Anda di halaman 1dari 3

Alwafa memiliki definisi yaitu senantiasa menempuh jalan simpati serta menjaga

untuk selalu melaksanakan janji-janji kita kepada siapapun, seperti kepada Allah
SWT, sesama manusia, serta kepada semesta alam. Setiap manusia ia mempunyai
kewajiban-kewajiban, punya tanggung jawab dan punya kepedulian, baik kaitannya
hablumminallah maupun habllumminannas. Kewajiban atas beban kerja, kewajian
menunaikan hak hak orang lain, ataupun yang sekedar kepedulian.

Dikisahkan seorang tentara yang baru saja melakukan peperangan melawan musuh,
ia meminta izin kepada komandannya untuk mencari kawan setianya yang belum
balik dari medan perang. Namun komandan tidak mengizinkannya sebab situasinya
membahayakan, dan seorang tentara yang dia sebut itu kemungkinannya sudah
gugur sehingga tidak kembali.

Namun sang tentara tidak mengindahkan perkataan komandannya, dan langsung


kembali ke medan perang untuk kembali mencari kawan karibnya, maka
ditemukanlah kawannya itu dalam keadaan terluka parah, lalu ia bopong menuju
komandannya, namun belum sampai kepada sang komandan, kawannya sudah
menghembuskan nafas terakhir dan komandan mengatakan, "bukankah sudah aku
katakan kepadamu, percuma mencari kawanmu itu pasti ia sudah gugur," Lalu
tentara itu mengatakan, "siap komandan, tadi saya melihat dia dalam keadaan
terluka dan masih hidup dan ia mengatakan kepadaku, bahwa dia yakin aku akan
mencarinya. Aku sangat bahagia mendengar kata-katanya sebelum ia gugur."

Peristiwa di atas adalah contoh sikap wafa yang merupakan perilaku suci dan mulia
dalam kehidupan seseorang di tengah tengah masyarakatnya. Bahkan Islam
menjadikan Wafa sebagai pondasi yang kokoh dalam kehidupan. Sebagaimana
firman Allah dalam Qur'an surat al-Baqarah [2]: 40, artinya sebagai berikut.

Artinya: “Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu.
Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan
takutlah kepada-Ku saja.” (QS. Al-Baqarah [2]: 40)

Allah SWT juga berfirman dalam QS. Al-Isra [17]: 34, artinya sebagai berikut.

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu
pasti diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra [17]: 34)

Ayat-ayat ini mejelaskan tentang bagaimana kita harus memenuhi janji-janji itu
kepada Allah SWT. Janji-janji dan kesepakatan suci kita kepada Allah SWT adalah
untuk menyembah Allah swt dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.

Allah SWT berfirman dalam QS.Al-A'raf [17]: 172, artinya sebagai berikut.
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang)
anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap
ini.” (QS.Al-A'raf [17]: 172).

Mari kita lihat diri kita, sampai dimana kita dalam menunaikan janji janji kita kepada
Allah SWT? Apa yang telah kita lakukan? Apakah kita sudah menunaikan hak hak
Allah kepada kita? Apa yang telah kita lakukan dalam memelihara akidah kita, iman
kita serta kewajiban kewajiban kita; shalat kita, puasa kita, zakat kita, haji kita, serta
ibadah ibadah lainnya yang sunah sunah yang menggabarkan ketaatan kita kepada
Allah subhanahu wata'ala? Juga sejauhmana kita telah menjauhi larangan larangan
Allahsubhanahu wata'ala.

Sudahkah kita memberikan hak hak kepada anggota keluarga kita, kepada
masyarakat di sekitar kita? Semua itu akan dimintai pertanggungjawaban kelak di
hari qiamat. Dan Ketika sudah disana kita sudah tidak bisa beralasan lagi.

Alwafa juga merupakan sebuah komitmen sosial. Allah ta’ala juga berfirman:

Artinya: "Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil." (QS. Al-An'am
[6]: 152)

Termasuk dalam kategori wafa adalah berbuat adil. Karena disana ada pemenuhan
atas hak hak orang lain. Adil dalam menimbang dan menakar adalah wafa. Juga adil
dalam menyampaikan amanat kepada ahlinya.

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [3]: 58,

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisa [3]: 58)

Wafa sesama saudara muslim karena perjanjian atau kesepakatan mencakup pola
interaksi, cinta dan kerja sama, dasarnya bukan karena kedekatan kekeluargaan,
bukan fanatisme kesukuan, juga bukan karena kesamaan sekte, akan tetapi karena
Iman dan takwa serta cinta kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Sebagaimana
firman Allah subhanahu wata'ala pada QS. Al-Hujurat [49]: 10,
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10)

Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjelaskan QS. Al-Maidah [5]: 101
yang artinya; sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala mempunyai hamba-hamba
selain para Nabi dan para syuhada, namun mereka mempunyai poisisi di sisi Allah
sepeti para nabi dan para Syuhada.

Lalu para sahabat bertanya siapa mereka itu Ya Rasulullah? Dengan muka berseri
seri Nabi menjawab: Mereka adalah hamba-hamba Allah yang berasal dari berbagai
bangsa dan suku. Mereka saling mencintai bukan karena harta, bukan karena
hubungan keluarga. Tetapi mereka saling mencinta karena Allah subhanahu
wata'ala.

Maka Allah SWT berikan cahaya pada wajah-wajah mereka, mereka Allah SWT
berikan mimbar-mimbar dari mutiara di depan umat-Nya, mereka tidak pernah
cemas, mereka ditakuti orang-orang sedang mereka sendiri tidak punya rasa takut.
Ini adalah buah dari sikap wafa, menunaikan hak hak orang kepadanya,
memberikan pertolongan kepada yang mebutuhkan, saling mencintai dan kasih
sayang dan mereka bersatu karena cintanya pada Allah subhanahu wata'ala.

Mari kita coba untuk memiliki sifat wafa ini, demi kesuksesan kita baik dalam
hubungannya dengan sang Khaliq, maupun hubungannya dengan sesama manusia.
Sukses beribadah dan sukses dalam kerja serta menjalani kehidupan dunia ini

Anda mungkin juga menyukai