Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahkluk Allah SWT yang diciptakan dalam rupa yang paling
sempurna.Tetapi dalam melaksanakan kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan peran
antar sesama manusia yang biasa disebut dengan interaksi sosial.

Dalam kehidupannya, manusia bukan saja sebagai mahkluk individual, tetapi manusia
juga sebagai mahkluk sosial.Perannya sebagai mahkluk individual, manusia membutuhkan
makan, minum, istirahat, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. Sedangkan perannya sebagai
mahkluk sosial, manusia membutuhkan orang lain guna melangsungkan kebutuhan hidupnya.
Sekumpulan manusia yang hidup dan saling berinteraksi satu dengan yang lain serta
membentuk suatu sistem tatanan hidup dalam suatu tempat tinggal atau wilayah inilah yang
nantinya disebut dengan masyarakat.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang membahas tentang tentang kemasyarakatan


(sosiologis) . Secara garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu Hablum Minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan) dan Hablum
Minannas (hubungan manusia dengan manusia).Allah menghendaki kedua hubungan tersebut
seimbang walaupun hablumminannaslebih banyak di tekankan. Namun itu semua bukan
berarti lebih mementingkan urusan kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain
karena hablumminannas lebih komplek dan lebih komprehensif. Oleh karena itu suatu
anggapan yang salah jika Islam dianggap sebagai agama transedental.

Oleh karena itu kita harus memahami sejarah dan kisah orang-orang terdahulu, sehingga
kita dapat mempelajari dan mengambil hikma dari peristiwa yang terjadi pada orang-orang
setelah kita, sehingga kita dapat melangkah lebih baik dari orang-orang setelah kita. 

B. Rumusan Masalah

1. Menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan masyarakat (sosial).

1
BAB II

PEMBAHASAN

TAFSIR AYAT AYAT TENTANG MASYARAKAT

1. Surat An- Nisa ayat :1

Artinya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu 1. Dia menciptakan dari diri itu
pasangannya,dan dari keduanya Dia mengembangbiakan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling
meminta2 serta peliharalah silaturahmi. Sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan
mengawasi kamu.

A . Makna Ijmali

Dalam surat An-Nisa ayat 1 ini menjelaskan bahwa Allah SWT menyuruh makhluk-Nya
agar bertakwa kepada-Nya,yaitu beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya,dan agar
selalu ingat atas kekuasaan-Nya karena Dia lah yang menciptakan mereka dari diri yang
satu ,yaitu Adam a.s. kemudian diciptakan pula pasangan nya yaitu Hawa dari tulang
rusuknya. Dan dari keduanya itulah Dia mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak.Dan Allah juga menyuruh kepada makhluknya agar bertakwa kepada-Nya dan
senantiasa memelihara silaturahmi.

1
Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s.
berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari
padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
2
Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang
lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta
kepadamu dengan nama Allah.

2
Mufradat

ُ ‫ = يَا أ َُّي َها الن‬Hai sekalian manusia


‫َّاس‬
‫ = َّات ُقوا َربَّ ُك ُم‬bertakwalah kepada Tuhan-mu
‫ = الَّ ِذي َخلَ َق ُك ْم‬yang telah menciptakan kamu
‫س‬ٍ ‫ = ِم ْن َن ْف‬dari diri yang satu
ِ ‫ = و‬Dia menciptakan
‫اح َد ٍة َو َخلَ َق‬ َ
‫ث ِم ْن ُه َما‬
َّ َ‫ = ِم ْن َها َز ْو َج َها َوب‬dari diri itu pasangannya,dan dari keduanya Dia
ِ ِ
‫اء‬
ً‫س‬ َ ‫ َون‬ ‫ = ِر َجااًل َكث ًيرا‬mengembangbiakan laki-laki dan perempuan
َ‫ = َو َّات ُقوا اللَّه‬Dan bertakwalah kepada Allah
ِ ِ َّ
َ ‫اءلُو َن بِه َواأْل َْر َح‬
‫ام‬ َ‫س‬ َ َ‫ = الذي ت‬yg dgn-Nya kamu saling meminta serta peliharalah
silaturahmi
‫ = إِ َّن اللَّهَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‬Sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan mengawasi kamu.

.       ‫اس‬
ُ َّ‫الن‬  di sini adalah semua manusia, tanpa kecuali. Maka yang merasa manusia, dia masuk
dalam kategori ‫اس‬ ُ َّ‫الن‬  dalam ayat ini, masuk dalam golongan yang diseru Allah untuk
bertakwa kepada-Nya.
     ‫ربَّ ُك ُم‬  
َ memakai kata Rabb karena mengandung makna pendidik. Kita diingatkan bahwa kita ini
dididik oleh Allah. Beda dengan ansya`a yang berarti menanam lalu dibiarkan tumbuh.
Adapun kata Rabb, maka kata ini mengandung arti kita dididik dan dipantau olehNya.

C. Tafsir Ayat

Allah Ta'la menyuruh makhluk-Nya agar bertakwa kepada-Nya ,yaitu beribadah kepada-
Nya Yang Esa tanpa menyekutukan-Nya. Dia pun mengingatkan mereka terhadap kekuasaan-
Nya yang dengan kekuasaan itulah Dia menciptakan mereka dari diri yang satu yaitu, Adam
a.s. "Dan Dia menciptakan dari diri itu pasangannya," yaitu Hawa a.s. yang diciptakan dari
tulang rusuk Adam bagian belakang dari yang sebelah kiri ketika dia sedang tidur. Kemudian
Adam bangun dan di kejutkan oleh keberadaan Hawa.Keduanya pun saling tertarik. Dalam
hadits sahih dikatakan,

"Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok ialah
yang paling atas. Jika kamu hendak meluruskannya, niscaya ia patah. Jika kamu
ingin berbahagia dengannya berbahagialah walaupun ia tetap bengkok"

3
Firman Allah," Dan Dia mengembang biakan laki-laki dan perempuan yang banyak."

Yakni, Allah memperbanyak dari Adam dan Hawa laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dia menyebarkan mereka di berbagai wilayah dunia selaras perbedaan ras
,sifat,warna kulit,dan bahsanya. Setelah itu mereka semua dikembalikan dan dikumpulkan
kepada-Nya .kemudian Allah Ta'ala berfirman, "Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan-Nya kamu saling meminta serta peliharalah silaturrahmi". Yakni , bertakwalah
kepada Allah dengan cara kamu mentaati-Nya . Adh-Dhahhak berkata , "Dan bertkwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu mengadakan akad dan perjanjian, dan peliharalah
hubungan silaturrahmi,dan jangan sampai kamu memutuskannya,namun berbuat baiklah
kepada mereka dan sambungkanlah tali silaturrahmi, "Sesungguhnya Allah senantiasa
mengawasi kamu," yakni Dia mengawasi segala tingkah lakumu dan amalmu. Allah Ta'ala
berfirman ," Allah Maha Menyaksikan terhadap segala sesuatu."

Dalam hadits shahih dikatakan, " Beribadahlah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya.
Bila kamu tidak melihat-Nya maka sesunguhnya Dia melihatmu"

Ini merupakan masalah pengawasan Zat Yang Mengawasi. Oleh karena itu, Allah
menceritakan bahwa makhluk itu berasal dari seorang bapak dan seorang ibu agar sebagian
mereka mengasihi sebagian yang lain. Allah pun mendorong supaya mengasihi pihak yang
lemah. Dalam shahih muslim disebutkan ,"Tatkala Rasulullah saw didatangi oleh sekelompok
orang dari Bani Mudhar yang berasal dari kaum melarat dan miskin,maka Rasulullah saw
berdiri lalu berpidato di depan manusia setelah shalat zuhur. Beliau mengatakan ,"Wahai
manusia,bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu,,,,

Kemudian beliau menganjurkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda ,"Seseorang


dapat menyedahkan uang dinar,gandum atau satu sha' kurma kering.3

2. Surat Al- Hujurat ayat 10-13

Al- Hujurat ayat 10 :

Artinya:

3
Tafsir ibnu katsir, hal 489

4
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat

A. Makna Ijmali

Dalam ayat ini di jelaskan bahwa semua orang mu'min itu bersaudara atau yang satu
iman (Islam) itu bersaudara maka Allah memerintahkan agar kita senantiasa memperbaiki
hubungan antar sesama saudara seiman kita agar Allah senantiasa meberikan rahmat nya
kepada hambanya.

B. Mufradat

C. Tafsir Ayat

Sesungguhnya orang-orang mu’min bernasab pada satu pokok yaitu iman yang
menyebabkan diperolehnya kebahagiaan abadi.Oleh karena persaudaraan itu menyebabkan
terjadinya hubungan yang baik dan mau tidak mau harus dilakukan.Maka perbaikilah
hubungan di antara dua orang saudaramu dalam agama, sebagaimana kamu memperbaiki
hubungan di antara dua orang saudaramu dalam nasab.

Dan bertaqwalah kamu kepada Allah SWT dalam segala hal yang kamu lakukan maupun
yang kamu tinggalkan.Yang di antaranya adalah memperbaiki hubungan di antara kamu yang
kamu disuruh melaksanakannya.Mudah- mudahan Tuhanmu memberi rahmat kepadamu dan
memaafkan dosa- dosamu yang telah lalu apabila kamu mematuhi Dia dan mengikuti
perintah dan larangan-Nya.4
4
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi juz XXVI, ( Semarang : Toha Putra, 1993 ), cet. 2, hal. 214- 219

5
Al-Hujurat Ayat 11:

Artinya :
.”Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-
buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

A. Makna Ijmali

Janganlah beberapa orang dari orang-orang mu’min mengolok-olok orang-orang mu’min


lainnya.Karena kadang-kadang orang yang diolok-olokkan itu lebih baik di sisi Allah
SWT.dari pada orang yang mengolok-olokkannya. Dan janganlah kaum wanita mengolok-
olok wanita lainnya, karena barang kali wanita-wanita yang diolok-olokkan itu lebih baik dari
pada wanita-wanita yang mengolok-olokkan.

B. Mufradat

C. Tafsir Ayat

6
Allah SWT melarang kita mengejek dan menghina orang lain, sebagaiman yang telah
ditetapkan oleh hadits Rasulullah saw, bersabda, :"Kesombongan ituialah mencampakkan
kebenaran dan menghinakan manusia."

Kesombongan ini hukumnya haram.Boleh jadi,orang yang di hina itu kedudukannya lebih
mulia di sisi Allah. Itulah sebabnya Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 11 ini.
Firman Allah swt , " Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri" ini seperti firman-Nya
dalam surat An-Nisa: 29 "Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri". Maksudnya ialah
janganlah satu sama lain saling membunuh dan janganlah saling mencela. Kata anfusakum
merupakan peringatan bahwa orang yang berakal tentu tidak akan mencela dirinya sendiri.
Seperti halnya sabda Nabi, “orang- orang mu’min itu seperti halnya satu tubuh.Apabila salah
satu anggota tubuh menderita sakit, maka seluruh tubuh itu menderita sakit, maka seluruh
tubuh akan merasakan tak bisa tidur dan demam.”

Firman Allah selanjutnya ialah ,"Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar
yang buruk". Yaitu janganlah kalian memanggilsebagian kalian dengan sebutan yang buruk
yang tidak enak bila didengar oleh seseorang. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa
Abu Jubairah bin Dhahak mengatakan ,"Ayat ini, dan janganlah kamu panggil –memanggil
dengan gelar yang buruk ,diturunkan berkenaan dengan kami, Bani Salamah. Perawi
mengatakan,'Rasulullah saw sampai di kota Madinah. Dan, tidak ada seorang pundi antar
kami melainkan dia mempunyai dua atau tiga nama. Maka bila beliau memanggil seseorang
dengan salah satu namanya, maka orang-orang mengatakan ,'Ya Rasulullah ,dia marah jika
dipangil dengan nama itu'. Maka turunlah ayat dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar yang buruk."Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud.Dan janganlah sebagian
kamu memanggil sebagian yang lain dengan gelar yang menyakiti dan tidak disukai. Seperti
halnya berkata kepada sesama muslim,”Hai fasik, hai munafik dan lain sebagainya. Adapun
gelar- gelar yang memuat pujian dan penghormatan, dan merupakan gelar yang benar tidak
dusta, maka hal itu tidak dilarang, sebagaimana orang memanggil Abu Bakar dengan ‘Atiq
dan Umar dengan nama Al-Faruq.

Alangkah buruknya sebutan yang disampaikan kepada orang-orang mu’min bila mereka
disebut sebagai orang-orang yang fasik setelah mereka masuk ke dalam iman dan termasyhur
dengan keimanan tersebut.Dan barang siapa tidak bertaubat dari mencela saudara-saudaranya
dengan gelar-gelar yang Allah SWT melarang mengucapkannya atau menggunakannya
sebagai ejekan atau olok-olok terhadapnya, maka mereka itulah orang-orang yang
menganianya diri sendiriyang berarti mereka menimpakan hukuman Allah SWT terhadap diri
sendiri karena kemaksiatan mereka terhadap-Nya.

Firman Allah swt selanjutnya,"Seburuk-buruknya panggilan ialah panggilan yang buruk


sesudah iman".Yaitu, sejelek-jeleknya sifat dan nama ialah yang buruk. Yaitu, saling
memanggil dengan sebutan yang buruk, sebagaimana sifat menyifati yang dilakukan oleh

7
orang-orang jahiliah, setelah kalian masuk Islam dan kamu memahami keburukannya."Dan
barang siapa yang tidak bertobat "dari kelakuan seperti ini," maka mereka itulah orang-orang
yang zalim."

Al-Hujurat Ayat 12 :

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-
cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

A. Makna Ijmali

Pada ayat di atas, menjelaskan tentang perkara-perkara besar yang menambah


semakin kuatnya hubungan dalam masyarakat islam, yaitu :
 Menghindari prasangka yang buruk terhadap sesama manusia
 Jangan mencari keburukan dan aib orang lain
 Jangan sebagian mereka menyebut sebagian yang lain dengan hal-hal yang
tidak mereka sukai tanpa sepengetahuan mereka

B. Mufradat

8
C. Tafsir Ayat

Allah swt melarang hamba-hamba-Nya yang beriman banyak berprasangka, yaitu


melakukan tuduhan dan sangkaan buruk terhadap keluarga, kerabat dan orang lain tidak pada
tempatnya, sebab dari prasangka itu ialah murni perbuatan dosa. Maka jauhilah banyak
berprasangka itu sebagai suatu kewaspadaan. Diriwayatkan kepada kami dari Amirul
Mukminin Umar bin Khatab bahwa beliau mengatakan ," Berprasangka baiklah terhadap
tuturan yang sedang keluar dari mulut saudaramu yang beriman, sedang kamu sendiri
mendapati hanya kemungkinan tuturan itu mengandung kebaikan ." Rasulullah saw bersabda,
" Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah
kamu meneliti rahasia orang lain,mencuri dengar, bersaing yang tidak baik,saling
mendengki,saling membenci,dan saling membelakangi. Jadilah kalian ini sebagai hamba-
hamba Allah yang bersaudara."

Rasulullah saw bersabda" Seorang muslim tidak boleh memboikot (memusuhi)


saudaranya lebih dari tiga hari." Diriwiyatkan oleh Muslim dan Tirmidzi. Firman Allah
swt ,"Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain ,"yakni, satu sama lain mencari-
cari kesalahan orang lain.
Firman Allah swt selanjutnya ialah ," Dan janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain".
Ayat ini mengandung larangan ghibah.Ghibah adalah haram berdasarkan ijma'. Tidak ada
pengecualian mengenai perbuatan ini kecuali bila terdapat kemaslahatan yang lebih
kuat,seperti penetapan kecacatan oleh perawi hadits, penilaian keadilan,dan pemberian
nasihat. Demikian pula ghibah yang sejenis dalam tiga hal ini. Sedangkan selain itu ,tetap
berada di dalam pengharaman yang sangat keras dan larangan yang sangat kuat. Itulah
sebabnya Allah SWT menyerupakan perbuatan ghibah seperti dengan memakan daging

9
manusia yang sudah menjadi bangkai. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt,"
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?"
Yaitu ,sebagaimana kamu membenci hal ini secara narulilah, maka kamu pun akan harus
membencinya berdasarkan syariat, karena hukumannya akan lebih hebat dari sekedar
memakan bangkai manusia. Rasulullah saw bersabda ," Seperti anjing yang muntah,
kemudian memakan kembali muntahannya itu.
Firman Allah selanjutnya,"Dan bertakwalah kepada Allah ." yaitu , pada perkara yang
telahDia perintahkan dan Dia larang kepada kamu. Dan jadikanlah Dia pengawasmu dalam
hal itu dan takutlah kepada-Nya. "Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang". Yaitu, Allah itu Maha Penerima tobat kepada siapa saja yang kembali bersandar
kepada-Nya.

Al- Hujurat ayat 13

Artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-


laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

A. Makna Ijmali

Pada ayat di atas Allah telah memberitahukan kepada umat manusia bahwa Dia telah
menciptakan mereka dari satu jiwa dan telah menjadikan dari jiwa itu pasangannya. Itulah
Adam dan Hawa.Dan Allah juga telah menciptakan mereka berbangsa dan bersuku-suku agar
mereka saling mengenal.

B. Mufradat

10
C. Tafsir Ayat

Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di atas
menjelaskan tentang prinsip dasar hubungan antar manusia karena itu ayat diatas tidak
menggunakan panggilan orang-orang beriman, tetapi kepada jenis manusia.
Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan yakni Adam dan Hawwa, atau dari sperma (benih laki-laki) dan
ovum (indung telur perempuan) serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa juga bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal yang mengantar kamu untuk bantu-membatu serta
saling melengkapi, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal
sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, walau detak detk jantung dan
niat seseorang.

Penggalan pertama ayat di atas sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan adalah pengantar untuk menegaskan bahwa semua manusia
derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang
lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara lelaki dan perempuan karena
semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pengantar tersebut
mengantar pada kesimpulan yang disebut oleh penggalan terakhir ayat ini yakni
”sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah yang paling
bertaqwa.” karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketaqwaan agar menjadi yang
termulia di sisi Allah.

11
Dalam konteks ini sewaktu haji wada’ (perpisahan), Nabi Saw berpesan antara
lain: ”wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada
kelebihan orang arab atas non arab, tidak juga non arab atas orang arab, atau orang (berkulit)
hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih) tidak juga sebaliknya kecuali dengan taqwa,
sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (HR. Al-
Baihaqi melalui Jabir Ibn Abdillah).

Kata ‫ش ُعوبًا‬
ُ  /syu’ub adalah bentuk jamak dari kata sya’b.kata ini digunakan untuk menunjuk
kumpulan dari sekian qabilah  yang biasa diterjemahkan suku yang merujuk kepada satu
kakek. Qabilah suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai
imarah, dan yang sekian banyak kelompok yang dinamai bathin. Di bawah bathin ada
sekian fakhdz hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga terkecil.

Kata ِ‫@@@ارفُوا‬
َ ‫تَ َع‬/ ta’aarafu terambil dari kata ’arafa yang berarti mengenal. Patron kata yang
digunakan ayat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian ia berarti saling
mengenal.

Kata ‫أَ ْك َر َم ُك ْم‬ /akramakum terambil dari kata karuma yang pada dasarnya berarti yang baik dan


istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki akhlak
yang baikterhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk.

3. Surah Ali ‘Imran Ayat 104, 110, 112

Ali ‘Imran Ayat 104

Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.”

12
A. Makna Ijmali

Pada ayat tersebut tedapat 3 kewajiban yang dihadapi.Yang dua berpusat kepada yang
satu. Yang satu ialah mengajak pada kebaikan dan menimbulkan dua tugas:Pertama
menyuruh berbuat ma’ruf dan yang kedua adalah melarang berbuat munkar.

B. Mufradat

‫ = َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم‬Dan hendaklah ada di antara kamu


‫ون‬ َ ‫ = أُ َّمةٌ يَ ْد ُع‬segolongan umat yang menyeru
‫ = إِلَى ْال َخي ِْر‬kepada kebajikan
ِ ‫ُون بِ ْال َم ْعر‬
‫ُوف‬ َ ‫ = َويَأْ ُمر‬menyuruh kepada yang ma´ruf
‫ = َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬dan mencegah dari yang munkar
‫ُون‬ َ ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح‬ َ ِ‫ = َوأُو ٰلَئ‬merekalah orang-orang yang beruntung

C. Tafsir Ayat

Allah Swt. berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang
bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk berbuat
kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan yang
beruntung.Adh Dhahhak mengatakan, mereka adalah para shahabat yang terpilih, para
mujahidin yang terpilih, dan para ulama.

Abu Ja’far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-


Nya : “Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan”
(Ali Imran 104)
Kemudian beliau Saw. bersabda : “Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-
Qur’an dan sunnahku.” Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.

13
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan
umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang
diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam sebuah hadits dari
Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw.pernah bersabda : “Barang siapa di antara
kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya.Dan jika ia
tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan
hatinya, yang demikianitu adalah selemah-lemah iman.”Di dalam riwayat lain
disebutkan : “Dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman barang seberat biji sawi pun.”

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi, telah
menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja’far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Amu
Amr, dari jarullah ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Hudzhaifah ibnu Yaman, bahwa Nabi
Saw. pernah bersabda : “Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-
Nya, kalian benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan
mungkar, atau hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari sisi-Nya,
kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian
tidak diperkenankan.”
Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadits Amr ibnu Abu Amr
dengan lafaz yang sama. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.

Ali ‘Imran Ayat 110

Artinya :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

14
A. Makna Ijmali

Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin supaya tetap memelihra
sifat-sifat utama itu dan supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi. Umat yang
paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat , yaitu mengajak kepada
kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah.

B. Mufradat

C. Tafsir Ayat

Firman Allah “kuntum khaira ummah”, Imam Bukhari berkata: dari Muhammd Bin
Yusuf, dari Sufyan Ibn Maysarah, dari Abi Haazim dari Abi Hurairah Ra, (kuntum khairo
ummah ukhrijat linnas) berkata: “sebaik-baik manusia untuk manusia yang lain yaitu datang
kepada mereka dengan terbelenggu leher-leher mereka sampai mereka masuk ke dalam
Islam, dan seperti ini yang dikatakan oleh Abu Hurairah, Mujahid dan ‘Ithiyah al-‘Ufi. Dapat
berarti pula sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya”.

Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik manusia yang pandai diantara mereka dan paling
bertakwa diantara mereka, dan menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, dan mencegah mereka
dari perbuatan yang munkar, menyambung tali silaturahim”. (diriwayatkanImam Ahmad
dalam musnadnya).

15
Penafsiran yang kuat menurut Ibnu katsir bahwa sebaik-baik manusia adalah para
shahabat yang membersamai Rasulullah, kemudian seterusnya dan seterusnya. Mereka yang
berhijrah bersama Rasulullah, dari Mekkah ke Madinah, dapat pula berarti generasi awal
Islam kemudian yang meneruskan da’wah Rasulullah Saw yang diperintahkan Allah kepada
kaum Muslimin untuk ditaati mereka.

Khairu Ummah yaitu orang-orang yang menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan
menjauhi dari pada yang munkar, dan beriman kepada Allah.Dan termasuk dari pada mereka
pula adalah para Muhahid dan para Syuhada’.

Kemudian firman Allah “walau aamana ahlul kitab” : seandainya orang-orang ahli taurat
dan injil dari golongan Yahudi dan Nashara membenarkan ke Rasulan Nabi Muhammad
Saw., yang demikian itu tidak lain datangnya dari Allah (petunjuk dari Allah). Lakana
khorallahun yakni yang demikian itu lebih baik bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat.
Minhumul mu’minun: yakni ahli kitab dari golongan orang nasrani dan Yahudi yang mereka
membenarkan Rasulullah Saw., dan masuk Islam.  Mereka itu yakni Abdullah bin salam dan
saudaranya, Tsa’labah dan saudaranya, dan pemuda-pemuda yang beriman kepda Allah dan
membernarkan kerasulan Nabi Muhammad Saw., dan mengikuti apa-apa yang diturunkan
kepada mereka dari Allah, kemudian firman Allah “wa aktsaruhumul fasiqun”, yakni mereka
kembali kepada agama mereka yakni merkea yang pada mulanya beriman kepada Allah
kemudian beriman kepada apa-apa yang ditrunkan Allah kepada nabi-Nya yakni Muhammad
Saw., kemudian mereka kembali kepada agama mereka. Mereka itulah orang-orang fasiq.

Ali ‘Imran Ayat 112

Artinya :

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan

16
mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.
Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar.Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.”

A. Makna Ijmali

Maksud dari ayat ini adalah bahwa manusia diliputi kehinaan di mana saja mereka berada
kecuali jika manusia berpegang kepada agama Allah yaitu Islam dan taat kepada Allah SWT.

B. Mufradat

C. Tafsir Ayat

Dengan kekafiran dan keingkaran para Ahli Kitab (Yahudi) itu , serta keterlaluan
mereka dalam tindak tanduk memusuhi umat Islam dengan berbagai cara dan usaha, Allah
menimpakan kehinaan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali bila mereka
tunduk dan patuh kepada peraturan dan hukum Allah dan memelihara hubungan baik dengan
manusia, bersedia tunduk kepada peraturan bersama dan bekerja sama dalam berbagai aspek
kehidupan. 

Tetapi hal ini tidak dapat mereka laksanakan dalam pergaulan mereka dengan nabi dan
para sahabatnya di Madinah, bahkan mereka selalu menentang dan berusaha melemahkan
posisi kaum muslimin dan tetap memusuhi Islam. Karena itu mereka mendapat kemurkaan
Allah dan ditimpakan kepada kehinaan dan terusirlah mereka dari negeri Madinah.

17
BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1989. Taisiru al-Aliyyil Qadir lil Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 1. Depok: Gema Insani.

Ahmad Mustofa al Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, CV Toha Putra,


Semarang, 1988.
H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsir, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1988.
H. Mukti Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT Bumi Restu, Jakarta, 1974.
Prof. H. Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir al-
Ashhar,Yayasan Nurul islam, Surabaya, 1982

18
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-
Nur, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000.

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/22/40

http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/11/makalah-tafsir-tujuan-pendidikan-qs-al.html

http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_AsbabunNuzul.asp?
pageno=1&SuratKe=13#11

19

Anda mungkin juga menyukai