan Nilai hendaknya dikembangkan pada diri dan bersifat umum

untuk setiap orang. Pendidikan Nilai merupakan proses membina makna-makna

yang esensial, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang memiliki

kemampuan untuk mempelajari dan menghayati makna esensial, makna yang

esensial sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Tujuan Pendidikan Nilai adalah menjadikan manusia berbudi pekerti.

Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami dan

menempatkan nilai-nilai secara integral dalam kehidupan mereka.70 Dalam proses

69
Mulyana R, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta, 2004, 119.
70
Mulyana R, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta, 2004. 119.

58
59

Pendidikan Nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik dimaksudkan

untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan komite APEID

(Asia and The Pasific Programme of Education Innovation for Development),

Pendidikan Nilai secara khusus ditujukan untuk: (a) menerapkan pembentukan

nilai kepada anak, (b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang

diinginkan, dan (c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai

tersebut. Dengan demikian tujuan Pendidikan Nilai meliputi tindakan mendidik

yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada perwujudan

perilaku-perilaku yang bernilai.71

C. Konsep Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran

1. Integrasi Pendidikan Nilai

Integrasi Pendidikan Nilai adalah proses memadukan nilai-nilai tertentu

terhadap sebuah konsep lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang koheren dan tidak

bisa dipisahkan, atau juga proses pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh

dan bulat. Implementasi konsep integrasi pendidikan nilai dalam pembelajaran dapat

dibagi dalam empat tataran yaitu ; tataran konseptual, institusional, operasional, dan

arsitektural.72

Dalam tataran konseptual, integrasi pendidikan nilai dapat diwujudkan

melalui perumusan visi, misi, tujuan dan program sekolah. Secara institusional,

integrasi dapat diwujudkan melalui pembentukan institusion culture yang

71
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/konsep-dasar-dan-filosofi-pendidikan.html. diakses
pada hari Senin, 8 Desember 2014 ; 11.11.
72
Sauri S, Integrasi Imtak dan imtek dalam pembelajaran, Makalah tidak diterbitkan, tt, 3.

59
60

mencerminkan paduan antara nilai dan pembelajaran. Dalam tataran operasional,

rancangan kurikulum dan ekstrakurikuler harus diramu sedemikian rupa sehinggga

nilai-nilai fundamental agama dan ilmu umum terpadu secara koheren. Sedangkan

dalam tataran arsitektural, integrasi dapat diwujudkan melalui pembentukan

lingkungan fisik yang berbasis iptek dan imtak, seperti sarana ibadah yang lengkap,

laboratorium yang memadai, serta perpustakaan yang menyediakan buku-buku ilmu

umum secara lengkap.

2. Strategi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran.

Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran nilai antara lain ;

a) strategi tradisional, b) strategi bebas, c) strategi reflektif, dan d) strategi

transinternal.73

Pertama, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi tradisional adalah

dengan memberikan nasehat atau indroktrinasi. Dalam strategi ini memberikan secara

langsung nilai-nilai mana yang baik dan mana yang buruk. Guru memiliki peran yang

menentukan, karena kebaikan/kebenaran datang dari atas dan siswa tinggal menerima

kebaikan/kebenaran itu tanpa harus mempersoalkan hakikinya.

Kelemahan dari strategi ini adalah menjadikan siswa hanya mengetahui atau

menghafal jenis-jenis nilai tertentu yang baik dan yang kurang baik, dan belum tentu

melaksanakannya. Penekanannya lebih bersifat kognitif, sementara segi afektifnya

kurang dikembangkan. Kelemahan lainnya terletak pada aspek pengertian siswa

terhadap nilai itu sendiri yang bersifat paksaan, dan paksaan akan efektif apabila
73
Muhaimin dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya : Karya Abditama, 1993, 131.

60
61

desertai dengan hukuman dan pujian yang bersifat material. Hal ini jelas tidak

mendorong keberhasilan pembelajaran nilai yang seharus mengembangkan kesadaran

internal pada diri peserta didik.

Kedua, Pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi bebas merupakan

kebalikan dari strategi tradisional. Guru tidak memberitahukan kepada siswa tentang

nilai-nilai yang baik dan buruk, tetapi siswa justru diberi kebebasan sepenuhnya

untuk memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya, karena nilai yang

baik bagi orang lain belum tentu baik pula bagi diri siswa sendiri. Dengan demikian

siswa memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menentukan nilai

yang baik dan tidak baik, peran siswa dan guru sama-sama terlibat aktif.

Strategi yang kedua ini juga ada kelemahannya, antara lain siswa belum tentu

mampu memilih nilai-nilai mana saja yang baik dan kurang baik bagi mereka, karena

itu bimbingan dan arahan dari guru diperlukan. Strategi ini lebih cocok digunakan

bagi orang-orang dewasa.

Ketiga, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi reflektif adalah

dengan jalan memadukan antara penggunaan pendekatan teoritik dan pendekatan

empirik, atau mengkombinasikan antara pendekatan deduktif dan induktif. Dalam

penggunaan strategi ini dituntut adanya konsistensi dalam penerapan kriteria untuk

mengadakan analisis terhadap kasus-kasus empirik yang kemudian dikembalikan

kapada konsep teoritiknya, diperlukan juga konsistensi penggunaan aksioma-aksioma

sebagai dasar deduksi untuk menjabarkan konsep teoritik ke dalam terapan pada

kasus-kasus yang lebih khusus dan operasional.

61
62

Keempat, pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi transinternal

merupakan cara untuk membelajarkan nilai dengan cara melakukan transformasi nilai

dilanjutkan dengan transaksi dan transinternalisasi. Guru dan siswa sama-sama

terlibat dalam proses komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi

verbal dan fisik, tetapi juga melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antar

keduanya.

Pembelajaran dengan strategi tersebut, guru berperan sebagai penyaji

informasi, pemberi contoh/teladan, serta sumber nilai yang melekat dalam pribadinya.

Siswa menerima informasi dan merespons stimulus guru secara fisik, serta

memindahkan dan mempolakan pribadinya untuk menerima nilai-nilai kebenaran

sesuai dengan kepribadian guru tersebut. Strategi ini yang dianggap sesuai dengan

pembelajaran nilai ketuhanan dan kemanusiaan.

Untuk mengintegrasikan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran,

Suwarna,74 menawarkan beberapa strategi sebagai berikut :

a. Strategi Penyajian Implisit

Pada umumnya buku-buku mata pelajaran tidak menyajikan pendidikan

nilai secara lugas dan jelas tetapi tersamar dan tersirat (kecuali pendidikan agama

dan PPKn). Pada kondisi yang demikian, pengajarlah yang harus memiliki daya

peka analisis terhadap fenomena pendidikan nilai yang terimplisit di dalamnya.

Setiap bacaan, contoh, jawaban, hendaknya memuat pendidikan nilai. Karena

74
Suwarna, Strategi Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Pembelajaran berbasis
Kompetensi, Jurnal Cakrawala Pendidikan vol 12, 33-37,
http;//eprints.uny.ac.id/482/1/strategi_integrasi.pdf., 2 juni 2010.

62
63

pendidikan nilai itu tidak disajikan secara tersurat. Pengajar bersama murid harus

mencari nilai-nilai apa sajakah yang terdapat dalam bacaan, contoh, soal, jawaban

dan sebagainya. Pengajar dan pembelajar harus mencari sendiri nilai-nilai yang

terintegrasi dalam pembelajaran. Apabila tidak ditemukan, pengajar harus mampu

mengembangkan dan menyisipkan nilai-nilai luhur pada materi pelajaran sesuai

dengan kontek.

Pengintegrasian pendidikan nilai secara implisit cukup menarik karena

beberapa hal. Pembelajaran dapat lebih hidup dan interaktif. Materi pembelajaran

dapat digunakan sebagai stimulan pelaksanaan diskusi. Dengan diskusi daya

analisis pembelajar semakin berkembang, melatih berbicara, mengolah argumen,

dan menghormati pendapat orang lain. Strategi tersebut juga memberikan

kesempatan pengajar untuk mengembangkan bahan ajar sesuai dengan tuntutan

tempat, situasi, kondisi, dan kebutuhan.

b. Strategi Penyajian Eksplisit

Berbeda dengan strategi implisit, pada strategi eksplisit ini semua nilai

disajikan secara jelas, tegas, dan tersurat. Cara eksplisit ini oleh Hurlock dalam

Suwarna disebut metode pengajaran nilai atau budi pekerti luhur secara

langsung.75 Hal ini dapat dilihat pada bacaan, contoh materi, soal yang secara

langsung mengarah pada pendidikan nilai. Misalnya, bacaan itu langsung

menyajikan tata karma orang bertamu, hak, tugas, dan kewajiban warga negara,

cinta tanah air, dan sebagainya. Contoh materi langsung mengacu pada kewajiban
75
Suwarna, Strategi Integrasi, ……………………… ……………., 26

63
64

hamba kepada Tuhan, kewajiban pembelajar, berbakti kepada pengajar, kewajiban

anak kepada orang tua, dan sebagainya.

Penyajian pendidikan nilai secara tersurat ini sangat memudahkan pengajar

dan pembelajar dalam mempelajari nilai-nilai luhur. Namun begitu, pembelajaran

menjadi monoton karena semua materi sudah tersedia di dalam buku pelajaran.

Pengajar hanya menyampaikan, pembelajar mengapresiasi. Oleh karena itu, agar

pembelajaran lebih dinamis, kreatif, dan efisien pengajar harus mampu

mengembangkan bahan ajar dengan berbagai teknik antara lain tugas yang analog

dengan materi pembelajaran (portofolio), mendiskusikan pendidikan nilai dengan

tata karma kehidupan dewasa ini, mempraktikkan pendidikan nilai, mengamati

fenomena budi pekerti yang terjadi di kalangan anak-anak remaja dan masyarakat.

Strategi implisit maupun eksplisit dapat memotivasi pembelajaran untuk

belajar pendidikan nilai secara mandiri.76 Kemandirian ini ditujukan dengan

kemampuan menganalisis berbagai fenomena pendidikan nilai yang kemudian

disajikan, didiskusikan, disimpulkan, dan diinternalisasikan dalam diri pembelajar.

c. Strategi Deduktif

Pada strategi ini, pengajar menyampaikan simpulan atau inti nilai-nilai

terlebih dahulu, baru kemudian dicari dalam materi (bahan bacaan, contoh, soal,

dan sebagai) atau pengajar menyampaikan pengertian secara umum, kemudian

disampaikan berbagai rincian dan contoh dari pengertian nilai-nilai tersebut.

Tehnik ini cocok untuk diterapkan kelas-kelas rendah. Semakin rendah kelas,
76
Suwarna, Strategi Integrasi ……………………………………………………………………….27

64
65

semakin rendah pula tuntutan untuk berfikir analitis. Taraf apresiasi atau

pemahaman pembelajar lebih besar dari pada daya analitis.

Apabila pendidikan ini belum disajikan secara tersurat, pengajar tetap bisa

menggunakan langkah-langkah pembelajaran deduktif seperti berikut ini. Namun

langkah-langkah pembelajaran berikut memerlukan bimbingan yang lebih besar

dari pada untuk pembelajaran yang lebih dewasa.

Pembelajaran secara deduktif dilaksanakan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Pengajar mencari atau menentukan nilai-nilai yang ada dalam satu bacaan,

kasus, cerita fiksi dan nonfiksi, berita di televise, CD, dan sebagainya. Ini

semua dapat menjadi media dalam pembelajaran nilai.

2. Inti nilai-nilai tersebut disampaikan kepada pembelajar.

3. Pembelajar mencari nilai-nilai yang terintegrasi dengan cara melakukan

analisis sederhana pada bacaan, materi, soal, dan sebagainya. Pembelajar

menunjukkan bukti kutipan atau deskripsi yang menunjukkan nilai-nilai yang

menjadi acuan.

4. Untuk lebih menginternalisasikan nilai-nilai yang dipelajari, pembelajar dapat

bermain peran dengan menjadi tokoh yang memiliki nilai-nilai tersebut.

5. Membuat klasifikasi terhadap nilai-nilai yang disampaikan pengajar pada awal

pembelajaran.

65
66

Dengan teknik ini pengajar dapat mengoptimalkan tehnik berdiskusi, kerja

kelompok, tugas, bermain peran, Tanya jawab, demontrasi, dengan meminimalkan

tehnik ceramah, tetapi memberdayakan dan membudayakan potensi pembelajar.

d. Strategi Induktif

Strategi induktif ini adalah kebalikan dari strategi deduktif. Dalam strategi

ini, pengajar langsung meminta kepada pembelajar untuk membaca, meneliti,

mengkaji nilai-nilai yang terintregasi, kemudian mendiskripsikan dan

menyimpulkan nilai-nilai tersebut. Pembelajar perlu melakukan coba-coba (trial

and error). Coba-coba ini akan membawa anak pada ketajaman analitis dan

akhirnya berhasil dalam mengidentifikasi nilai-nilai luhur (trial and error and

sucses).

Strategi ini lebih cocok untuk kelas atas (dewasa) dari pada kelas bawah.

Strategi induktif sesuai dengan prinsip pendidikan andragogi, yaitu pendidikan

untuk orang dewasa. Meraka tidak suka lagi menghafal. Akan tetapi,

memberdayakan kemampuan, daya peka,analitis, dan imajinasi untuk mengkaji

suatu fenomena pendidikan nilai. Dengan strategi ini mereka juga merasa diakui

dan diberi keleluasaan untuk berfikir dan berpendapat.

Langkah-langkah pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi induktif

adalah sebagai berikut :

1. Pengajar mencari dan memfasilitasi materi dengan materi yang mengandung

nilai dari berbagai kasus, majalah, surat kabar, rekaman, dan sebagainya.

Materi tersebut kemudian diberikan atau disajikan kepada pembelajar.

66
67

2. Pembelajar mencari dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam

materi-materi yang disajikan tersebut.

3. Selanjutnya, pembelajar mendiskripsikan nilai-nilai yang telah teridentifikasi.

4. Nilai-nilai yang telah teridentifikasi kemudian didiskusikan bersama-sama.

5. Pembelajar bersama pengajar menyimpulkan nilai-nilai yang telah dipelajari

tersebut

3. Evaluasi Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran

(pengumpulan data dan inforrmasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan

untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa

setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai pembelajaran yang

ditetapkan.77

Tujuan evaluasi belajar menurut Hamalik meliputi :

a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-

tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.

b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan

belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing kelas.

c. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan remedial

(perbaikan).

d. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong


77
Hamalik, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995, 171.

67
68

motivasi siswa dengan cara mengenal kemajuaannya sendiri dan

merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa sehingga guru

dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi

yang berkualitas.

f. Memberikan informasi yang tetap untuk membimbing siswa memilih sekolah

atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan bakatnya.

Dalam mengevaluasi proses integrasi pendidikan nilai, dapat menggunakan

teknik penilaian 5 P (papers, portofolio, project, product, and performance).

Penilaian 5 P ini benar-benar diarahkan pada kontek pendidikan nilai dalam

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Penilaian paper adalah penilaian tertulis.

Hendaknya tes-tes tertulis juga mempertanyakan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya. Portofolio merupakan kumpulan tugas, prestasi, keberadaan diri atau

potret diri keseharian pembelajar. Project merupakan tugas tersetruktur. Sebagai

tugas terstruktur, project bersifat wajib. Hal ini biasanya terkait dengan fenomena

pendidikan nilai yang harus dikaji, dianalisis, dan dilaporkan oleh pembelajar.

Product adalah hasil karya pembelajar atau kreativitasnya. Pembelajar

dapat membuat karya-karya kreatif atas inisiatif sendiri, misalnya menghasilkan

cerita pendek, karikatur atau membuat puisi yang memuat budi pekerti.

Performance adalah penampilan diri. Sebenarnya, hakekat dari pendidikan nilai

adalah realisasi budi pekerti luhur dalam berbicara, bertindak, berperasaan,

bekerja, dan berkarya. Singkatnya adalah cipta, rasa, dan karsa dalam kehidupan

68
69

sehari-hari. Jika pembelajar telah dapat menampilkan budi pekerti luhur, berarti

internalisasi dan aplikasi pendidikan nilai telah tercapai.78

D. Pendidikan IPS Sejarah

1. Pengertian IPS Sejarah

Pendidikan IPS Sejarah adalah merupakan bagian dari integrasi berbagai

cabang Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti yang dikemukakan oleh Sumantri

Pendidikan IPS adalah seleksi dari sisiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta

kegiatan dasar yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan

pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.79 Sejarah merupakan studi tentang

manusia sebagai individu maupun kelompok dalam konteks waktu dan ruang.

Sejarah adalah studi tentang kehidupan masyarakat yang senantiasa mengalami

perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup manusia akan

memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia kelak.80

Menurut kamus besar bahasa Indonesia sejarah artinya : silsilah; asal usul

keturunan; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.81

Kata sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu

mengambil-alihnya dari kata Arab, syajarah. Kata itu masuk ke dalam bahasa

Melayu setelah akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam

78
Suwarna, Strategi Integrasi Pendidikan……………… 33-37.
79
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandun; PT Remaja Rosdakarya, 2012,
11.
80
Kuswoyo, Arti Sejarah, melalui https://sites.google.com/site/sketsadamai/ home/sej
/metode /artisej,diakses pada hari Rabu, 17 Desember 2014, 20.05.
81
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, Semarang : CV
Widya Karya, 2005, 464.

69
70

semenjak abad ke-VIII. Ada bermacam-macam kemungkinan arti kata syajarah,

yaitu : pohon, keturunan, asal-usul, dan juga diidentikkan dengan silsilah, riwayat,

babad, tambo, dan tarikh. Lidah Melayu mengucapkan kata itu menjadi sejarah.82

Kata “sejarah” yang berasal dari bahasa Arab “sajaratun” yang berarti

pohon. Hal itu karena pada awalnya kata sejarah digunakan untuk menyebut ilmu

yang mempelajari asal usul keturunan (genealogi) seseorang. Akan tetapi ketika

obyek perhatiannya berkembang menjadi asal usul sebuah peristiwa, maka ilmu

sejarah berubah menjadi ilmu yang mempelajari asal usul peristiwa yang pernah

terjadi.

Semenjak abad ke-XV masuk pula kebudayaan Barat di Indonesia.

Terjadilah akulturasi yang kedua membawa kata-kata geschjedenis, historie

(Belanda), history (Inggris) yang pengertiaanya sama. Dalam kata history yang

diekuivalenkan denga sejarah dalam bahasa Indonesia terhimpun pengertian

harfiah :83

(a) Sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa, suatu kejadian;

(b) Riwayat dari yang tersebut dalam ayat 1;

(c) Semua pengetahuan tentang masa lalu :

1. duduk persoalan tertentu pada umumnya,

2. khususnya tentang masyarakat tertentu ;

(d) Ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan.

82
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981, 1.
83
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah………………………………………………………… 2.

70
71

Dengan uraian pengertian diatas, definisi sejarah dapat dirumuskan sebagai

berikut: “Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya

sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan

fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian

tentang apa yang telah berlalu itu.”84

Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan

bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa di masa kini.

Di dalam sejarah terdapat mauidhah-pelajaran dan haq-kebenaran, rahmat, dan

huda-petunjuk bagi orang-orang yang mengerti dan beriman. Sejarah sebagai

landasan dasar penuturan wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW berdampak

akbar dalam mengubah karsa, rasa, dan cipta umat yang mengimaninya. Tanpa

sejarah yang benar, manusia akan kehilangan jati dirinya.85

Dalam masa pembangunan dewasa ini, salah satu fungsi pendidikan adalah

mengembangkan kesadaran nasional sebagai daya mental dalam proses

pembangunan nasional dan identitasnya. Struktur kepribadian nasional tersusun

dari karakteristik perwatakan yang tumbuh dan melembaga dalam proses

pengalaman sepanjang kehidupan bangsa. Dengan demikian kepribadian dan

identitasnya bertumpu pada pengalaman kolektif, yaitu sejarahnya. Dalam kontek

pembentukan identitas bangsa, maka pembelajaran sejarah mempunyai fungsi

yang fundamental. Pembelajaran sejarah tidak saja menjadi wahana memahami

84
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981,, 13.
85
Suryanegara, AM, Api Sejarah 2, Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010, vii.

71
72

keagungan masa lampau dan pengembangan kemampuan intelektual ataupun

center for excellence, tetapi juga menjadi wahana dalam upaya memperbaiki

kehidupan social, budaya, politik, dan ekonomi. Sejarah juga memiliki nilai

praktis dan pragmatis bagi siswa untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.86

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Bangsa yang

tidak pernah menoleh ke belakang, atau tidak mau mempertimbangkan masa

lampau, tidak akan dapat mencapai tujuan. Karena sejarah merupakan saksi

sekaligus sekaligus bukti yang tidak saja menggambarkan realitas dan kenangan-

kenangan indah, tapi juga menyuguhkan kebenaran peristiwa yang bisa dijadikan

pedoman hidup bagi masa kini dan masa yang akan datang. Dengan kata lain,

sejarah adalah guru bagi kehidupan (magistra vitae).87

Dalam masalah pembangunan, mulai dari rencana, kita sampai pada

masalah sejarah. Rencana memakai sejarah sebagai bahan. Pembangunan memakai

rencana sebagai alat. Dalam hubungan inilah, kita melihat bahwa pembangunan

yang kita hadapi dewasa ini, mempunyai hubungan dengan sejarah. Apabila kita

hendak melakukan pembangunan, kita harus sadar tentang apa yang akan kita

lakukan. Tujuan kita harus pasti. Dalam merencanakan pembangunan, kita harus

benar- benar paham akan keadaan masyarakat dan negara kita sekarang. Tanpa

memahami keadaan sekarang, kita akan melakukan perhitungan-perhitungan yang

86
Rudi Gunawan, Pendidikan IPS, Filosofi, Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013,
177-178
87
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta; Ar-ruzz Media, 2007,
5.

72
73

keliru atau meleset. Untuk betul-betul memahami keadaan sekarang, kita harus

mengerti keadaan masa lalu. Masa lalu adalah sebab dari masa kini. Dengan

demikian, nyatalah bahwa usaha pembangunan tidak mungkin dilakukan dengan

sempurna tanpa mengetahui sejarah Indonesia.88 Berdasarkan uraian diatas,

dapatlah disimpulkan betapa pentingnya peranan pengajaran sejarah.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS Sejarah

Meskipun sejarah membicarakan masa lalu, tetapi yang menjadi perhatian

sesungguhnya adalah masa kini, dan tujuannya adalah masa datang. Sejarah adalah

politik masa datang. Yacob Burckhardt menyebut sejarah sebagai historia vitae

magistra. Apa yang pernah merupakan suka dan duka, haruslah menjadi

pengetahuan dan kebijaksanaan. Dari pengalaman, kita tidak saja ingin arif untuk

lain kali, tetapi bijaksana untuk selanjutnya. Karena untuk memahami masa kini,

kita harus mengerti masa lalu, karena masa lalu adalah pangkal masa lalu, dan

masac kini adalah ujung masa lalu. Hanya dengan mengerti masa lalu, dan

memahami sepenuhnya masa kini, kita dapat merencanakan masa depan (yang

lebih baik) yang merupakan muara dari masa lalu dan masa kini.89

Mata pelajaran IPS Sejarah menurut permendiknas no. 22 tahun 2006

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

88
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1981, viii-
ix.
89
Wiyono, Metode Penulisan Sejarah, Semarang : IKIP Pres, 1990, 9.

73
74

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d.Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.90

Dalam standar kompetensi inti yang dirumuskan dalam rancangan

kurikulum 2013 dengan tegas dituliskan ada empat domain utama tujuan mata

pelajaran Sejarah. Bila diringkas empat inti tujuan pelajaran sejarah ini adalah: 1)

mengembangkankan penghayatan terhadap ajaran agama, 2) mengembangkan

perilaku positif, 3) mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan (sejarah) untuk

menghadapi kejadian-kejadian aktual, dan 4) mempu mengembangkan ilmu

pengetahuan yang dipelajari.91

Dengan membaca dan mengakrabkan peserta didik dengan fakta-fakta

sejarah secara detail, maka pelajaran sejarah menjadi menarik dan dapat memberi

pengaruh kepada peserta didik. Pengajaran sejarah dapat juga berfungsi dalam

mengembangkan kepribadian peserta didik terutama dalam hal:92

a. Mengembangkan perhatian serta minat kepada sejarah masyarakatnya sebagai

suatu kesatuan komunitas. Tentu saja dalam kesatuan komunitas realitas tidak

90
Tim Redaksi Ma‟arif Press, Himpunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MTs/SMP,
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Semarang, PW. LP Ma‟arif Jawa Tengah,
2006. 71.
91
Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah.
92
Tuan guru, fungsi pembelajaran sejarah melalui http://www.tuanguru.com/2012/07/fungsi-
pembelajaran-sejarah.html, diakses pada hari sabtu, 20 Desember 2014 ; 23.00.

74
75

berjalan serasi, selaras dan seimbang begitu saja, melainkan ada ketegangan,

konflik dan sebagainya.

b. Mendapat inspirasi dari cerita sejarah, baik dari kisah-kisah kepahlawanan

maupun peristiwa-peristiwa yang merupakan tragedi nasional untuk

menciptakan kehidupan yang lebih baik.

c. Memupuk kebiasaan berpikir secara kontekstual, terutama dalam me-ruang dan

mewaktu tanpa menghilangkan hakikat perubahan yang terjadi dalam proses

sosio-kultural.

d. Tidak mungkin terjebak pada opini, karena dalam berpikir lebih kritis dan

rasional dengan dukungan fakta.

e. Menghormati dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Fungsi dan peranan sejarah yang lain:

a. Sejarah sebagai pengawal luhur budaya bangsa dan penyambung generasi.

b. Sejarah sebagai pemberi motivasi dan semangat perjuangan.

c. Sejarah dapat menjernihkan jiwa dan pemikiran manusia.

d. Sejarah sebagai wadah harmonisasi kehidupan sosial.

e.Sejarah sebagai alat perencanaan pembangunan.

f. Sejarah sebagai pendorong kebangkitan nasional.

g. Sejarah membentuk identitas dan kepribadian nasional.

Pembelajaran sejarah di sekolah, dilihat dari tujuan dan penggunaannya, dapat

dibedakan atas sejarah empiris dan sejarah normatif. Sejarah empiris menyajikan

subtansi kesejarahan yang bersifat akademis (untuk tujuan yang bersifat ilmiah).

75
76

Sejarah normatif menyajikan subtansi kesejarahan yang dipilih menurut ukuran

nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan yang bersifat normatif, sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional. Berkait dengan itu pelajaran sejarah di sekolah paling

tidak mengandung dua misi, yakni; (1), untuk pendidikan intelektual dan (2),

pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan, pendidikan pembinaan moralitas,

jatidiri, nasionalisme dan identitas bangsa.93

3. Karakteristik Mata Pelajaran IPS Sejarah.

Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga

halnya dengan mata pelajaran IPS Sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran

IPS Sejarah adalah sebagai berikut:94

a. Sejarah terkait dengan masa lampau. Masa lampau berisi peristiwa, dan setiap

peristiwa sejarah hanya terjadi sekali. Jadi pembelajaran IPS sejarah adalah

pembelajaran peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang telah

terjadi. Sementara materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk masa kini

berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada. Karena itu dalam pembelajaran

sejarah harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumber-sumber dan tidak

memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihak-pihak tertentu.

93
http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html, diakses pada
hari ahad, 21 Desember 2014, 09.05.
94
http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html, diakses pada
hari ahad, 21 Desember 2014, 10.00.

76
77

b. Sejarah bersifat kronologis. Oleh karena itu dalam mengorganisasikan materi

pokok pembelajaran sejarah haruslah didasarkan pada urutan kronologis

peristiwa sejarah.

c. Sejarah ada tiga unsur penting, yakni manusia, ruang dan waktu. Dengan

demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus selalu diingat

siapa pelaku peristiwa sejarah, di mana dan kapan.

d. Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah.

Sekalipun sejarah itu erat kaitannya dengan waktu lampau, tetapi waktu lampau

itu terus berkesinambungan. Sehingga persepktif waktu dalam sejarah, ada

waktu lampau, kini dan yang akan datang. Dalam mendesain materi pokok

pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan persoalan masa kini dan masa

depan. Terutama dalam menyisipkan iman dan taqwa kepada sang khaliq,

kecakapan hidup (life skill), multi culture dan lain sebagainya.

e. Sejarah ada prinsip sebab-akibat. Dalam merangkai fakta yang satu dengan fakta

yang lain, dalam menjelaskan peristiwa sejarah yang satu dengan peristiwa

sejarah yang lain perlu mengingat prinsip sebab-akibat, dimana peristiwa yang

satu diakibatkan oleh peristiwa sejarah yang lain dan peristiwa sejarah yang

satu akan menjadi sebab peristiwa sejarah berikutnya.

f. Sejarah pada hakikatnya adalah suatu peristiwa sejarah dan perkembangan

masyarakat yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seperti agama,

keyakinan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan oleh karena dalam memahami

sejarah haruslah dengan pendekatan multidimensional, sehingga dalam

77
78

pengembangan materi pokok dan uraian materi pokok untuk setiap topik/pokok

bahasan haruslah dilihat dari berbagai aspek.

4. Peran Strategis Pembelajaran IPS Sejarah

Pendidikan nasional diselenggarakan dalam rangka pengembangan

keseluruhan kepribadian. Jadi tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan

kemampuan berfikir semata, melainkan juga mengembangkan watak, sikap dan

ketrampilan. Pembelajaran IPS sejarah di sekolah/Madrasah sebagai salah satu

komponen pendidikan diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Eksistensi pembelajaran IPS sejarah

bukan hanya sekedar sebagai bahan dialog, melainkan lebih dari itu, yaitu agar

peserta didik mampu memahami dan mengerti masa kini atas dasar perspektif

masa lampau.

Pemahaman dan pengertian siswa tentang kekinian atas dasar perspektif

sejarah akan memberikan nilai lebih, karena tidak hanya sekedar mengetahui

fakta-fakta saja, melainkan juga memahami sebab akibat serta makna yang

terkandung di dalamnya, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan motivasi

untuk memahami makna sejarah untuk keperluan hidupnya. Dengan dasar

pengertian seperti itu, kiranya tidak berlebihan apabila kita menaruh harapan besar

terhadap pembelajaran IPS sejarah di sekolah/madrasah dalam ikut membina sikap

agamis dan sosial peserta didik.

Melalui pembelajaran sejarah manusia akan menemukan identitas dirinya.

Mengenal diri sendiri berarti mengetahui apa yang dilakukannya, dan nilai sejarah

78
79

terletak pada kenyataan bahwa ia mengajarkan apa yang telah dilakukan oleh

manusia. Pengajaran sejarah selain bertugas memberikan pengetahuan kesejarahan

(kognitif), juga memperkenalkan pengalaman hidup manusia pada masa lampau

(afektif). Fungsi pengajaran sejarah selain memupuk alam fikiran kearah

kesadaran sejarah, dan memberi pola pikiran kearah cara berfikir rasional dan

kritis dengan dasar faktual, juga akan mengembangkan fikiran dan penghargaan

terhadap nilai-nilai kemanusiaan.95

Pembelajaran IPS sejarah yang diselenggarakan dengan baik tidak saja

akan mengembangkan ranah kognitif, tetapi dapat juga mengembangkan ranah

afektif, bahkan psikomotor. Ranah-ranah tersebut berinteraksi dan secara bersama

membentuk keseluruhan sikap, rasa bangga, harga menghargai dan sejenisnya

dapat diwujudkan dalam kegiatan belajar melalui kegiatan mental yang berbentuk

peningkatan iman dan taqwa, menghargai kebenaran, keadilan, kemauan untuk

menghargai bukti sebagai landasan pengambilan keputusan, kasih sayang pada

orang tua, orang lemah, toleransi pada orang lain dan sebagainya.

Pengajaran sejarah dengan demikian sangat tepat menjadi obyek

pembentukan sikap, artinya melalui pengajaran sejarah dapat dikembangkan sikap

tertentu bagi siswa, baik positif maupun negatif. Sebab dalam beberapa hal, sikap

lebih merupakan sesuatu yang dikembangkan daripada sesuatu bawaan sejak lahir

95
Cahyo Budi Utomo, Peran Afektif Pengajaran Sejarah di Sekolah, Makalah, IKIP
Semarang, tidak diterbitkan, 2.

79
80

dan “sikap seseorang itu dapat dibentuk melalui pemberian informasi yang

persuasif”.96

Berdasarkan fakta diatas menurut penulis sangat jelas betapa strategisnya

pembelajaran IPS Sejarah bagi pembentukan sikap dan karakter peserta didik.

Suka duka perjuangan para pendahulu akan membawa sikap peserta didik

mencintai tanah airnya. Keshalihan para suhada akan membawa sikap siswa yang

agamis. Kegagalan masa lampau akan membawa sikap peserta didik untuk

bijaksana di masa depan, sebaliknya keberhasilan dan kejayaan masa lampau akan

menjadi motivasi bagi peserta didik untuk giat belajar, bekerja, dan berusaha.

96
Cahyo Budi Utomo, Peran Afektif Pengajaran Sejarah ………………., 3.

80
BAB III

PRESENTASI DATA /

LAPORAN HASIL PENELITIAN


Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di bagian tata usaha dan

wawancara dengan kepala tata usaha maka didapatkan data sebagai berikut :

A. Profil MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.97

1. Nama dan Alamat : MTs Ma‟arif Wadas Desa Wadas Kecamatan

Kandangan Kabupaten Temanggun Provinsi

Jawa Tengah.

2. Nama Yayasan : Lembaga Pendidikan Ma‟arif UNTemanggung

3. Visi Madrasah : Mewujudkan peserta didik yang Cerdas,

berprestasi dan berahlakul karimah.

4. Misi Madrasah : a. Melaksanakan pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif , efektif dan menyenangkan

( PAIKEM ).

b. Menyiapkan generasi penerus yang cerdas

dan berakhlak mulia.

c. Melaksanakan pembinaan olah raga, seni

budaya dan kreatifitas siswa secara intensif.

5. NSS / NDS : 212332306017

97
Sumanto, Profil Madrasah, Observasi dan Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 09.00 di
ruang tata usaha.

81
82

6. Tanggal didirikan : 10 Oktober 1964

7. Tahun beroperasi : 1964

8. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi A ( Sangat Baik )

9. Status Tanah / bangunan : Milik sendiri

10. Luas Bangunan : 1225 m2 Luas Tanah = 3325 M2

11. Keadaan siswa tahun pelajaran 2014/2015

Tabel 3.1. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015

JUMLAH
NO KELAS KETERANGAN
SISWA
1 VII 65 3 rombongan belajar
2 VIII 78 3 rombongan belajar
3 IX 82 2 rombongan belajar
JUMLAH 225 8 rombongan belajar ( 7 kelas )
1 kelas menggunakan ruang lab. IPA
Keterangan : Jumlah siswa kurang mampu = 51 anak

12. Rencana Pengembangan Tahun 20014 – 2017 = 9 Kelas

13. Prestasi Siswa 5 tahun terakhir :

a. Peringkat 10 besar Ujian Nasinal SMP/MTs Negri/Swasta Kab.

Temanggung tahun 2010

b. Band Favorit PeIajar SMP/MTs Kab Temanggung tahun 2010.

c. Juara II, Band Favorit, Best Bassis Festival Band PeIajar SMP/MTs

Kabupaten Temanggung tahun 2011.

d. Juara 1 Tenis Meja ganda putra PORSEMA MTs se-Kabupaten

Temangggung tahun 2012

e. Juara II MTQ Pelajar Kab. Temanggung di Ngadirjo tahun 2013

82
83

f. Juara I Tenis Meja ganda putra AKSIOMA MTs se-Kabupaten

Temanggung 2014

g. Juara II Karya Ilmiah Guru dalam HAB Kemenag 201398

14. Data Ruang

Tabel 3.2 . Data ruang MTs Ma‟arif Wadas99

Jenis Jumlah Ukuran Keadaan Keterangan


Ruangan
Masih kurang 2
Kelas 7 ruang 7X8m Baik
(dua) Ruang Kelas
R. Kepala 1 ruang 4X6m Baik
R. Guru 1 ruang 7X8m Baik
R. Tata
1 ruang 6X7m Baik
Usaha
R. Penjaga /
1 ruang 3X4m Baik
dapur
Tidak bisa
Tidak menampung
Perpustakaan 1 ruang 5X7m
Standar kebutuhan buku dan
kunjungan siswa
Terdapat 10 unit
Komputer Swadaya
Wali Murid tahun
Lab. 2008 yang sudah
1 ruang 5X7m Baik
Komputer waktunya diganti
karena 3 unit
mengalami
kerusakan
Sementara dipakai
Lab. IPA 1 7x8 Ada untuk ruang kelas
karena kurang
Lab. Bahasa - - Belum ada
R.
- - Belum ada
Ketrampilan
R. BP/BK 1 4x5 Baik
98
Mahlubin, Data Prestasi Madrasah, Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 10.00 di ruang
guru.
99
Data Ruang, Observasi, Selasa 9 Desember 2014, 10.00

83
84

R. Aula - - Belum ada


R. UKS 1 3X4 Baik
Mushola 1 7x7 Baik

15. Data Mebelair

Tabel 3.3. Data Mebelair100

Mebelair Jumlah Kondisi Keterangan


Meja Siswa 130 buah 100 buah Baik 10 rusak berat,
20sedang
Kursi Siswa 260 buah 241 buah baik 19 rusak sedang
Meja Kursi 13 set Baik kurang 7 sett
Guru
Almari kantor 5 buah 3 buah baik 2 buah rusak, butuh
tambahan 4 buah

16. Fasilitas Penunjang Pembelajaran

Tabel 3.4. Fasilitas Penunjang Pembelajaran101

Fasilitas Jumlah Kondisi Keterangan


Laptop pembelajaran 2 unit Baik
Komputer Tata 2 Unit Baik
Usaha
LCD 5 Unit Baik Perlu tambahan 3
Handycam 1 sett Baik
TV 29‟ 2 Unit Baik
Pemancar Parabola 1 sett Baik
Jaringan Telp/Intrnet 1 sett Baik

100
Data Ruang, Observasi, Selasa 9 Desember 2014, 11.00.
101
Wahyu Hidayat, Daftar Inventaris barang, Wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 09.30 di
ruang tata usaha.

84
85

17. Kamar Mandi/Toilet

Tabel 3.5. Kamar Mandi/Toilet

Fasilitas Jumlah Keadaan Keterangan


KM/WC Guru 2 buah Baik
KM/WC siswa Putra 1 buah Baik Perlu
tambahan 2
KM/WC Siswa Putri 2 buah Baik Perlu
tambahan 1

18. Sumber Air Bersih : Sumur dengan pompa listrik

Debit Air : Cukup

Kuantitas : Baik

19. Sumber Listrik : PLN 1300 Watt

20. Kebutuhan Ruang :

a. Perpustakaan : 1 ( satu ) ruang

b. Ruang Kelas : 2 ( dua ) ruang

c. Lab. Bahasa : 1 ( satu ) ruang

d. Ruang Media : 1 ( satu ) ruang

e. R. Ketrampilan : 1 ( satu ) ruang

f. Ruang UKS : 1 ( satu ) ruang

g. WC Siswa : 2 ( dua ) ruang

21. Kubutuhan Mebelair :

a. Meja Siswa : 20 buah

b. Kursi Siswa : 40 buah

85
86

c. Meja Kursi Guru : 10 sett

d. Almari kantor : 4 buah

e. Almari Kelas : 8 buah

22. Kebutuhan Sarana Penunjang:

a. Media peningkatan IMTAQ : Al Quran terjemahan 10 set

b. LCD : 3 buah

c. Laptop 10 unit untuk penggantian 10 unit komputer pada ruang

laboratorium komputer yang sudah tidak layak pakai.

d. Sarana Olah Raga ( Bola Voley, Bola Sepak (3 buah) dan Matras 1 sett

f. Alat Musik Band masih kurang 1 buah gitar dan 1 buah bass

23. Jumlah Guru / Karyawan :

a. Guru PNS diperbantukan : 2 Orang

b. Guru Tetap Yayasan : 9 Orang

c. Guru Tidak Tetap : 7 Orang

d. Staf Tata Usaha : 2 Orang

e. Penjaga : 1 Orang

Jumlah : 21 Orang

24. Sumber Dana Operasional dan Perawatan

a. Iuran Wali Murid / Komite : Rp. 30.000,- / bln/ wl mrd ( kecuali

yang tidak mampu )

b. Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )

86
87

25. Rekening Bank:

a. BNI Taplus No. 0149954946

b. Bank Jateng No. 3-014-08711-3

c. BRI Unit Kandangan Temanggung 6917-01-008319-53-5

B. Letak Geografis MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan wakil kepala bidang

kesiswaan diperoleh data bahwa MTs Ma‟arif Wadas terletak di dusun

Jengkeling desa Wadas kecamatan Kandangan. Berada pada jalur jalan raya

yang menghubungkan kecamatan Kandangan dengan pusat kota Temanggung,

kurang lebih 5 km dari kota Temanggung dan 1 Km dari kantor kecamatan

Kandangan. Lokasinya sangat strategis karena akses transportasi mudah,

namun ada tantangan yang dihadapi karena dikelilingi oleh sekolah/madrasah

yang lain yaitu :

1. Tersebar di sebelah utara terdapat SMP Negeri 1 Kandangan yang hanya

berjarak 0,5 dengan siswa terbanyak untuk SMP/MTs di wilayah

kecamatan Kandangan. MTs Muallimin Malebo, 2 km arah barat laut.

Sedang arah timur laut terdapat SMP Negeri 2 Kandangan, MTs Muallimin

Rowoseneng dan SMP Negeri 3 Kandangan.

2. Arah timur dan masih satu wilayah pemerintahan desa Wadas ada SMP

Jamiatul Tolibin yang hanya berjarak 0,3 km.

87
88

3. Di sebelah selatan terdapat SMP Negeri 5 Temanggung dengan jarak 2 km,

berada di perbatasan antara kecamatan Kandangan dengan kecamatan

Temanggung.

4. Di sebelah barat ada SMP PGRI Kedu berjarak 2 km yang berada di

perbatasan antara kecamatan Kandangan dengan kecamatan Kedu.

Dari letak geografis tersebut bisa disimpulkan bahwa MTs Ma‟arif

Wadas Kandangan berada dalam suatu persaingan yang ketat diantara

sekolah/madrasah yang berada dalam satu wilayah kecamatan bahkan satu

wilayah pemerintahn desa terutama dalam penjaringan peserta didik dan mutu

kelulusan.102

C. Sejarah perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung

Berdasarkan data pendirian madrasah yang terdapat di ruang tata

usaha, Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Ma‟arif Wadas berdiri pada tanggal 10

Oktober 1964 dengan nama PGA ( Pendidikan Guru Agama) 4 Tahun.

Tahun1974 berubah menjadi PGA 6 Tahun. Adanya perkembangan dan

perobahan sistem dan struktur Departemen Agama dalam Pendidikan Agama,

berdasarkan SK Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah nomor

WK.5.c/43/pgm/1987 tanggal 26 Desember 1987 berubah menjadi Madrasah

Tsanawiyah (MTs). Berdasar SK. PC. Maarif Wadas Nomor :

102
Mahlubin, letak geografi dan peta siswa, wawancara, Selasa 9 Desember 2014, 09.30 di
ruang guru.

88
89

010/PC.Maarif/1/1988 menjadi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan kabupaten

Temanggung.103

Berdasarkan observasi peneliti dari buku dokumen tentang

perkembangan MTs Ma‟arif Wadas tahun 1964-1988, diperoleh data bahwa

pada awal berdirinya madrasah ini, aktifitas kegiatan belajar menempati

bangunan bekas lumbung desa. Pada tahun kedua dan ketiga jumlah siswa

mengalami peningkatan sehingga kebutuhan ruangpun juga perlu

penambahan. Karena lumbung desa tersebut tidak memenuhi maka sementara

meminjam/menggunakan rumah warga di sekitarnya. Pada tahun 1977

menempati beberapa ruang SD Inpres Wadas. Animo masyarakat yang begitu

besar dengan semakin banyaknya jumlah siswa akhirnya mengetuk hati fihak

Muspika kecamatan Kandangan dan pemerintah desa Wadas untuk

memfasilitasi pendirian gedung milik Madrasah sendiri. Akhirnya diberi tanah

milik desa untuk didirikan sebuah gedung Madrasah. Pada tanggal 10 Oktober

1984 diletakkan batu pertama pembangunan gedung Madrasah oleh Bapak

Sajiran selaku Camat Kandangan dan Bapak Suwarno Selaku (DANRAMIL)

kecamatan Kandangan. Pada tanggal 10 Oktober 1985 Madrasah ini mulai

menempati gedung baru yang terdiri dari 4 lokal yang dugunakan 3 lokal

untuk ruang kelas / ruang KBM dan 1 ruang untuk kantor dibagi dalam ruang

103
Sumanto, Data pendirian Madrasah, wawancara, selasa 9 Desember 2014, 10.00 di ruang
tata usaha.

89
90

kepala Madrasah, TU, Guru dan lain-lain. Ukuran ruang belajar 7 x 8 m

sedang untuk kantor hanya seluas 7 x 6 m.104

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah siswa maka kebutuhan

ruang kelaspun semakin bertambah. Berbagai upaya telah dilakukan. Atas

swadaya wali murid dan bantuan berbagai fihak antara lain kementrian agama

dan Pemerintah Daerah pada tahun ajaran 1994-1995 Madrasah ini telah

mempunyai 6 ruang kelas, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang guru, dan 1

ruang tata usaha yang digunakan juga sebagai ruang perpustakaan. Sejak saat

itu MTs Ma‟arif Wadas ini bisa dikatakan sudah kondusif melaksanakan

kegiatan belajar mengajar sesuai harapan masyarakat, meskipun belum

memenuhi standar ideal.105

Perkembangan pesat terjadi pada periode tahun 2007 s.d 2012 ketika

MTs Ma‟arif Wadas mendapat hampir dalam tiap tahun anggaran selalu

mendapat bantuan dana pemerintah. Tahun 2007 dari Bansos APBD 1 Jawa

Tengah mendapatkan dana Rp. 80.000.000,- yang digunakan untuk

rehabilitasi 2 ruang kelas, 4 toilet / kamar mandi, dapur, dan ruang kepala

madrasah. Tahun 2008 mendapat bantuan dari APBD II Rp. 40.000.000,-

yang digunakan untuk rehab 1 ruang kelas. Tahun 2009 dapat Bansos APBD

1 lewat Dinas Pendidikan yang digunakan untuk rehab 2 ruang kelas. Tahun

2011 mendapat bantuan bansos dari Kanwil Kemenag sebesar Rp.

104
H. Imam Suwarso, Selayang Pandang MTs Ma’arif Wada Kandangans, Makalah, 1988.
105
H. Irwan, Perkembangan MTs Ma’arif Wadas, Wawancara, Sabtu, 20 Desember 2014,
09.45, di ruang Kepala Madrasah.

90
91

180.000.000,- untuk pembangunan 2 ruang kelas baru (RKB) di lantai 2.

Tahun 2012 mendapat bantuan bansos kemenag pusat sebesar Rp.

92.500.000,- yang digunakan untuk rehabilitasi ruang perpustakaan, lab.

komputer, ruang BP/BK.106

Suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah swadaya/infaq dari wali

murid juga sangat besar karena bisa mendampingi APBD 1 tahun 2007 untuk

rehabilitasi dapur dan kamar mandi, Bansos 2009 untuk kekurangan rehab 2

ruang kelas, bantuan Kanwil Kemenag tahun 2011 untuk menutup kekurangan

karena harus membangun 2 ruang kelas di lantai 2, dan swadaya tahun 2012

untuk membangun gudang dan pagar tralis depan gedung madrasah.

Perkembangan performa gedung madrasah ini benar-benar seperti sebuah

revolusi bagi kami, ini semua adalah anugrah yang begitu besar dari Allah

SWT.107

D. Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung

Berdasarkan survey yang peneliti lakukan di lapangan tentang struktur

organisasi MTs Ma‟arif Wadas dapat dilihat skemanya pada data dinding

yang terpampang pada ruang kepala madrasah. Sedangkan rincian tugasnya

secara lengkap tersimpan dalam data waka kurikulum. Struktur arganisasinya

tersusun sebagai berikut :

106
Dwi Hidayati, Laporan Bendahara Komite, Observasi dan Wawancara, Selasa, 9 Desember
2014, 11.35 di ruang tata usaha.
107
Dwi Hidayati, Laporan Bendahara Komite, Observasi dan Wawancara, Selasa, 9 Desember
2014, 11.45 di ruang tata usaha.

91
92

Gambar 3.1. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI MTs MA‟ARIF WADAS


KANDANGAN TEMANGGUNG108

Ketua Yayasan Komite Madrasah


Kepala Madrasah
H. I r w a n H. Muhammad Nasekun, S.Pd
H. Abu Madyan

Ka. TU
M. Sumanto

Staf TU Staf TU Staf TU


Ichwanudin Dwi Hidayati Rifka Faizah

Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Sarpra Waka Humas


Drs. Agus W Mahlubin, S.PdI Wahyu H. Spd.I K. Z.Arifin

Wl Kls 7A Wl Kls 7B Wl Kls 8 A WlKls 8B WlKl 8C WlKls 9A WlKls 9B WlKls 9C


Esti R Suciwanti Fitri S Reni L Dwi A Arifin Ana Ekoyuni

Guru

Peserta didik / Siswa

Keterangan :
Garis Koordinatif/Konsultatif
Garis Instruktif

Rincian tugas Kepala Madrasah, Komite Madrasah, Kepala Tata Usaha,

Wakil Kepala Madrasah, Wali Kelas, dan Guru antara lain sebagai berikut :109

108
Sumanto, Struktur Organisasi MTs Ma’arif Wadas, Observasi dan Wawancara, Selasa
9 Desember 2014, 10.10 di ruang tata usaha.

92
93

1. Fungsi dan tugas Kepala Madrasah

a. Kepala Madrasah berfungsi sebagai pendidik, manager, pengelola,

administrator, pendorong, pengayom dan pembimbing.

b. Kepala Madrasah mempunyai tugas menyusun rencana dan program

madrasah, membina kesiswaan, pembelajaran dan ketenagaan,

administrasi sekolah serta membina dan melaksanakan kerjasama /

hubungan dengan masyarakat.

2. Tugas Komite Madrasah

Mitra kerja kepala madrasah untuk mewadahi peran serta masyarakat

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan,

memberikan masukan, pertimbangan, rekomendasi mengenai kebijaksanaan

dan program pendidikan, RAPBM, dukungan finansial dan lain-lain yang

terkait dengan pendidikan.

3. Kepala Tata Usaha (Ka TU).

Kepala tata usaha madrasah mempunyai tugas melaksanakan

ketatausahaan madrasah dan bertanggungjawab kepada Kepala Madrasah

dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Penyusunan program kerja tata usaha madrasah

b. Pengelolaan keuangan madrasah

c. Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa

109
Agus Wijatmiko, Rincian tugas pegawai, wawancara, selasa, 9 Desember 2014, 11.00 di
ruang guru.

93
94

d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha madrasah

e. Penyusunan administrasi perlengkapan madrasah

f. Penyusunan dan penyajian data/statistik madrasah

g. Mengkoordinasi dan melaksanakan 6 K

h. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan

secara berkala.

4. Wakil Kepala Bidang Kurikulum

a. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan

b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran

c. Mengatur penyusunan program pengajaran ( promes, prota, program satuan

pelajaran, persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum ).

d. Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

e. Mengatur pelaksanaan program penilaian criteria kenaikan kelas, criteria

kelulusan dan laporan kemajuan belajar siswa serta pembagian rapor dan

STTB

f. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan

g. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar

h. Mengatur pengembangan MGMP

i. Mengatur mutasi siswa

j. Melakukan supervise administrasi dan akademis

k. menyusun laporan.

5. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan

94
95

a. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling

b. Mengatur dan mengkoordinasi pelaksanaan 6 K ( keamanan, kebersihan,

ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan )

c. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi pemilihan

pengurus OSIS pekan tengah semester/akhir semester, kepramukaan,

PMR, KIR, UKS, Paskibra.

d. Mengatur program pesantren kilat

e. Mengatur dan menyusun pelaksanaan pemilihan siswa teladan madrasah

f. Menyelenggarakan cerdas cermat, olah raga prestasi, pentas seni.

g. Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa

6. Wakil Kepala Bidang Sarana Prasarana

a. Merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang PBM

b. Merencanakan program pengadaannya,

c. Mengatur pemanfaatan sarana prasarana

d. Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian

e. Mengatur pembakuannya

f. Membuat data inventaris

g. Menyusun laporan

7. Wakil Kepala Urusan Hubungan Masyarakat.

a. Mengadakan kampanye / publikasi prospek madrasah ke masyarakat

b. Mengembangkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dan keunggulan

madrasah

95
96

c. Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite dan peran komite

madrasah

d. Mengembangkan hubungan dengan satuan pendidikan tingkat bawah

(SD/MI)

e. Menyelenggarakan bakti sosial, karya wisata

g. Menyusun laporan

8. Wali Kelas

Wali kelas membantu kepala madrasah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut

a. Pengelolaan kelas

b. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi :

1. denah tempat duduk siswa

2. papan absensi siswa

3 daftar pelajaran kelas

4. daftar piket kelas

5. buku absensi siswa

6. buku kegiatan pembelajaran / jurnal

7. tata tertib siswa

c. Penyusunan / pembuatan statistik bulanan siswa

d. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa ( legger )

e. Pembuatan catatan khusus tentang siswa (pelanggaran, absensi, home visit

dan lain-lain)

96
97

f. Pencatatan mutasi siswa

g. Pengisisian buku laporan penilaian hasil belajar

h. Pembagian Buku Laporan Penilaian Hasil Belajar

9. G u r u

Guru bertanggungjawab kepada Kepala Madrasah dan mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan

efisien. Tugas dan tanggungjawab seorang guru meliputi :

a. Membuat perangkat program pengajaran

1. AMP / telaah Silabus

2. Prota / promes

3. Program satuan pelajaran

4. Rencana Program Pengajaran

5. LKS

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan

umum dan Ujian Akhir

d. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian

e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan

f. Mengisi daftar nilai siswa

g. Membuat alat pelajaran / alat peraga

h. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum

i. Melaksanakan tugas tertentu di Madrasah

97
98

j. Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi

tanggungjawabnya.

k. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa

l. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran

m. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang pratikum

n. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.

E. Keadaan Peserta Didik dan Guru MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Berdasarkan observasi terhadap buku induk yang terdapat di kepala tata

usaha peserta didik MTs Ma‟arif Wadas dari tahun ke tahun bila dilihat dari

jumlah pendaftar dalam penerimaan siswa baru mengalami pasang surut. Kadang

meningkat, dan terkadang juga menurun, tergantung dari jumlah lulusan MI di

kecamatan Kandangan pada tahun yang bersangkutan dan kapasitas penerimaan

siswa baru SMP Negeri 1 Kandangan. Dari data Induk 7 tahun terakhir bisa

dilihat dinamika pasang surutnya keadaan siswa MTs Ma‟arif Wadas:

Tabel 3.6 . Perkembangan peserta didik tahun 2008/2009 s.d 2014/2015110

Tahun KELAS KELAS KELAS Jumla


No Ajara 7 Jml 8 Jml 9 Jml h
n L P L P L P Total
2008/
1 44 48 92 37 40 77 33 38 71 240
2009
2009/
2 30 36 66 42 48 90 37 40 77 233
2010
2010/
3 16 26 42 30 36 66 42 48 90 198
2011

110
Sumanto, buku induk MTs Ma’arif Wadas 2008-2014, Observasi dan Wawancara, selasa,
9 Desember 2014, 11.00. di ruang tata usaha.

98
99

2011/
4 20 24 44 16 26 42 30 37 67 153
2012
2012/
5 40 43 83 20 24 44 16 24 40 167
2013
2013/
6 36 45 81 40 43 83 20 24 44 208
2014
2014/
7 31 33 64 35 44 79 39 43 82 225
2015

Data Guru dan Karyawan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan :111

Tabel 3.7. Data Guru dan Karyawan MTs Ma‟arif Wadas

PNGKT/ TUGAS
NO NAMA/NIP IJAZAH
GOL MENGAJAR
Pembina/
1 H. Muhamad Nasekun,S.Pd S-1 UNNES IPS
IVA
2 H. Djauhari, Amd - D-3 IAIN Bhs. Inggris
Pembina/
3 Drs. Agus Wijatmiko S-1 UNDIP SKI
IVA
4 Sumanto, Amd - D-2 IKIP Penjaskes
5 Dwi Hidayati, S.Pd - S-1 Univet BK
6 Ichwanudin, S.Ag. - S1 STAINU Matematika
7 Wahyu Hidayat, S.Pd.I - S1 STAINU Matematika
8 Kurniati Wulandari, S.Ag - S-1 IAIN Bhs & Sas Ind.
9 Suciwanti, S.Ag. - S1 STAINU A.Akhlak
10 Ernawati, S.Ag. - S-1 IIQ A. Hdst, Fiqih
11 K. Zaenul Arifin - Penpes Bhs. Arab
12 Ana Isnainingrum, SE - S-1 UNY Geografi
13 C. Reni Liana, S.Hum - S-1 IAIN B. Jawa+Aswj
14 Mahlubin, S.Pd.I - S1 STAINU PKn
15 Esti Rachmawati, S.Pd. - S-1/UMS Bhs. Inggris
16 Dwi Andriyani, S.PT. - S-1 Unsud IPA
17 Eko Yuni Kusumawti, S.Pd - S-1 UNY IPA
18 Anita Nurhayati, S.Pd - S-1 UNS Matematika
19 Haryatun S. Kom - S-1 Udinus T I K / Admin
20 Fitri Susanti, S,Pd - S-1 UNY IPS Sejarah
21 Rifka A. Faizah, S.Pd.I - IAIN WS Bhs Arab

111
Sumanto, Data Kepegawaian, Observasi dan Wawancara, selasa, 9 Desember 2014; 11.10.
di ruang tata usaha.

99
100

F. Struktur Kurikulum MTs Ma‟arif Wadas Kandangan.

Dari observasi dan wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum,

memasuki tahun pelajaran 2014/2015 pemerintah / Kementrian Agama

memberlakukan kurikulum 2013 untuk kelas 7 MTs, maka pada MTs Ma‟arif

Wadas pada tahun pelajaran 2014/2015 ini terdapat dua macam struktur

kurikulum, yaitu kurikulum 2013 untuk kelas VII dan kurikulum 2006 untuk kelas

VIII - IX :

Struktur Kurikulum 2006 untuk kelas VIII dan IX sbb :

Tabel 3.8. Struktur Kurikulum 2006 MTs Ma‟arif Wadas

Kelas dan Alokasi Waktu


Komponen
VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur‟an Hadis 2 2
b. Akidah Akhlak 2 2
c. Fikih 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Arab 3 3
5. Bahasa Inggris 5 5
6. Matematika 5 5
7. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5
8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4
9. Seni Budaya 2 2
10. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2
11. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
B. Muatan Lokal :
a. Bahasa Jawa 2 2
b. Ciri Khas Madrasah / Aswaja 1 1
C. Pengembangan Diri / Praktek BTQ
Jumlah 45 45

100
101

Sedangkan struktur kurikulum 2013 untuk kelas VII adalah : 112

Tabel 3.9. Struktur kurikulum 2013 untuk kelas VII MTs Ma‟arif Wadas

Komponen Alokasi Waktu


A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur‟an Hadis 2
b. Akidah Akhlak 2
c. Fikih 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 3
3. Bahasa Indonesia 6
4. Bahasa Arab 3
5. Bahasa Inggris 4
6. Matematika 5
7. Ilmu Pengetahuan Alam 5
8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4
9. Seni Budaya 1
10. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan 3
B. Muatan Lokal :
a. Bahasa Jawa 2
b. Ciri Khas Madrasah 1
C. Pengembangan Diri
Praktik Pendalaman BTQ Ektra kurikuler
Jumlah 45

G. Prospek Perkembangan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan.

Dari hasil survey lapangan dan wawancara dengan melihat kondisi riil

madrasah, prospek perkembangan ke depan mestinya harus berkembang baik dan

pesat, karena memiliki beberapa kekuatan, antara lain :

112
Agus Wijatmiko, Struktur Kurikulum, Observasi dan Wawancara, Jum‟at 19 Desember
2014. 09.00 di ruang guru.

101
102

1. Menurut wawancara dengan salah satu tokoh pendiri, bahwa MTs Ma‟arif

Wadas merupakan madrasah yang cukup tua exis di Temanggung karena

berdiri tahun 1964, sehingga punya jaringan alumnus yang besar dan banyak

yang bisa diberdayakan untuk penjaringan calon siswa baru pada tiap

penerimaan peserta didik baru. Apalagi alumnus yang mengajar di MI/SD

sekitar madrasah atau alumnus yang sukses di masyarakat.113

2. Tenaga guru (edukatif) berpendidikan S1 dan masih tergolong muda semua,

kecuali bapak H. Djauhari yang merupakan guru senior dan sesepuh

madrasah. Dari 21 guru 16 orang guru telah bersertifikasi.

3. Kemampuan staf administrasi relatif baik, terbukti dalam akreditasi tahun

2012 memperoleh predikat nilai A (sangat baik).

4. Menurut pengamatan penulis team work cukup solid dan komunikasi internal

cukup baik, karena dengan tenaga pendidik yang hanya 21 orang, sedang DPK

PNS hanya 2 orang akan lebih mudah mengkondisikan kerukunan dan

kebersamaan.

5. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan wakil kepala bidang sarana

prasarana deketahui bahwa fasilitas pembelajaran relatif memadai. Hampir

seluruh guru telah memiliki laptop. Madrasah juga memiliki LCD meskipun

baru 5 buah dan sedang diupayakan semua kelas terpasang alat ini. Jaringan

internet telah berfungsi dengan baik sehingga mudah mengakses berbagai

113
H. Khumaedi, Sejarah Berdirinya Madrasah, Wawancara, Senin, 8 Desember 2014 di
tempat tinggalnya RT. 02 RW.06 desa Wadas kecamatan Kandangan

102
103

informasi bahkan sudah membuka hotspot, sehingga di semua ruang dan kelas

bisa mengakses internet. Laboratorium komputer juga masih terawat dengan

baik meskipun beberapa komputer sudah waktunya diganti karena sudah

mengalami kerusakan.114

6. Lokasi cukup strategis jalur utama kota kecamatan Kandangan ke pusat kota

Temanggung sehingga mudah dijangkau oleh siswa / wali murid.

7. Dari wawancara dengan ketua komite madrasah dikemukakan bahwa

pengurus yayasan/komite madrasah serta wali murid sangat peduli dengan

peningkatan mutu madrasah. Terbukti dalam setiap rapat pleno anggota

komite dan pembahasan RAPBM antusias wali murid begitu besar, 98%

undangan bisa hadir. Dalam setiap kali mendapat bantuan dana dari

pemerintah wali murid selalu siap mendampingi bila masih harus ada dana

swadaya madrasah. Terbukti dalam beberapa kali dapat bantuan dana

APBD/BANSOS wali murid ikut ambil bagian yang cukup besar. Pertemuan

dengan pengurus yayasan/komite madrsah juga dilaksanakan tiap bulan sekali

yaitu dalam forum mujahadah setiap malam selasa kliwon yang dihadiri

pengurus yayasan/komite, guru dan karyawan.115

8. Berdasarkan wawancara dengan sesepuh dan guru senior madrasah menilai

bahwa semangat juang seluruh komponen madrasah sangat besar, terbukti

114
Wahyu Hidayat, Sarana Prasarana Madrasah, Wawancara, selasa, 9 Desember 2014,
11.45 di ruang guru.
115
H. Abu Madyan, Daya Dukung Wali Murid, Wawancara, hari Sabtu, 20 Desember 2014;
10.30. di ruang kepala Madrasah

103
104

sekarang madrasah ini telah membeli areal tanah di samping kanan dan

belakang gedung madrasah seluas 2.100 M2 dengan harga Rp. 210.000.000,- (

Dua ratus sepuluh juta rupiah ) dari swadaya guru dan karyawan serta wakaf

dari wali murid dan donator. Pengembangan areal tanah ini kedepan

insyaallah akan dibangun asrama siswa. Sehingga MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan ini akan menjadi MTs Plus ( Madrasah dan pesantren ) atau

Madrasah dalam pesantren.116

9. Dari wawancara dengan ketua Yayasan MTs Ma‟arif Wadas, mengemukakan

bahwa pada madrasah ini telah menjalin hubungan yang baik dengan beberapa

instansi terkait diantaranya Kantor Kementrian Agama, Dinas Pendidikan,

PPAI, UPT Dinas Kecamatan, Muspika kecamatan Kandangan, Pemerintah

Desa, DPRD, bahkan Bupati Temanggungpun cukup peduli dengan

kebaradaan madrasah ini. Terbukti dalam even tertentu dihadiri juga oleh

bapak bupati Temanggung.117

Meskipun demikian Madrasah ini harus menghadapi tantangan 7 buah

sekolah/madrasah lain di wilayah kecamatan kandangan bahkan satu wilayah

desa yang tentunya juga ingin menjadi sekolah/madrasah terbaik dan menjadi

pilihan masyarakat. Maka adalah sebuah keniscayaan bila MTs Ma‟arif

Wadas Kandangan ingin punya prospek cerah harus bisa mengatasi dan

116
H. Djauhari, Prospek perkembangan Madrasah, wawancara, Sabtu, 20 Desember 2014;
09.00. di ruang guru.
117
H. Irwan, Membangun Jaringan Madrasah, wawancara, Sabtu, 20 Desember 2014; 10.00.
di ruang kepala madrasah.

104
105

menganalisa SWOT yaitu : Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

Opportunities (peluang) and Threats (tantangan).

105
BAB IV

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung yang Diintegrasikan dengan Nilai-Nilai Islam

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Pendidikan

sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang

dan terbelakang. Namun, dalam dunia pendidikan telah muncul gejala-gejala di

kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka

mengabaikan nilai dan moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan

dalam suatu masyarakat yang beradab.

Kurang berhasilnya dunia pendidikan diawali dari kurang mampunya guru

dalam menanamkan nilai-nilai agama, karakter dan lain-lain secara benar, tepat,

seimbang dan terpadu. Oleh karenanya, pengintegrasian nilai-nilai Islam ke dalam

aturan tingkah laku peserta didik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas

hasil belajar sebagai salah satu indikator strategi bagi keberhasilan pendidikan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari

sudut pandang moral yang meliputi etika dan norma-norma yang meliputi estetika,

yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, serta etika

yaitu menilai benar/salahnya dalam hubungan antar pribadi.

106
107

Pendidikan nilai adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis

untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif

dan komitmen pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama.118

Pendidikan nilai merupakan proses bimbingan melalui suri tauladan

pendidikan yang berorientasikan pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di

dalamnya mencakup nilai-nilai agama, budaya, etika dan estetika menuju

pembentukan peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara.119

Mardiatmadja mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan kepada

peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya

secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya

merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, tetapi

mencakup pula keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini, yang menanamkan

nilai kepada peserta didik bukan saja guru pendidikan nilai dan moral serta bukan

saja pada saat mengajarkannya, melainkan kapan dan di manapun, nilai harus

menjadi bagian integral dalam kehidupan.120

Pernyataan tersebut sesuai sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

sebagaimana termaktub dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

118
Firman Robiansyah dkk, Pengertian tujuan dan filosofi pendidikan nilai dalam
http://groups .yahoo. com /group/pakguruonline/message/131. [11 November 2008) diakses pada hari
jum‟at, 2 Januari 2015; 11.04
119
Sumantri, Pendidikan Nilai Kontemporer. Bandung: Program studi PU UPI, 2007, 134.
120
Mulyana, R. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2014, 119.

107
108

Sisdiknas Bab I ayat 1, yaitu mewujudkan suasana belajar dalam proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.121

Integrasi menurut Sanusi adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak terpecah

belah dan bercerai berai. Integrasi meliputi kebutuhan atau kelengkapan anggota-

anggota yang membentuk suatu kesatuan dengan jalinan hubungan yang erat,

harmonis dan mesra antara anggota kesatuan itu. Sedangkan yang dimaksud

dengan integrasi pendidikan nilai adalah proses memadukan nilai-nilai tetentu

terhadap sebuah konsep lain sehingga menjadi suatu kesatuan yang koheren dan

tidak bisa dipisahkan atau proses pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang

utuh dan bulat.122

Berdasarkan dokumen KTSP yang disimpan oleh wakil kepala madrasah

bidang kurikulum, untuk mengimplementasikan konsep integrasi nilai-nilai Islam

dalam pembelajaran di MTs Ma‟arif Wadas, membagi ke dalam empat tataran

implementasi, yakni: tataran konseptual, institusional, operasional, dan

arsitektural.123

121
Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta: CV Eka Jaya, 2003, 4.
122
Sanusi, Integrasi Umat Islam. Bandung: Iqomatuddin, 1987, 11.
123
Agus Wijatmiko, Dokumen KTSP, Observasi dan wawancara, kamis, 18 Desember 2014,
10.30, di ruang guru.

108
109

Dalam tataran konseptual, integrasi nilai-nilai agama Islam dalam

pembelajaran dapat diwujudkan melalui perumusan visi, misi, tujuan dan program

madrasah (rencana strategis madrasah). Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara penulis dengan wakil kepala bidang kurikulum Agus Wijatmiko bahwa

sejak diberlakukannya kurikulum 2006 (KTSP) kemudian tersusun visi dan misi

madrasah yang ingin mewujudkan peserta didik yang islami, maka upaya yang

telah madrasah lakukan adalah dengan mencantumkan nilai akhlakul karimah

dalam visi dan misi madrasah, mengupayakan sarana pembelajaran yang memadai,

mensosialisasikan program tersebut kepada wali murid dan mewajibkan semua

mata pelajaran diluar pendidikan agama Islam agar sebisa mungkin

mengintegrasikan nilai-nilai Islam.124

1. Visi MTs Ma‟arif Wadas

Mewujudkan peserta didik yang cerdas, berprestasi dan berakhlakul

karimah.

2. Misi MTs Ma‟arif Wadas

a. Standar Isi

1. Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan

bakat peserta didik untuk mencapai prestasi madrasah.

124
Agus Wijatmiko, Penanaman nilai-nilai Islam dalam KTSP MTs Ma’arif Wadas,
Wawancara, hari senin tanggal 17 November 2014 jam 09.40 di ruang guru.

109
110

b. Standar Proses

1. Menggunakan pendekatan, metodologi dan strategi pembelajaran yang

bervariasi, yaitu Pembelajaran Parsitipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).

2. Melaksanakan Pembelajaran dengan sistem mastery learning

(pembelajaran tuntas).

3. Mengintegrasikan / Mengaitkan nilai-nilai Islam pada setiap mata

pelajaran dan mengaplikasikannya dalam sikap serta perilaku sehari-

hari.

4. Melaksanakan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi.

c. Standar Kelulusan

1) Mengusahakan tercapainya kelulusan seratus persen serta dapat

melanjutkan pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA favorit.

2) Menanamkan kesadaran peserta didik agar berpola hidup islami.

d. Tenaga pendidik dan kependidikan

1) Mengirimkan pelatihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

secara berkala.

2) Melaksanakan supervisi dan bimbingan terhadap kinerja tenaga

pendidik dan kependidikan.

e. Standar Sarana Prasarana

1) Mengusahakan kelengkapan dan memperbaharui sarana dan prasarana

sesuai dengan kebutuhan.

110
111

2) Mengkondisikan lingkungan madrasah yang bersih, sehat, dan nyaman

f. Standar Pengelolaan

1) Melaksanakan manajemen madrasah yang profesional, demokratis dan

transparan.

2) Menjalin kerjasama dengan sekolah/madrasah yang kwalitasnya lebih

baik.

3) Menciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis.

g. Standar Pembiayaan

Koordinatif dengan yayasan dan komite madrasah untuk mendukung

program madrasah dan mencari terobosan-terobosan baru untuk program

percepatan pembangunan madrasah

h. Standar Penilaian

Melaksanakan evaluasi belajar secara berkala, terencana, efektif dan

efisien.

3. Tujuan MTs Ma‟arif Wadas

a. Standar Isi

Tercapainya tujuan pendidikan nasional yang releven dengan

kebutuhan masyarakat serta menggambarkan tingkat kualitas madrasah yang

berkarakter Islam.

b. Standar Proses

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran parsitipatif, aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan, dengan sistem mastery learning agar peserta

111
112

didik memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan

untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau berperan aktif di

masyarakat.

2) Terlaksananya pembinaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT

serta terbentuk pribadi peserta didik yang berakhlak mulia.

3) Tercapai kompetensi peserta didik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Standar Kompetensi Lulusan

Melaksanakan pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

SWT serta berakhlaq mulia. Membentuk peserta didik yang kreatif dan

terampil untuk dapat mengembangkan diri secara terus menerus. Mengenal

dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaan. Memberikan bekal

pengetahuan Agama Islam yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan

sekitarnya.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Terbentuknya tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan.

terciptanya lingkungan madrasah yang bersih, sehat, dan nyaman.

f. Standar Pengelolaan

Terlaksananya majemen madrasah yang akuntabel, profesional dan

transparan. Terjalinnya kerjasama dengan sekolah/madrasah lain yang

112
113

berkualitas. Terciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis sesama warga

madrasah.

g. Standar Pembiayaan

Terciptanya koordinasi yang inten dengan yayasan/komite madrasah

untuk mendukung program madrasah.

h. Standar Penilaian

Terlaksananya evaluasi belajar secara berkala, terencana, efektif dan

efisien.

4. Sasaran Program

a. Standar Isi

Seluruh warga madrasah dapat melaksanakan kurikulum untuk

mencapai tujuan pendidikan madrasah.

b. Standar Proses

1) Peserta didik memperoleh pembelajaran PAIKEM dengan sistem mastery

learning agar memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan

ketrampilan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau berperan

aktif di masyarakat.

2) Terbentuknya pribadi peserta didik yang berakhlak mulia.

3) Peserta didik, Guru, dan Karyawan memiliki kompetensi dalam Ilmu

pengetahuan dan teknologi.

c. Standar Kompetensi Lulusan

1) Terbentuknya peserta didik yang memiliki karakter/nilai-nilai Islami.

113
114

2) Terwujudnya peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional setiap tahun.

3) Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik tingkat kabupaten.

4) Peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan agama baik untuk diri

sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya.

5) Seluruh warga madrasah dapat melaksanakan pola hidup yang Islami.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tenaga Pendidik dan Kependidikan dapat melaksanakan tugasnya

sesuai dengan fungsinya.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Madrasah dapat memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Warga madrasah dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan

nyaman.

f. Standar Pengelolaan

Managemen madrasah yang profesional. Madrasah dapat menjalin

kerjasama dengan madrasah yang berkualitas. Seluruh warga madrasah dapat

melaksanakan tugasnya dalam suasana yang harmonis.

g. Standar Pembiayaan

Komite madrasah dapat mendukung program madrasah secara

maksimal, dan dapat mencari terobosan-terobosan baru dalam mempercepat

pembangunan madrasah.

114
115

h. Standar Penilaian

Peserta didik mengikuti evaluasi belajar secara berkala, terencana,

efektif dan efisien.

Adapun secara institusional, integrasi diwujudkan melalui pembentukan

institution culture yang mencerminkan paduan antara nilai dan pembelajaran.

Suasana keagamaan di lingkungan madrasah merupakan ciri khas utama madrasah.

Lingkungan madrasah dengan peserta didik, guru dan pegawai yang semua beragama

Islam, penggunaan metode pembelajaran dengan pendekatan yang agamis, kegiatan

peribadahan yang dilaksanakan secara rutin serta kegitan-kegiatan keagamaan lainnya

telah menghadirkan suasana yang religius.

Suasana ini menjadikan kultur madrasah yang membedakannya dengan kultur

sekolah pada umumnya. Suasana pesantren juga masih banyak kita temui di

madrasah-madrasah, seperti tadarus al-Qur‟an setiap hari sebelum pelajaran; hafalan-

hafalan ayat qur‟an dan hadits-hadits; pembelajaran bahasa arab; dan lomba-lomba

keagamaan yang berlangsung secara rutin. Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi

kelebihan madrasah.

Kultur madrasah yang sering juga disebut sebagai “hidden curriculum” akan

memberikan pengaruh yang besar pada pembentukan karakter peserta didik. “Hidden

curriculum” atau yang disebut kurikulum yang tersembunyi, merupakan kegiatan

pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan pihak madrasah baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan tujuan untuk mewujudkan visi dan misi madrasah.

Menurut H. Djauhari sesepuh dan guru senior MTs Ma‟arif Wadas kegiatan

115
116

pembiasaan inilah yang melahirkan kultur madrasah. Maka MTs Ma‟arif Wadas

berupaya dengan keras menciptakan lingkungan budaya madrasah yang Islami bagi

seluruh warga madrasah,125 antara lain :

1. Budaya Guru

Guru ideal adalah dambaan peserta didik. Guru ideal adalah sosok guru yang

mampu untuk menjadi panutan dan selalu memberikan contoh atau keteladanan.

Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih

airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang

meminumnya. Guru ideal adalah guru yang mengusai ilmunya dengan baik.

Mampu menjelaskan dengan baik apa yang diajarkannya. Disukai oleh peserta

didiknya karena cara mengajarnya yang enak didengar dan mudah dipahami.

Ilmunya mengalir deras dan terus bersemi di hati para anak didiknya. Tapi, dia pun

harus bisa menerima kritikan dari peserta didiknya. Dari kritik itulah dia dapat

belajar dari para peserta didiknya. Guru ideal justru harus belajar dari peserta

didiknya. Dari mereka guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan

melakukan umpan balik (feedback).

Menurut Heri Setyowibowo pengawas Madrasah Tsanawiyah Kantor

Kementrian Agama kabupaten Temanggung dalam acara Sosialisasi Kurikulum

2013 tanggal 27-28 Juni 2014 di MTs Ma‟arif Wadas mengatakan bahwa terdapat

pendapat yang beragam namun mengerucut pada dua pendapat tentang guru ideal.

125
Djauhari, budaya madrasah, wawancara , tanggal 15 Desember 2014, 09.15 di ruang
Kepala Madrasah.

116
117

Guru ideal yang diperlukan saat ini adalah pertama, guru yang memahami benar

akan profesinya. Profesi guru adalah profesi yang mulia. Dia adalah sosok yang

selalu memberi dengan tulus dan tak mengharapkan imbalan apapun, kecuali ridho

dari Tuhan pemilik bumi. Falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia

daripada tangan di bawah. Hanya memberi tak harap kembali. Dia mendidik

dengan hatinya. Kehadirannya dirindukan oleh peserta didiknya. Wajahnya selalu

ceria, senang, dan selalu menerapkan 5S dalam kesehariannya (Senyum, Salam,

Sapa, Syukur, dan Sabar). Kedua, Guru yang ideal adalah guru yang memiliki

sifat selalu berkata benar, penyampai yang baik, kredibel, dan cerdas.126

Guru yang memiliki keempat sifat itu adalah guru yang mampu

memberikan keteladanan dalam hidupnya karena memiliki budi pekerti yang

luhur. Selalu berkata benar, mengajarkan kebaikan, dapat dipercaya, dan memiliki

kecerdasan yang luar biasa. Sifat tersebut di atas harus dimiliki oleh guru dalam

mendidik anak didiknya karena memiliki motto iman, ilmu, dan amal. Memiliki

iman yang kuat, menguasai ilmunya dengan baik, dan mengamalkan ilmu yang

dimilikinya kepada orang lain. Selain itu, Guru yang ideal adalah guru yang

memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan byang dimiliki terpancar jelas dari karakter

dan perilakunya sehari-hari. Baik ketika mengajar, ataupun dalam hidup ditengah-

tengah masyarakat. Kelima kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual,

126
Hery Setyo Wibowo, Kurikulum 2013 dan tantangan guru, wawancara, 27 Juni 2014,
10.00
di ruang kepala madrasah.

117
118

kecerdasan moral, kecerdasan sosial,kecerdasan emosional, dan kecerdasan

motorik.127

Dari hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa budaya guru MTs

Ma‟arif Wadas sudah menunjukkan perannya dengan baik. Datang di madrasah

tepat waktu antara pukul 06.30 – 06.45. Bersama-sama menyambut siswa-siswinya

di depan pintu gerbang madrasah untuk mengawali aktifitas dengan 3 S (salam,

senyum, sapa) lalu melaksanakan tugas secara optimal. Hal ini memberikan

tauladan atau uswah kepada siswa-siswinya untuk selalu didsiplin tidak datang

terlambat ke madrasah. Budaya Islami dalam ucapan, busana dan perilaku

diwujudkan dengan berbusana muslim, bertutur kata dengan baik dan sopan,

tadharus pagi sebelum KBM, sholat dhuha dan dzuhur berjamaah menunjukkan

kesungguhan untuk menempatkan guru sebagai sosok yang bisa “digugu dan

ditiru”.128

2. Budaya Siswa

Sebuah proses pendidikan tidak akan berhasil jika tidak ada penerapan disiplin kepada

para siswa. Disiplin adalah kemampuan memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang

positif guna mencapai sebuah prestasi. Disiplin juga berarti kemampuan berbuat hanya yang

memberikan manfaat bagi diri, orang lain, dan lingkungan.. Saatnya pengelola sekolah

memprioritaskan tegaknya budaya disiplin di kalangan para siswa, sehingga perilaku dan

127
Kurniawan, Peran Guru melalui http://kurniawanrestupambudi.blogspot.com/2012/11/
peran-guru.html, diakses pada hari Selasa, 20 Januari 2015; 21.53
128
Hasil Observasi dan Dokumentasi selama penelitian berlangsung, tanggal 1 Desember
2014 s/d 31 Januari 2015.

118
119

prestasi siswa makin membanggakan. Disiplin terkait dengan tata tertib dan ketertiban.

Ketertiban berarti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan karena didorong oleh

sesuatu yang datang dari luar dirinya. Disiplin adalah kepatuhan yang muncul karena

kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Sedangkan tata tertib berarti perangkat

peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.129

Dalam upaya menciptakan budaya disiplin siswa, berdasarkan pengamatan penulis di

MTs Ma‟arif Wadas hal-hal yang dilakukan oleh fihak Madrasah antara lain :

1. Siswa datang di madrasah sebelum pelajaran dimulai yaitu pukul 06.45.

Datang tepat waktu sebagai upaya menanamkan nilai kedisiplinan siswa agar

menghargai waktu. Datang dengan disambut Guru/Karyawan di depan pintu gerbang

untuk saling tebar salam, senyum, sapa dengan berjabat tangan dan mengucap

Assalamu‟alaikum. Hal ini damaksudkan untuk menanamkan nilai bahwa dengan

mengucap assalamu‟alaikum dan bersalaman berarti antara guru/karyawan dengan siswa

sudah saling mendoakan. Setiap pagi terdapat guru piket yang mencatat keterlambatan

siswa. Setiap terlambat sekali siswa akan mendapat poin pelanggaran dengan skor 5.

Disamping itu siswa yang terlambat juga akan diberi sanksi membersihkan halaman

madrasah dan lain sebagainya.130

129
Jejen Musfah, Budaya_Disiplin_di_Sekolah melalui http://www.academia.edu/4105198/
diakses pada hari Selasa, 20 Januari 2015; 23.37.
130
Hasil Observasi dan dokumentasi MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung, tanggal
3 Desember 2014

119
120

2. Melaksanakan pembiasaan di madrasah

Pembiasaan tiap pagi adalah tadarus Alqur‟an sebelum memulai kegiatan belajar

mengajar antara pukul 06.45 – 07.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai

pada siswa agar membiasakan memulai segala kegiatan dengan membaca wahyu Illahi

karena akan menambah keberkahan. Pada jam istirahat pertama pukul 09.40 – 09.55 WIB

para siswa melaksanakan sholat dhuha berjamaah. Tujuannya untuk menanamkan nilai

pada siswa agar terbiasa mohon kemudahan pada Allah SWT dalam setiap usaha yang

dikerjakan sehari-hari. Pada jam istirahat kedua antara pukul 11.55 – 12.15 siswa

melakukan sholat dzuhur berjamaah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum,

pembiasaan yang dikembangkan di madrasah diarahkan untuk membantu,

membimbing, dan melatih peserta didik untuk menjadi generasi penerus yang

berakhlak mulia dan berkarakter Islam. Berikut adalah kegiatan-kegiatan

pembiasaan yang dilakukan di MTs Ma‟arif Wadas adalah :

a. Pembiasaan-pembiasaan yang dimasukkan dalam kegiatan intrakurikuler

Kegiatan ini berupa kewajiban-kewajiban tertentu yang harus

dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh nilai pada mata pelajaran

tertentu, yaitu ketentuan hafal sekian surah dan hadits pada mata pelajaran

Qur‟an Hadits. Pembiasaan ini juga berupa ketentuan-ketentuan khusus

untuk dapat naik kelas maupun untuk lulus madrasah.131

131
Agus Wijatmiko, Kriteria Kenaikan Kelas, Wawancara, pada hari senin, 15 Desember
2014, 09.45 di ruang guru.

120
121

b. Pembiasaan-pembiasaan yang berupa kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan keagamaan ekstrakurikuler wajib di MTs Ma‟arif Wadas

antara lain berupa pendalaman baca tulis Alqur‟an (BTQ), Qiroah dan

Hafalan surah dalam juz 30 untuk memberikan bekal keagamaan. Terdapat

juga ekstrakurikuler pramuka dan pencak silat untuk memberikan kegiatan-

kegiatan posistif.132

c. Pembiasaan-pembiasaan lainnya

Pembiasaan lainnya menurut wakil kepala bidang kesiswaan antara

lain berupa kegiatan lomba-lomba keagamaan dan peringatan hari besar

Islam, serta widya wisata ke tempat bersejarah (peninggalan Islam),

Musium dan lain-lain.133

3. Menaati tata tertib Madrasah

Pengertian tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik

dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan

yang ada. Tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis

dan mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan

terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan–

larangan.134

132
Agus Wijatmiko, Kriteria Kenaikan Kelas, Wawancara, pada hari senin, 15 Desember
2014, 10.00 di ruang guru.
133
Mahlubin, Dokumen Kegiatan Kesiswaan, Wawancara, Senin, 15 Desember 2014, 10.00 di
ruang guru.
134
Uswatun Khasanah, Pengertian Tata Tertib Sekolah, http://www.psychologymania.com/
2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html, diakses pada hari kamis, 22 Januari 2015; 13.30.

121
122

Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal

tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen

Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) ketertiban

berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan

keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah.135

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan guru BP/BK bahwa

ketentuan tata tertib di MTs Ma‟arif Wadas yang telah disosialisasi dan

disepakati dalam rapat pleno wali murid tahun pelajaran 2014-2015 pada

tanggal 21 Agustus 2014 adalah sebagai berikut :136

a. Tata Tertib Siswa

Setiap siswa MTs Ma‟arif Wadas wajib mematuhi dan melaksanakan

tata tertib sebagai berikut:

1. Umum

a. Setiap hari senin dan hari besar nasional, siswa wajib mengikuti

upacara bendera dengan seragam OSIS MTs Ma‟arif Wadas

lengkap.

135
Muh Kharisma, Peranan Tertib Sekolah melalui http://kharismati.blogspot.com /2012/03/
peranan-tata-tertib-sekolah.html, diakses pada hari Kamis, 22 Januari 2015; 13.50
136
Dwi Hidayati, Tata Tertib Siswa, Observasi dan wawancara, Senin 15 Desember 2014,
11,00 di ruang BP/BK.

122
123

b. Siswa berada di madrasah 10 menit sebelum jam pelajaran di mulai,

pintu gerbang ditutup 05 menit setelah bel masuk berbunyi. Siswa

yang terlambat tidak diperkenankan mengikuti pelajaran.

c. Siswa yang akan meninggalkan madrasah sebelum jam pelajaran

berakhir harus minta ijin kepada guru piket atau wali kelas.

d. jika ada jam pelajaran kosong, ketua kelas wajib melaporkan kepada

guru piket.

2. Pakaian

a) Pakaian seragam OSIS (putih biru) dipakai setiap hari senin dan

selasa, bagi laki-laki kemeja lengan pendek dimasukkan dan

memakai ikat pinggang Madrasah. Bagi perempuan kemeja lengan

panjang dimasukkan memakai ikat pinggang dan mengenakan jilbab

putih.

b) Pakaian seragam identitas dipakai setiap hari Rabo dan Kamis

c) Pakaian seragam pramuka dipakai setiap hari Jum‟at dan Sabtu.

d) Seragam olah raga wajib dikenakan pada saat pelajaran olah raga, dan

tidak diperkenankan memakai pakaian olah raga diluar seragam

MTs Ma‟arif Wadas.

e. Bagi siswa laki-laki rambut pendek dan rapi. Panjang rambut muka

tidak menutupi mata dan telinga.

f. Siswa perempuan tidak diperkenankan bersolek berlebihan dan

menggunakan perhiasan yang mencolok.

123
124

3. Kebersihan

a) Setiap siswa wajib menjaga dan memelihara kebersihan serta

keindahan lingkungan maka harus membuang sampah pada

tempatnya.

b) Menjaga keutuhan bangunan gedung beserta perlengkapannya.

c) Pintu, jendela dan semua fasilitas madrasah yang disengaja atau

tidak disengaja rusak karena ulah siswa tanggung jawab siswa yang

merusakkan, artinya siswa harus mengganti.

4. Organisasi

Di MTs Ma‟arif Wadas ada 2 organisasi, yaitu OSIS (Intra

kurikuler) dan Pramuka (Ekstra kurikuler) sehingga :

a) Setiap siswa wajib menjadi anggota OSIS dan Pramuka serta

mengikuti semua kegiatannya.

b) Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan Islami yang diselenggarakan

oleh Madrasah.

5. Larangan

a) Memakai seragam diluar ketentuan Madrasah

b) Berambut gondrong atau disemir

c) Membawa bacaan pornografi, minuman keras, Obat-obatan terlarang,

berjudi,mencuri, meminta uang dengan paksa/mengompas serta

merokok saat memakai seragam Madrasah.

124
125

d) Membawa senjata tajam, dalam bentuk apapun yang dapat

membahayakan diri sendiri maupun orang lain

e) Mencoret-coret tembok, meja, kursi, papan tulis dan fasilitas

Madrasah yang lain.

f) Berbicara kotor, menghina dan menyapa dengan panggilan tidak

senonoh

g. Membawa/mengendarai sepeda motor ke Madrasah

h. Berkelahi dengan teman sendiri maupun dengan sekolah lain.

6. Sanksi-sanksi

a) Teguran langsung pada siswa.

b) Teguran tertulis pada siswa dan orang tua.

c) Tidak boleh mengikuti pelajaran dalam waktu yang ditentukan

d) Dikembalikan kepada orang tua/dikeluarkan dari Madrasah

7. Lain-lain

a) Siswa yang tidak masuk tanpa keterangan sebanyak sebelas kali

dalam waku satu tahun dinyatakan tidak naik kelas.

b) Siswa yang berkelahi langsung di tangani oleh guru BK dan

dikembalikan pada orang tua.

c) Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diataur

kemudian dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi serta

berdasarkan musyawarah dengan Guru dan Komite Madrasah.

125
126

Tabel 4.1. Point Pelanggaran Tata Tertib pada MTs Ma‟arif Wadas

NO Jenis Pelanggaran Point Sanksi

1 2 3 4
1 Terlambat datang 5 Diperingatkan, ditindak
2 Memakai gelang/kalung (laki-laki) 5 Disita
3 Memakai perhiasan (wanita) 5 Diperingatkan
4 Tidur di kelas 5 Diperingatkan
5 Terlambat/ tidak mengikuti upacara 5 Diperingatkan, ditindak
6 Terlambat masuk kelas 5 Diperingatkan, ditindak
7 Tidak membawa buku pelajaran 5 Diperingatkan, ditindak
8 Pakaian tidak dimasukkan 5 Diperingatkan, ditindak
9 Tidak memakai atribut 5 Diperingatkan, ditindak
10 Bicara kotor 5 Diperingatkan, ditindak
11 Tidak memakai sepatu 5 Diperingatkan
12 Mengganggu PBM dikelas 5 Diperingatkan, ditindak
13 Menggangu kelas lain 5 Diperingatkan, ditindak
14 Tidak memakai seragam Madrasah 10 Diperingatkan, ditindak
15 Membolos 10 Pernyataan,ditindak
16 Alpa 4X 10 Pernyataan,ditindak
17 Tidak mengikuti satu/beberapa 5 Diperingatkan, ditindak
pelajaran
18 Tidak mengikuti kegiatan 5 Pernyataan, ditindak
keagamaam/kegiatan Madrasah
19 Merokok 5 Pernyataan,ditindak
20 Rambut Gondrong/ disemir 5 Diperingatkan, ditindak
21 Membaca bacaan jorok 5 Disita
22 Merendahkan martabat orang lain 10 Pernyataan,ditindak
23 Merusak sarana/prasarana 10 Membenahi,mengganti
Madrasah
24 Asusila 100 Dikeluarkan
25 Mengompas 75 Ditindak, dikembalikan orang tua
26 Berkelahi 50 Pernyataan,ditindak,dikeluarkan
27 Minuman keras 100 Dikeluarkan
28 Penggunaan obat terlarang 100 Dikeluarkan
29 Mencuri 25 Mengganti, Panggilan orang tua
30 Pelanggaran yang belum ada Melihat situasi /kondisi

126
127

Pedoman Sanksi Pelanggaran adalah sebagai berikut :

1. Skor pelanggaran mencapai 25 poin diberi peringatan tertulis dengan surat

pernyataan tidak akan mengulangi pelanggaran

2. Skor pelanggaran mencapai 50 poin, panggilan wali murid

3. Skor pelanggaran mencapai 75 poin, pemanggilan wali murid dan membuat surat

pernyataan siap diberi sanksi apapun

4. Skor pelanggaran mencapai 100 poin dikembalikan ke orangtua / dikeluarkan dari

Madrasah.

Berdasarkan keterangan dari wakil kepala bagian kurikulum bahwa program

integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran ini telah disosialisasikan kepada wali

murid melalui rapat pleno wali murid pada awal tahun pelajaran. Dalam rapat pleno

tersebut juga telah disepakati untuk saling mengkondisikan pembiasaan siswa di

madrasah dan juga di rumah agar tetap menjaga kultur madrasah yang Islami.137

Selama penulis mengadakan penelitian pada madrasah ini volume

pelanggaran berat hampir tidak ditemukan. Pelanggaran yang masih terjadi antara lain

siswa datang terlambat, kemudian ditangani oleh guru piket dicatat dalam buku

pelanggaran lalu diberi point 5 dan diberi sanksi membersihkan lingkungan

madrasah. Peserta didik yang rambutnya masih terkesan panjang langsung dicukur

oleh kesiswaan. Peserta didik yang sragamnya tidak rapi tidak diperkenankan masuk

kelas. Peserta didik yang sragamnya tidak lengkap maka akan ditangani oleh BP dan

137
Agus Wijatmiko, Program Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Pembelajaran, wawancara,
Kamis, 18 Desember 2014 jam 09.40 di ruang guru.

127
128

ditindaklanjuti dengan konfirmasi pada wali murid atau orang tua siswa.

Kesimpulannya bahwa peserta didik pada MTs Ma‟arif Wadas telah mempunyai

tingkat kedisiplinan yang cukup tinggi, dengan kata lain budaya tertib siswa cukup

terjaga dengan baik.138

Sedangkan dalam tataran operasional, integrasi nilai-nilai agama Islam dalam

pembelajaran di MTs Ma‟arif Wadas diwujudkan dengan merancang konsep

pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, sehingga nilai-nilai

fundamental agama dan ilmu terpadu secara koheren. Berdasarkan hasil wawancara

penulis dengan guru IPS Sejarah kelas VIII langkah-langkah yang dilakukan dalam

merancang konsep pembelajaran adalah; tahap pertama yaitu perencanaan, antara

lain dengan menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan. Mempelajari standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan diitegrasikan,

mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi yang

memiliki potensi untuk dipadukan, menentukan tema pemersatu antar standar

kompetensi dan kompetensi dasar, dan menjabarkan ke dalam indikator, menyusun

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ). Tahap kedua adalah

pelaksanaan proses belajar mengajar yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti

termasuk di dalamnya mengintegrasikan dengan nilai-nilai Islam, dan penutup. Tahap

ketiga adalah penilaian / evaluasi.139

138
Observasi dan dokumentasi tanggal 1 s.d 19 Desember 2014.
139
Fitri Susanti, Integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, hari
Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.00 di ruang guru.

128
129

Secara arsitektural, integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran di MTs

Wadas berdasarkan wawancara dengan wakil kepala kurikulum diwujudkan dengan

mengupayakan sarana pembelajaran yang memadai, antara lain sarana ibadah,

laboratorium komputer dengan hotspot area sehingga di semua ruang bisa mengakses

internet. Tersedia perpustakaan yang menyediakan buku-buku agama dan ilmu

umum.140

Penelitian tentang implementasi pelaksanaan pembelajaran IPS Sejarah di

kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam ini dilakukan dengan observasi di dalam kelas pada semester dua

tahun pelajaran 2014/2015. Bahan ajar yang digunakan oleh guru IPS Sejarah kelas

VIII MTs Ma‟arif Wadas adalah buku-buku terbitan Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional. Ada referensi juga dari penerbit Yudhistira, Aneka Ilmu,

Erlangga, Tim MGMP IPS SMP/MTs Kabupaten Temanggung dan sebagainya.

Buku-buku yang dijadikan rujukan tidak berbeda dengan buku-buku yang dijadikan

rujukan dalam pembelajaran IPS di Madrasah/Sekolah lain pada umumnya. Tapi pada

MTs Ma‟arif Wadas ini guru juga menggunakan buku dan referensi dari mata

Pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI).

Berdasarkan wawancara dengan pengampu mata pelajaran IPS Sejarah bahwa

Pengintegrasian ini harus mempertimbangkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang merupakan target nasional. Artinya bahwa pengintegrasian tidak boleh

140
Agus Wijatmiko, Integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran, Wawancara, hari Jum‟at
tanggal 9 Januari 2015 jam 09.45 di ruang guru.

129
130

dipaksakan atau keluar dari konteks yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar secara nasional. Tidak diperkenankan jika untuk

mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran menyebabkan target yang

ditetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi tidak terwujud.141

Tahapan yang dilakukan oleh guru IPS Sejarah MTs Ma‟arif Wadas dalam

pelaksanaan integrasi pembelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam

adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini antara lain dilakukan dengan menetapkan

bidang kajian yang akan dipadukan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan

Pendikan Agama Islam. Kemudian mempelajari Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Berikutnya

mengidentifikasi beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar

Kompetensi yang memiliki potensi untuk diintegrasikan. Tidak memaksakan

Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi untuk dipadukan dalam pembelajaran.

Karena Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan akan disajikan tersendiri.

Tahap perencanaan dimulai dari menetapkan bidang kajian antara IPS

Sejarah dengan Aqidah Ahklak, mengidentifikasi Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar (SKKD) yang berpotensi untuk diintegrasikan hingga

menjabarkannya dalam indikator.

141
Fitri Susanti, Integrasi nilai-nilai islam dalam pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, hari
Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.10 di ruang guru.

130
131

Menetapkan bidang kajian diawali dengan mencermati silabus asli IPS

Sejarah Kelas VIII dan Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII. Kemudian

memetakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berpotensi

diintegrasikan lalu dijabarkan dalam Indikator. Silabus asli IPS Sejarah Kelas

VIII, Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII, memetakan standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dapat dilihat pada lampiran

penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum

dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya berpedoman

pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, dijelaskan

bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai

kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

131
132

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.142

Menurut guru mata pelajaran IPS Sejarah MTs Ma‟arif Wadas

langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penyusunan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP,

Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-

langkah kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Identitas

terdiri dari ; Nama madrasah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar

Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.143

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran boleh disusun untuk satu

Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

dikutip dari silabus. Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator

adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan. Indikator

merupakan ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran

bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar.

Dalam menjabarkan indikator ini lalu diintegrasikan dengan nilai-nilai

Islam yang terdapat pada salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI). Untuk materi pelajaran IPS Sejarah kelas VIII materi yang berpotensi

142
Agus Wijatmiko, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Wawancara, Jum‟at 9 Januari
2015, 10.30 di ruang guru.
143
Fitri Susanti, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara,
hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.20 di ruang guru.

132
133

untuk diintegrasikan adalah mata pelajaran Aqidah Ahklak kelas VIII. Namun

bukan berarti semua materi pokok bisa diintegrasikan.144

Untuk semester 1 (gasal) materi pembelajaran yang diintegrasikan

yaitu :

1. Perang Paderi diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam yaitu sikap tawakal

dan sabar. Sehingga peserta didik secara kontektual dapat menunjukkan

sikap tawakal dan sabar dalam kajian peristiwa tersebut.

2. Perang Diponegoro diintegrasikan dengan nilai-nilai Ihktiyar, Sabar dan

Qona’ah. Maka peserta didik secara kontektual dapat menemukan sikap

Ihktiyar, Sabar, dan Qona‟ah yang dimiliki dan dicontohkan oleh tokoh

pemimpin dalam perang Diponegoro tersebut.

3. Perang Aceh diintegrasikan dengan sikap Ihktiyar, Sabar, dan Qona’ah.

Peserta didik dapat menemukan sikap Ihktiyar, Sabar, dan Qonaah yang

dicontohkan oleh para pemimpin perang Aceh.

Sedangkan untuk semester 2 (genap) yang berpotensi untuk diintegrasikan

adalah :

1. Peristiwa Rengasdengklok diintegrasikan dengan sikap tawadlu. Peserta

didik dapat menunjukkan sikap tawadlu’ yang dimiliki para pemuda dalam

peristiwa Rengasdengklok.

144
Fitri Susanti, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara,
hari Jum‟at tanggal 9 Januari 2015 jam 10.25 di ruang guru.

133
134

2. Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia dan penyebaran berita

proklamasi diintegrasikan dengan sikap ta’awun. Maka peserta didik dapat

menunjukkan sikap ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan

Indonesia dan menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita

proklamasi.

3. Proses terbentuknya negara dan pemerintahan Republik Indonesia beserta

kelengkapannya dengan siding-sidang PPKI diintegrasikan dengan sikap

tasamuh dan ta’awun. Peserta didik dapat menunjukkan sikap tasamuh dan

ta‟awun dalam proses terbentuknya negara dan pemerintahan Republik

Indonesia.

4. Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap

pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia dengan sikap

husnudz-dzon. Peserta didik dapat menunjukkan contoh sikap husnudz-

dzon yang terdapat dalam dukungan spontan terhadap pembentukan negara

dan pemerintah Republik Indonesia.

Langkah selanjutnya adalah merumuskan Tujuan Pembelajaran yang

merupakan output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran dan

mengacu pada indikator. Maka pada bagian ini telah disusun juga tujuan

pembelajaran setelah diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Kemudian

menentukan Materi Pembelajaran. Untuk memudahkan penetapan materi

pembelajaran, dapat mengacu dari indikator.

134
135

Berikutnya adalah menentukan Metode Pembelajaran, pada tahun

pelajaran 2014/2015 metode yang kami gunakan adalah kombinasi dari model

KTSP dan Saintifik. Untuk semester 1 (gasal) menggunakan model kurikulum

2006. Sedangkan untuk semester 2 (genap) menggunakan pendekatan

saintifik.145

Langkah selanjutnya menetapkan Kegiatan Pembelajaran yang terdiri dari

kegiatan pendahuluan (10% dari Total Alokasi Waktu). Dalam kegiatan

pendahuluan, kami menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran; Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan nilai-

nilai islam dengan materi yang akan dipelajari; Menjelaskan tujuan pembelajaran

atau kompetensi dasar yang akan dicapai; Menyampaikan cakupan materi dan

penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus. Kemudian Kegiatan Inti

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yaitu 75% dari total alokasi waktu.

Terakhir adalah Kegiatan Penutup, guru bersama-sama dengan siswa

membuat rangkuman/simpulan pelajaran; Melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam; Menyampaikan rencana pembelajaran

pada pertemuan berikutnya. Untuk lebih jelas dapat periksa lampiran Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada halaman lampiran di belakang.

145
Fitri Susanti, Metode Integrasi Pembelajaran IPS Sejarah, Wawancara, Senin, 12 Januari
2015 di ruang guru.

135
136

b. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di Kelas.

Observasi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran guru IPS Sejarah

di kelas VIII-a Materi IPS Sejarah Kelas VIII Semester 2 tanggal 13 Januari 2015

dengan Standar Kompetensi “Memahami usaha persiapan kemerdekaan”. Hasil

pengamatan adalah sebagai berikut :

Dalam pertemuan tatap muka di kelas, diawali dengan mengucap salam

kemudian berdoa dengan khusuk, guru memeriksa kerapian kelas, memimpin

tadarus, memberikan motivasi dan pertanyaan secara komunikatif tentang

proklamasi kemerdekaan Indonesia dan menggali nilai-nilai Islam yang terdapat

dalam kajian peristiwa tersebut. Selanjutnya guru menjelaskan kompetensi dasar

dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Dalam tahapan selanjutnya guru menyuruh siswa membaca buku dan

mengamati gambar tentang perbedaan perspektif antar kelompok sekitar

proklamasi kemerdekaan Indonesia yang disebabkan oleh terjadinya vakum of

power di Indonesia. Golongan muda akhirnya membawa Soekarno – Hatta ke

Rengasdengklok. Pemuda bermaksud akan menekan Soekarno – Hatta untuk

segera memproklamasikan kemerdekaan tetapi tidak jadi dilaksanakan.

Tahap berikutnya siswa dirangsang untuk menanya apa artinya vakum of

power, mengapa Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, dan mengapa

golongan pemuda gagal memaksa Ir Soekarno untuk segera memproklamasikan

kemerdekaan? Kemudian siswa berdiskusi untuk mengekplorasi data pada buku

136
137

paket, tayangan slide, lks dsb. Dengan dibimbing oleh Ibu Fitri Susanti siswa

menyimpulkan hasil diskusi serta menggali nilai-nilai Islam di dalamnya.

Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas.

Akhirnya guru menutup kegiatan pembelajaran dengan penilaian, refleksi

atau tanggapan dari peserta didik dengan kegiatan yang telah dilaksanakan. Guru

merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi tugas individu ataupun

kelompok. Terakhir guru menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan

berikutnya, lalu menutup kegiatan pembelajaran dengan hamdalah /

Wassalamualaikum.

B. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif

Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan di MTs

Ma‟arif Wadas keunggulan pembelajaran IPS yang diintegrasikan dengan nilai-nilai

Islam antara lain :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat

perkembangan anak. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan

pengambilan tema. Guru dalam memilih tema yang akan dipelajari oleh siswa

dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.146

2. Menurut wakil kepala bidang kurikulum MTs Ma‟arif Wadas keunggulan

penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam setiap pembelajaran ternyata sangat

146
Nurfadhillah, Pembelajaran Terpadu, melalui http://nurfadlillah.wordpress. Com /
2010/03/06/ diakses pada hari, senin, 22 Desember 2014, 21.05

137
138

mendukung visi dan misi madrasah karena akan menambah khasanah siswa dalam

menggali nilai-nilai Islam yang memang seharusnya dimiliki siswa dan

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.147

3. Berdasarkan wawancara dengan Fitri Susanti, S.Pd model pembelajaran

integrasi ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena dapat

menghubungkan suatu peristiwa sejarah dengan nilai-nilai Islam yang terkandung

di dalamnya.148

4. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan

dapat bertahan lebih lama. Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan

keterampilan berpikir anak. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik,

karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan

lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.

5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang

sering ditemui dalam lingkungan anak. Pembelajaran terpadu menyajikan

penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga memudahkan pemahaman konsep.

6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak, seperti kerja sama, toleransi,

komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.

147
Agus Wijatmiko, Keunggulan Integrasi Pembelajaran, Wawancara, tanggal 12 Januari
2015 di ruang guru, 12.00.
148
Fitri Susanti, Keunggulan Integrasi Pembelajaran , Wawancara, tanggal 12 Januari 2015
di ruang guru, 12.10.

138
139

7. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu,

tenaga dan sarana serta biaya karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan

sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

8. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat

menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar

yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan

memudahkan memahami hubungan materi dari satu konteks ke konteks lainnya.

9. Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan

peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara

sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan

dalam konteks yang lebih bermakna, seperti yang diungkapkan oleh Siti

Mutaharoh kelas 8-A Tyana Sinta Wulandari kelas 8-C dalam wawancara dengan

penulis.

10. Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap dan

memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau

tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.149

Di samping kelebihan yang dikemukakan di atas, model pembelajaran terpadu

juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model

pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran

149
Andrea Perdana, Pengertian ciri pembelajaran terpadu, melalui http://www. Andrean
perdana.com /2013/04/.html, diakses pada 28 Desember 2014, 21.00

139
140

harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan

pembelajaran terpadu memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.

1. Aspek Guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan

metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan

mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali

informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan

dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang

kajian tertentu saja. guru tidak sekedar mengajar, tetapi ia harus mempersiapkan

secara cermat, melaksanakan, dan memantau perkembangan siswa dengan

berbagai karakterstiknya. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit

terwujud.150

Seperti yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Ibu Fitri

Susanti S.Pd, keterbatasan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran di MTs

Ma‟arif Wadas adalah tentang pemahaman dalam dalil-dalil Alqur‟an dan Hadist

karena memang bukan dari basic berlatar belakang pendidikan agama Islam.

2. Aspek peserta didik

Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang

relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini

terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik

150
Andrea Perdana, Pengertian Pembelajaran Terpadu, melalui http://www. andreanperdana.
com/2013/04/p, diakses selasa, 23 Desember 2014, 22.10.

140
141

(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan

eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak

dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit

dilaksanakan.151

Dari hasil wawancara penulis dengan siswa/siswi MTs Ma‟arif Wadas antara

lain mengalami kesulitan ketika harus mencari dalil alqur‟an atau hadistnya dan

belum ada buku paket yang mengintegrasikan materi pelajaran dengan nilai-nilai

Islam. Maka siswa/siswi harus membuka buku-buku Pendidikan Agama Islam

untuk menghubungkan atau mengintegrasikan.152

3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi

yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan

menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila

sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan

terhambat. Dari wawancara penulis dengan wakil kepala bidang kurikulum bapak

Agus Wijatmiko dan juga guru mata pelajaran IPS Sejarah Ibu Fitri Susanti pada

aspek ini MTs Ma‟arif Wadas terkendala dengan keterbatasan buku dan referensi.

151
Andrea Perdana, Pengertian Pembelajaran Terpadu, melalui http://www. andreanperdana.
com/2013/04/p, diakses selasa, 23 Desember 2014, 22.15
152
Wawancara dengan ketua OSIS Irsyad Machali kelas VIII-A dan Tiyana Sinta Wulandari
kelas VIII-C MTs Ma‟arif Wadas pada hari senin, 12 Januari 2015 jam 09.40 di Ruang Kelas VIII-
A.

141
142

4. Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan

pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi).

Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian

keberhasilan pembelajaran peserta didik. Kelemahan yang dihadapi oleh guru IPS

Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas adalah tidak semua pokok bahasan bisa

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.153

5. Aspek Penilaian

Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh

(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa

bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk

menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang

komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi

pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

6. Suasana pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang

kajian dan „tenggelam‟nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat

mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau

153
Fitri Susanti, Kelemahan Pembelajaran Integrasi, Wawancara, pada hari Senin tanggal 15
Desember 2014 di ruang guru.

142
143

mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan

latar belakang pendidikan guru itu sendiri.154

7. Aspek Kultural

Keterbatasan kultural bangsa ini yang mendorong setiap pejabat untuk

mengontrol mengakibatkan para guru tergantung, sementara guru yang berinisiatif

harus membentur berbagai regulasi. Seperti yang dirasakan oleh guru-guru pada

MTs Ma‟arif Wadas adalah keterbatasan waktu / jam pelajaran yang diatur oleh

pengambil kebijakan.155

C. Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

Perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan

nilai-nilai Islam disusun dengan merancang konsep pembelajaran antara lain : (1)

Menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan. (2) Mempelajari standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan diitegrasikan. (3)

Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar kompetensi

yang memiliki potensi untuk dipadukan.156 (4) Menjabarkan ke dalam indikator.

(5) Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

154
http://surgailmu-kitapunya.blogspot.ch/2012/10/karakteristik-pembelajaran-terpadu.html,
diakses, selasa 23 Desember 2014; 22.46.
155
Agus Wijatmiko, Kebijakan yang membatasi, wawancara, pada tanggal 12 Januari 2015,
di ruang guru.
156
Budiono Saputro, Pembelajaran IPA Terpadu, Pendekatan Pratikum, Salatiga : STAIN
Salatiga Press, 2014, 13-14.

143
144

Rincian perangkat pembelajarannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Perangkat Sistem Pembelajaran IPS Sejarah

Kelas VIII Semester 1 (gasal)

Nilai-nilai Agama Islam


IPS Sejarah Aqidah Akhlak yang dapat
diintegrasikan

SK.2. Memahami proses SK.2. Menerapkan Meneladani akhlak


kebangkitan akhlak terpuji terpuji yang terdapat
Nasional kepada diri dalam tokoh-tokoh
KD.2.1. Menjelaskan sendiri pemimpin perlawanan
proses KD.2.1.Menjelaskan rakyat terhadap
perkembangan pengertian dan kolonialisme Barat
kolonialisme dan pentingnya antarar lain sikap
imperialis Barat, tawakkal, tawakkal, ikhtiyar,
serta pengaruh Ikhtiyar, Sabar, sabar, syukur dan
yang Syukur dan qonaah yang mengiringi
ditimbulkannya di Qanaah. perang Paderi, Perang
berbagai daerah. Materi Pembelajaran : Diponegoro dan perang
Materi Pembelajaran : Akhlak terpuji Aceh.
Bentuk-bentuk pada diri sendiri
perlawanan rakyat (tawakkal,
dalam menentang ikhtiyar, sabar,
kolonialism Barat syukur dan
di berbagai daerah qana‟ah)
- Perang Paderi
- Perang
Diponegoro
- Perang Aceh

144
145

Kelas VIII Semester 2 (genap)

Nilai-nilai Agama Islam


IPS Sejarah Aqidah Akhlak yang dapat
diintegrasikan

SK. 5. Memahami usaha SK. 6. Menerapkan Meneladani akhlak


persiapan Akhlak terpuji terpuji kepada sesama
kemerdekaan kepada sesama seperti ketika para
KD.5.1. Mendeskripsikan KD.6.1 Menjelaskan tokoh pemimpin RI
peristiwa – pengertian dan mempersiapkan
peristiwa pentingnya kemerdekaan negeri ini
sekitar proklamasi husnudzon, yang dijiwai dengan
dan proses tawadlu‟ husnudzon, tawadlu’,
terbentuknya tasamuh dan tasamuh dan ta’awun.
Negara Kesatuan ta‟awun.
Republik Materi Pembelajaran :
Indonesia (NKRI) Akhlak terpuji
Materi Pembelajaran : kepada sesama
- Perbedaan (husnudzon,
perspektif tawadlu‟
antar kelompok tasamuh dan
sekitar ta‟awun).
proklamasi
kemerdekaan
Indonesia.
- Kronologi
proklamasi
kemerdekaan
Indonesia.
- Proses
terbentuknya
Negara dan
Pemerintah
Republik Indonesia
dengan sidang
PPKI.

145
146

Silabus, Pemetaan Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar (SKKD), Penjabaran

dalam Indikator, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat dalam

lampiran tesis ini.

146
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya

tentang “Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di

kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung” maka dapat penulis

simpulkan sebagai berikut :

1. Implementasi pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung yang diintegrasi dengan nilai-nilai Islam dilakukan

dengan dua tahap yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Pada

tahap perencanaan dilakukan dengan menetapkan bidang kajian yang akan

dipadukan antara mata pelajaran IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama

Islam. Kemudian mempelajari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

IPS Sejarah dengan Pendidikan Agama Islam. Berikutnya mengidentifikasi

beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar Kompetensi yang

memiliki potensi untuk diintegrasikan. Tidak memaksakan Kompetensi

Dasar yang tidak berpotensi untuk dipadukan dalam pembelajaran. Karena

Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan akan disajikan tersendiri. Pada

tahap pelaksanaan dilakukan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Menyajikan di kelas yang terdiri atas kegiatan

Pendahuluan, Kegiatan Inti, Penutup dan Evaluasi.

147
148

2. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs

Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai

Islam.

a. Keunggulan pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai

Islam antara lain :

1) Sangat mendukung visi dan misi madrasah karena akan menambah

khasanah siswa dalam menggali nilai-nilai Islam dalam setiap

pembelajaran yang memang seharusnya dimiliki siswa.

2) Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, karena dapat

menghubungkan suatu peristiwa sejarah dengan nilai-nilai Islam yang

terkandung di dalamnya.

3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar

akan dapat bertahan lebih lama.

4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak, seperti kerja sama,

toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.

5) Akan terjadi peningkatan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru

dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta

didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan,

belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

b. Kelemahan pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam

antara lain :

148
149

1) Keterbatasan kemampuan guru mata pelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif

Wadas tentang pemahaman dalil-dalil Alqur‟an dan Hadist karena memang

bukan berlatar belakang pendidikan agama Islam.

2) Siswa di MTs Ma‟arif Wadas mengalami kesulitan ketika harus mencari dalil

al-Qur‟an atau hadis karena belum ada buku ajar yang mengintegrasikan

materi pelajaran dengan nilai-nilai Islam.

3) Keterbatasan waktu / jam pelajaran yang diatur oleh pengambil kebijakan.

3. Perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas

Kandangan Temanggung yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

Perangkat sistem pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam disusun dengan merancang konsep pembelajaran antara

lain :

a. Menetapkan bidang kajian yang akan diitegrasikan.

b. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian

yang akan diitegrasikan.

c. Mengidentifikasi beberapa kompetensi dasar dalam berbagai standar

kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.

d. Menjabarkan ke dalam indikator.

d. Membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

149
150

B. Saran

1. Bagi Guru

a. Untuk tetap konsisten mempelajari dan mendalami kajian-kajian Islam yang

berhubungan dengan materi pelajaran sejarah di madrasah, termasuk rujukan

Al-qur‟an dan hadist Rasulullah SAW.

b. Kreatif mempraktekkan mempraktekkan berbagai model pembelajaran dalam

mengimplementasikan integrasi nilai-nilai Islam sehingga akan menambah

motivasi belajar siswa dan program pembelajaran integrasi tersebut tercapai

dengan maksimal.

c. Perlu untuk terus sharing dengan guru yang mengajar pendidikan agama

Islam agar saling mewarnai dalam integrasi lintas pelajaran.

d. Agar dikembangkan dalam forum MGMP tingkat kabupaten untuk dikaji

sebagai inovasi pembelajaran IPS Sejarah berintegrasi dengan nilai-nilai

Islam yang seharusnya menjadi penekanan model pembelajaran di madrasah.

2. Bagi Kepala Madrasah

a. Lebih intensif mendampingi pelaksanaan program integrasi nilai-nilai Islam

dalam pembelajaran semua mata pelajaran.

b. Mengirimkan guru mata pelajaran ke pendidikan pelatihan, seminar atau

MGMP dan lain-lain agar wawasan pembelajarannya semakin bertambah.

c. Mengupayakan terpenuhinya sarana prasarana yang dibutuhkan guna

mendukung keberhasilan integrasi pembelajaran dengan nilai-nilai Islam

tersebut.

150
151

3. Bagi Kementrian Agama

a. Mengadakan pendidikan dan latihan bagi guru madrasah tentang integrasi

nilai-nilai Islam dalam pembelajaran karena akan mendukung terwujudnya

peserta didik di madrasah yang benar-benar Islami.

b. Menfasilitasi pengadaan buku ajar dan referensi yang mengintegrasikan nilai-

nilai Islam dalam pembelajaran di madrasah

4. Bagi Orang Tua.

a. Komunikatif dengan fihak madrasah untuk mengawal perkembangan peserta

didik agar tumbuh menjadi pelajar yang punya karakter Islam.

b. Menciptakan suasana, kebiasaan dan budaya keseharian di rumah yang

sejalan dengan program madrasah. Jangan sampai bertolak belakang antara

pembiasaan di madrasah dengan kebiasaan orang tua di rumah.

5. Bagi peneliti lebih lanjut

a. Hasil penelitian ini masih dalam taraf kontektual dan belum maksimal,

kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih mendalam

lagi.

b. Kritik dan syaran dari peneliti selanjutnya demi sempurnanya tesis ini akan

penulis terima dengan senang hati.

151
152

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media,


2007.

Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo : PT Tiga Serangkai


Pustaka Mandiri, 2007.

Depdiknas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV Eka Jaya, 2003.

Drajat, Zakiyah dkk. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Gazalba, Sidi. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya Aksara,
1981.

Gunawan, Rudi. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta,
2013.

Hadi, Nor. Integrasi Nilai Agama Islam dalam Pembelajaran IPS di SD Nasima Kota
Semarang.Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Haryanto, Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 versi Amandemen. Melalui
http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/html(28-10-14),
2012.

Hardaniyati, Menuk dkk. Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta : Pusat
Bahasa, 2003.

Harahap, Rachmad Faisal. Astaga RI Peringkat 64 Untuk Pendidikan. Melalui


http://kampus.okezone.com/read/2013/06/01/373/816065/astaga-riperingkat-
ke-64-untuk-pendidikan.html(17-10-14), 2013.

Hartono. Pendidikan Integratif. Purwokerto : STAIN Press, 2011.

Hakim, Helmi. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 2013, melalui


http://catatan-guru sejarah.blogspot.com/2013/09/implementasi-kurikulum-
2013-pada-mata.html(15/03/14), 2013.

Hamalik. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995.

152
153

Hidayat, Dudung Rahmat. Hakikat dan Makna Nilai. Melalui http://file.upi.edu/


Direktori/FPBS/jur.pend.bhs arab/195204141980021..pdf(05/12/14), 1980.

Jalal F & Supriyadi D. Reformasi pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah.


Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 2001.

Khairunn, Fida. Karakteristik Pembelajaran Terpadu. Melaui http://surgailmu-


kitapunya. blogspot. ch/2012/10/.html(20/10/14), 2012.

Kamal, Rahmat. Pendidikan Nilai Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)


Malang 1. Yogyakarta: Tesis PPs UIN Yogyakarta, 2012.

Kaswardi EK. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta : PT Gramedia Widia
Sarana Indonesia, 1993.

Kharisma, Muh. Peranan Tertib Sekolah. Melalui http://kharismati.blogspot.com


/2012/03/ peranan-tata-tertib-sekolah.html(22-01-15), 2012.

Khasanah, Uswatun. Pengertian Tata Teertib Sekolah. Melalui http://www.


psychologymania. com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html(22-01-
15), 2013

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia,


1986.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya,


2003.

Kurnia, Anwar. Sejarah Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Yudhistira, 2007.

Kurniawan. Peran Guru. Melalui http://kurniawanrestupambudi. blogspot.com /


2012/11/peran-guru.html(20-01-15), 2012.

Kurtubi. Sudut Bumi IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Kukuh, Andri Aka. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Melalui


http://belajarpendidikanku. blogspot. com/2013/04/ html(14-12-14), 2013.

Resmini Novi. Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI.tt

153
154

Maksudin. Pendidikan Nilai Komprehensif; Teori dan Praktek. Yogyakarta: UN


Press cetakan I, 2009.

Moleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja


Rosdakarya, Cet. 31, 2013.

Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2013.

Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta, 2004.

Musfah, Jejen. Budaya disiplin di sekolah. melalui http://www.academia.edu


/41051998/ Budaya_Disiplin_ di_ Sekolah,html(20-01-15), 1998.

Mustopa, Pendidikan Integratif Interkonektif Pendidikan Agama Islam dan Saint di


SMA 1 Ngantang Malang. Yogyakarta: Tesis PPs UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010.

Mardiatmaja BS. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius, 1986.

Mukti, Aditya. Kualitas Pendidikan Indonesia, melalui http://edukasi. kompasiana.


com/2012/04/13/makalah-kualitas-pendidikan-di-indonesia-saat-ini-
454680.html(08-12-14), 2012.

Muhaimin dkk. Dimensi-dimensi Studi Islam., Surabaya : Karya Abditama, 1993.

Makmun, M. Ngali Zaenal. Pembelajaran IPA dan IPS Berbasis Integrasi


Interkoneksi, Studi Kasus di MIN Sumberrejo Mertoyudan Magelang. Tesis
PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.

Nurfadhillah, Pembelajaran Terpadu, melalui http://nurfadlillah.wordpress. Com /


2010/03/06/(22-12-14), 2010.

Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008,

Perdana, Andrean. Pengertian, Ciri, Kelebihan, dan Kekurangan Pembelajaran


Terpadu. Melalui http://www.andreanperdana.com /2013/04/.html(28/10/
14) 2013.

Robiansyah, Firman dkk. Pengertian tujuan dan filosofi pendidikan nilai. Melalui
http://groups.yahoo. com /group/pakguruonline/message/131(11/11/14),
2008.

154
155

Resmini, Novi. Makalah Model-model Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI.tt

Runzzzz. Macam-macam nilai. Melalui http://runzzzz.wordpress. com/ 2011/ 05/ 30/


macam-macam-nilai-menurut-prof-notonegoro-dan-waber-g-everet.html(05-
12-14), 2011.

Saputro, Budiono. Pembelajaran IPA Terpadu, Pendekatan Pratikum. Salatiga:


STAIN Salatiga Press. 2014.

Sapriya. Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset, 2012.

Sardiman AM. Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII SMP/MTs.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.

Sanusi. Integrasi Umat Islam. Bandung: Iqomatuddin, 1987.

Suwanto dkk. Sejarah Nasional dan Umum. Semarang : Aneka Ilmu, 1997.

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun


2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kulitatif dilengkapi dengan Contoh Proposal dan


Laporan Penelitian. Bandung : Alfabeta, 2005.

Sukmadinata, NS. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Offset, 2012.

Sumantri. Pendidikan Nilai Kontemporer. Bandung: Program studi PU UPI, 2007.

Suryanegara, AM. Api Sejarah 1. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2009.

______________. Api Sejarah 2. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010.

Suwarna. Strategi Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Pembelajaran berbasis


Kompetensi, Jurnal Cakrawala Pendidikan vol 12, 33-37. Melalui

155
156

http;//eprints.uny.ac.id/482/1/strategi_integrasi.pdf., 2 juni 2010(05-12-14),


2010.

Sukayati. Materi Diklat. Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari


Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: PPPG, 2004.

Sutarto dkk. IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : BSE Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux.
Semarang: CV. Widya Karya, 2005.

Tim Redaksi Ma‟arif Press. Himpunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


MTs/SMP, Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Semarang : PW. LP Ma‟arif Jawa Tengah, 2006.

Tim Penyusun MGMP IPS Temanggung. Inovasi Ilmu Pengetahuan Sosial, 2014.

Tim Penulis PGMI. Pembelajaran Tematik. Surabaya : Lapis-PGMI, 2009.

Tribun Jateng, Selasa 8 April 2014, Bocoran Menyesatkan.

Tribun Jateng. Senin, 5 Mei 2014, Kakak Kelas Sumpal Mulut Renggo Hingga
Berdarah.

Tribun Jateng. Senin, 26 Mei 2014, Korban Tolak Mengerjakan PR Pelaku.

Tribun Jateng. Rabu, 25 Juni 2014, Siswa SUPM Negeri Tegal Tewas Setelah
Dianiaya Kakak Kelas.

Tribun Jateng. Sabtu, 28 Juni 2014, Korban Febri Ternyata Adik Kelasnya.

Utomo, Cahyo Budi. Peran Afektif Pengajaran Sejarah di Sekolah. Makalah, IKIP
Semarang, tidak diterbitlkan.

Widodo Sutrisno. Materi Diklat, Evaluasi dalam pembelajaran terpadu di Sekolah


Dasar. Surabaya : 2006.

Wiyono. Metode Penulisan Sejarah. Semarang : IKIP Pres, 1990.

Yudaamijaya, Koswara. Konsep dasar pembelajaran Terpadu. Melalui


http://ncosyuda.Blogspot.com/2012/11/.html(27-10-14), 2012.

156
157

Lampiran 1 :

Silabus asli IPS Sejarah kelas VIII

Standar Kompetensi : 2. Memahami proses kebangkitan nasional.


Kompetensi Materi Kegiatan
Indikator Penilaian
Dasar Pokok/Pembelajaran Pembelajaran
2.1 Kebijakan-kebijakan Membaca  Mengidentifi
Menjelaskan pemerintah kolonial referensi kasi Tertulis
proses tentang kebijakan- Non
perkembangn contoh kebijakan tertulis
kolonialisme 1. V O C kebijakan- pemerintah
dan 2. Daendels kebijakan kolonial di
imperilaisme 3. Raffles pemerintah berbagai
Barat, serta kolonial daerah
pengaruh
yang Pengaruh yang Menelaah  Mengidentifi
ditimbulkan ditimbulkan oleh pengaruh -
nya di kebijakan-kebijakan yang kasi
berbagai pemerintah kolonial ditimbulkan pengaruh
daerah di berbagai daerah oleh yang
1. Tanam Paksa kebijakan- ditimbulkan
2. Politik Pintu kebijakan oleh
Terbuka pemerintah kebijakan-
kolonial di kebijakan
berbagai pemerintah
daerah kolonial di
dengan berbagai
diskusi daerah
kelompok

Bentuk-bentuk Menelaah  Mendeskrips


perlawanan rakyat bentuk- ikan bentuk-
dalam menentang bentuk bentuk
klomialisme Barat di perlawanan perlawanan
berbagai daerah rakyat dalam rakyat dalam
1. Perang menentang menentang
Paderi kolonialisme kolonialisme
2. Perang Barat di Barat di
Diponegoro berbagai berbagai
3. Perang Aceh daerah daerah
dengan

157
158

membaca
referensi dan
mengamati
gambar

Daerah-daerah Membaca  Mengidentifi


persebaran agama dan membuat kasi daerah-
Nasrani peta daerah- daerah
daerah persebaran
persebaran agama
agama Kristen
kristen

Standar Kompetensi : 5. Memahami usaha persiapan kemerdekaan


Kompetensi Materi Kegiatan
Indikator Penilaian
Dasar Pokok/Pembelajaran Pembelajaran
5.1 Mendes- Perbedaan perspektif Menggali  Melacak Tertulis
kripsikan antar kelompok informasi perbedaan Non
peristiwa- sekitar proklamasi tentang perspektif tertulis
peristiwa kemerde-kaan perbedaan antar
sekitar pro- Indonesia perspektif kelompok
klamasi dan antara sekitar prokla-
proses kelompok masi
terbentukny sekitar kemerdekaan
a negara proklamasi Indonesia
kesatuan kemerdekaan
Republik Indonesia
Indonesia dengan
referensi dan
sumber lain
yang relevan

Kronologi proklamasi Membuat  Menyusun tes unjuk


kemerdekaan naskah kronologi kerja dan
Indonesia sosiodrama proklamasi presentas
kronologi kemerdekaan i
proklamasi Indonesia
kemerdekaan
Indonesia
dan
dismulasikan

158
159

Penyebaran berita Menggali  Mendeskripsik


proklamasi informasi an secara
kemerdekaan melalui dengan kronologis
berita radio, panflet, referensi dan penyebaran
selebaran sumber yang berita tentang
relevan proklamasi
tentang kemerdekaan
penyebaran dan sikap
berita rakyat di
proklamasi berbagai
daerah

Proses terbentuknya Menelaah  Menjelaskan


Negara dan proses proses
Pemerintah Republik terbentuknya terbentuknya
Indonesia dengan negara negara
sidang PPKI pemerintahan pemerintah
RI dengan Republik
sidang- Indonesia
sidang PPKI beserta
tgl 18, 19, kelengkapan
dan 22 dengan sidang
Agustus PPKI
1945

Dukungan dari Membaca  Menganalisis


berbagai daerah buku dukungan
berupa dukungan referensi dan spontan dan
spontan dan tindakan mengamati tindakan
kongkrit dari berbagai gambar heroik dari
daerah. dukungan berbagai
spontan dan daerah
heroik dari terhadap
berbagai pembentukan
daerah negara dan
terhadap pemerintah
pembentukan Republik
negara dan Indonesia
pemerintah
RI

159
160

Lampiran 2
Silabus Asli Aqidah Ahklak kelas VIII
Standar Kompetensi: 1. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah SWT.
Kompetensi Materi Nilai Budaya & Kegiatan
Indikator
Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa Pembelajaran
1.1.
Menjelaskan  Iman kepada  Cinta ilmu  Menjelaskan Membaca dan
pengertian kitab-kitab  Gemar pengertian menelaah
beriman Allah SWT. Membaca beriman kepada berbagai
kepada  Kreatif kitab-kitab Allah literatur
kitab-kitab  Disiplin SWT. untuk dapat
Allah SWT.  Mandiri  Menunjukkan menjelaskan
 Ingin tahu dalil naqli pengertian
 Kerja sama tentang beriman beriman
kepada kitab- kepada kitab-
kitab Allah kitab Allah
SWT. SWT dengan
benar.

1.2.
Menunjukk  Bukti/dalil  Cinta ilmu  Menyebutkan Membaca dan
n bukti/dalil kebenaran  Gemar bukti/dalil menelaah
kebenaran adanya Membaca adanya berbagai
adanya kitab-kitab  Kreatif kebenaran literatur
kitab-kitab Allah SWT.  Disiplin adanya kitab- untuk
Allah SWT  Mandiri kitab Allah SWT menemukan
 Ingin tahu melalui berbagai bukti/dalil
 Kerja sama literatur kebenaran
 Menyebutkan adanya kitab-
bukti/dalil kitab Allah
adanya SWT.
kebenaran
adanya kitab-
kitab Allah SWT
melalui dalil
naqli.
1.3.
Menjelaskan  Macam,  Cinta ilmu  Menunjukkan Membaca dan
macam, fungsi dan  Gemar nama-nama kitab menelaah
fungsi dan isi kitab Membaca Allah SWT berbagai
isi kitabAllah Allah  Kreatif beserta rasul literatur

160
161

 Disiplin yang untuk


 Mandiri menerimanya. menjelaskan
 Ingin tahu  Menyebutkan macam,
 Kerja sama fungsi dan isi fungsi dan isi
pokok dari kitab- kitab Allah
kitab Allah.

1.4.
Menampilkn  Perilaku  Cinta ilmu  Menampikan Menunjukkan
perilaku yang  Gemar sikap mencintai sikap yang
yang mencermink Membaca Al-Quran mencerminka
mencermin an beriman  Kreatif sebagai kitab n beriman
kan beriman kepada  Disiplin Allah SWT kepada Kitab
kepada Kitab Allah  Mandiri  Menjadikan al- Allah SWT
Kitab Allah SWT.  Ingin tahu Quran sebagai
SWT.  Kerja sama sumber hukum
dan pedoman
dalam kehidupan
sehari-hari.

Standar Kompetensi : 2. Menerapkan akhlak terpuji kepada diri sendiri

Kompetensi Materi Nilai Budaya & Kegiatan


Indikator
Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa Pembelajaran
2.1.
Menjelaskan  Akhlak  Cinta ilmu  Menjelaskan Membaca dan
Pengertian terpuji pada  Gemar pengertian dan menelaah
dan diri sendiri Membaca pentingnya berbagai
pentingnya (tawakkal,  Kreatif tawakkal literatur
tawakkal, ikhtiyar,  Disiplin  Menjelaskan untuk dapat
ikhtiyar, sabar,  Mandiri pengertian dan menjelaskan
sabar, syukur syukur dan  Ingin tahu pentingnya pengertian
dan qana‟ah qana‟ah)  Kerja sama ikhtiyar dan
 Menjelaskan pentingnya
pengertian dan tawakkal,
pentingnya sabar ikhtiyar,
 Menjelaskan sabar, syukur
pengertian dan dan qana‟ah
pentingnya
syukur
 Menjelaskan

161
162

pengertian dan
pentingnya
qana‟ah

 Bentuk dan  Cinta ilmu  Menyebutkan Mengamati


2.2. contoh-  Gemar contoh-contoh lingkungan
Mengidentif contoh Membaca sikap tawakkal, sekitar untuk
kasi bentuk perilaku  Kreatif ikhtiyar, sabar, mengenali
dan contoh- tawakkal,  Disiplin syukur dan bentuk dan
contoh ikhtiyar,  Mandiri qana‟ah contoh-
perilaku sabar,  Ingin tahu  Menunjukkan contoh sikap
tawakkal, syukur dan  Kerja sama ciri-ciri orang tawakkal,
ikhtiyar, qana‟ah yang memiliki ikhtiyar,
sabar, sikap tawakkal, sabar, syukur
syukur dan ikhtiyar, sabar, dan qana‟ah
qana‟ah syukur dan
qana‟ah

2.3.
Menunjukan  Nilai-nilai  Cinta ilmu  Menyebutkan Mengamati
nilai-nilai positif dari  Gemar nilai-nilai positif lingkungan
positif dari tawakkal, Membaca dari tawakkal sekitar untuk
tawakkal, ikhtiyar,  Kreatif dalam fenomena menunjukkan
ikhtiyar, sabar,  Disiplin kehidupan nilai-nilai
sabar, syukur dan  Mandiri  Menyebutkan positif dari
syukur dan qana‟ah  Ingin tahu nilai-nilai positif tawakkal,
qana‟ah  Kerja sama dari ikhtiyar ikhtiyar,
dalam dalam fenomena sabar, syukur
fenomena kehidupan dan qana‟ah
kehidupan  Menyebutkan dalam
nilai-nilai positif fenomena
dari sabar dalam kehidupan
fenomena
kehidupan
 Menyebutkan
nilai-nilai positif
dari syukur
dalam fenomena
kehidupan
 Menyebutkan
nilai-nilai positif
dari qana‟ah

162
163

dalam fenomena
kehidupan
2.4.
Membiasa-  Perilaku  Cinta ilmu  Menunjukkan Mempraktikk
kan perilaku tawakkal,  Gemar contoh sikap an perilaku
tawakkal, ikhtiyar, Membaca tawakkal, terpuji
ikhtiyar, sabar,  Kreatif ikhtiyar, sabar, (tawakkal,
sabar, syukur dan  Disiplin syukur dan ikhtiyar,
syukur dan qana‟ah  Mandiri qana‟ah dalam sabar, syukur
qana‟ah.  Ingin tahu lingkungan dan qana‟ah)
 Kerja sama keluarga. bersama
 Menunjukkan teman-teman
contoh sikap dan Bpk/Ibu
tawakkal, gurunya di
ikhtiyar, sabar, sekolah.
syukur dan
qana‟ah dalam
lingkungan
sekolah.
 Menunjukkan
contoh sikap
tawakkal,
ikhtiyar, sabar,
syukur dan
qana‟ah dalam
lingkungan
masyarakat

Standar Kompetensi: 4. Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah

Kompetensi Materi Nilai Budaya & Kegiatan


Indikator
Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa Pembelajaran
4.1.
Menjelaskan  Iman kepada  Cinta ilmu  Menjelaskan Membaca dan
pengertian Rasul-rasul  Gemar pengertian dan menelaah
dan Allah SWT. Membaca pentingnya berbagai
pentingnya  Kreatif beriman kepada literatur
beriman  Disiplin rasul-rasul Allah untuk dapat
kepada  Mandiri SWT menjelaskan
Rasul-rasul  Ingin tahu  Menunjukkan pengertian
Allah SWT.  Kerja sama dalil naqli beriman

163
164

tentang beriman kepada


kepada rasul- Rasul-rasul
rasul Allah SWT Allah SWT
 Menunjukkan dengan benar.
nama-nama
Rasul yang wajib
diketahui dan
diimani.
4.2.
Menunjukkan  Bukti/dalil  Cinta ilmu  Menyebutkan Membaca dan
bukti/dalil kebenaran  Gemar bukti/dalil menelaah
kebenaran adanya Membaca adanya berbagai
adanya Rasul Rasul-rasul  Kreatif kebenaran literatur
rasul Allah Allah SWT.  Disiplin adanya Rasul- untuk
SWT.  Mandiri rasul Allah SWT menemukan
 Ingin tahu melalui berbagai bukti/dalil
 Kerja sama literatur kebenaran
 Menyebutkan adanya
bukti/dalil Rasul-rasul
adanya Allah SWT.
kebenaran
adanya Rasul-
rasul Allah SWT
melalui dalil
naqli.naqli.
4.3 .
Menguraikan  Sifat-sifat  Cinta ilmu  Menjelaskan Membaca
sifat-sifat Rasul-rasul  Gemar sifat-sifat wajib, dan
Rasul-rasul Allah SWT Membaca mustahil dan jaiz menelaah
Allah SWT  Kreatif bagi Rasul-rasul berbagai
 Disiplin Allah SWT. literatur
 Mandiri  Menjelaskan untuk
 Ingin tahu pengertian Ulul menjelaskan
 Kerja sama Azmi. sifat-sifat
 Menunjukkan Rasul-rasul
nama-nama Allah SWT
Rasul Ulul yang terdiri
Azmi. dari sifat
 Menjelaskan wajib,
sifat-sifat Rasul mustahil dan
Ulul Azmi. jaiz

164
165

Standar Kompetensi : 5. Memahami mu‟jizat dan kejadian luar biasa lainnya


(karomah, maunah, dan irhash)

Kompetensi Materi Nilai Budaya & Kegiatan


Indikator
Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa Pembelajaran
5.1.
Menjelaskan  Mu‟jizat dan  Cinta ilmu  Menjelaskan Membaca
Pengertian kejadian luar  Gemar pengertian dan menelaah
mu‟jizat dan biasa lainnya Membaca mu‟jizat dan berbagai
kejadian luar (karomah,  Kreatif contohnya literatur
biasa maunah, dan  Disiplin  Menjelaskan untuk dapat
lainnya irhash)  Mandiri pengertian menjelaskan
(karomah,  Ingin tahu karomah dan pengertian
maunah,  Kerja sama contohnya mu‟jizat dan
dan irhash)  Menjelaskan kejadian luar
pengertian biasa lainnya
maunah dan (karomah,
contohnya maunah, dan
 Menjelaskan irhash)
pengertian irhash
dan contohnya.
5.2.
Menunjukka  Hikmah  Cinta ilmu  Menyebutkan Membaca
hikmah adanya  Gemar hikmah adanya dan menelaah
adanya mu‟jizat dan Membaca mu‟jizat berbagai
mu‟jizat dan kejadian luar  Kreatif  Menyebutkan literatur
kejadian luar biasa lainnya  Disiplin hikmah adanya untuk dapat
biasa lainnya (karomah,  Mandiri karomah menunjukkan
(karomah, maunah, dan  Ingin tahu  Menyebutkan hikmah
maunah, dan irhash) bagi  Kerja sama hikmah adanya adanya
irhash) bagi rasul-rasul maunah mu‟jizat dan
rasul-rasul Allah dan  Menyebutkan kejadian luar
Allah dan orang-orang hikmah adanya biasa lainnya
orang-orang pilihan Allah irhash. (karomah,
pilihan Allah maunah, dan
irhash) bagi
rasul-rasul
Allah dan
orang-orang
pilihan Allah

165
166

Standar Kompetensi : 6. Menerapkan akhlak terpuji kepada sesama

Kompetensi Materi Nilai Budaya & Kegiatan


Indikator
Dasar Pembelajaran Karakter Bangsa Pembelajaran
6.1
Menjelaskan  Akhlak  Cinta ilmu  Menjelaskan Membaca dan
pengertian terpuji pada  Gemar pengertian dan menelaah
dan sesama Membaca pentingnya berbagai
pentingnya (husnudz  Kreatif husnudz dzon literatur
husnudzon dzon,  Disiplin  Menjelaskan untuk dapat
dzon, tawadlu‟,  Mandiri pengertian dan menjelaskan
tawadlu‟, tasamuh dan  Ingin tahu pentingnyatawad pengertian
tasamuh dan ta‟awun)  Kerja sacma lu dan
ta‟awun  Menjelaskan pentingnya
pengertian dan husnudz
pentingnya dzon,
tasamuh tawadlu‟,
 Menjelaskan tasamuh dan
pengertian dan ta‟awun
pentingnya
ta‟awun
6.2
Mengidenti  Bentuk dan  Cinta ilmu  Menyebutkan Mengamati
fikasi bentuk contoh  Gemar bentuk dan lingkungan
dan contoh perilaku Membaca contoh-contoh sekitar untuk
perilaku husnudz  Kreatif sikap husnudz mengenali
husnudz dzon,  Disiplin dzon, tawadlu‟, bentuk dan
dzon, tawadlu‟,  Mandiri tasamuh dan contoh-
tawadlu‟, tasamuh dan  Ingin tahu ta‟awun contoh sikap
tasamuh dan ta‟awun  Kerja sama  Menunjukkan husnudz
ta‟awun ciri-ciri orang dzon,
yang memiliki tawadlu‟,
sikap husnudz tasamuh dan
dzon, tawadlu‟, ta‟awun
tasamuh dan
ta‟awun
6.3
Menunjukkn  Nilai-nilai  Cinta ilmu  Menyebutkan Mengamati
nilai-nilai positif dari  Gemar nilai-nilai positif lingkungan
positif dari husnudz Membaca dari husnudz sekitar untuk
husnudz dzon,  Kreatif dzon dalam menunjukkan

166
167

dzon, tawadlu‟,  Disiplin fenomena nilai-nilai


tawadlu‟, tasamuh dan  Mandiri kehidupan positif dari
tasamuh dan ta‟awun  Ingin tahu  Menyebutkan husnudz
ta‟awun  Kerja sama nilai-nilai positif dzon,
dalam dari tawadlu‟ tawadlu‟,
fenomena dalam fenomena tasamuh dan
kehidupan kehidupan ta‟awun
 Menyebutkan dalam
nilai-nilai positif fenomena
dari tasamuh kehidupan
dalam fenomena
kehidupan
 Menyebutkan
nilai-nilai positif
dari ta‟awun
dalam fenomena
kehidupan
6.4
Membia  Perilaku  Cinta ilmu  Menunjukkan Mempraktikk
sakan perila husnudz  Gemar sikap husnudz an perilaku
ku husnudz dzon, Membaca dzon kepada terpuji
dzon, tawadlu‟,  Kreatif sesama. (husnudz
tawadlu‟, tasamuh dan  Disiplin  Menunjukkan dzon,
tasamuh dan ta‟awun  Mandiri sikap tawadlu‟ tawadlu‟,
ta‟awun  Ingin tahu kepada sesama. tasamuh dan
 Kerja sama  Menunjukkan ta‟awun)
sikap tasamuh bersama
kepada sesama. teman-teman
 Menunjukkan dan Bpk/Ibu
sikap ta‟awun gurunya di
kepada sesama sekolah.

167
168

Lampiran 3
Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang memiliki potensi untuk
diintegrasikan
Nilai-nilai Agama Islam
IPS Sejarah Aqidah Akhlak yang dapat
diintegrasikan

Kelas VIII semester 1 (gasal) Kelas VIII semester 1


SK.2. Memahami proses SK.2. Menerapkan Meneladani akhlak
kebangkitan nasioanl akhlak terpuji terpuji yang terdapat
KD.2.1. Menjelaskan proses kepada diri dalam tokoh-tokoh
perkembangan sendiri pemimpin perlawanan
kolonialisme dan KD.2.1.Menjelaskan rakyat terhadap
imperialism Barat, serta pengertian dan kolonialisme Barat
pengaruh yang pentingnya antarar lain sikap
ditimbulkannya di tawakkal, tawakkal, ikhtiyar,
berbagai daerah. Ikhtiyar, Sabar, sabar, syukur dan
Materi Pembelajaran : Syukur dan qonaah yang
Bentuk-bentuk Qanaah. mengiringi perang
perlawanan rakyat Materi Pembelajaran : Paderi, Perang
dalam menentang Akhlak terpuji Diponegoro dan perang
kolonialisme Barat di pada diri sendiri Aceh.
berbagai daerah : (tawakkal,
- Perang Paderi ikhtiyar, sabar,
- Perang Diponegoro syukur dan
- Perang Aceh qana’ah)

Kelas VIII semester 2 (genap) Kelas VIII semester 2


SK. 5. Memahami usaha SK. 6. Menerapkan Meneladani akhlak
persiapan kemerdekaan Akhlak terpuji terpuji kepada sesama
KD.5.1. Mendeskripsikan kepada sesama seperti ketika para
peristiwa – peristiwa KD.6.1 Menjelaskan tokoh pemimpin RI
sekitar proklamasi dan pengertian dan mempersiapkan
proses terbentuknya pentingnya kemerdekaan negeri ini
Negara Kesatuan husnudzon, yang dijiwai dengan
Republik Indonesia tawadlu’ husnudzon, tawadlu’,
(NKRI). tasamuh dan tasamuh dan ta’awun.
Materi Pembelajaran : ta’awun.
- Perbedaan perspektif Materi Pembelajaran :
antar kelompok sekitar Akhlak terpuji

168
169

proklamasi kemerdekaan kepada sesama


Indonesia. (husnudzon,
- Kronologi proklamasi tawadlu’
kemerdekaan Indonesia. tasamuh dan
- Proses terbentuknya ta’awun).
Negara dan Pemerintah
Republik Indonesia
dengan sidang PPKI.

169
170

Lampiran 4
Penjabaran dalam indikator
Nilai-nilai Agama
IPS Sejarah Aqidah Akhlak Islam yang dapat
diintegrasikan

Kelas VIII semester 2 (genap)


 Perang Paderi
1. Menjelaskan latar 1.Menjelaskan
belakang pengertian dan
lahirnya gerakan paderi. pentingnya sikap
2. Menjelaskan sikap tawakal tawakkal, Ikhtiyar, 1.Sikap Tawakal
yang telah ditunjukkan Sabar, Syukur dan untuk elakukan
oleh para tokoh gerakan Qanaah. perjuangan dalam
paderi 2. Menunjukkan ciri- memurnikan ajaran
3. Menyebutkan tokoh ciri orang yang Islam.
pemimpin perang paderi. memiliki sikap
4. Menjelaskan jalannya tawakkal, ikhtiyar,
pertempuran dalam Perang sabar, syukur dan
Paderi. qana‟ah.
5. Menemukan sikap sabar 3. Menunjukkan contoh 2.Sikap Sabar
dalam menerima hasil sikap tawakkal, dalam setiap hasil
perjuangan yang telah ikhtiyar, sabar, perjuangan
dicontohkan oleh tokoh syukur dan qana‟ah
pemimpin perang paderi. dalam lingkungan
masyarakat.
 Perang Diponegoro
1. Menyebutkan faktor
penyebab terjadinya
Perang Diponegoro
2. Menunjukkan sikap 1.Sikap ihktiyar
ihktiyar P. Diponegoro melakukan
dalam memimpin perlawanan terhadap
perlawanan ketidakadilan dan
terhadap penjajah kedholiman
Belanda.
3. Menjelaskan proses
perlawanan Diponegoro
4. Menunjukkan sikap sabar 2. Sikap sabar dan
yang dimiliki oleh para Qonaah terhadap
pemimpin Perang hasil

170
171

Diponegoro sebuah perjuangan.


5. Menjelaskan akhir Perang
Diponegoro
6.Menemukan sikap Qonaah
yang telah dicontohkan oleh
para tokoh pemimpin
perang Diponegoro

 Perang Aceh
1. Menyebutkan sebab
terjadinya perang Aceh.
2. Menunjukkan sikap
ihktiyar tokoh pemimpin 1. Sikap Ihktiyar untuk
Aceh dalam memimpin mempertahankan hak
perlawanan kemerdekaan.
terhadap penjajah
Belanda.
3. Menyebutkan 3 tokoh
pemimpin dalam perang
Aceh.
4. Menemukan sikap sabar 2. Sikap sabar dan
yang telah dicontohkan oleh menghadapi
para tokoh pemimpin Kedholiman.
perang Aceh.
5. Menjelaskan faktor yang
menyebabkan Perang
Aceh berlangsung lama
4. Sikap qonaah
6. Menemukan sikap Qonaah
Menghadapi
yang telah dicontohkan oleh Kedholiman
para tokoh pemimpin
perang Aceh.
7. Menjelaskan strategi
Belanda menundukkan
perlawanan Aceh
8. Menemukan sikap syukur 3. Sikap syukur kepada
Kepada Allah SWT atas Allah atas perjuangan
perjuangan para para syuhada‟
syuhada.

171
172

Kelas VIII semester 2 (genap)


 Dukungan dari berbagai SK. 6. Menerapkan
daerah berupa dukungan Akhlak terpuji
spontan dan tindakan kongkrit kepada sesama
dari berbagai daerah.Melacak KD.6.1 Menjelaskan
perbedaan perspektif antar pengertian dan
kelompok sekitar proklamasi pentingnya
kemerdekaan Indonesia husnudzon,
 Menunjukkan sikap tawadlu‟ tawadlu‟  Sikap Tawalu’ yg
yang dimiliki tasamuh dan dimiliki para
Para pemuda dalam peristiwa ta‟awun. pemuda dalam
Rengasdengklok Materi Pembelajaran : peristiwa
Akhlak terpuji Rengasdengklok
 Menyusun kronologi kepada sesama
proklamasi kemerdekaan (husnudzon,
Indonesia. tawadlu‟
tasamuh dan
 Menunjukkan sikap Ta’awun ta‟awun).  Sikap ta’awun
dalam kronologi proklamasi dalam kronologi
kemerdekaan Indonesia proklamasi
kemerdekaan
 Mendeskripsikan secara Indonesia
kronologis penyebaran berita
tentang proklamasi
kemerdekaan dan sikap rakyat
di berbagai daerah
 Menemukan sikap ta’awun  sikap ta’awun yang
dalam penyebaran berita terdapat dalam
proklamasi kemerdekaan dan penyebaran berita
sikap rakyat diberbagai proklamasi
daerah. kemerdekaan dan
sikap rakyat di
 Menjelaskan proses berbagai daerah
terbentuknya negara dan
pemerintahan Republik
Indonesia beserta
kelengkapannya dengan
sidang-sidang PPKI.
 Menunjukkan sikap tasamuh  sikap tasamuh dan
dan ta’awun dalam proses ta’awun yang
terbentuknya negara dan terdapat dalam

172
173

pemerintahan RI beserta proses


kelengkapannya dengan terbentukknya
sidang-sidang PPKI Negara dan
pemerintahan RI.
 Menganalisis dukungan
spontan dan tindakan heroik
dari berbagai daerah terhadap
pembentukan negara dan
pemerintah Republik
Indonesia.

 Memberi contoh sikap  sikap husnudz-dzon


husnudz-dzon yang terdapat yang terdapat dalam
dalam dukungan spontan dukungan spontan
terhadap pembentukan negara terhadap
dan pemerintah Republik pembentukan
Indonesia.. negara dan
pemerintah
Republik Indonesia

173
174

Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN( RPP )157

Nama Sek/Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Mata Pelajaran : IPS Sejarah

Kelas / semester : VIII / 1

Standar Kompetensi : 2. Memahami proses kebangkitan nasional

Kompetensi Dasar : 2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan

imperilaisme Barat serta pengaruh yang

ditimbulkannya di berbagai daerah.

Indikator : 1. Menjelaskan latar belakang lahirnya gerakan paderi.

2. Menjelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh

para tokoh gerakan paderi

3. Menyebutkan tokoh pemimpin perang paderi.

4. Menjelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi.

5. Menemukan sikap sabar dalam menerima hasil

perjuangan yang telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin

perang paderi.

Alokasi Waktu : 1 x 40 menit ( 1 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menjelaskan latar belakang lahirnya gerakan paderi.

157
Fitri Susanti, Perangkat Pembelajaran IPS Sejarah Kelas VIII MTs Ma’arif Wadas,
Wawancara, Senin, 12 Januari 2015, 10.00 di ruang guru

174
175

2. Dapat menjelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para

tokoh gerakan paderi.

3. Menyebutkan tokoh pemimpin perang paderi.

4. Menjelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi.

5. Menemukan sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang

telah dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi.

B Materi Pelajaran.

1. Latar belakang lahirnya gerakan paderi.

Latar belakang lahirnya gerakan paderi adalah pemurnian ajaran

Islam.158

2. Sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh gerakan paderi.

Tawakal berarti berserah diri kepada Allah SWT, atau menyerahkan

suatu urusan kepada kebijakan Allah SWT, yang mengatur segala-galanya.

Tawakal kepada Allah harus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh.

Tawakal yang dilakukan sebelum berusaha yang sungguh-sungguh tidak

dibenarkan dlam Islam. Allah SWT berfirman :

َ‫َّللاَ َُ ِحةُّ ْال ُوتَ َى ِّكلُِي‬


َّ ‫َّللاِ إِ َّى‬
َّ ًَ‫…فَئ ِ َذا َع َز ْهتَ فَت ََى َّكلْ َعل‬.
Artinya :

....kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka


bertawakallah kepada Allah, sungguh, Allah mencintai orang yang
bertawakal. (Q.S. Ali Imran/3 : 159)159

158
Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997, 32
159
T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 1997, 29.

175
176

Sikap Tawakal para tokoh gerakan paderi dapat dilihat dari awal

gerakan ini dilakukan sudah mendapatkan reaksi tidak hanya dari penjajah

Belanda tapi juga kaum adat di Minangkabau. Namun kaum paderi tetap

gigih berjuang untuk memurnikan ajaran agama Islam yang sudah

bercampur dengan adat budaya yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat

Islam, misalnya kebiasaan berjudi, minum tuak dan sabung ayam. Akhirnya

perang tak bisa dihindari antara kaum paderi dengan kaum adat yang

mendapat bantuan Belanda. Golongan Paderi tetap bersikap tawakal

meskipun harus berhadapan dengan kekuatan yang lebih besar.

3. Tokoh pemimpin perang paderi.

Tokoh pemimpin perang paderi adalah Tuanku Imam Bonjol, Datok

Bandaro, Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Cerdik.160

4. Jalannya pertempuran dalam Perang Paderi.

Tahap I (1821-1825) perang antara kaum padri dengan kaum adat .

tahap II (1830-1870) perang anatar kaum adat dan kaum paderi melawan

Belanda. g Karena kekuatan yang tidak seimbang pada 21 September 1837

Tuanku Imam Bonjol tertangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur, Ambon

lalu ke Minahasa.

160
Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Inovasi Ilmu Pengetahuan Sosial, 2014, 37.

176
177

5. Sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang telah dicontohkan oleh

tokoh pemimpin perang paderi.

Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas patah hati, tidak

lekas putus asa. Firman Allah swt :

‫صابُِروا َوَرابِطُوا َواتَّ ُقوا اللَّهَ ل ََعلَّ ُك ْم‬ ِ َّ


َ ‫اصبِ ُروا َو‬
ْ ‫ين آ ََمنُوا‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
‫تُ ْفلِ ُحو َن‬
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (Q.S. Ali Imran/3 : 200)161

Sikap sabar pemimpin paderi terlihat ketika diadu domba oleh Belanda

dengan kaum adat maupun dengan prajurit Diponegoro (Sentot

Prawirodirjo), mereka tetap sabar. Bahkan ketika akhirnya kalah dan Imam

Bonjol tertangkap Belanda, mereka tetap sabar.

C Metode Pembelajaran

1. Ceramah bervariasi

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Observasi / pengamatan

161
Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, ………….34

177
178

D. Langkah - langkah Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4.11. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran

Intgra
Perte Waktu
Langkah-langkah EEK si
muan (menit )
Nilai

1 a. Pendahuluan 10‟
 Berdoa, memeriksa kehadiran siswa dan
kerapihan kelas
 Motivasi : Menceritakan semangat para Ekplo Tawa
tokoh perlawanan dan menghubungkan rasi kal
dengan nilai-nilai agama Islam yang
terdapat dalam setiap peristiwa
perlawanan terhadap penjajah Belanda.
 Apersepsi : Memperlihatkan gambar
tokoh perlawanan dan ditanyakan kepada
siswa tentang nama tokoh dan daerah Sabar
perlawanannya.
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai agar siswa menguasai
materi pelajaran yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti 20
 Guru membagi siswa ke dalam 3 Elabo
kelompok. rasi
 Tiap kelompok membaca buku referensi,
mengamati gambar-gambar pahlawan,
dan mencari nilai-nilai Islam yang
terkandung didalamnya.
 Tiap kelompok mendiskusikan tentang
proses Perang Paderi dan mencari nilai-
nilai agama Islam yang terdapat dalam
peristiwa tsb.
 Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi
 Guru memberi penilaian dari pengamatan
selama diskusi berlangsung
 Tanya jawab tentang hasil diskusi
 Guru memberikan penguatan dan umpan Konfi

178
179

balik positif serta menfasilitasi siswa rmasi


apabila ada pertanyaan dan menerangkan
materi yang kurang dimengerti siswa
c. Penutup 10
 Membuat kesimpulan hasil diskusi
bersama-sama
 Memberikan tes / pertanyaan
 memberikan tugas tiap individu
dikerjakan di rumah.
 Menginformasikan materi yang akan
disampaikan pertemuan berikutnya

E. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007.

2. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasionel, 2009.

3. Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

4. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997

5. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VIII SMP MTs,

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009

6. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007.

7. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Inovasi IPS, 2014.

8. Peta

9. Globe

10. LCD

F. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian

179
180

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

3. Penugasan

4. Observasi

2. Bentuk Instrumen

1. Tes uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar ¡

1) Jelaskan latar belakang lahirnya gerakan paderi !

2) Jelaskan sikap tawakal yang telah ditunjukkan oleh para tokoh

gerakan paderi.

3) Sebutkan tokoh pemimpin perang paderi.

4) Jelaskan jalannya pertempuran dalam Perang Paderi.

5) TunJukkan sikap sabar dalam menerima hasil perjuangan yang telah

dicontohkan oleh tokoh pemimpin perang paderi.

Skor Penilaian :

Tiap nomor jawaban betul skor 2

Nilai ( 2 x 5 ) = 10

Penugasan : Buatlah Peta “ Tempat terjadinya Perang Paderi”

Tabel 4.12. RUBRIK PENILAIAN “ TUGAS RUMAH “

Peta “Tempat terjadinya Perang Paderi”


NO. Nama Siswa Aspek yang dinilai/ Skor
ketepatan Kelengkapan keindahan Jmh skor
4 3 3 10

180
181

Tabel 4.13. Rubrik penilaian proses diskusi :


Nama Aspek Penilaian Jumlah
No
Siswa Inisiatif Kerjasama Kekompakan Presentasi Skor
1.
2.
3.
4.

Keterangan :

Rentang Skor 5=Sangat Baik, 4=Baik, 3=Cukup,

2=Kurang, 1=Sangat Kurang.

Nilai akhir ((NA) : Jumlah Skor Penilaian X 100 =

Skor Maksimum

Mengetahui Temanggung, Juli 2014


Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

…………………..
Fitri Susanti, S.Pd

181
182

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Nama Sek/Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Mata Pelajaran : IPS Sejarah

Kelas / semester : VIII / 1

Standar Kompetensi : 2. Memahami proses kebangkitan nasional

Kompetensi Dasar : 2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan

imperilaisme Barat serta pengaruh yang

ditimbulkannya di berbagai daerah.

Indikator : 1. Menyebutkan faktor penyebab terjadinya Perang

Diponegoro

2. Menunjukkan sikap ihktiyar P. Diponegoro dalam

memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.

3. Menjelaskan proses perlawanan Diponegoro.

4. Menunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh para

pemimpin Perang Diponegoro.

5. Menjelaskan akhir Perang Diponegoro.

6. Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh

para tokoh pemimpin perang Diponegoro

Alokasi Waktu : 1 x 40 menit

182
183

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menyebutkan faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro?

2. Siswa dapat menunjukkan sikap ihktiyar P. Diponegoro dalam memimpin

perlawanan terhadap penjajah Belanda.

3. Siswa dapat menjelaskan proses perlawanan Diponegoro.

4. Siswa dapat menunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh para pemimpin

Perang Diponegoro.

5. Siswa dapat menjelaskan akhir Perang Diponegoro.

6. Siswa dapat menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para

tokoh pemimpin perang Diponegoro

B. Materi Pelajaran

1. Faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro.

Sebab umum :

1. Penderitaan rakyat akibat pajak yang berat

2. Wilayah Mataram yang semakin sempit

3. Campur tangan Belanda dalam masalah kerajaan

4. Masuknya budaya barat yang merusak syariat agama

Sebab khusus : Pembuatan jalan raya yang melewati makam leluhur Diponegoro.162

2. Sikap Ikhtiar Diponegoro dalam mengadakan perlawanan terhadap penjajah

Belanda.

162
Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ; Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2009, 65.

183
184

ْ yang berarti
Ikhtiar secara bahasa berasal dari bahasa Arab ‫إختَُِا ٌز‬

memilih. Selanjutnya ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakekatnya

orang yang berusaha berarti memilih. Secara istilah ikhtiar berarti melakukan

suatu kegiatan dengan maksud untuk memperolah suatu hasil yang

dikehendaki.

Ketika P. Diponegoro melihat penderitaan rakyat karena Belanda

memungut pajak yang memberatkan, tanah-tanah rakyat diambil alih oleh

Belanda untuk dijadikan perkebunan, masuknya budaya barat yang merusak

seperti gaya berpakaian dan minuman keras, campur tangan Belanda dalam

masalah kerajaan dll, maka P. Diponegoro memilih untuk melawan

pemerintah Belanda, atau berikhtiar memimpin perlawanan rakyat terhadap

penjajah Belanda dengan maksud merubah suatu keadaan yang tentunya

dikehendaki akan lebih baik.

G Proses perlawanan Diponegoro.

Perlawanan dimulai pada 12 Juli 1825, P. Diponegoro didukung oleh

Pangeran Mangkubumi, Kyai Mojo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo.

Dengan teknik perang gerilya Belanda banyak mengalami kekalahan dan

memakan banyak biaya. Belanda menghadapinya dengan siasat “Benteng

Stelsel” Satu persatu para pendukung P. Diponegoro tertangkap. Akhirnya P.

184
185

Diponegoro mendatangi perundingandi Magelang pada 18 Maret 1830 yang

merupakan jebakan Belanda untuk mengakhiri perang tersebut.163

H Sikap sabar yang dimiliki oleh Diponegoro.

Sikap sabar Diponegoro ditunjukkan ketika menghadapi strategi

Belanda yang akan memberikan hadiah sebesar 50.000 Gulden kepada siapa

saja yang bisa menangkap Diponegoro dan menangkap Kencono Wungu

(Ibu Diponegoro) agar Diponegoro menyerah, tapi dihadapi dengan sabar,

tetap semangat melanjutkan perjuangan mengusir Belanda dari tanah Jawa.

I Akhir Perang Diponegoro.

Akhir perang ini Diponegoro dijebak oleh Belanda dalam perundingan

di Magelang. Diponegoro ditangkap dan dibuang di Manado, kemudian

dipindah ke Makasar hingga wafat pada 8 Januari 1855.

J Sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh Diponegoro.

Qonaah artinya rela menerima kenyataan hidup yang dialami, Untuk

berjihad membela yang lemah P. Diponegoro rela keluar dari istana dan

bergerilya melawan Belanda hingga terjebak tipu daya Belanda. Dibuang ke

Manado lalu Makasar, 25 tahun hidup dalam pengasingan Beliau terima

dengan Qonaah.

D Metode Pembelajaran

163
Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008. 77.

185
186

1. Ceramah bervariasi

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Observasi / pengamatan

E. Langkah - langkah Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4.14. Langkah langkah kegiatan pembelajaran

Perte Waktu
Langkah-langkah EEK Karakter
muan (menit )

1 a. Pendahuluan 10
 Berdoa, memeriksa kehadiran siswa Ikhtiar
dan kerapihan kelas
 Motivasi : Menceritakan semangat Eksplo-
para tokoh perlawanan dan rasi
menghubungkan dengan nilai-nilai Sabar
agama Islam yang terdapat dalam
setiap peristiwa perlawanan terhadap
penjajah Belanda.
 Apersepsi : Memperlihatkan gambar Qanaah
tokoh perlawanan dan ditanyakan
kepada siswa tentang nama tokoh
dan peranannya.
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai agar
siswa menguasai materi pelajaran
yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti 30
 Guru membagi siswa ke dalam 3
kelompok.
 Tiap kelompok membaca buku Elabo-
referensi, mengamati gambar- Rasi
gambar pahlawan, dan mencari nilai-
nilai Islam yang terkandung
didalamnya.
 Tiap kelompok mendiskusikan

186
187

tentang terjadinya Perang


Diponegoro dan mencari nilai-nilai
agama Islam yang terdapat dalam
peristiwa tsb.
 Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi
 Guru memberi penilaian dari
pengamatan selama diskusi
berlangsung
 Tanya jawab tentang hasil diskusi konfir-
 Guru memberikan penguatan dan masi
umpan balik positif serta
menfasilitasi siswa apabila ada
pertanyaan dan menerangkan materi 10
yang kurang dimengerti siswa
c. Penutup
 Membuat kesimpulan hasil diskusi
bersama-sama
 Memberikan tes / pertanyaan
 memberikan tugas tiap individu
dikerjakan di rumah.
 Menginformasikan materi yang akan
disampaikan pertemuan berikutnya

F. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007.

2. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

3. Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

4. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997

5. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII SMP MTs,

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009

187
188

6. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007.

7. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Buku INOVASI, 2014

8. Peta

9. Globe

10. LCD

G. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian

1. Tes lisan

2. Tes tertulis

3. Penugasan

4. Observasi

2. Bentuk Instrumen : Tes uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar ¡

a. Sebutkan faktor penyebab terjadinya Perang Diponegoro!

b. Tunjukkan sikap ihktiyar Diponegoro dalam mengadakan perlawanan

terhadap penjajah Belanda!

c. Jelaskan proses perlawanan Diponegoro!

d. Tunjukkan sikap sabar yang dimiliki oleh Diponegoro!

e. Jelaskan akhir Perang Diponegoro!

f. Tunjukkan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh Diponegoro!

Skor Penilaian:

Skor Jawaban Betul

188
189

Soal Nomor

1 1
2 2
3 2
4 1
5 2
Nilai 10

Penugasan : Buatlah peta daerah “Benteng Stelsel”

Tabel 4.15. RUBRIK PENILAIAN “ TUGAS RUMAH “

Peta “Benteng Stelsel”


NO. Nama Siswa Aspek yang dinilai/ Skor
Ketepatan kelengkapan keindahan Jmh skor

Tabel 4.16. Rubrik penilaian proses diskusi :

No Nama Aspek Penilaian Jumlah


Siswa Inisiatif Kerjasama Kekompakan Presentasi Skor
1.

2.

3.

4.

Keterangan :

Rentang Skor 5=Sangat Baik, 4=Baik, 3=Cukup,

2=Kurang, 1=Sangat Kurang.

Nilai akhir ((NA) : Jumlah Skor Penilaian X 100 =

189
190

Skor Maksimum

Mengetahui Temanggung, Juli 2014


Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

………………………… Fitri Susanti, S.Pd.


NIP. -

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP )

Nama Sek/Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Mata Pelajaran : IPS Sejarah

Kelas / semester : VIII / 1

Standar Kompetensi : 2. Memahami proses kebangkitan nasional

Kompetensi Dasar : 2. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan


imperilaisme Barat serta pengaruh yang
ditimbulkannya di berbagai daerah.

Indikator : 1. Menyebutkan sebab terjadinya perang Aceh.

2. Menunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam

memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.

3. Menyebutkan 3 tokoh pemimpin perang Aceh.

4. Menemukan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh

para tokoh pemimpin perang Aceh.

5. Menjelaskan strategi Belanda menundukkan perlawanan

Aceh.

6. Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh

190
191

para tokoh pemimpin perang Aceh.

Alokasi Waktu : 40 menit ( 1 x pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran :

1. Menyebutkan sebab terjadinya perang Aceh.

2. Menunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin

perlawanan terhadap penjajah Belanda.

3. Menyebutkan 3 tokoh pemimpin perang Aceh.

4. Menemukan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin

perang Aceh.

5. Menjelaskan strategi Belanda menundukkan perlawanan Aceh.

6. Menemukan sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh para tokoh

pemimpin perang Aceh.

B. Materi Pelajaran

1. Sebab terjadinya perang Aceh.

Sebab Umum: Belanda ingin mengasai Aceh yang letaknya strategis,

Belanda mengganti Traktat London menjadi Traktat Sumatra, Belanda

campur tangan urusan luar negeri Aceh.

Sebab khusus: Belanda menuntut agar Aceh tunduk pada kerajaan Belanda.

2. Sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin perlawanan terhadap

penjajah Belanda.

Aceh merupakan kerajaan yang bebas dari pengaruh asing.

Keadaan berubah dengan adanya penandatangan Traktat Sumatra antara

191
192

Inggris dan Belanda tahun 1871 yang membuka kesempatan Belanda untuk

menguasai Aceh. Para pemimpin Aceh menolak dan ber-ihktiar melawan

Belanda.

3. Tokoh pemimpin dalam perang Aceh.

Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, Cut

Mutia.164

2. Sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh pemimpin perang Aceh.

Sikap ini ditunjukkan dengan kesabarannya para pemimpin Aceh

ketika pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan siasat kekerasan dengan

mengadakan serangan besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Tanpa

mengenal perikemanusiaan, pasukan Belanda membinasakan semua

penduduk daerah yang menjadi targetnya. Satu per satu para pemimpin

perlawanan rakyat Aceh terbunuh, namun para pemimpin Aceh tetap sabar

dan terus berjuang.

3. Strategi Belanda menundukkan perlawanan Aceh.

Belanda memerintahkan Dr. Snouck Hurgronje yang paham tentang

agama Islam untuk mengadakan penelitian tentang kehidupan masyarakat

Aceh. Dr. Snouck Hurgronje memberi saran dan masukan kepada pemerintah

164
Tim MGMP IPS………………. 40

192
193

Hindia Belanda mengenai hasil penyelidikannya terhadap masyarakat Aceh

yang ditulis dengan judul De Atjehers.165

Kesimpulan hasil penyelidikan Dr. Snouck Hurgronje adalah:

a. Belanda harus mengesampingkan Sultan, karena Sultan hanya sebagai

lambang pemersatu, Kekuatan justru terletak pada Hulubalang dan

Ulebalang.

b. Untuk menaklukkan rakyat Aceh, harus dilakukan serangan serentak di

seluruh Aceh.

c. Setelah nanti mampu menduduki Aceh, mestinya pemerintah Hindia-

Belanda harus meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh.

Dalam kenyataannya Belanda hanya melaksanakan poin pertama dan

kedua, sedang poin ketiga diabaikan.

4. Sikap Qonaah yang telah dicontohkan oleh rakyat Aceh.

Sikap ini ditunjukkan dengan sikap rakyat Aceh ketika para pemimpin

satu persatu gugur, tertangkap dan diasingkan Belanda, rakyat tetap qanaah

dengan melanjutkan perjuangan melawan Belanda hingga datangnya Jepang

ke Indonesia.

C. Metode Pembelajaran

1. Ceramah bervariasi

2. Diskusi

3. Tanya jawab
165
Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997, 41.

193
194

4. Observasi / pengamatan

D. Langkah - langkah Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4.17. Langkah Pembelajaran

Perte Integras Waktu


Langkah-langkah EEK
muan Nilai (menit )

1 a. Pendahuluan 10
 Berdoa, memeriksa kehadiran siswa
dan kerapihan kelas Ikhtiar
 Motivasi : Menceritakan semangat Eksplo-
para tokoh perlawanan dan Rasi
menghubungkan dengan nilai-nilai
agama Islam yang terdapat dalam Sabar
setiap peristiwa perlawanan terhadap
penjajah Belanda.
 Apersepsi : Memperlihatkan gambar
tokoh dan ditanyakan kepada siswa
tentang nama tokoh tersebut berikut Tawaka
peranannya. l
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai agar
siswa menguasai materi pelajaran
yang akan dipelajari.

b. Kegiatan Inti 20
 Guru membagi siswa ke dalam Elabo-
beberapa kelompok. rasi
 Tiap kelompok membaca buku
referensi, mengamati gambar-gambar
tokoh, dan mencari nilai-nilai Islam
yang terkandung didalamnya.
 Tiap kelompok mendiskusikan tentang
proses dan perkembangan Perang
Aceh lalu mencari nilai-nilai agama

194
195

Islam yang terdapat dalam peristiwa


tersebut.
 Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi
 Guru memberi penilaian dari knfirma
pengamatan selama diskusi si
berlangsung
 Tanya jawab tentang hasil diskusi
 Guru memberikan penguatan dan
umpan balik positif serta menfasilitasi
siswa apabila ada pertanyaan dan
menerangkan materi yang kurang
dimengerti siswa

c. Penutup 10
 Membuat kesimpulan hasil diskusi
bersama-sama
 Memberikan tes / pertanyaan
 memberikan tugas tiap individu
dikerjakan di rumah.
 Menginformasikan materi yang akan
disampaikan pertemuan berikutnya

E. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007.

2. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

3. Sutarto skk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

4. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997

5. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII SMP MTs,

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009

6. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai, 2007.

195
196

7. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Buku INOVASI, 2014.

8. Peta

9. Globe

10. LCD

F. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian

a. Tes lisan

b. Tes tertulis

c. Penugasan

d. Observasi

2. Bentuk Instrumen : Tes uraian

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan benar ¡

1) Sebutkan sebab terjadinya perang Aceh !

2) Tunjukkan sikap ihktiyar tokoh pemimpin Aceh dalam memimpin

perlawanan terhadap penjajah Belanda !

3) Sebutkan 3 tokoh pemimpin perang Aceh !

4) Tunjukkan sikap sabar yang telah dicontohkan oleh para tokoh

pemimpin perang Aceh!.

5) Jelaskan strategi Belanda dalam menundukkan perlawanan Aceh?

6) Tunjukkan sikap Qanaah yang telah dicontohkan oleh rakyat Aceh!.

Skor penilaian :

Soal Nomor Skor Jawaban Betul

196
197

1 1
2 2
3 1
4 2
5 2
Nilai 10

Penugasan : Apa yang kamu ketahui tentang “Snouck Hourgronye” dan

Apa peranannya dalam perang Aceh?

Tabel 4.18. RUBRIK PENILAIAN “ TUGAS RUMAH “

“Snouck Hourgronje”
Aspek yang dinilai/ Skor
NO. Nama Siswa Latar Peran Tujuan Jml skor
belakang penting yang
tokoh dilakukan

Tabel 4.19. Rubrik penilaian proses diskusi :

Nama Aspek Penilaian Jumlah


No
Siswa Inisiatif Kerjasama Kekompakan Presentasi Skor
1.
2.
3.
4.

Keterangan :

Rentang Skor 5=Sangat Baik, 4=Baik, 3=Cukup,

2=Kurang, 1=Sangat Kurang.

Nilai akhir ((NA) : Jumlah Skor Penilaian X 100 =


Skor Maksimum

197
198

Mengetahui Temanggung, Juli 2014


Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran

……......................... Fitri Susanti, S.Pd.


NIP. -
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(R P P)

Sekolah / Madrasah : MTs Ma‟arif Wadas Kandangan

Mata Pelajaran : I P S Sejarah

Kelas / Semester : VIII / 2 (Genap)

Standar Kompetensi : 5. Memahami Usaha persiapan Kemerdekaan

Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar

proklamasi dan proses terbentuknya negara

kesatuan Republik Indonesia

Indikator : 5.1.1 Menjelaskan perbedaan perspektif antar

kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan

Indonesia.

5.1.2. Menunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki

para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok

5.1.3. Menjelaskan kronologi proklamasi

kemerdekaan Indonesia.

5.1.4. Menunjukkan sikap Ta’awun dalam kronologi

proklamasi kemerdekaan Indonesia.

198
199

5.1.5. Mendeskripsikan secara kronologis

penyebaran berita tentang proklamasi

kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai

daerah.

5.1.6. Menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran

berita proklamasi kemerdekaan dan sikap

rakyat diberbagai daerah.

5.1.7. Menjelaskan proses terbentuknya negara dan

pemerintah Republik Indonesia beserta

kelengkapan dengan sidang PPKI.

5.1.8. Menunjukkan sikap tasamuh dan ta’awun

dalam proses terbentuknya negara dan

pemerintahan RI beserta kelengkapannya

dengan sidang-sidang PPKI.

5.1.9. Menganalisis dukungan spontan dan tindakan

heroik dari berbagai daerah terhadap

pembentukan negara dan pemerintah RI.

5.1.10. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang

terdapat dalam dukungan spontan terhadap

pembentukan negara dan pemerintah Republik

Indonesia.

Alokasi Waktu : 5 x pertemuan

199
200

A Tujuan Pembelajaran

1. Menjelaskan perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi

kemerdekaan Indonesia.

2. Menunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa

Rengasdengklok.

3. Menjelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

4. Menunjukkan sikap Ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan

Indonesia.

5. Mendeskripsikan secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi

kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah.

6. Menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan

dan sikap rakyat diberbagai daerah.

7. Menjelaskan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia

beserta kelengkapan dengan sidang PPKI.

8. Menunjukkan sikap tasamuh dalam proses terbentuknya negara dan

pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI.

9. Menganalisis dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah

terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI.

10. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan

terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia.

B Materi Pembelajaran

200
201

1. Perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan

Indonesia

a. Kelompok pemuda menghendaki untuk segera memproklamasikan

Indonesia tanpa harus menunggu pemerintah Jepang.

b. Kelompok tua yang dimotori Bung Karno dan Bung Hatta menghendaki

proklamasi dilaksanakan setelah ada pertemuan dengan anggota PPKI

lainnya, sesuai dengan rencana yang telah disetujui pemerintah Jepang.

c. Perbedaan perspektif antara kelompok pemuda dan kelompok tua

melahirkan peristiwa Rengasdengklok.166

2. Sikap tawadlu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok.

Tawadlu‟ berarti rendah hati. Orang yang tawadlu‟ adalah orang yang

merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawadlu‟ adalah takabur.167

Allah swt berfirman :

Artinya :

Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang


mengikutimu. ( Q.S. Asy-Syu’ara : 215)
Sikap ini terlihat pada waktu berada di Rengasdengklok para pemuda

bermaksud akan menekan Soekarno – Hatta untuk segera memproklamasikan

166
Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2009, 143.
167
T. Ibrahim H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, Solo; PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2007, 105.

201
202

kemerdekaan tetapi tidak jadi dilaksanakan karena para pemuda tawadlu‟

terhadap kewibawaan kedua tokoh tersebut.

3. Kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia

a. Perumusan Teks Proklamasi di rumah Laksmana Maeda yang melibatkan

Bung Karno, Bung Hatta, Achmad Subarjo dengan disaksikan oleh

Sukarni, Sayuti Melik dan BM Diah.

b. Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di halaman rumah Ir

Soekarno jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.168

4. Sikap Ta’awun dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kata ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu

membantu. Taawun juga dapat diartikan sebagai sikap kebersamaan dan rasa

saling memiliki dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.

Islam membimbing umatnya agar mau bekerja sama, tolong menolong atas

dasar kekeluargaan. Allah swt berfirman :

َ ‫اووُوا َعلَي ا ِإل ْث ِم َوال ُعد َْوان َوالتَّقُواهللا إِنَّ هلل‬


. ‫ش ِديدُال ِعقَا‬ َ ‫َوتَعا َ َووُوا َعلَي البِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَتَ َع‬

Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

168
Materi Pelatihan Terintegrasi IPS Sejarah, Proklamasi Kemerdekaan dan Proses
Terbentuknya Negara RI, Jakarta: Dirjenddiknasmen, 2005, 14.

202
203

dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya. (Qs Al maidah : 2)169
Dalam kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia naskah

proklamasi tersusun karena adanya sikap ta’awun para tokoh golongan tua

dan golongan muda ( Soekarno, Hatta, Achmad Subarjo, Sukarni, Sayuti

Melik ). Demikian juga saat upacara pembacaan naskah proklamasi, sikap

ta‟awun terlihat jelas dalam pembagian tugas pada upacara kemerdekaan

negeri yang kita cintai ini.

5. Penyebaran berita tentang proklamasi kemerdekaan dan sikap rakyat di

berbagai daerah.

a. Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan di motori Waidan B

Panelewn, F Wuz dan Yusup Ranadipura melalui kantor berita Domei

dan di jalan Menteng No 31.

b. Sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan melalui rapat raksasa

di lapangan Ikada Jakarta serta sambutan di berbagai daerah seperti

Bandung, Semarang, Surabaya, Bogor, Yogyakarta dll.170

6. Menemukan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi

kemerdekaan dan sikap rakyat diberbagai daerah.

Penyebaran berita proklamasi berhasil dilaksanakan dengan cepat karena

adanya sikap ta’awun para pemuda yang bekerja di kantor berita Domei

169
T. Ibrahim H. Darsono, Membangun Akidah dan Akhlak, Solo; PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2007, 110.
170
Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007, 92.

203
204

dengan para pemuda yang bekerja di stasiun radio milik jepang (Hoso kanri

kyoku) serta pers (surat kabar).

Wujud ta‟awun juga terlihat dari sikap rakyat di berbagai daerah, sikap

kebersamaan dan rasa saling memiliki dan saling membutuhkan antara satu

dengan yang lainnya. Di berbagai daerah para pemuda bekerjasama

melakukan tindakan heroik dengan melucuti senjata Jepang.

7. Proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta

kelengkapan dengan sidang PPKI.

a. Pengesahan UUD dan pengangkatan presiden dan wakil presiden

b. Penentuan susunan kementerian dan pembagian daerah RI

c. Pembentukan Komiten Nasional Indonesia Pusat dan daerah

d. Pembentukan alat kelengkapan keamanan negara

8. Menunjukkan sikap tasamuh dalam proses terbentuknya negara dan

pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI.

Tasamuh adalah sikap tenggang rasa, saling menghormati, saling

menghargai sesama manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat, perasaan

harus mendapatkan perhatian oleh masing-masing anggota masyarakat. Salah

satu bentuk perhatian perhatian terhadap perasaan sesama manusia ialah

memiliki sikap tasamuh.

Dalam proses terbentuknya negara RI sikap ini terlihat saat sidang-

sidang PPKI. Misalnya sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945 dalam

pengesahan UUD 1945 sila pertama Pancasila kalimat Ketuhanan dengan

204
205

kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, demi sikap

tenggang rasa maka dirubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

9. Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap

pembentukan negara dan pemerintah RI.

a. Rapat raksasa di lapangan Ikada

b. Dukungan dari Kraton Kasultanan Yogyakarta

c. Pertempuran lima hari di Semarang

d. Insiden Merah Putih di Hotel Yamato Surabaya

10. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan

terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia.

Husnudz-dzon berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mutlak memerlukan hubungan baik

dengan sesama anggota masyarakat dan warga negara. Salah satu caranya

adalah husnudz-dzon. Allah swt berfirman dalam surat al-Hujurat 12 sbb :

ْ
‫َااَها الرَي ءاهنىا اجتنثىا كثُسا هي الظي إى تعض الظي إثن‬

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka,


sesungguhnya sebagian dari prasangka itu dosa,.... (Q.S. al-Hujurat; 12).

Sikap Husnudz-dzon dalam mendukung pembentukan negara dan

pemerintah Republik Indonesia nampak pada sikap keraton Yogyakarta yang

menyatakan bagian dari Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Sri

205
206

Sultan Hamengkubuwono dan rakyat Yogyakarta Husnudz-dzon terhadap

pembentukan negara dan pemerintah RI.

C Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Bermain Peran

4. Tanya jawab

5. Observasi

6. Tugas

D Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4.20. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

No Kegiatan Waktu

1. Pendahuluan 10
1.1.Guru membuka atau memulai pelajaran dengan salam menit
dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh seorang
peserta didik dengan khusuk.
1.2. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa
1.3. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (jika masuk jam
pertama).
1.4.Guru menyapa peserta didik dengan memberikan
motivasi guna menumbuhkan semangat belajar.
1.5.Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkenaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
serta menggali nilai-nilai Islam yang terdapat dalam
peristiwa tersebut.
1.6. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
1.7. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran

206
207

No Kegiatan Waktu
yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
data (eksplorasi), menegosiasi serta
mengkomunikasikan tentang perbedaan perspektif
antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia dan menggali kandungan nilai Islam dalm
peristiwa tersebut dengan referensi dan sumber lain
yang relevan.

2. Kegiatan Inti 20
2.1. Mengamati menit
a. Mencermati bacaan peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan
b. Menyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui
tayangan video atau media lainnya.
2.2.Menanya (memberi stimulus agar peserta didik bertanya)
Mengapa terjadi perbedaan perspektif antar
kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia
dan nilai-nilai Islam apakah yang dapat diambil dari
kajian peristiwa tersebut.
2.3.Mengumpulkan data / eksplorasi
a. Melalui pendekatan metode diskusi peserta didik
dapat menemukan adanya perbedaan perspektif antar
kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia, dan menemukan nilai-nilai Islam yang
terdapat dalam peristiwa tersebut.
2.4.Mengasosiasi
a. Membuat kesimpulan adanya perbedaan perspektif
antar kelompok sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
b. Menunjukkan sikap tawadu‟ yang dimiliki para pemuda
dalam peristiwa Rengasdengklok.
2.5.Mengkomunikasikan
Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang
adanya perbedaan perspektif antar kelompok sekitar
proklamasi kemerdekaan Indonesia dan kandungan
nilai-nilai Islam di dalamnya.
3. Penutup
a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan 10
mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari menit

207
208

No Kegiatan Waktu
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan
untuk langkah perbaikan selanjutnya
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi
tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang
menguasai.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan
berikutnya
d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan
do‟a penutup / Wassalamualaikum

Pertemuan 2
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan 10
3.1. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan Menit
salam dan berdo‟a bersama.
3.2. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa
3.3. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila masuk
pada jam pertama)
3.4. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan
motivasi, guna menumbuhkan semangat nasionalisme
bersama-sama menyanyikan lagu ”17 Agustus”
3.5.Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkenaan dengan kronologi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan menganalisa kandungan nilai-nilai
Islam didalamnya.
3.6. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
3.7.Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran
yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
data (eksplorasi), mengasosiasi serta
mengkomunikasikan tentang kronologi proklamasi
kemerdekaan Indonesia dengan referensi dan sumber

208
209

No Kegiatan Waktu
lain yang relevan.

2. Kegiatan Inti 20
2.1. Mengamati menit
a. Mencermati bacaan dan gambar kronologi
proklamasi kemerdekaan Indonesia
b. Menyimak penjelasan materi tersebut di atas
melalui tayangan video atau media lainnya.
2.2.Menanya (memberi stimulus agar peserta didik
bertanya)
Bagaimana kronologi proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
2.3. Mengumpulkan data / eksplorasi
Melalui pendekatan metode sosiodrama peserta
didik dapat menyusun kronologi proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan menemukan kandungan nilai
Islam dalam kajian peristiwa tersebut.
2.4. Mengasosiasi
a. Membuat kesimpulan tentang kronologi
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
b. Menemutunjukkan sikap taawun dalam
kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2.5. Mengkomunikasikan
Bermain peran tentang kronologi proklamasi
kemerdekaan RI dan menyampaikan nilai Islam di
dalamnya.
3. Penutup
a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan 10
mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari Menit
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan
untuk langkah perbaikan selanjutnya
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi
tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang

209
210

No Kegiatan Waktu
menguasai.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan
berikutnya
d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan do‟a
penutup / Wassalamualaikum

Pertemuan 3
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
1.1. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan 10
salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh menit
seorang peserta didik dengan khusuk.
1.2. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa
1.3. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila jam
pertama).
1.4. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan
motivasi, guna menumbuhkan semangat nasionalisme
bersama sama menyanyikan lagu ” Bangun Pemuda-
Pemudi”
1.5. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkenaan dengan penyebarluasan berita proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan sikap bangsa Indonesia
dalam merespon berita proklamasi kemerdekaan.
1.6. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
1.7. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran
yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
data (eksplorasi), mengasosiasi serta
mengkomunikasikan tentang penyebarluasan berita
proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa Indonesia
dalam merespon berita proklamasi dan menggali nilai-
nilai Islam yang terkandung didalamnya dengan
referensi dan sumber lain yang relevan.
2. Kegiatan Inti 20
2.1. Mengamati menit
a. Mencermati bacaan tentang penyebarluasan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sikap
bangsa Indonesia dalam merespon berita proklamasi
serta menggali nilai-nilai Islam yang terkandung
didalamnya.

210
211

No Kegiatan Waktu
b. Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui
tayangan video atau media lainnya.
2.2. Menanya (memberi stimulus agar peserta didik
bertanya)
Bagaimana kegiatan pemuda dalam penyebarluasan
berita proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa
Indonesia dalam merespon berita proklamsi
kemerdekaan Indonesia.
2.3.Mengumpulkan data / eksplorasi
Melalui pendekatan metode diskusi peserta didik dapat
menemukan kegiatan pemuda dalam penyebarluasan
berita proklamasi kemerdekaan dan sikap bangsa
Indonesia dalam merespon berita proklamsi
kemerdekaan Indonesia serta kandungan nilai-nilai
Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut.
2.4. Mengasosiasi
a. Membuat kesimpulan kegiatan pemuda dalam
penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan dan
sikap bangsa Indonesia dalam merespon berita
proklamsi kemerdekaan Indonesia.
b. Menunjukkan sikap ta’awun dalam penyebarluasan
berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2.5. Mengkomunikasikan
Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi
tentang kegiatan pemuda dalam penyebarluasan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia dan sikap bangsa
Indonesia dalam merespon berita proklamsi serta
kandungan nilai Islam yang terdapat dalam kajian
peristiwa tersebut.
3. Penutup
a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan 10
mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari menit
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan
untuk langkah perbaikan selanjutnya
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi
tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang
menguasai.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan
berikutnya
d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan
do‟a penutup / Wassalamualaikum

211
212

Pertemuan 4
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan 10
a. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan menit
salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh
seorang peserta didik dengan khusuk.
b. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa
c. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila jam
pertama).
d. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan
motivasi guna menumbuhkan semangat belajar.
e. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkenaan dengan proses terbentuknya negara dan
pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan
dengan sidang PPKI
dan menggali nilai-nilai Islam yang terkandung
didalamnya.
f. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
g. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran
yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
data (eksplorasi), menegosiasi serta
mengkomunikasikan tentang proses terbentuknya
negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta
kelengkapan dengan sidang PPKI dan menggali nilai-
nilai Islam yang terkandung didalamnya dengan
referensi dan sumber lain yang relevan.
2. Kegiatan Inti 20
2.1. Mengamati menit
a. Mencermati bacaan tentang Proses terbentuknya
negara dan pemerintah Republik Indonesia beserta
kelengkapan dengan sidang PPKI dan menggali nilai-
nilai Islam yang terkandung didalamnya.
b. Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui
tayangan video atau media lainnya.
2.2. Menanya (memberi stimulus agar peserta didik
bertanya)
Bagaimana proses terbentuknya negara dan
pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan
dengan sidang PPKI serta nilai Islam apakah yang
bisa ditemukan dalam peristiwa tersebut.

212
213

No Kegiatan Waktu
2.3.Mengumpulkan data / eksplorasi
Melalui pendekatan metode diskusi peserta didik
dapat menemukan proses terbentuknya negara dan
pemerintah Republik Indonesia beserta kelengkapan
dengan sidang PPKI serta menggali nilai-nilai Islam
didalam peristiwa tersebut.
2.4.Mengasosiasi
a. Membuat kesimpulan proses terbentuknya negara
dan pemerintah Republik Indonesia beserta
kelengkapan dengan sidang PPKI
b. Menunjukkan sikap tasamuh dalam Proses
terbentuknya negara dan pemerintah Republik
Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang
PPKI
2.5. Mengkomunikasikan
Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi
tentang kegiatan pemuda dalam proses
terbentuknya negara dan pemerintah Republik
Indonesia beserta kelengkapan dengan sidang
PPKI serta kandungan nilai Islam yang terdapat
dalam kajian peristiwa tersebut.
3. Penutup
a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan 10
mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari menit
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan
untuk langkah perbaikan selanjutnya
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi
tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang
menguasai.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan
berikutnya
d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan
do‟a penutup / Wassalamualaikum

Pertemuan 5
No Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan 10
a. Guru membuka atau memulai pelajaran dengan menit
salam dan berdo‟a bersama yang dipimpin oleh
seorang peserta didik dengan khusuk.

213
214

No Kegiatan Waktu
b. Guru melakukan presensi dan melihat kerapian siswa
c. Guru memimpin pelaksanaan tadarus (bila jam
pertama).
d. Guru menyapa peserta didik dengan memberikan
motivasi agar semangat belajar meningkat. Untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme bersama sama
menyanyikan lagu ”Maju Tak Gentar”
e. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif yang
berkenaan dengan dukungan spontan dan tindakan
heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan
negara dan pemerintah RI serta menggali nilai-nilai
Islam yang terkandung didalamnya.
h. Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
i. Guru menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran
yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan
data (eksplorasi), mengasosiasi serta
mengkomunikasikan tentang dukungan spontan dan
tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap
pembentukan negara dan pemerintah RI dan menggali
nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya dengan
referensi dan sumber lain yang relevan.
2. Kegiatan Inti 20
2.1. Mengamati menit
1. Mencermati bacaan tentang Dukungan spontan dan
tindakan heroik dari berbagai daerah terhadap
pembentukan negara dan pemerintah RI dan menggali
nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya.
b. Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui
tayangan video atau media lainnya.
2.2. Menanya (memberi stimulus agar peserta didik
bertanya)
Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai
daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah
RI serta nilai Islam apakah yang bisa ditemukan dalam
peristiwa tersebut.
2.4. Mengumpulkan data / eksplorasi
Dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai
daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah
RI serta menggali nilai-nilai Islam didalam peristiwa
tersebut.

214
215

No Kegiatan Waktu
2.5. Mengasosiasi
a. Membuat kesimpulan dukungan spontan dan tindakan
heroik dari berbagai daerah terhadap pembentukan
negara dan pemerintah RI.
b. Memberi contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat
dalam dukungan spontan terhadap pembentukan
negara dan pemerintah Republik Indonesia.
2.6. Mengkomunikasikan
Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang
dukungan spontan dan tindakan heroik terhadap
pembentukan negara dan pemerintah RI serta kandungan
nilai Islam yang terdapat dalam kajian peristiwa tersebut.
3. Penutup
a. Guru melaksanakan penilaian dan refleksi dengan 10
mengajukan atau tanggapan dari peserta didik dari menit
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan
untuk langkah perbaikan selanjutnya
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberi
tugas individu ataupun kelompok bagi peserta didik yang
menguasai.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pertemuan
berikutnya
d. Menutup kegiatan pembalajaran dengan hamdalah dan
do‟a penutup / Wassalamualaikum

E Sumber dan Media Pembelajaran

1. Sumber Pembelajaran

a. Anwar Kurnia, Sejarah Untuk SMP Kelas VIII, Jakarta, Yudhistira, 2007.

b. Kurtubi, IPS Untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta ;Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

c. Sutarto dkk, IPS untuk SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : BSE Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

215
216

d. Suwanto dkk, Sejarah Nasional dan Umum, Semarang : Aneka Ilmu,

1997

e. Sardiman AM, Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII SMP

MTs, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2009

f. T. Ibrahin, Membangun Aqidah dan Akhlak 2, Solo, PT Tiga Serangkai,

2007.

g. Tim MGMP IPS Kabupaten Temanggung, Buku INOVASI, 2014

2. Media Pembelajaran

- Vidio, LCD, Powerpoint

- Photo Copi teks proklamasi autentik

- Peta sejarah peristiwa Rengasdengklok

- Gambar tragedi bom di Hirosima

- Gambar Ir Soekarno sedang memproklamasikan kemerdekaan

- Gambar rapat raksasa di lapangan Ikada

- Gambar tentang sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan

- Gambar dukungan Sultan Jogja untuk RI

F. Penilaian

 Tes tertulis (terlampir)

 Penugasan

 Observasi

Lampiran tes tertulid

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar !

216
217

1. Mengapa terjadi perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi

kemerdekaan Indonesia.

2. Tunjukkan sikap tawadlu‟ yang dimiliki para pemuda dalam peristiwa

Rengasdengklok.

3. Jelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

4. Tunjukkan sikap Ta’awun yang terdapat dalam kronologi proklamasi

kemerdekaan Indonesia.

5. Jelaskan secara kronologis penyebaran berita tentang proklamasi

kemerdekaan dan sikap rakyat di berbagai daerah.

6. Tunjukkan sikap ta’awun dalam penyebaran berita proklamasi kemerdekaan

dan sikap rakyat diberbagai daerah.

7. Jelaskan proses terbentuknya negara dan pemerintah Republik Indonesia

beserta kelengkapan dengan sidang PPKI.

8. Tunjukkan sikap tasamuh dalam proses terbentuknya negara dan

pemerintahan RI beserta kelengkapannya dengan sidang-sidang PPKI.

9. Sebutkan 2 bentuk dukungan spontan dan tindakan heroik dari berbagai

daerah terhadap pembentukan negara dan pemerintah RI.

10. Berilah contoh sikap husnudz-dzon yang terdapat dalam dukungan spontan

terhadap pembentukan negara dan pemerintah Republik Indonesia.

Skore penilaian : 1 X 10 soal = 10

Lampiran. Rubrik Penilaian Keterampilan

Tabel 4.21. LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN

217
218

Nama dan Nomor : ………………………………….

Kelompok : ………………………………….

No. Aspek Penilaian Skor Catatan


A Observasi/Mengamati
1. Relevansi
2. Kelengkapan
3. Pembahasaan
B Diskusi
4 Keterampilan mengkomunikasikan
5 Keterampilan mendengarkan
6 Keterampilan berargumentasi
7 Keterampilan berkontribusi
C Presentasi
8 Ketrampilan menjelaskan
9 Ketrampilan memvisualisasikan
10 Ketrampilan merespon
D Mencipta (Produk)
11 Proses
12 Hasil
Jumlah Skor

Rentang Skor =1-5 Skor 0 – 12 = Sangat Kurang


Skor minimal = 12 13 – 24 = Kurang
Skor maksimal = 60 25 – 36 = Cukup
37 – 48 = Baik
49 – 60 = Sangat Baik

Tabel 4.22. Lembar Penilaian Naskah Sosiodrama


Kelompok : .......................
K e l a s : ......................
Kegia
tan Naskah Kemam Kemam Kemam Atribut Keseri Skore Nilai
Sosio puan puan puan yang usan
Drama brmain mengha mengha dipakai
peran, falkan yati
gaya , materi alur
Nama mimik dialog cerita

218
219

Noni 5 5 5 5 5 5 30/3 10
Nina 5 4 5 4 4 4 26/3 8,5
Nona 3 3 3 3 3 3 21/3 7
Nano Dst
Nini

Temanggung, Juli 2014


Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Madrasah IPS Sejarah

………………………………. Fitri Susanti, S.Pd


NIP. -

Lampiran 6

DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK GURU MATA PELAJARAN IPS SEJARAH

A. Petunjuk Pengerjaan

1. Daftar pertanyaan ini disusun untuk digunakan sebagai alat


mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis
Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri
( IAIN ) Salatiga.

219
220

2. Judul Tesis yang ditulis adalah : Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam
pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan
Temanggung.
3. Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan
tanggapan terhadap pernyataan ini, dengan cara menjawab pertanyaan
yang penulis sampaikan di bawah ini sesuai kenyataan yang sebenarnya.
4. Atas partisipasi dan bantuannya, penulis ucapkan banyak terima kasih.

B. Identitas Responden

1. Nama : ……………………………………………………

2. N I P : ……………………………………………………

3. Jabatan : ……………………………………………………

4. Tempat Tugas : ……………………………………………………

5. Alamat : ……………………………………………………

……………………………………………………

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimanakah Bapak/Ibu mengimplementasikan integrasi nilai-nilai Islam

dalam pembelajaran IPS Sejarah?

220
221

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………

2. Apa tujuannya Bapak/Ibu menerapkan integrasi nilai-nilai Islam dalam

pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan ini ?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………

3. Metode pembelajaran apakah yang mendukung integrasi nilai-nilai Islam

dalam pembelajaran IPS Sejarah?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

4. Nilai-nilai Islam apa saja yang bisa diintegrasikan ke dalam pembelajaran IPS

Sejarah?

221
222

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………..

5. Bagaimanakah Bapak/Ibu memetakan materi pembelajaran IPS Sejarah yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………

6. Kendala apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam penerapan integrasi nilai-nilai

Islam pada pembelajaran IPS Sejarah?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………

7. Bagaimanakah Bapak/Ibu mengatasi kendala yang dihadapi dalam penerapan

integrasi nilai-nilai Islam pada pembelajaran IPS Sejarah ini?

222
223

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………

8. Bagaimanakah langkah-langkah Bapak/Ibu untuk menerapkan integrasi nilai-

nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

…………………………………

9. Persiapan apa saja yang Bapak/Ibu lakukan sebelum mengajar dengan model

pembelajaran integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ini?

223
224

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………..

10. Bagaimanakah perangkat pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam yang Bapak/Ibu susun?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………

11. Media pembelajaran apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk mengajar dengan

model pembelajaran integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS

Sejarah ?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………..

224
225

12. Bagaimana keunggulannya pembelajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan

dengan nilai-nilai Islam?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………

13. Bagaimana kelemahannya dalam menerapkan pembelajaran integrasi nilai-

nilai Islam dengan mata pelajaran IPS Sejarah tersebut?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………

14. Bagaimana tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dengan menerapkan

model integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah tersebut

dalam kehidupan sosial?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………

225
226

15. Bagaimanakah Bpk/Ibu menggunakan referensi atau sumber-sumber belajar

yang dipakai untuk penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran

IPS Sejarah?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………

16. Bagaimana Bpk/Ibu mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan model

integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah ?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………

DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK WAKIL KEPALA BIDANG KURIKULUM

A. Petunjuk Pengerjaan

226
227

1. Daftar pertanyaan ini disusun untuk digunakan sebagai alat


mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis
Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri
( IAIN ) Salatiga.
2. Judul Tesis yang ditulis adalah : Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam
pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan
Temanggung.
3. Kepada Yth Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dimohon utuk dapat memberikan
tanggapan terhadap pernyataan ini, dengan cara menjawab pertanyaan yang
penulis sampaikan di bawah ini sesuai kenyataan yang sebenarnya.
4. Atas partisipasi dan bantuannya, penulis ucapkan banyak terima kasih.

B. Identitas Responden

1. Nama : ………………………………………………………

2. N I P : ………………………………………………………

3. Jabatan : ………………………………………………………

4. Tempat Tugas : ………………………………………………………

5. Alamat : ………………………………………………………

………………………………………………………

DAFTAR PERTANYAAN

227
228

1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang Integrasi nilai-nilai Islam dalam

pembelajaran IPS Sejarah?

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

………………………………………………………………

2. Sejak kapan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung menerapkan

integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

3. Apakah yang menjadi dasar implementasi integrasi nilai-nilai Islam dalam

pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

4. Apa tujuannya menerapkan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran

IPS Sejarah di MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung?

228
229

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………

5. Upaya apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mendukung penerapan

integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah di MTs Ma‟arif

Wadas Kandangan Temanggung?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

6. Bagaimana keunggulannya dengan penerapan integrasi nilai-nilai Islam

dalam pembelajaran IPS Sejarah?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

7. Bagaimanakah kendala yang dihadapi oleh guru dalam implementasi

integrasi nilai-nilai Islam pada pembelajaran IPS Sejarah?

229
230

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

8. Kelemahan apakah yang dihadapi pada penerapan integrasi nilai-nilai

Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah?

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

9. Bagaimana cara Bapak/Ibu memantau pelaksanaan integrasi nilai-nilai

Islam dalam pembelajaran IPS Sejarah terhadap tenaga pendidik sebagai

pelaksana dari PBM di kelas ?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………………………..

10. Strategi apa yang dilakukan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan untuk

menunjang pelaksanaan integrasi nilai-nilai Islam dalam pembelajaran IPS

Sejarah?

230
231

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………

DAFTAR PERTANYAAN
Untuk peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif Wadas Kandangan

A. Petunjuk Pengerjaan

231
232

1. Daftar pertanyaan ini disusun untuk digunakan sebagai alat


mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan Tesis
Magister Pendidikan Islam ( M.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri
( IAIN ) Salatiga.
2. Judul Tesis yang ditulis adalah : Integrasi nilai-nilai agama Islam dalam
pembelajaran IPS Sejarah di kelas VIII MTs Ma‟arif Wadas Kandangan
Temanggung.
3. Harap diisi sesuai kenyataan yang sebenarnya.

B. Identitas Responden

1. Nama : ………………………………………………………

2. Kelas : ……………………………………………………...

3. No. Absen : ………………………………………………………

DAFTAR PERTANYAAN

232
233

1. Bagaimana tanggapan kalian dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran IPS

Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

2. Bagaimana tingkat penguasaan materi kalian dari pelajaran IPS Sejarah yang

diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

3. Adakah kesulitan-kesulitan yang kalian rasakan dalam pengajaran IPS Sejarah

yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

4. Apa kelebihannya pengajaran IPS Sejarah yang diintegrasikan dengan nilai -nilai

Islam ?

233
234

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

5. Bagaimana sumber belajar yang kalian gunakan dalam pembelajaran IPS Sejarah

yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam ini?

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

6. Bagaimana dengan hasil ulangan / tes kalian dalam mata pelajaran IPS Sejarah

yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………..

234
235

235
236

236
237

Lampiran 8

Foto kegiatan penelitian dan observasi lapangan

Wawancara dan observasi perangkat mengajar dengan Ibu Fitri Susanti, S.Pd.
Guru Mata Pelajaran IPS Sejarah MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.

237
238

Wawancara dengan Drs. Agus Wijatmiko, Wakil Kepala Bidang Kurikulum


MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.

Wawancara dengan H. Djauhari sesepuh dan guru senior MTs Ma‟arif Wadas.

238
239

Wawancara dengan M. Sumanto Kepala Tata Usaha dan Mahlubin, S.Pd.I


Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan.

Wawancara dengan H. Irwan Ketua Yayasan MTs Ma‟arif Wadas Kandangan.

239
240

Wawancara dengan Dwi Hidayati S.Pd Guru BP dan Bendahara Komite


MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung.

Wawancara dengan Siti Mutoharoh kelas VIII-A, Tiyana Sinta Wulandari


kelas VIII-C dan Irsyad Machali Ketua OSIS MTs Ma‟arif Wadas Kandangan
Temanggung.

240
241

Observasi kegiatan pembelajaran IPS sejarah Fitri Susanti, S.Pd di kelas 8-A

241
242

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Muh Nasekun, S.Pd

NIM : MI. 12.038

Tempat Tanggal Lahir : Temanggung, 1 Juni 1966

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jalan Bima A-4 Skip Baru Sidorejo

Temanggung

Riwayat Pendidikan :
MI Ma‟arif Tembarak : Lulus tahun 1979
SMP Negeri Tembarak : Lulus tahun 1982
SMA Negeri 3 Temanggung : Lulus tahun 1986
Diploma 3 IKIP Negeri Semarang : Lulus Tahun 1989
S-1 UNNES Semarang : Lulus tahun 2000
S-2 IAIN Salatiga : Masuk tahun 2012
Riwayat Mengajar :

SMA Islam Sudirman Tembarak Temanggung : Tahun 1989 -1994

SMP Negeri 1 Mojotengah Wonosobo : Tahun 1994 -2006

MTs Ma‟arif Wadas Kandangan Temanggung : Tahun 2006 – Sekarang

Salatiga, 28 Februari 2015


Penulis

Muh Nasekun, S.Pd.

242

Anda mungkin juga menyukai