Anda di halaman 1dari 11

Makalah

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

KELOMPOK 6

NAMA : MIFTAHUL JANNAH


: NOVIANI
: M.SANON
SEM/UNIT : /
PRODY : S-I

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia yang
tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan baik selawat
dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa risalah
Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia di dunia dan
diakhirat.

Makalah ini mengkaji mengenai “Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak”.


Kami sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka
dari ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan
makalah ini bermasyarakat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga
menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.

Sigli, 16 Juli 2017


Penulis

KELOMPOK 6

DAFTAR ISI

2
Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A. Kedudukan Keluarga.......................................................................... 2
B. Kewajiban orang tua........................................................................... 3

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 7


A. Kesimpulan......................................................................................... 7
B. Saran................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga adalah institusi yang terbawah dan mendasar bagi suatu
bangunan besar yang bersusun rapat dan tidak terpisahkan antar yang satu dengan
yang lainnya, sehingga menjadi suatu masyarakat yang kompak luar maupun
dalam. Keluarga adalah campuran yang erat antara suami dan isteri yang
menghasilkan anak cucu, sehingga berkembang menjadi keluarga. Jadi pada garis
besarnya yang dimaksud dengan pengertian keluarga diatas adalah kumpulan
manusia yang terdiri dari pada ayah, ibu dan anak.
Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak
dicapai. Dengan demikian kurikulum telah di rancang, di susun dan di proses
dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam mempunyai tugas yang berat. Di
antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah manusia (anak).
Berkaitan dengan masalah keluarga, maka ada hak dan kewajiban orang tua
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
Hai Orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari panas
api neraka. (Q.S. 66 : 6 ).

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi
yaitu bagaimana orang tua bisa menjadi transformator, administrator, dan manajer
yang mengarahkan putra-putrinya dalam mencapai arti sebenarnya dalam sebuah
keluarga yang harmonis dan bahagia. Serta terpenuhinya antara hak dan
kewajiban antara anak dan orang tua.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Keluarga
1. Kedudukan suami isteri dalam keluarga
Dengan terjadinya perkawinan, maka terjadi pulalah hubungan hukum
keluarga antara seorang wanita sebagai isteri dan seorang pria sebagai suami.
Suami sebagai kepala dalam keluarga dan isteri sebagai kapala rumah tangga.1
Dalam Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 disebutkan :
a). Pasal 31
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
Dalam hal ini sesuai dengan Firma Allah SWT:
“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh baik ia laki-laki maupun
wanita sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk kedalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. (Q.S. 4 : 124).
2. Kedudukan Anak Dalam Keluarga
Anak sebagai anggota keluarga mempunyai hak yang perlu serta
seharusnya diperhatikan oleh orang tuanya. Anak-anak perlu mendapatkan
bimbingan dan perawatan yang memadai karenanya anak adalah amanat sekaligus
kebanggaan orang tua, mengenai amanat tersebut telah dijelaskan di dalam Al-
Quran :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya”. (Q.S. 4 : 58)
Pengertian amanat ditafsirkan oleh Imam Al-Maraghi :
Adalah sesuatu yang harus dipelihara untuk disampaikan kepada
pemiliknya. (Tafsir al-Maraghi, Juz V. hal : 69).

1
M. Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama Kepada Umara dan Umat, hal. 75-78

5
B. Kewajiban orang tua
1. Tugas Seorang Ayah
 Memimpin, membimbing dan mengayomi keluarga lahir dan batin.
Sebagaimana Firman Allah SWT.
 Kaum laki-laki itu adalah pemimpin kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. (Q.S. 4 : 34).
 Memberi nafkah kepada seisi keluarga.
 Memperlakukan isterinya dengan cara dan sikap yang baik.
 Memberi kebebasan berfikir dan kesempatan bertindak sesuai dengan
garis-garis ajaran Islam.
 Menuntun isteri dan memberikan pelajaran-pelajaran tentang masalah-
masalah keagamaan, terutama sekali dalam ibadah atau yang
berhubungan dengan kewajiban pribadi (fardlu ’ain).2
2. Tugas Seorang Ibu
 Memberikan hak untuk hidup pada Anak Sebagaimana Firman Allah
SWT.
“Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin.
Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka”. ( QS.
Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai
kewajiban agar anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi
ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita
bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua
maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha
 Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil,
sebagaimana firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah

2
M.Thalib. 40 tanggung jawab orang tua terhadap anak. (Bandung : Irsyad Baitussalam,
1995). hal. 45

6
menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)
Allah berfirman, yang artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
kedua orang tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkanya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS
Al Ahqaf 15).
 Mengasuh dan merawat
Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan
baik maka mereka akan menyebabkannya masuk sorga. (HR Al
Bukhary )/ 1100; 244/20.
 Mengurusi Rrumah tangga
Sedangkan pemeliharaan keluarga termasuk memelihara anak yang
semuanya memerlukan kesabaran dibebankan kepada kaum wanita.
Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW.
“Wanita mempunyai tanggung jawab mengurusi rumah tangga
suaminya dan mendidik anak-anak suaminya, dan ia akan diminta
pertanggungjawaban atas kepengurusannya”.
3. Tugas Ayah dan Ibu terhadap Anak
 Memberikan hak untuk hidup pada Anak Sebagaimana Firman Allah
SWT.
“Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami
akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka”. ( QS. Al-
An’am: 151)
 Memberi Nama yang Baik         
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban
orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama,
memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan
al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.”   

7
Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar
terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang
tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan
memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-
macam nama laki-laki dan perempuan. Seperti dalam hadits yang
disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa merubah
nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).
 Mengaqiqahkan Anak 
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih
kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak
itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap
seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu
buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama
dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan
dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).
 Mendidik Anak
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan
adalah kewajiban bagi kedua orang tuanya. Dan mendidik anak
perempuan mempunyai nilai tersendiri dari pada mendidik anak laki
laki. Boleh jadi karena mereka adalah calon Ibu rumah tangga yang
bakal menjadi ‘Madrasah’ pertama bagi anak anaknya’. Boleh jadi
juga karena kaum wanita mempunyai beberapa keitimewaan atau ke
khassan tersendiri., sehingga di dalam Al Qur aan pun terdapat surat
An Nisa, tetapi tidak ada surat ‘Ar Rijal’.
 Memberi rizqi yang ‘thayyib’.
Rasulullah s.a.w. bersabda ;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w.
‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis
baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi
kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.
 Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik :

8
Berkata shahabat ‘Aly r.a.;
“Ajarilah anak-anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu. ’(Depag;19).
 Memberi kasih saying
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya
memberinya materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan
sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya perhatian dan
rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
 Menikahkannya 
Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka
nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara
kemaksiatan. Do’akan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga,
tak perlu menunggu memasuki usia senja.3 Bila muncul rasa khawatir
tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah
berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak
kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya
kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan.
Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan
memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (QS. An-
Nur:32)

BAB III
PENUTUP

3
ibid., hal. 47

9
A. Kesimpulan
Menyimak uraian di atas mengenai kedudukan dan kewajiban anak dalam
keluarga nampak jelas bahwa anak mempunyai hak untuk mendapat
pemeliharaan, perlindungan, pendidikan, pembinaan, pengayoman serta kasih
sayang dan perhatian penuh dari orang tuanya sehingga sang anak si buah hati
belahan jiwa mekar dewasa, berdikari (mampu berdiri di atas kaki sendiri) sebagai
konsekwensi logis dari apa yang telah diberikan orang tua kepadanya. Ibarat
sebuah tanaman, di pupuk dan dipelihara, disiram dan dijaga dari hama serta
penyakit. Maka pada gilirannya si anak kuncup tumbuh berkembang, berdaun,
bertangkai berbunga dan akhirnya berbuah sebagai imbalan dari apa yang
diperbuat si penanam kepadanya. Demikianlah hukum causa prima (hukum sebab
akibat), sunnatullah (hukum alam) berlaku di dunia.
Bak gayung bersambut, demikian peribahasa mengatakan. Artinya, bukan
hanya orang tua saja yang berkewajiban mengurus anak sebagai haknya.
Sebaliknya anak juga berkewajiban mengurus dan memelihara orang tua (apabila
keduanya telah lanjut usia) dengan penuh kasih sayang sebagaimana orang tua
dahulu berbuat demikian.
Kehidupan keluarga yang tercermin dalam hubungan orang tua dan sikap
mental serta kehidupan moral dan agama si ibu merupakan contoh teladan dan
jadi bahan atau unsur yang diserap oleh anak dalam pribadinya nanti. (Ilmu Jiwa
agama, 1970 : 135)

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami sadar makalah ini
masih kurang dari kesempurnaan,jika ada kesalahan atau kekurangan itu karena
keterbatasan pengetahuan kami,maka dari itu kritik dan saran angatkami butuhkan
demi kesempurnaan isi makalah ini,semoga bermanfaat bagi kita semua. 

DAFTAR PUSTAKA

10
M. Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama Kepada Umara dan Umat, Jakarta:
Majelis Ulama Indonesia.2006

M.Thalib. 40 tanggung jawab orang tua terhadap anak. (Bandung : Irsyad


Baitussalam, 1995)

11

Anda mungkin juga menyukai