a. Didalam Kitab Tafsir Al-Munir : “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang
menciptakan.” (Q.S. Al-Alaq : 1). Bacalah seraya memulai dengan menyebut nama
Tuhanmu atau meminta bantuan dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan segala
sesuatu. Allah telah menyifati dirinya bahwa dia adalah Dzat yang maha menciptakan. Itu
untuk mengingatkan kita atas kenikmatan pertama yang paling agung. Ayat tersebut
menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi agar membaca, dengan kekuasaan
Allah yang telah menciptakan beliau dan dengan kehendaknya, meskipun sebelumnya beliau
tidak bisa membaca dan menulis. Dzat yang menciptakan alam semesta ini pastilah mampu
untuk membuat beliau dapat membaca, meskipun sebelumnya beliau belum pernah belajar
membaca.
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (Q.S. Al-Alaq : 2) Dia telah
menciptakan anak Adam dari segumpal darah beku yang disebut dengan ‘Alaqah, yang
merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan janin. Janin pertama kali berupa Nuthfah
(sperma), kemudian dengan kuasa Allah ia berubah menjadi ‘Alaqah (segumpal darah),
kemudian menjadi Mudhghoh (segumpal daging), dan kemudian terbentuklah tulang-
belulang, daging, dan akhirnya menjadi manusia seutuhnya.
“bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia.” (Q.S. Al-Alaq : 3) Kerjakanlah perintah
untuk membaca, dan Tuhanmulah yang memerintahkanmu untuk membaca. Dia adalah dzat
yang maha dermawan. Di antara wujud kedermawaannya adalah membuatmu bisa membaca
sekalipun kamu buta huruf. Kata iqra’ (baccalah) senantiasa di ulang-ulang untuk tujuan
ta’kid (menguatkan) karena sejatinya bacaan itu tidak akan terealisasi melainkan dengan teus
mengulang. Firman Allah SWT ( ) ﺍﻻﻛﺮﺍﻡ ﻭﺭﺑﻚbertujuan untuk menghilangkan halangan dan
uzur yang dibuat alasan oleh Nabi saw. Kepada malaikat Jibril ketika dia (Jibril) meminta
beliau untuk membaca.
“yang mengajar (manusia) dengan pena.” (Q.S. Al-Alaq : 4) Allah mengajarkan manusia
menulis dengan pena. Itu merupakan nikmat yang besar bagi Allah SWT dan perantara untuk
saling memahami antara manusia sebagaimana halnya berkomunikasi dengan lisan.
Seandainya tidak ada tulisan, pastilah ilmu-ilmu itu akan punah, agama tidak akan berbekas,
kehidupan tidak akan baik, dan aturan tidak akan stabil. Tulisan merupakan pengikat ilmu
pengetahuan dan instrumen untuk mencatat cerita dan perkataan orang-orang terdahulu.
Demikian juga, tulisan merupakan instrumen peralihan ilmu antara suatu kaun dan bangsa.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat melestarikan dan berkembang sesuai yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Peradapan suatu bangsa akan berkembang. Pemikiran akan
semakin canggih, agama dapat terjaga dan agama Allah akan semakin tersebar luas.
Kemudian Allah Swt menjelaskan keutamaannya yang meliputi seluruh makhluk serta
kenikmatannya yang melimpah. Allah SWT berfiman, “Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq : 5) Allah SWT mengajari manusia banyak hal yang
belum diketahui dengan pena. Wahai Nabi, tidaklah mengherankan Allah SWT mengajarimu
membaca dan berbagai ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi umatmu. Dalam sebuah
Hadits, Nabi Muhammad saw, pernah bersabda, “barang siapa yang
mengamalkanilmunya, maka Allah akan memberinya ilmu mengenai apa yang belum ia
ketahui.”
a. ك َأاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َدي ِْن ِإحْ ٰ َسنًا َ َۚ َوق
َ ُّض ٰى َرب
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya
Dengan demikian ada 2 objek (maful) dari قضى, yaitu: Menyembah Dia, dan merbuat baik
kepada kedua orang tua.
Sasasran kebaikan adalah orang tua, berarti yang diminta untuk memepersembhkan
kebaikan kepada orang tua itu ialah anak. Anak tidak berarti manusoia yang masih kecil,
tetapi siapa saja yang merupakan anak dari orang tua. Sementara itu, orang tua itu tidak
mesti yang masih hidup saja, karena kepada orang tua yang sudah meninggal pun anakdapat
mrnyampaikan baktinya yaitu dengan mendoakan.
Ayat ini berbicara tentang pendidkan anak, baik anak itu masih kecil maupun sudah dewasa
bahkan tua. Dua aspek yang ditetapkan allah SWt. mengenai Pendidikan anak yaitu:
1. Berbuat baik “ihsan” kepada kedua orang tua. Definisi ihsan adalah memberi lebih dari
kewajiban dan mengambil kurang dari hak. Artinya adalah mendahulukan kepentingan
pihak yang lebih oantas didahulukan, dalam hal ini merupkan kepentingna orang tua
daripada kepentingan diri sendiri.
2. “Tidak menyembah selain Dia”. Ini merupakan Pendidikan agama. Isinya ialah:
a. Pendidikan keimana, yaitu mengenal dan meyakini adanyabTuhan dan mematuhi-
Nya. Tuhan itu yang Maha Esa (tauhid) buka tuhan yang banyak).
b. Pendidikan ibadah, meliputi:
Ibadah mahdhah, yaitu ibadah-ibadah murni/formal, seperti sholat, zakat,
puasa, haji, sedekah, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya.
Ibadah ghairu mahdhah, ibadah tidak formal, yaitu pengabdian dalam bentuk
apapun yang dikerjakan karena Allah (ibadah sosial)
Terlihat juga bahwa orang tua diletakkan allah setelah diri-Nyadalam hal sasaran
pengabdian. Hal itu menunjukkan tingginya kediudukan orang tua dalam hal sasaran
pengabdaia itu. Pengabdian kepada allah itu dengan menyembahNya dan berbuat baik
karenaNya, sementara pengabdian kepada orang tua itu dengan berbuat baik kepada
keduanya.
Demikianlah ketetapan allah mengenai kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya
secara umum. Adalagi kewajiban anak terhadap orangtuanya dalam situasi khusus, yaitu bila
kedua orang tua itu sudah tua, yaitu:
ك ْٱل ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َمٓا َأوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِري ًما
َ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعن َد
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.
ُأفata. u “ah” adalah kata-kata yang terlontar sebagai ungkpan rasa arah, kesal, atau jemu.
Itu tidak pantas dilontarkan seorang anak terhadap orang tuanya, betapapun besar penga
bdian yang telah ia berikan kepada mereka. Lebih ytidak pantas lagi bila sang anak sampai
menghardik orangtuanya. Itu sanagat besar dosanya.,mkarena Allah sangat tegas
melarangnya. Yang perlu dilakukan anak justru sebaliknya, yaitu bertutur kata yang lembut,
bermkna, dan penuh penghormatan.
Maksudnya, berilah mereka perlindungan dan kasih sayag sebagaimana seekor induk burung
memberikan peerlinsdungan dan kaih sayang kepada anak-anaknya dengan merendahlan
(menaungkan) sayapnya kepada mereka.
َ َوقُل رَّبِّ ٱرْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِى
ص ِغيرًا
Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Tidak cukup hanya dengan pengabdian dan kasih sayang , sawaktunkcil.
ng anak juga diminta untuk mendoakan mereka agar allah SWT. menyayangi mereka, yaitu
membahagiakn mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga.Balasan itulah yang
pantas bagi mereka sebagai pembalasan usaha mereka dalam membesarkan dan
mendidiknhya waktu kecil.
Jika sang anak memang jujur dan sayang kepada orangtuanya, namun karena sesuatu nhal
terlanjur berbuat tidak sepantasnya kepada mereka, lalu ia memyesali dan bertobat serta
meminta maaf, maka Allah SWT. memaafkannya.
Luqman merupakan seorang bijak yang berasal dari Afrika. Dia diberi hokmah oleh Allah
yaitu kebenaran yang diperoleh melalui rasio. Dengan demikian, dia dapat disebut sebagai
“orang bijak” (Al-Hakim) bukan seorang nabi.
Kebenaran yang diperoleh luqman melalui rasionyaadalah perlunya manusia bersyukiur
kepada Allah. Bersyukur berarti mengakui adanya Tuhan (iman), memujiNya dan
mematuhi perintahNya. Dengan demikian, rasio bisa menemukan adanya tuhan. Namun
demikian, rasio tidak bisa menemukan perincian atau keterangan yang jelas tentang Tuhan
serta perincian cara beryukur atau beribadah kepadaNya.
Disamping itu bersyukur juga berarti menggunakan nikmat yang diberikanNya sesuai
kehendakNya. Yang dikehendaki Allah dengan nikmatNya ialah kebaikan. Orang yang
diberi nikmat harus menggunakan nikmat itu untuk kebaikan.
c. dalam hal ini orang tua peduli pada Pendidikan dapat dilaksanakan anatara lain dengan
penyuluhan. Disamping itu tingkat wajib belajar haru dinaikkan minimal sampai sekolah
menengah, supaya minimal orag gua itu berpendidikan sekolah menengan. Pendekatannya
dapat dilaksanakn melalui kerja sama yang era tantara sekolah dan rumah tangga.
3. Tujuan pendidikan
a. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
TAFSIR AYAT :
Maksud Allah menciptakan jin dan manusia adalah َ( لِيَ ْعبُ ُدوْ نagar mereka beribadah kepada-
Ku). Diujung ayat itu seharusnya ada ya’ yang berarti “Aku”, namun “Aku” itu dibuang.
Jadi, Allah mempersingkat ucapan-Nya untuk segera dipedulikan. Manfaat pesan itu segera
dipedulikan ialah untuk kebaikan manusia juga. Hal itu dikarenakan bahwa di dalam
ibadah terkandung manfaat yang besar bagi manusia. Ibadah itu akan dibalas berlipat
ganda oleh Allah, dan orang beribadah akan disayangi-Nya. Bagi Allah tidak akan ada
kerugian apapun seandainya seorang atau seluruh manusia ingkar kepada-Nya. Yang akakn
rugi justru manusia itu sendiri.
Ibadah ada dua macam, yaitu mahdhah dan gayr mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah
dalam arti terbatas seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah gayr mahdhah adalah
ibadah dalam arti luas, yaitu mendedikasikan (membaktikan) perbuatan apa aja, tentunya
yang baik demi karena mematuhi perintah Allah.
Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang berdedikasi itu, yaitu manusia yang
bekerja untuk kebaikan, giat, semangat, penuh tanggung jawab, tidak mengambil muka,
karena ia mempersembahkan kerjanya demi Allah. Hanya dedikasilah yang akan
membawa kemajuan sedangkan mementingkan diri sendiri akan merugikan masyarakat
dan pada gilirannya cepat atau lambat akan merugikan dirinya sendiri juga.
Dedikasi tidak berarti bahwa imbalan manusia dari manusia tidak perlu. Imbalan dari
manusia itu perlu karena karena manusia itu menerima jasa darinya. Jadi, orang yang
berdedikasi untuk Allah memperoleh keuntungan di dunia sebagai imbalan dan diakhirat
dalam bentuk pahala dari Allah sebagai tiket untuk masuk surga.
b. “Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu
ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”
TAFSIR AYAT
i. ْ َقَ ْد خَ ل
ت ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم ُسن ٌَن
Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah)
Hukum itu adalah hukum sunnatullah, yaitu kehancuran bangsa-bangsa terdahulu karena
bangsa-bangsa mereka. Yang sering dikisahkan dalam Al qur’an (antara lain surat Al A’raf
: 59-137) adalah dosa-dosa :
A. Umat Nabi Nuh. Dosa mereka adalah melakukan kesyirikan, yaitu menyembah
berhala. Konon pada mulanya mereka hanya ingin mengabadikan kecintaan mereka kepada
nenek moyang mereka dengan membuat lukisannya. Pada gilirannya, mereka membuat
patungnya. Lambat laun generasi berikutnya menyangka patung-patung itu adalah tuhan
lalu menyembahnya. Mereka dihancurkan dengan banjir besar.
B. Umat Nbai Hud yaitu bang ‘Ad. Dosa mereka adalah premanisme, yaitu
menggunakan keperkasaan mereka (badan tinggi, besar, otot yang kuat) untuk
memperlakukan yang lemah semena-mena. Mereka dihukum dengan badai tornado yang
mengangkat tubuh-tubuh besar mereka itu ke udara kemudian menghempaskannya ke
tanah sehingga kepala mereka berpisah dari badan, karena begitu hebatnya empasan
tersebut.
C. Umat Nabi Shaleh yaitu bangs Tsamud. Dosa mereka ialah membanggakan teknologi
dan kesenian mereka. Kemajuan teknologi mereka antar lain bahwa mereka memiliki dua
istana, istana musim dingin di lembah dan istana musim panas di gunung-gunung yang
mereka buat untuk dijadikan tempat tinggal. Allah menghukum mereka dengan gempa
yang dahsyat yang mengubur mereka hidup-hidup dan memusnahkan peradaban mereka.
D. Umat Nabi Luth. Dosa mereka ialah homoseksual. Mereka dihancurkan dengan
dibalikkan negeri mereka dan dihujanilah dengan batu-batu.
E. Penduduk Madyan (yang mendiami kawan Teluk Aqabah dan sekitarnya) umat Nabi
Syuaib. Bangsa ini merupakan bangsa penipu dalam hal takaran dan timbangan. Selain itu,
mereka mengancam dan melarang manusia menjalankan agama. Mereka dihancurkan
dengan gempa dahsyat yang meluluhlantakkan negeri mereka sehingga mereka sendiri
mati bergelimpangan.
F. Fir’aun dan dinasti Mesir yang menjadi sasaran dakwah Nabi Musa. Dosa mereka
ialah memerkosa hak-hak asasi manusia, yaitu menjadikan Bani Israil sebagai budak-
budak dan memeras tenaga serta keahlian mereka (membuat piramida-piramida, spink-
spink, pertanian dan sebagainya). Fir’aun sendiri memaksa rakyatnya untuk mengakui
dirinya sebagai Tuhan. Fir’aun beserta para pembesar dan bala tentaranya dihancurkan dan
ditenggelamkan di laut merah.
َض فَا ْنظُرُوْ ا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِ ْين
ِ ْفَ ِس ْيرُوْ ا فِى ااْل َر
“karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)”(137)
Ayat ini meminta umat islam untuk melakukan perjalanan. Maksud perjalanan adalah (
)فَا ْنظُرُوْ ا, yaitu untuk melakukan penelitian dan mengambil pelajaran dari penelitian itu.
Penelitian ditujukan kepada (ُ )عَاقِبَةyaitu nasib buruk yang dialami orang-orang
pembangkang kehancuran mereka. Kehancuran karena pembangkangan itu adalah () ُسن ۙ ٌَن,
yaitu hukum-hukum sosial yang diciptakan Allah.
Ayat 138
“Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
Al-Qur’an juga berisi (ٌ ) َموْ ِعظَةpelajaran-pelajaran atau nilai-niali yang baik yang penting
untuk dijalankan.yang dituju dalam ayat ini ialah pribadi-pribadi (individu). Pribadi-
pribadi yang menjalankan nilai-nilai yang diajarkan AlQuran akan membuat pribadi-
pribadi itu baik. Pribadi-pribadi yang baik akan menyusun masyarakat yang baik.
AYAT 138
ََواَل تَ ِهنُوْ ا َواَل تَحْ َزنُوْ ا َواَ ْنتُ ُم ااْل َ ْعلَوْ نَ اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ْين
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.
Ada dua larangan bagi umat islam yang disampaikan AlQuran dalam ayat ini :
I. Tidak boleh merasa lemah, artinya merasa tidak berdaya. Umat islam harus tegar.
Tidaklah bila ada suatu kesulitan, belum apa-apa, belum dilihat, belum dicoba sudah
mundur atau menyerah. Hendaklah sikap “saya bisa dan harus bisa”. Umat juga harus
percaya diri. Karena itu umat memperbanyak melatih serta tanpa menyerah.
II. Tidak boleh cepat bersedih, yaitu cepat menyerah menghadapi kesulitan. Bila ada
kegagalan, hendaklah tidak lekas putus asa, tetapi memeriksa sebab kegagalan itu dan
mencoba lagi. Bila ada kehilangan, jangan larut dalam kesedihan, tatpi, cepat bangkit,
karena yang hilang tidak akan kembali, dan kita hendaklah tidak kehilangan diri kita pula,
sebab hal itu akan membuat semakin kehilangan dan semakin terpuruk.
c. implementasi pendidikan dalam kedua surat agar pelajar mengindahkan hukum sosial yaitu
hukum moral, yang hal itu dapat dilaksanakan dengan penyandaran melalui ceramah,
diskusi, sosiodrama. Juga dengan pendekatan pembiasaan, contoh teladan, penerapan
hukum yang konsekuen, dan sebagainya.Penumbuhan sikap optimis dan tidak cepat putus
asa dapat dilakukan melalui pembiasaan, pemberian pengalaman, penyaluran bakat,
pengisian waktu senggang dan sebagainya.
4. Subjek dan objek pendidikan
Kata Rasul di sini sudah tertentu (ma’rifah), maksudnya Nabi Muhammad. Dia diminta
untuk melakukan tabligh ( )تبلیغ, yaitu menyampaikan ajaran agama secara:
1) Menyeluruh dan tuntas, tanpa ada yang ditambah, dikurangi, atau disembunyikan.
2) Konsekuen dan tegas, tanpa sungkan, malu, atau takut.
3) Umum, yaitu kepada seluruh manusia tanpa diskriminasi.
Yang diminta untuk disampaikan ialah apa yang diturunkan kepadanya, bukan rekaan
sendiri, yang berasal dari Allah, bukan dari yang lainnya, yaitu Al-Quran, hanya saja, Nabi
pun perlu menjelaskannya, yaitu dengan sunnah-nya.
هّٰللا
ِ ۗ َّك ِمنَ الن
اس ِ َواِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر ٰسلَتَهٗ ۗ َو ُ يَ ْع
َ ص ُم
Dan jika tidak kamu kerjakan, kamu tidak menyampaikan amanatnya-nya. Allah
memelihara kamu dari manusia.
Nabi Muhammad tidak mungkin dibayangkan tidak melaksanakan perintah itu, karena
sifatnya Amanah (terpercaya). Dia pasti menyampaikan seluruh ajaran Islam, karena
sifatnya shiddiq (jujur). Dia pasti paham apa yang perlu disampaikan dan menyampaikannya
secara konsekuen, karena sifatnya fathanah (cerdas). Dan , dia pasti menyampaikan kepada
seluruh manusia, karena sifatnya tabligh (menyampaikan).
Perintah Allah agar Nabi menyampaikan apa yang diperintahkan kepadanya itu merupkan
risalah, yaitu tugas kerasulan sebagai seorang rasul dari Allah. Tanpa penyampaian itu, dia
berarti bukan rasul Allah. Oleh karena itu, dia harus melaksanakan tugas itu secara
professional. Dia telah melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Buktinya hanya
dalam masa kurang dari 23 tahun kerasulannya, jazirah Arabia itu sudah masuk Islam,
kemudian berkembang ke luar jazirah Arab itu oleh pelanjut-pelanjut yang sudah dibinanya,
dan selanjutnya tersebar ke seluruh dunia oleh orang-orang yang cinta kepadanya.
Dalam tugas dakwah itu, Allah menjamin keselamatannya. Oleh karena itu, Nabi tidak perlu
khawatir apalagi takut dalam tugas tersebut. Jaminan Allah itu Nabi percayai. Dia
sebelumnya dijaga oleh para sahabat, termasuk sang paman, ‘Abbas dan Abu Thalib.
Orang-orang yang telah menyakiti nabi, baik secara fisik maupun mental, itu ilah orang-
orang kafir. Perbuatan orang kafir tidaklah benar, karena itu Nabi perlu terus menerus
mengajak mereka, dan tidak perlu khawatir siapa pun dalam tugas tersebut.
b. Metode bercerita (QS. Huud ayat 120), metode tanya jawab (QS. al-Baqarah ayat 189),
metode hikmah, nasehat, diskusi (QS. an-Nahl ayat 125), dan metode demonstrasi (QS. al-
Kahfi ayat 77).
c. Ada beberapa pendekatan yang dipakai dalam pendidikan Islam maupun Barat. Menurut
Armai Arief, ada lima pendekatan yang dipakai dalam kegiatan proses belajar mengajar,
yaitu pendekatan filosofis, induksi-deduksi, sosio-kultural, fungsional dan emosional. dapat
disimpulkan tentang pengertian metode pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-
Syaibaniy (1979: 553) yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru
dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing
peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka.