Anda di halaman 1dari 48

C. AYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN AQIDAH ISLAM 1. Qs.

Al Ikhlas )1( Artinya : Katakanlah: `Dialah Allah, Yang Maha Esa`.(QS. 112:1) Dahhak meriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus kepada Nabi Muhammad SAW Amir bin Tufail, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: "Engkau telah memecah belahkan keutuhan kami, memaki-maki "tuhan" kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta. Jika engkau gila kami obati. Jika engkau ingin wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya". Nabi menjawab: . . : . Artinya: "Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa", kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembeh itu. Apakah Dia dari emas atau perak?", lalu Allah menurunkan surah ini. (HR. Dahhak) Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi SAW. iaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasannya berupa pahala atau dosa. Telah diriwayatkan dalam hadis, "Bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Alquran," karena barang siapa menyelami artinya dengan bertafakur yang mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan

kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini. Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi-Nya menjawab pertanyaan orangorang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan sesuatu apapun. Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada afal-Nya. Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya dan Maha Esa pada af'al-Nya berarti hanya Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya. Artinya: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin: 82). )2( Artinya : Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(QS. 112:2) Pada ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon. )3( Artinya : Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,(QS. 112:3) Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah.

Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman:

Artinya: Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anakanak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa

sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Q.S. As Saffat: 149-152). Dan Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Dengan demikian Dia tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut. Ibnu 'Abbas berkata: "Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orangorang Nasrani yang mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah. )4( Artinya : dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia `.(QS. 112:4) Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orangorang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah. Untuk meresapkan arti ketauhidan kepada Allah yang terkandung dalam surah Al Ikhlas, maka kami mencantumkan pada akhir tafsir surah ini sebuah munajat kepada Allah yang diamalkan oleh mereka yang tekun melaksanakan ibadahnya:

.... ) ilak 3( " Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Segala puji bagi Allah dengan pujian yang sesuai dengan nikmat-nikmatNya dan seimbang nikmat tambahan-Nya. Semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada Nabi penutup, Muhammad SAW yang tidak ada lagi Nabi sesudahnya dan kepada sekalian keluarganya, sahabat dan sekalian yang mencintainya. Ya Allah, Tuhan yang aku tidak melihat (dengan mata hatiku) selain Dia, walaupun banyak gejala-gejala nampak, dan yang aku tidak bermunajat melainkan kepada-Nya saja, walaupun banyak wujud-wujud di alam lahir dan yang aku tidak menginginkan melainkan manfaat-Nya walaupun banyak sumber-sumber

pengambilannya. Aku mohon kepada-Mu dengan tawassul kepada keesaan-Mu di alam wujud dan berbilangnya tajalli (penampakan kekuasaan-Mu) di alam pancaindera dan dengan kehormatan nampaknya keagungan-Mu bagi mata hati dan tertutupnya Engkau dari jangkauan pancaindera, agar kiranya Engkau mengabulkan hajat permohonanku ini dan agar Engkau tidak membiarkan aku bersandar pada permohonanku ini; (sebutkan hajat yang dimaksud) apa hanya semata-mata kepada rahmat karunia-Mu saja dan semoga rahmat keselamatan dilimpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan kepada sekalian keluarganya dan sahabatnya. (3x). Munajat ini mengandung pula permohonan dipenuhi segala hajat keperluan yang direnungkan ketika sampai kepada kalimat: .

2. Qs. Al Kafirun ( ( ( 2) Artinya : Katakanlah: `Hai orang-orang kafir,(QS. 109:1) Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya". Beliau menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukanNya". Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai jawaban terhadap ajakan mereka. Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah. Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang saya sembah, karena kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan. Sedang saya menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup

menerka bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung. Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan" yang saya sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah. ( ( ( 2) Artinya : Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah.(QS. 109:2) Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya". Beliau menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukanNya". Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai jawaban terhadap ajakan mereka. Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah. Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang saya sembah, karena kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau ia menjelma dalam

sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan. Sedang saya menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung. Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan" yang saya sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah. ( 3) Artinya : Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (QS. 109:3) Dalam ayat ini Allah menambahkan lagi pernyataan yang disuruh sampaikan kepada orang-orang kafir dengan menyatakan, "Kamu tidak menyembah Tuhanku yang aku panggil kamu untuk menyembah-Nya, karena berlainan sifat-sifat-Nya dari sifat-sifat "tuhan" yang kamu sembah dan tidak mungkin dipertemukan antara kedua macam sifat tersebut. ( ( ( 5) Artinya : Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,(QS. 109:4) Kemudian sesudah Allah menyatakan tentang tidak mungkin ada persamaan sifat antara Tuhan yang disembah oleh Nabi SAW. dengan yang disembah oleh mereka, maka dengan sendirinya tidak ada pula persamaan tentang ibadat. Mereka menganggap bahwa ibadat yang mereka lakukan di hadapan berhala-berhala atau di tempat-tempat beribadat lainnya, atau di tempat-tempat sepi, bahwa ibadat itu dilakukan secara ikhlas untuk Allah, sedangkan Nabi tidak melebihi mereka sedikitpun dalam hal itu, maka dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya

agar menjelaskan bahwa, "Saya tidak beribadat sebagai ibadatmu dan kamu tidak beribadat sebagai ibadatku". Ini adalah pendapat Abu Muslim Al Asfahani. Maksud keterangan di atas menjelaskan bahwa hal tersebut menjadi jelas dengan adanya perbedaan apa yang disembah dan cara ibadat masingmasing. Oleh sebab itu tidak mungkin sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan cara beribadat kepada-Nya, karena Tuhan yang saya sembah maha suci dari sekutu dan tandingan, tidak menjelma pada seseorang atau memihak kepada suatu bangsa atau orang tertentu. Sedang "tuhan" yang kamu sembah itu berbeda dari Tuhan yang tersebut di atas. Lagi pula ibadat saya hanya untuk Allah saja, sedang ibadatmu bercampur dengan syirik dan dicampuri dengan kelalaian dari Allah, maka yang demikian itu tidak dinamakan ibadat. ( ( ( 5) Artinya : dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.(QS. 109:5) Kemudian sesudah Allah menyatakan tentang tidak mungkin ada persamaan sifat antara Tuhan yang disembah oleh Nabi SAW. dengan yang disembah oleh mereka, maka dengan sendirinya tidak ada pula persamaan tentang ibadat. Mereka menganggap bahwa ibadat yang mereka lakukan di hadapan berhala-berhala atau di tempat-tempat beribadat lainnya, atau di tempat-tempat sepi, bahwa ibadat itu dilakukan secara ikhlas untuk Allah, sedangkan Nabi tidak melebihi mereka sedikitpun dalam hal itu, maka dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menjelaskan bahwa, "Saya tidak beribadat sebagai ibadatmu dan kamu tidak beribadat sebagai ibadatku". Ini adalah pendapat Abu Muslim Al Asfahani. Maksud keterangan di atas menjelaskan bahwa hal tersebut menjadi jelas dengan adanya perbedaan apa yang disembah dan cara ibadat masingmasing. Oleh sebab itu tidak mungkin sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan cara beribadat kepada-Nya, karena Tuhan yang saya

sembah maha suci dari sekutu dan tandingan, tidak menjelma pada seseorang atau memihak kepada suatu bangsa atau orang tertentu. Sedang "tuhan" yang kamu sembah itu berbeda dari Tuhan yang tersebut di atas. Lagi pula ibadat saya hanya untuk Allah saja, sedang ibadatmu bercampur dengan syirik dan dicampuri dengan kelalaian dari Allah, maka yang demikian itu tidak dinamakan ibadat. ( 6) Artinya : Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku`.(QS. 109:6) Kemudian dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang kafir dengan firman-Nya yaitu, "Bagi kamu balasan atas amal perbuatanmu dan bagiku balasan atas amal perbuatanku". Dalam ayat lain yang sama maksudnya Allah berfirman: Artinya: "Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu". Q.S.(Al Baqarah): 139.

3. Qs. Al Maidah : 72-77 ( 72) Artinya : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: `Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam`, padahal Al Masih (sendiri) berkata: `Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu`. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya syurga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS. 5:72)

Allah swt. menegaskan dengan sesungguhnya bahwa orang-orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan bahwa Allah itu adalah Isa Al-Masih anak Maryam. Pendirian inilah yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, oleh sebab mereka berlebih-lebihan memuji Isa a.s. sebagaimana orang Yahudi keterlaluan pula menghina Isa terutama terhadap Maryam. Pendirian orang-orang Nasrani terhadap diri Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa di antara mereka yang menyimpang dari pendirian tersebut, maka dianggaplah murtad. Orang-orang Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsurunsur yang mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Ruhul Kudus. Isa adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan Ruhul Kudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan dan Isa itu adalah Allah. Pendirian mereka ini sangat menyimpang dari kebenaran, karena Isa sendiri berkata kepada Bani Israel supaya mereka menyembah Allah, yaitu Tuhannya Isa dan Tuhannya Bani Israel. Jadi ayat ini jelas menunjukkan pengakuan langsung dari Isa bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Allah semata. Tegasnya seruan-seruan Nabi Isa kepada Bani Israel seperti yang diterangkan oleh ayat ini untuk menegaskan agama Tauhid. Hal itu dapat dilihat di dalam kitab-kitab Injil asli. Selanjutnya Allah swt. menerangkan bahwa Isa dengan tegas berkata bahwa orang-orang yang mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu baik dengan malaikat atau dengan bintang atau dengan batu, maka orang itu tidak akan mendapat surga dan tempatnya adalah di dalam neraka, karena orang yang mempersekutukan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat lalim kepada diri mereka itu sendiri yang karenanya tidak wajar mendapat pembelaan dan pertolongan Allah. ( 73)

Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: `Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga`, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.(QS. 5:73) Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. menegaskan dengan

sesungguhnya akan kekafiran orang Nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah salah satu dari tiga oknum yaitu Bapak, Putra dan Roh Kudus. Jadi jelaslah bahwa ayat ini menggambarkan pendirian mayoritas orangorang Nasrani zaman dahulu. Segolongan kecil dari mereka itu ada yang berpendirian bahwa Allah itu adalah Isa Putra Maryam sedangkan segolongan kecil yang lain berpendirian bahwa Isa itu adalah Putra Allah, dan dia bukan Allah. Pendirian mereka ini tidak mempunyai dasar yang kuat karena Tuhan yang sebenarnya ialah zat yang tidak terbilang. Dia adalah Maha Esa. Karena itu Dia adalah Maha Kuasa. Jika Tuhan berbilang maka artinya Yang Maha Kuasa itu lebih dari satu, dan jika mereka berdua atau lebih tentulah akan berebut kekuasaan yang akibatnya hancurlah alam ini. Andaikata tuhantuhan itu berdamai yakni ada yang berkuasa di langit dan ada yang berkuasa di bumi, maka terjadilah Tuhan itu lemah, karena sifat damai adalah sifat orang yang lemah yang tidak sanggup menaklukkan sendiri. Dengan demikian Yang Maha Kuasa itu adalah tunggal. Selanjutnya jika Tuhan itu berbilang, umpama terdiri atas tiga oknum dan ketiga-tibanya dianggap satu karena kesatuannya, maka artinya jika terjadi kehilangan salah satu daripadanya, maka berarti hilanglah kesatuannya, dengan demikian hilanglah ketuhanannya karena matinya Isa (salah satu oknum Tuhan) di tiang salib. Dan jika tidak demikian maka artinya Tuhan itu berbilang. Jadi ada Tuhan yang telah mati disalib dan dua yang masih hidup. Jika dibenarkan adanya Tuhan Bapak dan adanya Tuhan Putra, maka yang dinamakan Tuhan Bapak tentulah diketahui adanya lebih dahulu dan yang

dinamakan Tuhan Putra tentulah diketahui

adanya

terkemudian.

Sedangkan Tuhan itu bersifat Qadim, yakni "adanya" sama dengan "tidak didahului oleh tiada" dan Tuhan itu bersifat Baqa' (kekal) yakni "adanya tidak diakhiri tiada". Isa adalah didahului oleh "tiada" karena itu dia tidak bersifat qadim karena dia tidak ada pada waktu sebelum dilahirkan oleh Siti Maryam dan Isa tidak bersifat baqa' (kekal) karena dia telah menjadi tiada, dia telah mati. Demikianlah sesatnya pendirian orang Nasrani. Jika ditinjau dari segi logika, karenanya pada ayat ini Allah memperingati orang Nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah dan hendaklah mereka kembali kepada ajaran-ajaran tauhid dan jika mereka masih tetap pada kekafiran, yaitu mempersekutukan Allah, maka akan dimasukkan ke dalam azab api neraka. ( 74) Artinya : Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 5:74) Ayat ini menerangkan bahwa tingkah laku orang-orang Yahudi itu sangat mengherankan karena telah menerima ayat-ayat yang mengandung cercaan yang disertai ancaman-ancaman namun tidaklah tergerak hati mereka untuk kembali kepada Allah dan memohon ampunan-Nya padahal Allah sangat luas rahmat-Nya, Maha Pengampun, Maha Penerima tobat hambaNya yang tenggelam dalam kesesatan kemudian benar-benar beriman dan bertakwa dengan iringan amal-amal saleh.

( 75) Artinya : Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana

mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).(QS. 5:75) Ayat ini menerangkan keistimewaan kedudukan Al-Masih (Isa) dan keistimewaan kedudukan ibunya (Maryam) kemudian menerangkan pula tentang hakikat kepribadian mereka berdua. Keistimewaan Al-Masih ialah dia adalah utusan Allah, tidak ada perbedaannya dengan rasul-rasul yang datang pada masa sebelumnya, karena masing-masing membawa tanda kerasulan dari Allah. Jika Allah menyembuhkan sakit sopak dan menghidupkan orang mati sebagai mukjizat bagi Al-Masih, maka Allah menjadikan ular dan membelah laut sebagai mukjizat bagi Nabi Musa. Jika Al-Masih dijadikan tanpa bapak, maka Nabi Adam dijadikan tanpa ibu dan bapak. Ibu Al-Masih adalah seorang yang sangat mulia dan bertakwa kepada Allah dan kedudukannya hampir sederajat dengan kedudukan rasul. Ayat ini menegaskan bahwa Al-Masih adalah seperti rasul-rasul yang lain, yaitu manusia biasa yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan jasmani yang antara lain makan makanan untuk menghindari lapar dan menjaga kesehatan untuk kelanjutan hidup. Tiap-tiap orang memerlukan sesuatu, dia adalah makhluk biasa yang karenanya tidak dapat dikatakan Tuhan pencipta dan tidak wajar disembah. Jadi yang wajar dan yang berhak disembah hanyalah Yang Maha Kuasa karena Dia diperlukan

pertolongannya. Tiap-tiap yang diperlukan, tentulah dipandang mulia oleh yang memerlukan. Tegasnya penyembah adalah orang yang memandang dirinya sendiri rendah dan hina dari yang disembah. Al-Masih sangat terkenal kuat ibadahnya kepada Allah, jadi Al-Masih menyembah Allah. Ini menunjukkan bahwa Al-Masih itu "bukan Allah" karena Allah adalah yang disembah. Allah itu bebas dari kewajiban menyembah (beribadat). Adalah suatu kebodohan apabila seseorang menyembah kepada orang yang sederajat dengannya baik dalam hakikat kejadian maupun dalam memerlukan pertolongan. Selanjutnya pada akhir ayat ini, Allah menerangkan kepada Muhammad saw., bagaimana cara-cara Allah menjelaskan kepada Ahli Kitab tentang

tanda-tanda kekuasaan-Nya yang menunjukkan kesesatan pendirian mereka tentang Al-Masih. Kemudian Allah meminta perhatian Nabi Muhammad bagaimana cara-cara Ahli Kitab menolak penjelasanpenjelasan yang telah dikemukakan Allah itu yang menunjukkan bahwa mereka memanglah tidak mempergunakan akal pikiran yang sehat karena mereka terbelenggu oleh taklid buta. ( 76)

Artinya : Katakanlah: `Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?` Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 5:76) Ayat ini menerangkan betapa sesatnya orang-orang Nasrani yang menyembah Al-Masih. Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah supaya menanyakan kepada orang-orang Nasrani, mengapa mereka itu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi mudarat dan tidak memberi manfaat. Tidakkah mereka mengetahui bahwa orang Yahudi itu memusuhi Al-Masih dan mereka hendak membinasakannya, sedang Almasih sendiri ternyata tidak sanggup memberi mudarat kepada orangorang Yahudi itu dan sahabat Al-Masih tidak dapat menolongnya. Wajarkah orang yang tidak mempunyai kesanggupan itu dipandang sebagai Tuhan. Tidakkah mereka sendiri bercerita bahwa Al-Masih ketika dianiaya di atas tiang salib dia meminta air karena haus dan orang-orang Yahudi hanya memberikannya air cuka yang dituangkan ke lubang hidungnya. Tidakkah cerita mereka ini menunjukkan bahwa Al-Masih itu sangat lemah. Pantaskah orang yang lemah seperti demikian dipandang sebagai Tuhan. Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah mengancam orang-orang Nasrani bahwa Allah Maha Mendengar terutama ucapan kekafiran mereka dan Maha Mengetahui kepalsuan yang dikandung dalam hati mereka.

( 77) Artinya : Katakanlah: `Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebihlebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.`(QS. 5:77) Pada ada ayat ini Allah melarang Ahli Kitab yang di masa Nabi Muhammad bertindak keterlaluan di dalam agama sebagaimana nenek moyang mereka dahulu dan melarang mereka mengikuti sebab-sebab yang membawa nenek moyang mereka kepada kesesatan sehingga menyesatkan pula orang lain dari jalan pertengahan (ajaran Islam) dengan sebab mereka meninggalkan hukum syariat dan mengikuti hawa nafsu yang buruk. Jadi dengan ayat ini dapatlah disimpulkan bahwa Ahli Kitab itu adalah: a. Orang-orang yang sesat sejak dahulu disebabkan karena mengikuti hawa nafsu dalam urusan agama, membuat bidah, menghalalkan yang haram dan meninggalkan sunah Rasul. b. Orang-orang lain menjadi sesat karena mereka setelah sesat berusaha menyesatkan orang lain, yaitu memperluas bidah yang diada-adakan oleh para pendeta mereka. c. Orang-orang yang berpaling dari agama Islam, terus-menerus berada dalam kesesatan, berarti mereka telah berbuat melampaui batas, berbuat bidah dan menyimpang dari iktikad yang benar.

4. Qs. At Taubah : 30-33 ( 30) Artinya : Orang-orang Yahudi berkata: `Uzair itu putera Allah` dan orang Nasrani berkata: `Al Masih itu putera Allah`. Demikian itulah

ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?(QS. 9:30) Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan keyakinan ahli kitab yang salah, baik orang-orang Yahudi atau pun orang-orang Nasrani. Mereka berkeyakinan bahwa "Uzair itu putra Allah". Kepercayaan ini bertentangan sekali dengan pengertian iman yang sebenarnya kepada Allah. Karena iman yang benar ialah bahwa Allah itu esa, tunggal, tidak beranak, tidak berbapak dan tidak bersekutu dengan apa dan siapa pun. Dia Maha Sempurna, Maha Kuasa dan tidak ada satu pun yang menyerupai dan menyamai-Nya. Uzair adalah seorang tukang tenung bangsa Yahudi, penduduk negeri Babylon, hidup di sekitar tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin

mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah. Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldaniyah sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang mengenai peredaran matahari, menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah hancur binasa. Semasa hidupnya dianggap orang sebagai masa kesuburan agama Yahudi karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka,

menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang. Oleh karena kaum Yahudi menganggapnya sebagai seorang suci yang lebih dekat kepada Allah bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkepercayaan demikian tetapi dapat dianggap bahwa kepercayaan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan diingkari oleh golongan yang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah: Artinya: Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orangorang yang zalim saja di antara kamu. (Q.S. Al-Anfal: 25)

Demikian juga halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka beriktikad bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan ini pun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah swt. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang bermaksud bahwa dia itu adalah seorang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan bukanlah ucapan itu berarti anak Allah sebenarnya. Tetapi lambat laun, terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan rapat, bahu-membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Kemudian setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan baru di dalam kepercayaan mereka, bahwa arti anak Allah dan Allah juga Roh Kudus (ruh suci) yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci". Menurut keyakinan mereka, tiga oknum tersebut yaitu "Anak Allah, Allah dan Ruh Suci" pada hakikatnya hanya satu. Ajaran Gereja ini sudah menjadi ketetapan di dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa AlMasih dan murid-muridnya. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katholik, Ortodoks dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orangorang yang tidak membenarkan kepercayaan yang salah itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya. Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah swt. dan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat dan belum ada satu juga agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah swt. menandaskan bahwa ucapan mereka seperti itu adalah bohong, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya. Sejalan dengan ini Allah swt. berfirman:

Artinya: Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. (Q.S. Al-Kahfi: 5) Di dalam kitab-kitab perjanjian baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orangorang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan "Malaikat-malaikat itu adalah putri-putri Allah". Sejarah mencatat bahwa kepercayaan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga oknum berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani mempercayai bahwa Allah swt. itu beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orangorang yang berada di sekitarnya. Dan baru dengan turunnya Alquran diketahui. Ini adalah salah satu mukjizat Alquran. Allah swt. mengutuk mereka karena mereka belum mau menginsafi dan menyadari kekeliruan dan kesesatannya. Meskipun Rasul-rasul Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, namun mereka tidak mau kembali ke akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada iktikadnya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah, padahal keduanya itu adalah manusia-manusia hamba-Nya seperti juga manusia-manusia lain,

sekalipun diakui bahwa keduanya itu adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mulia dan dihormati sebagaimana firman Allah: Artinya: Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak." Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Q.S. Al-Anbiya': 26)

( 31) Artinya : Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka

mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS. 9:31) Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan bentuk kesesatan ahli kitab, baik kaum Yahudi maupun kaum Nasrani, masing-masing mengambil dan mengangkat Tuhan selain Allah swt. sebagaimana halnya orang-orang musyrik Arab yang ditiru-tirunya itu. Orang-orang Yahudi menjadikan pemuka-pemuka agama mereka sebagai Tuhan yang mempunyai hak menetapkan hukum menghalalkan dan mengharamkan. Sedang orangorang Nasrani menjadikan rahib-rahib mereka yaitu pemuka-pemuka agama mereka sebagai Tuhan yang harus ditaati dan disembah. Adapun kedudukan pemuka-pemuka agama, baik ia sebagai pemuka Yahudi atau sebagai rahib Nasrani maupun sebagai alim ulama Islam, tidak lebih dari kedudukan seorang ahli yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang seluk-beluk syariat agamanya masing-masing. Segala pendapat dan fatwa yang dikemukakannya hanyalah sebagai penerangan dari hukum-hukum Allah yang harus disertai dan didasarkan atas dalil-dalil yang nyata dari firman Allah swt. atau sunah Rasul yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Mereka tidak berhak sedikit pun membuat syariat-syariat agama, karena yang demikian itu adalah hak Allah semata-mata. Menurut penganut agama Nasrani, di samping Isa Al-Masih itu dianggap sebagai Tuhan yang disembah, ada juga yang menyembah ibunya, yaitu Maryam padahal Isa itu adalah seorang rasul seperti rasul-rasul sebelumnya dan Maryam ibunya hanya seorang yang benar, dan keduanya makan dan minum juga sebagaimana halnya manusia-manusia yang lain. Firman Allah:

Artinya: Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar; kedua-duanya biasa memakan makanan. (Q.S. Al-Ma'idah: 75) Kaum Katolik dan orang-orang Ortodoks menyembah murid-murid Isa dan pesuruh-pesuruhnya begitu juga kepala-kepala dan pemuka-pemuka agamanya yang dianggap suci, dan dijadikannya perantara yang akan menyampaikan ibadat mereka kepada Allah. Juga mereka menganggap pendeta-pendeta mereka mempunyai hak mengampuni, atau pun tidak mengampuninya sesuai dengan keinginannya padahal tidak ada yang berhak mengampuni dosa kecuali Allah swt. sebagaimana firman-Nya: Artinya: Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah. (Q.S. Ali Imran: 135) Adapun kaum Yahudi, mereka menambah-nambah hukum lain kepada syariat agamanya. Mereka tidak mencukupkan dan membatasi diri pada hukum yang terdapat dalam kitab Taurat sebagai pedoman hidupnya tetapi menambah dan memasukkan hukum-hukum lain yang didengarnya dari kepala-kepala agama mereka sebelum hukum-hukum itu dibukukan jadilah ia peraturan umum yang harus dituruti dan ditaati oleh kaum Yahudi. Demikianlah kesesatan-kesesatan yang telah diperbuat Ahli Kitab padahal mereka itu tidak diperintahkan kecuali menyembah Tuhan Yang Satu Tuhan Seru sekalian alam yaitu Allah swt. karena tidak ada Tuhan Yang berhak disembah kecuali Dia; Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya baik mengenal zat-Nya sifat-sifat-Nya maupun af`al-Nya. Maha Suci Allah swt. dari apa yang mereka persekutukan. Dan apabila mereka mempercayai bahwa pemimpin-pemimpin mereka itu berhak menentukan sesuatu hukum berarti mereka mempunyai kepercayaan bahwa ada Tuhan yang disembah selain dari Allah swt. yang dapat menyakitkan dan menyembuhkan, menghidupkan dan mematikan tanpa izin dari Allah swt. dan lain sebagainya. Dan bahwa ada Tuhan yang wajib

ditaati dan dipatuhi segala perintah dan larangannya, segala apa yang dihalalkan dan diharamkannya sekalipun semuanya itu hanya timbul dari kehendak hawa nafsu dan akal pikirannya tidak bersumber dari wahyu Ilahi. ( 32) Artinya : Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.(QS. 9:32) Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan iktikad jahat Ahli Kitab. Mereka berkehendak memadamkan dan melenyapkan agama tauhid, yaitu agama yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw., agama yang penuh dengan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan Allah swt. dan hal-hal yang tidak wajar bagi-Nya seperti yang dituduhkan oleh mereka bahwa Dia itu mempunyai anak dan lain sebagainya, agama yang berkitab sucikan Alquranul Karim yang penuh petunjuk dari Allah swt. kitab suci yang merupakan mukjizat terbesar sejak diturunkannya sampai akhir zaman nanti. Untuk memenuhi kehendak busuknya itu, orang-orang Ahli Kitab menyebarkan fitnah dan celaan terhadap Rasulullah saw., sahabatsahabatnya dan juga kepada kaum Muslimin. Mereka tidak senang melihat agama Islam itu mendapat sambutan baik dari masyarakat dan mendapat kedudukan yang tinggi pada permukaan bumi ini sehingga tidak ada agama yang lebih tinggi pada permukaan bumi ini sebagaimana sabda Nabi saw.: Artinya: Islam itu tinggi dan tidak ada (agama) yang melebihi ketinggiannya. (H.R. Bukhari dan Muslim) Segala macam usaha dan ikhtiar dilakukan oleh mereka, baik dengan jalan halus maupun dengan jalan kasar, berupa kekerasan, penganiayaan,

peperangan dan lain sebagainya, demi untuk menghancurkan agama Allah itu yang diumpamakan nur atau cahaya yang menyinari alam semesta ini. Tetapi Allah tidak merestui maksud jahat itu. Semua usaha mereka gagal tidak berhasil, sedang agama Islam makin hari makin meluas, menembus celah-celah dinding sampai ke sasarannya, meluas sampai ke pelosokpelosok sehingga dunia mengakui kemurniannya sekalipun belum semua umat manusia memeluknya. Meskipun bukti-bukti telah cukup dan kenyataan-kenyataan telah jelas menunjukkan kebenaran agama Islam, namun mereka tetap membangkang dan memungkirinya. Mereka bekerja keras dengan segala macam usaha dan cara agar kaum Muslimin rela meninggalkan agamanya atau memeluk agama mereka. Janganlah terpedaya dengan sikap lemah lembut yang diperlihatkan mereka, karena semuanya itu adalah tipu muslihat dendam yang disembunyikan di dalam hati mereka adalah lebih hebat dan berbahaya. Camkanlah firman Allah swt.: Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang pada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (Q.S. Al-Baqarah: 120) Dan Firman-Nya: Artinya: Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. (Q.S. Ali Imran: 118) ( 33) Artinya : Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak

menyukai.(QS. 9:33)

Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa sebagai jaminan atas kesempurnaan agama-Nya, maka diutuslah seorang rasul yaitu Nabi Muhammad saw. dan dibekali sebuah kitab Suci yaitu Alquranul karim yang penuh berisi petunjuk yang menjelaskan segala sesuatunya dan mencakup isi kitab-kitab suci sebelumnya. Selain itu dibekali juga dengan agama yang hak, agama yang lebih lengkap dari agama sebelumnya secara keseluruhan yaitu agama Islam. Agama yang telah diridai dan direstui Allah swt. untuk menjadi agama yang dianut oleh segenap umat manusia. Firman Allah swt.: Artinya: Dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. Al-Ma'idah: 3) Agama Islam sesuai dengan segala keadaan dan tempat berlaku sepanjang masa sejak disyariatkannya sampai akhir zaman. Oleh karena itu tidak heran kalau agama Islam itu mendapat sambutan yang baik dari segenap umat yang maju dengan pesatnya sehingga dalam waktu-waktu yang singkat sudah tersebar ke segala penjuru dunia menempati tempat yang mulia dan tinggi, lebih tinggi dari agama-agama sebelumnya.

Meskipun orang musyrik tidak senang atas kenyataan-kenyataan itu, bahkan tetap menghalang-halangi dan kalau dapat menghancurkannya, tetapi kodrat iradat Allah jua yang akan berlaku, tak ada suatu kekuatan apa pun yang dapat menghambat dan menghalanginya. Camkanlah firman Allah swt.: Artinya: Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekalisekali tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. (Q.S. AlFath: 23)

5. Qs. Al Mukminun : 91

( 91) Artinya : Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan besertaNya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,(QS. 23:91) Pada ayat ini Allah menolak dakwaan kaum musyrikin bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah dengan menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak ada mempunyai anak, karena Dia Maka Kaya Maha Kuasa dan Maha Kekal tidak memerlukan keturunan seperti halnya manusia. Manusia memang banyak memerlukan adanya anak yang akan melanjutkan keturunannya, dan bila dia sudah tua dan tidak berdaya lagi maka anak-anaknya itulah yang akan membantu dan menolongnya. Dan bila dia mati maka anak-anaknya pulalah yang akan melanjutkan usaha dan profesinya dan mengangkat namanya di kalangan masyarakatnya. Allah Yang Maha Kuasa. Maha Kaya dan Maha Kekal tidak memerlukan semua itu. Dia tidak ditimpa kelelahan karena Dia Maha Kuat, tidak akan ditimpa kematian karena Dia Maha Kekal, Dia tidak akan ditimpa kemiskinan karena Dia Maha Kaya, milik-Nya lah semua yang ada di langit dan di bumi. Alangkah bodohnya kaum musyrikin itu yang menyerupakan Allah dengan manusia yang amat lemah dan miskin, atau kalau mereka tidak bodoh maka mereka adalah pendusta besar karena yang diucapkannya itu bertentangan sama sekali dengan pikiran orang-orang berakal. Demikian pula Allah menolak bahwa di samping-Nya ada pula tuhan yang lain sebagai sekutu-Nya. Karena Dia tidak memerlukan sekutu dalam menciptakan alam dan mengurusnya karena orang yang memerlukan sekutu adalah orang yang lemah yang tidak sangup mengurus sesuatu

seorang diri. Tuduhan ini sama halnya dengan tuduhan, bahwa Allah mempunyai anak, karena hal itu menunjukkan kelemahan dan ketidak sanggupan yang sangat bertentangan dengan sifat-Nya yang Maha Sempurna. Kalau benar Allah mempunyai sekutu yang sama derajatnya dengan Dia, tentulah sekutunya itu akan berkuasa penuh pula terhadap yang diciptakannya. Hal ini akan menimbulkan pertikaian dan perselisihan dalam pengurusan alam ini, dan tentulah pertikaian dan perselisihan itu akan membawa kepada peperangan. Tuhan yang satu ingin menguasai milik tuhan yang lain dan demikian pula sebaliknya., seperti yang terjadi pada pemerintahan di dunia. Sampai sekarang peperangan itu belum dapat dihindarkan sama sekali meskipun telah ada organisasi-organisasi seperti PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan lain sebagainya. Tetapi ternyata semenjak terciptanya langit dan bumi, Semuanya berjalan menurut garis yang telah ditentukan, menurut Sunah yang telah ditetapkan. Karena itu terjadilah keharmonisan dalam perjalanan bintang-bintang dan planetplanet. Belum pernah terjadi suatu bintang berbenturan dengan suatu bintang lain atau dengan suatu planet, padahal di cakrawala ini berkeliaran jutaan bintang-bintang. Sungguh amat lemahlah pikiran orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak atau mempunyai sekutu. Maha Suci Allah dari segala anggapan dan tuduhan yang tidak masuk akal itu.

6. Qs. Al Maidah : 116-120 ( 116) Artinya : Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: `Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:` Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? `. Isa menjawab:` Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang

ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib `.(QS. 5:116) Isa a.s. menyatakan bahwa yang demikian itu tidaklah benar, karena dia tidaklah berhak menyatakan sesuatu yang tidak patut bagi dirinya dan ibunya. Allah menanyakan hal demikian itu kepada Isa a.s. walaupun Allah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi, agar Isa a.s. di hari kiamat itu menyatakan di hadapan para rasul dan umat manusia bahwa hanya Allahlah yang berhak disembah, serta dia menjelaskan kesalahan umatnya yang memandang dirinya dan ibunya sebagai Tuhan. Semua ibadah hanya dihadapkan kepada Allah sendiri. Ayat ini memberikan peringatan kepada orang-orang Nasrani baik mereka yang hidup kemudian atas kesalahan pikiran mereka dan kekeliruan akidah mereka. Banyak macam ibadah dan doa yang dilakukan oleh orang Nasrani ditujukan kepada Isa dan ibunya baik yang khusus untuk Isa dan ibunya masing-masing maupun ibadah itu dipersekutukan antara mereka dengan Allah swt. Kesemua ibadah demikian itu tak dapat dibenarkan, karena segala ibadah itu haruslah ditujukan kepada Allah swt. saja. Firman Allah swt.: Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Q.S. AlBayyinah: 5) Tiada Tuhan lain di samping Allah swt. yang ikut menerima ibadah para hamba baik sebagai perantara atau pun pengganti daripada-Nya. Nabi Isa a.s. menjawab pertanyaan Allah swt. tentang ibadah dan kepercayaan yang ditujukan kepada dirinya dan ibunya dengan jawaban yang diawali kata "Subhanaka" artinya "Maha Suci Engkau", yang maksudnya amat mustahillah ada Tuhan lain di samping-Nya dan sebaliknya pastilah Allah swt. Esa Zat dan sifat-Nya serta jauh dari adanya sekutu dalam ketuhananNya. Lalu Isa a.s. menegaskan bahwa dia sendiri atau orang lain yang semisal

dengan dia tidaklah berhak untuk mengatakan sesuatu yang tidak patut bagi dirinya. Tidak terlintas sedikit pun dalam pikirannya untuk menyatakan dirinya atau ibunya sebagai tuhan selain Allah swt. karena dia diutus kepada manusia untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus yakni agama tauhid. Sekiranya dia menyatakan dengan ucapan pengakuannya sebagai Tuhan itu, atau terlintas dalam pikirannya, tentulah Allah swt. lebih mengetahuinya, karena Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam pikiran manusia, lebih-lebih apa yang dilahirkannya. Tetapi manusia tidaklah mengetahui apa yang disembunyikan Allah swt. kecuali jika Dia memberitahukannya dengan perantaraan wahyu. Sesungguhnya hanya Allah sendiri Yang Maha Mengetahui segala yang gaib; ilmu-Nya meliputi segala yang pernah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi dalam ruang lingkup ciptaan-Nya ini. ( 117)

Artinya : Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu:` Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu `, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.(QS. 5:117) Sesudah Nabi Isa a.s. pada ayat yang lain menyucikan Allah swt. dan kemudian dia membersihkan dirinya, maka dalam ayat ini Isa a.s. menjelaskan apa sebenarnya yang telah diserukannya kepada kaumnya yaitu agar mereka menyembah Allah swt. Tuhannya sendiri dan juga Tuhan kaumnya. Tidaklah benar dia menuhankan dirinya dan ibunya karena mereka berdua adalah hamba Allah seperti juga manusia lainnya. Nabi Isa a.s. telah mengajarkan pokok-pokok agama dan dasar-dasar keimanan kepada kaumnya yang seharusnya mereka jadikan pedoman dalam kehidupan beragama sepanjang masa. Sewaktu Nabi Isa a.s. masih

berada bersama mereka, beliau selalu memberikan bimbingan kepada mereka dan mengawasi segala tingkah laku mereka; yang benar dibenarkan, yang salah dibatalkan sesuai dengan petunjuk Allah swt. Tetapi setelah beliau diangkat ke langit, habislah masa tugas kerasulannya, putuslah pengawasan dan bimbingan beliau terhadap mereka. Beliau tidak mengetahui lagi amal perbuatan mereka dan sejarah perkembangan mereka dan agamanya. Hanyalah Allah swt. sesudah itu yang menjadi Pengawas dan Saksi atas mereka. Diberinya petunjuk orang yang menghendaki kebenaran, dibiarkan-Nya orang yang menginginkan kesesatan, kafirlah orang yang menuhankan Isa a.s. dan haramlah surga bagi mereka. Hal itu ditegaskan Allah swt. dalam firman-Nya: Artinya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam." Padahal Al-Masih sendiri berkata, "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, muka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tiadalah bagi orang lalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya Allah menjadi saksi atas segala sesuatu yang terjadi dalam ruang kekuasaan-Nya ini. ( 118) Artinya : Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 5:118) Kemudian Allah swt. dalam ayat ini menerangkan bahwa Isa a.s. menyerahkan sepenuhnya keputusan atas orang-orang Nasrani itu kepada Allah swt. dan beliau melepaskan diri dari tanggung jawab atas perbuatan mereka itu, karena beliau sudah menyampaikan seruannya sesuai dengan

perintah Allah yang mengesakan-Nya serta mengkhususkan ibadah kepada-Nya. Allah akan menjatuhkan hukuman kepada mereka menurut kesaksian-Nya. Dialah yang mengetahui siapa di antara mereka yang tetap dalam tauhid dan siapa yang musyrik, siapa pula yang taat dan siapa yang ingkar, siapa yang saleh dan yang fasik. Jika Allah menjatuhkan azab atas mereka, maka azab itu jatuh kepada orang yang memang patut menerima azab. Mereka itu adalah hamba-hamba Allah. Seharusnya mereka itu menyembah Allah tidak menyembah selain Allah. Jika Allah memberikan pengampunan kepada mereka, maka pengampunan itu diberikan-Nya kepada mereka yang patut diberi-Nya yang patut menerimanya. Allah amat Kuasa dan berwenang dalam mengurusi segala perkara, tidak ada orang lain yang turut mengurusinya. Lagi pula Dia Maha Bijaksana dan Seksama dalam menentukan keputusan atas perkara itu. Dialah Yang Maha Mengetahui siapa di antara orang-orang Nasrani itu yang telah menjadi musyrik dan yang masih dalam ketauhidan. Mereka yang menjadi musyrik tiada ampunan bagi dosa mereka. Firman Allah swt.: Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (Q.S. An Nisa': 48) Sejak permulaan abad masehi, sudah banyak aliran-aliran dan mazhabmazhab dalam kepercayaan yang mengandung pokok-pokok agama yang tumbuh di kalangan penganut agama Nasrani. Sehingga banyak perselisihan yang timbul di antara mereka yang menjadi agak ruwet, maka semuanya terserah kepada Allah sepenuhnya. Diazab-Nya orang yang Dia kehendaki, diampuni-Nya pula orang yang Dia kehendaki. ( 119)

Artinya : Allah berfirman:` Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar `.(QS. 5:119) Dalam ayat ini, Allah swt. menjelaskan bahwa pada hari kiamat itu, orang yang senantiasa berbuat benar dalam agama mereka yaitu tetap dalam tauhid, akan memperoleh manfaat dari kebenaran iman mereka dan dari kejujuran perbuatan dan perkataan mereka. Kemanfaatan yang mereka peroleh itu ialah pertama kenikmatan surga, kenikmatan yang banyak memberi kepuasan jasmaniah dan kedua kenikmatan rida Ilahi, kenikmatan yang memberikan ketenteraman dan kepuasan rohani. Segala amal perbuatan mereka diterima Allah sebagai ibadah di sisi-Nya dan Allah memberi anugerah dan penghargaan kepada mereka. Dan mereka merasa bahagia memperoleh penghargaan dari Allah swt. Tidak ada kenikmatan yang lebih besar dari penghargaan dari Allah swt. itu. Allah rida terhadap mereka, dan mereka rida terhadap Allah swt. Inilah puncak kebahagiaan abadi dalam diri manusia. Kedua nikmat Allah swt. ini ialah surga dan rida Ilahi yang diperoleh sesudah melewati kegoncangan hari kiamat merupakan keberuntungan yang tak ada taranya. ( 120)

Artinya : Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 5:120) Kemudian Allah swt. menutup surah ini dengan menyatakan bahwa hanyalah kepunyaan Allah swt. saja segala kerajaan langit dan bumi beserta isinya. Baik makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal; benda-benda mati atau pun makhluk bernyawa, semuanya tunduk dan takluk di bawah kodrat dan iradat-Nya. Tidak ada selain Allah swt. yang turut memiliki dan menguasainya. Ayat ini memperingatkan orang-orang Nasrani atas kesalahan pikiran mereka mengenai Isa dan ibunya a.s.

Keduanya adalah hamba Allah swt. dan milik-Nya. Bukanlah keduanya sekutu Allah, atau pun tandingan-Nya. Oleh karena itu tidaklah patut doa dan ibadah dihadapkan kepada keduanya. Hanyalah Allah yang berhak disembah, karena Dialah pemilik dan penguasa atas alam ini beserta segala isinya.

7. Qs. Az Zumar : 65 ( (

( 66) Artinya : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:` Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orangorang yang merugi.(QS. 39:65) Pada ayat ini Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia telah mewahyukan kepadanya dan kepada Nabi-nabi sebelumnya, bahwa sesungguhnya apabila dia mempersekutukan Allah, maka hapuslah segala amal baiknya yang telah lalu. Inilah suatu peringatan keras dari Allah kepada manusia agar ia jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan lain-Nya, karena perbuatan itu adalah syirik dan dosa syirik itu adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Bila seseorang mati dalam keadaan syirik akan hapuslah pahala semua amal baiknya dan dia akan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam sebagaimana tersebut dalam ayat lain: Artinya: Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al Baqarah: 217)

Kepada Nabi Muhammad sendiri Allah SWT memberi peringatan sedangkan dia adalah Rasul yang diutus-Nya, Rasul kesayangan-Nya yang rasanya tidak mungkin akan mempersekutukan Allah, namun Allah memberi peringatan juga kepadanya agar jangan sekali-kali terlintas pikirannya untuk menganut agama syirik. Apalagi kepada manusia lainya tentu peringatan ini hams mendapat perhatian yang serius. Sungguh tidaklah pantas seseorang yang mengetahui betapa besar nikmat Allah terhadapnya, terhadap manusia seluruhnya, akan mengingkari nikmat itu dan melanggar perintah pemberi nikmat itu dengan mempersekutukanNya, dengan memohonkan pertolongan kepada berhala-berhala, kuburankuburan, pobon-pohon dan sebagainya. Kemudian Allah mempertegas perintah-Nya dengan mengeluarkan suatu perintah lagi yaitu hanya Allah sajalah yang hams kamu sembah, kepada-Nya sajalah kamu harus mempersembahkan semua amal ibadatmu, kepada-Nya sajalah kamu memanjatkan doa dan mengucapkan syukur karena Dia-lah pemberi nikmat yang sebenarnya sebagaimana yang dibaca setiap muslim dalam salat: Artinya: Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. (Q.S. Al An'am: 162)

8. Qs. An Nisa : 116 (116) Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa

mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.(QS. 4:116)

Allah SWT, menerangkan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa orangorang yang mengakui adanya Tuhan yang lain di samping Allah atau menyembah selain Dia, tetapi Dia mengampuni dosa yang lain dan itu. Dari ayat ini dipahami bahwa ada dua macam dosa, yaitu: 1. Dosa yang tidak diampuni Allah, yaitu dosa syirik. 2. Dosa yang dapat diampuni Allah, yaitu dosa selain dosa syirik. Jika seseorang mensyarikatkan Allah SWT. berarti, di dalam hatinya tidak ada pengakuan tentang keesaan Allah. Karena itu hubungannya dengan Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Penolong, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang telah terputus: Ini berarti tidak ada lagi baginya penolong, pelindung, pemelihara, seakan-akan dirinya telah lepas dari Tuhan Yang Maha Esa. ia telah sesat dan jauh menyimpang dari jalan yang lurus yang diridai Allah, maka mustahillah baginya mendekatkan diri kepada Allah. Seandainya di dalam hati dan jiwa seseorang telah tumbuh syirik berarti hati dan jiwanya itu telah dihinggapi penyakit yang paling parah; tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Segala macam bentuk kebenaran dan kebaikan yang ada pada orang itu tidak akan sanggup mengimbangi, apalagi menghapuskan kejahatan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh syirik itu. Hati seorang musyrik tidak berhubungan lagi dengan Allah SWT, tetapi terpaut kepada hawa nafsu, loba dan tamak kepada harta benda yang tidak akan dapat menolongnya sedikitpun. Itulah sebabnya Allah SWT, menegaskan bahwa dosa syirik itu amat besar dan tidak akan diampuniNya. Seandainya hati dan jiwa seseorang bersih dari syirik, mungkin hatinya masih kosong atau ada cahaya iman di dalamnya walaupun sedikit. Karena itu sekalipun ia telah mengerjakan dosa, bila hatinya ditumbuhi iman dan datang kepadanya petunjuk, maka ia akan bertobat, karena cahaya iman yang ada di dalam hatinya itu dapat bersinar kembali. Karena itulah Allah SWT. akan mengampuni dosa. selain dari dosa syirik itu.

Pada ayat 48 surat An Nisa', Allah SWT telah menerangkan pula bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi akan mengampuni dosa

selain dari dosa itu. Pengulangan pernyataan itu pada ayat ini adalah untuk menegaskan kepada orang yang beriman agar mereka menjauhi syirik. hendaklah mereka memupuk ketauhidan di dalam hati mereka karena ketauhidan itu adalah tiang agama.

9. Qs. Al Anbiyaa : 21-22 ( 21)

Artinya : Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)?(QS. 21:21) Dalam ayat ini Allah SWT. menunjukkan kesesatan dan kebodohan kaum P musyrikin, yaitu : mereka tidak: berpegang kepada ajaran tauhid, bahkan menyembah kepada "tuhan-tuhan yang berasal dari bumi", yaitu patung patung yang merupakan benda mati, yang dibuat oleh tangan mereka sendiri yang berasal dari benda-benda bumi. Dan sudah pasti, bahwa benda mati tidak akan dapat memelihara dan mengelola makhluk hidup apalagi menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Sedang Tuhan kuasa berbuat demikian. Patung-patung yang mereka sembah itu disebut dalam ayat ini sebagai tuhan-tuhan dari bumi". ini menunjukkan betapa rendahnya martabat tuhan mereka itu. sebab tuhan-tuhan tersebut mereka buat dari tanah, atau dari benda-benda yang lain yang terdapat di bumi ini, dan hanya disembah oleh sebagian manusia sebagai makhluk yang ada di bumi. Sedang Tuhan yang sebenarnya, disembah oleh seluruh makhluk, baik di bumi maupun di langit. Dengan demikian jelaslah betapa sesatnya kepercayaan dan perbuatan kaum musyrikin itu, karena mereka mempertuhankan apa-apa yang tidak sepantasnya untuk dipertuhan. ( 22) Artinya : Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan,(QS.

21:22) Pada ayat ini Allah memberikan bukti yang rasional berdasarkan kepada benarnya kepercayaan tauhid, keimanan kepada Allah Yang Maha Esa, yaitu: jika seandainya di langit dan di bumi ada dua Tuhan, niscaya rusaklah dia, dan binasalah semua makhluk yang ada padanya. Sebab, jika seandainya ada dua Tuhan, maka ada dua kemungkinan akan terjadi. Pertama: Bahwa kedua tuhan itu mungkin tidak sama pendapatnya dan keinginan mereka dalam mengelola dan mengendalikan alam ini. lalu keinginan mereka yang berbeda itu semuanya terlaksana, di mana yang satu ingin menciptakan, sedangkan yang lain tidak ingin menciptakannya, sehingga alam ini terkatung-katung antara ada dan tidak. Atau hanya keinginan pihak yang satu saja yang terlaksana, maka tuhan yang satu lagi tentunya menganggur dan berpangku tangan. Keadaan semacam ini tidak pantas bagi tuhan. Kedua: Bahwa tuhan-tuhan tersebut selalu sepakat dalam mencipta sesuatu, sehingga sesuatu makhluk diciptakan oleh dua pencipta ini menunjukkan ketidak mampuan masing-masing tuhan itu untuk

menciptakan sendiri makhluk-makhluknya. ini juga tidak patut bagi tuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan yang benar adalah mengimani tauhid yang murni kepada Allah SWT., tidak ada sesuatu yang berserikat dengan-Nya dalam mencipta dan memelihara alam ini. Kepercayaan inilah yang paling sesuai dengan akal yang sehat. Setelah mengemukakan dalil yang rasionil, maka Allah SWT. menegaskan bahwa Dia Maha Suci dari semua sifat-sifat yang tidak layak yang dihubungkan kepadanya oleh kaum musyrikin, misalnya bahwa Dia mempunyai anak, atau sekutu dalam menciptakan, mengatur, mengelola dan memelihara makhluk-Nya.

10. Qs. Al Anbiyaa : 25 ( 25)

Artinya : Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: `Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku`.(QS. 21:25) Dalam ayat ini Allah SWT. menegaskan dengan pasti, bahwa setiap Rasul yang diutus-Nya sebelum Muhammad saw. adalah orang-orang yang telah diberi-Nya wahyu yang mengajarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah Oleh sebab itu menjadi kewajiban bagi manusia untuk menyembah Allah semata-mata. Dan tidak ada sesuatu dalil-pun, baik dalil berdasarkan akal, ataupun dalil yang diambilkan dari kitab-kitab suci yang disampaikan oleh semua Rasul-rasul Allah, yang membenarkan kepercayaan selain kepercayaan tauhid kepada. Allah SWT.

11. Qs. Al Jaziyah : 23 (23) Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran(QS. 45:23) Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan keadaan orang-orang kafir Quraisy yang sedang tenggelam dalam perbuatan jahat. Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya dan karena telah tergoda oleh tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbuatan mereka; apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya.

Mereka telah lupa bahwa kehadiran mereka di dunia yang fana ini ada maksud dan tujuannya; ada suatu misi yang harus mereka bawa yaitu misi sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka telah menyia-nyiakan kedudukan yang diberikan Allah SWT kepada mereka sebagai makhluk Tuhan yang paling baik bentuknya dan mempunyai kemampuan yang paling baik pula. Mereka tidak menyadari lagi bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada Allah kelak dan bahwa Allah SWT akan membalas setiap perbuatan dengan balasan yang setimpal. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT: ( ( ( 5) Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka): (Q.S. At Tin: 4-5) Sebenarnya hawa nafsu yang ada pada manusia itu melupakan anugerah yang tiada ternilai harganya yang diberikan Nya kepada manusia. Di samping itu Allah SWT memberikan akal dan agama kepada manusia agar dengan itu manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya itu. Jika seseorang mengendalikan hawa nafsunya sesuai dengan pertimbangan akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan tuntunan agama, maka orang yang demikian itu telah berbuat sesuai dengan fitrahnya. Tetapi apabila seseorang memperturutkan hawa nafsunya tanpa pertimbangan akal yang sehat dan tidak lagi berpedoman kepada tuntutan agama maka orang itulah orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya. Hal itu berarti telah berbuat menyimpang dari fitrahnya dan terjerumus dalam. kesesatan. Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam mengikuti hawa nafsunya manusia terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama ialah kelompok yang dapat mengendalikan hawa nafsunya; mereka itulah orang yang bertakwa. Sedangkan kelompok kedua ialah orang yang dikuasai hawa

nafsunya; mereka itulah orang-orang yang berdosa dan selalu bergelimang dalam lumpur kejahatan. Ibnu Abbas berkata: "Setiap kali Allah SWT menyebut hawa nafsu dalam Alquran, setiap kali itu pula Ia mencelanya". Allah SWT berfirman: Artinya: Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi mereka cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing-anjing yang jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (Q.S. Al a'raf: 176) dan firman Nya: Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah". (Q.S. Sad: 26) Dalam ayat ini, Allah SWT memuji orang-orang yang dapat menguasai hawa nafsunya dan menjanjikan baginya tempat kembali yang penuh kenikmatan. Allah SWT berfirman: ( Artinya: Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Q.S. An Naziat: 40-41) Di samping itu, masih banyak hadis-hadis Nabi saw yang mencela orangorang yang memperturutkan hawa nafsunya. Diriwayatkan oleh Abdullah ( ( 41)

( 176)

bin Amr bin As sebagaimana tertera pada Tafsir Al Maragi halaman 156 juz 25 jilid IX bahwa Nabi saw berkata: Artinya: Tidak beriman seseorang dari antara kamu sehingga hawa nafsunya itu tunduk kepada apa yang saya bawa (petunjuk). Abu Umamah menyampaikan hadis yang didengarnya dari Nabi saw: Artinya: Tidak ada suatu sembahan pun di bawah kolong langit yang paling dibenci Allah (selain) daripada (sembahan) hawa nafsu. Syaddad bin Aus meriwayatkan hadis dari Nabi saw: Artinya: Orang yang cerdik ialah orang yang menguasai hawa nafsunya dan berbuat untuk kepentingan masa sesudah mati. Tetapi orang yang zalim ialah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharap-harap sesuatu yang mustahil dari Allah. Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya biasanya kehilangan kontrol dirinya. Itulah sebabnya ia terjerumus dalam kesesatan karena ia tidak mau memperhatikan petunjuk yang diberikan kepadanya, dan akibat perbuatan jahat yang telah dilakukannya karena memperturutkan hawa nafsu. Keadaan orang yang memperturutkan hawa nafsunya itu diibaratkan seperti orang yang terkunci mati hatinya sehingga tidak mampu lagi menilai mana yang baik mana yang buruk, dan seperti orang yang telinganya tersumbat sehingga tidak mampu lagi memperhatikan tandatanda kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi, dan seperti orang yang matanya tertutup tidak dapat melihat dan mengetahui kebenaran adanya Allah Yang Maha Pencipta segala sesuatu.

Muqatil mengatakan bahwa ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa

percakapan Abu Jahal dengan Walid bin Mugirah. Pada suatu malam Abu Jahal tawaf di Baitullah bersama Walid. Kedua orang itu membicarakan keadaan Nabi Muhammad saw. Abu Jahal berkata: "Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa Muhammad itu adalah orang yang benar". Al Walid. berkata kepadanya: "Biarkan saja, apa pedulimu dan apa alasan pendapatmu itu?". Abu Jahal menjawab: "Hai Abu Abdisy Syams, kita telah menamainya orang yang, benar, jujur, dan terpercaya dimasa mudanya, tetapi sesudah ia dewasa dan sempurna akalnya, kita menamakannya pendusta lagi pengkhianat. Demi Allah, sebenarnya aku tahu bahwa dia itu adalah benar". Al Walid berkata: "Apakah gerangan yang menghalangimu untuk membenarkan dan mempercayai seruannya?". Abu Jahal menjawab: "Nanti gadis-gadis Quraisy akan menggunjingkan bahwa aku pengikut anak yatim Abu Talib, padahal aku dari suku yang paling tinggi. Demi Al Lata dan Al Uzza, saya tidak akan menjadi pengikutnya selama-lamanya". Kemudian turunlah ayat ini. Ayat lain yang senada dengan ayat ini, ialah firman Allah SWT: ( ( ( 7) Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang berat. (Q.S. Al Baqarah: 6-7) Sesudah itu, Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar tidak membenarkan sikap orang-orang Quraisy dengan mengatakan bahwa tidak ada kekuasaan lain yang akan memberikan petunjuk selain dari Dia setelah mereka tersesat dari jalan yang luruS. Siapakah yang dapat memberi petunjuk selain dari Allah. Maka pada akhir ayat ini, Allah SWT mengingatkan mereka mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari alam semesta, kejadian pada diri

mereka sendiri, dan pengalaman-pengalaman umat-umat terdahulu sebagai bukti bahwa Allah SWT Maha Kuasa lagi berhak disembah.

12. Qs. Ar Rum : 30 ( 30) Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,(QS. 30:30) Ayat ini menyuruh Nabi Muhammad saw meneruskan tugasnya dalam memberikan dakwah, dengan membiarkan kaum musyrikin yang keras kepala itu dalam kesesatannya. Dalam kalimat ini, maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; fitrah Allah. Tuhan menyuruh agar Nabi saw mengikuti agama yang lurus yaitu agama Islam, dan mengikuti fitrah Allah. Ada yang berpendapat bahwa kalimat itu berarti bahwa Allah memerintahkan agar kaum Muslimin mengikuti agama Allah yang telah di jadikan-Nya bagi manusia. Di sini "fitrah" dinamakan "agama" karena manusia dijadikan untuk melaksanakan agama itu. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah dalam surat yang lain: Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku. (Q.S. Az Zariyat: 56) Menghadapkan muka artinya meluruskan tujuan dengan segala

kesungguhan tanpa menoleh kepada yang lain. Dan "muka" dikhususkan menyebutkan di sini, karena muka itu tempat berkumpulnya semua pancaindera kecuali alat perasa. Dan muka itu adalah bagian tubuh yang paling terhormat. Sehubungan dengan kata fitrah yang tersebut dalam ayat ini ada sebuah hadis sahih dari Abu Hurairah yang berbunyi:

: . : . : .? : . . : Artinya: Tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. Kedua orang ibu bapaknyalah yang akan meyahudikan, menasranikan dan memajusikannya, sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna. Adakah kamu merasa kekurangan padanya". Kemudian Abu Hurairah berkata: "Bacalah ayat ini yang artinya: "Fitrah Allah di mana manusia telah diciptakan atasnya. Tak ada perubahan pada fitrah Allah itu". Dalam riwayat lain, "sehingga kamu merusakkannya (binatang itu)". Para sahabat bertanya: "Hai Rasulullah, apakah engkau tahu keadaan orang yang meninggal di waktu kecil? Rasul menjawab: "Allah lebih tahu dengan apa yang mereka perbuat". (H.R. Bukhari dan Muslim) Para ulama berbeda pendapat mengenai arti fitrah yang tersebut dalam kitab suci Alquran dan hadis Nabi saw. Mereka ada yang berpendapat bahwa fitrah itu artinya "Islam". Hal ini dikatakan oleh Abu Hurairah dan Ibnu Syihab dan lain-lain. Mereka mengatakan bahwa pendapat itu terkenal di kalangan ulama salaf yang berpegang kepada takwil. Alasan mereka adalah ayat 30 tersebut di atas dan hadis Abu Hurairah yang baru saja disalinkan di atas. Mereka juga berhujah dengan hadis Iyad bin Himar Al Mujassyi'i bahwa Rasulullah saw bersabda kepada manusia pada suatu hari: :

. Artinya: Apakah kamu suka aku menceritakan kepadamu apa yang telah diceritakan Allah kepadaku dalam Kitab-Nya. Sesungguhnya Allah telah menciptakan

Adam dan anak cucunya cenderung kepada kebenaran dan patuh kepada Allah. Allah memberi mereka harta yang halal tidak yang haram. Lalu mereka menjadikan harta yang diberikan kepada mereka itu menjadi halal dan haram. (H.R. Iyad bin Himar) Sebagian ulama menafsirkan hadis ini bahwa anak kecil itu diciptakan tidak berdosa dan selamat dan kekafiran sesuai dengan janji yang telah ditetapkan Allah bagi anak cucu Adam di kala mereka dikeluarkan dari tulang sulbinya. Mereka apabila meninggal dunia masuk surga baik anakanak kaum Muslimin maupun anak-anak kaum kafir. Sebagian ahli fikih dan ulama yang berpandangan luas mengartikan "fitrah" dengan "kejadian" yang dengannya Allah menjadikan anak mengetahui Tuhannya. Seakan-akan dia berkata: "Tiap-tiap anak dilahirkan atas kejadiannya". Dengan kejadian itu Si anak akan mengetahui Tuhannya apabila dia telah berakal dan berpengetahuan. Kejadian di sini berbeda dengan kejadian binatang yang tak sampai dengan kejadian itu kepada pengetahuan tentang Tuhannya. Mereka berhujah bahwa "fitrah" itu berarti kejadian dan "fatir" berarti "yang menjadikan" dengan firman Allah: Artinya: Katakanlah: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi". (Q.S. Az Zumar: 46) Dan firman Allah SWT: Artinya: Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku. (Q.S. Yasin: 22) Dan firman Allah lagi: Artinya: Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya. (Q.S. Al anbiya: 56)

Dari ayat-ayat tersebut di atas mereka mengambil kesimpulan bahwa "fitrah" berarti kejadian dan "fatir" berarti yang menjadikan. Mereka tak setuju bahwa anak itu dijadikan (difitrahkan) atas kekafiran atau iman atau berpengetahuan atau durhaka. Mereka berpendapat bahwa anak itu umumnya selamat, baik dari segi kehidupan dan kejadiannya, tabiatnya, maupun bentuk tubuhnya. Baginya tidak ada iman, tak ada kafir, tak ada durhaka dan tak ada juga pengetahuan. Mereka berkeyakinan bahwa kafir dan iman itu datang setelah anak itu berakal. Mereka juga berhujah dengan hadis Nabi dari Abu Hurairah tersebut di atas. . Artinya: Binatang itu melahirkan binatang dalam keadaan utuh, apakah mereka merasa pada kejadian itu kekurangan?. Dalam hadis ini hati Bani Adam diumpamakan dengan binatang, sebab dia dilahirkan dalam kejadian yang sempurna, tak ada kekurangan, sesudah itu telinganya terputus, begitu pula hidungnya. Lalu dikatakan ini adalah unta yang dirusak hidungnya dan ini adalah unta yang digunakan untuk nazar dan sebagainya. Begitu pula keadaan hati anak-anak waktu dilahirkan. Mereka tidak kafir, tidak juga iman, tidak berpengetahuan dan tidak durhaka, tak ubahnya seperti binatang ternak. Tatkala mereka sampai umur setan

memperdayakan mereka, maka kebanyakan mereka mengafirkan Tuhan, dan sedikit yang tidak berdosa. Mereka berpendapat, andaikata anak-anak itu difitrahkan sebagai kafir dan beriman pada permulaannya, tentu mereka tak akan berpindah selamalamanya dari hal itu. Anak-anak itu adakalanya beriman, kemudian menjadi kafir. Selanjutnya para ahli itu berpendapat bahwa adalah mustahil dan masuk akal seseorang anak di waktu dilahirkan telah tahu iman dan kafir, sebab Allah telah mengeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tak mengetahui sedikitpun. Allah SWT berfirman:

Artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. (Q.S. An Nahl: 78) Siapa yang tak mengetahui sesuatu mustahillah dia akan menjadi kafir. beriman, berpengetahuan atau durhaka. Abu Umar bin Abdil Barr berkata bahwa pendapat ini adalah arti fitrah yang lebih tepat di mana manusia dilahirkan atasnya. Hujah mereka yang lain ialah firman Allah: Artinya: Kami diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. At Tur: 16) Dan firman Allah SWT: Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (Q.S. Al Mudassir: 38) Orang yang belum sampai masanya untuk bekerja tidak akan dihisab. Dari hal tersebut di atas mustahillah fitrah itu berarti Islam. Seperti yang dikatakan Ibnu Syihab. Sebab Islam dan iman itu ialah perkataan dengan lisan, iktikad dengan hati dan perbuatan dengan anggota tubuh. Hal ini tak ada pada anak kecil. Dan orang yang berakal mengetahui keadaan ini. Kebanyakan para penyelidik di antaranya Ibnu Atiyah dalam buku tafsirnya di waktu mengartikan fitrah, dan begitu Syekh Abdul Abbas berpendapat sesuai dengan pendapat Umar di atas, lbnu Atiyah dalam tafsirnya berkata bahwa yang dapat dipegangi pada kata "fitrah" ini ialah berarti "kejadian" dan kesediaan untuk menerima sesuatu yang ada dalam jiwa anak itu. Dengan keadaan itu seseorang dapat dibedakan dengan ciptaan-ciptaan Allah SWT yang lain. Dengan fitrah itu seorang anak akan mendapat petunjuk dan percaya kepada Tuhannya. Seakan-akan Tuhan

berfirman: "Hadapkanlah mukamu kepada agama yang lurus yaitu fitrah Allah yang disediakan bagi kejadian manusia, tetapi karena banyak hal yang menghalangi mereka, maka mereka tidak mencapai fitrah itu. Dalam sabda Nabi yang artinya: "Tiap anak dilahirkan menurut fitrah. Bapaknya yang akan menjadikan ia seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi". Disebutkan dua orang ibu bapak sebagai contoh dari halangan-halangan yang banyak itu. Dalam ibadat lain Syekh Abdul Abbas berkata: "Sesungguhnya Allah SWT menjadikan hati anak Adam bersedia menerima kebenaran, sebagaimana mata dan telinga mereka bersedia menerima penglihatan dan pendengaran. Selama menerima itu tetap ada pada hati mereka, tentu mereka akan memperoleh kebenaran dan agama Islam yakni agama yang benar. Kebanyakan pendapat ini dikuatkan dengan sabda Nabi yang artinya: "Sebagaimana menghasilkan binatang yang utuh. Adakah mereka menghasilkan yang lain? Adakah mereka merasakan kekurangan pendapat padanya?". Maksudnya ialah, binatang itu melahirkan anaknya sempurna kejadiannya tak ada kekurangan. Andaikata dia dibiarkan menurut dasar kejadiannya itu tentu dia akan tetap sempurna, tak ada aibnya. Tetapi dia di atur menurut kehendak manusia, maka rusaklah telinga dan hidungnya dilubangi tempat mengikatkan tali sehingga timbullah padanya keburukan dan kekurangan, lalu tidak sesuai lagi dengan keasliannya. Demikian pulalah keadaannya dengan manusia. Hal itu adalah perumpamaan dari fakta kehidupan. Pendapat tersebut di atas dianut oleh kebanyakan ahli tafsir. Adapun maksud sabda Nabi saw tatkala beliau ditanya tentang keadaan anak-anak kaum musyrik. beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan apa yang mereka ketahui". yaitu apabila mereka berakal. Takwil ini dikuatkan oleh hadis Bukhari dan Samurah bin Jundab dari Nabi saw. yaitu hadis yang panjang. Sebagian dari hadis itu berbunyi sebagai berikut:

, , : . . : Artinya: Adapun orang yang tinggi itu yang ada di surga adalah Ibrahim as. Adapun anak-anak yang ada di sekitarnya semuanya adalah anak yang dilahirkan menurut fitrah. Samurah berkata. "Maka Rasulullah ditanya: Ya Rasulullah, tentang anak-anak musyrik? "Rasulullah menjawab: "Dan anak-anak musyrik". Diriwayatkan dari Anas, katanya: "Ditanya Rasulullah saw tentang anakanak musyrik, beliau bersabda: . Artinya: Mereka tak mempunyai kebaikan, untuk diberikan ganjaran, lalu akan menjadi raja-raja surga. Mereka tak mempunyai kejelekan untuk dihisab (disiksa) lalu mereka akan berada di antara penduduk neraka. Mereka adalah pelayan-pelayan bagi ahli surga. Demikianlah beberapa pendapat mengenai kata fitrah dan hubungannya dengan anak kecil yang belum sampai umur. Diduga bahwa pendapat yang agak kuat ialah pendapat terakhir ini, yaitu pendapat Ibnu Atiyah yang disokong oleh Syekh Abdul Abbas. Kemudian kalimat dalam ayat (30) ini dilanjutkan dengan ungkapan bahwa pada fitrah Allah itu tak ada perubahannya. Allah tak akan merubah fitrah-Nya itu. Tak ada sesuatupun yang menyalahi peraturan itu, maksudnya ialah tidak akan merana orang yang dijadikan Allah berbahagia, dan sebaliknya tidak akan berbahagia orang-orang yang dijadikan-Nya sengsara. Menurut mujahid artinya ialah: "tak ada perubahan bagi agama Allah". Pendapat ini disokong Qatadah, Ibnu Jubair, Dahhak, Ibnu Zaid dan Nakha'i. Mereka berpendapat bahwa ungkapan tersebut di atas berkenaan dengan keyakinan. Ikrimah berkata;

diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Umar bin Khatab berkata yang artinya ialah tak ada perubahan bagi makhluk Allah dari binatang yang dimandulkan. Perkataan ini maksudnya ialah larangan memandulkan binatang. Itulah agama yang lurus, maksudnya Ibnu Abbas: "Itulah keputusan yang lurus". Muqatil mengatakan itulah perhitungan yang nyata. Ada yang mengatakan bahwa "agama yang lurus" itu ialah agama Islam. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka tak mau memikirkan bahwa agama Islam itu adalah agama yang benar. Karena itu mereka tak mau menghambakan diri kepada Pencipta mereka, dan Tuhan yang lebih terdahulu (qadim) memutuskan sesuatu dan melaksanakan keputusannya.

Anda mungkin juga menyukai