Ayat ini dapat dipahami sebagai penjelasan tentang agama Nabi Ibrahim as. Yang
disinggung diatas sekaligus merupakan gambaran tentang sikap Nabi Muhammad SAW
yang mengajak kaumnya untuk beriman. Ayat ini memerintahkan: Katakanlah wahai
Nabi Muhammad SAW bahwa sesungguhnya sholatku, dan semua ibadahku termasuk
korban dan penyembelihan binatang yang kulakukan dan hidupku bersama segala yang
terkait dengannya, baik tempat, waktu, maupun aktivitas dan matiku, yakni iman dan
amal saleh yang akan kubawa mati, kesemuanya kulakukan secara ikhlas dan murni
hanyalah semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dalam
Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya antara lain dalam penciptaan alam raya dan kewajaran
untuk disembah dan demikian itulah tuntutan yang sangat tinggi kedudukan lagi luhur
yang diperintahkan kepadaku oleh nalar yang sehat dan juga oleh Allah SWT dan aku
adalah orang yang pertama dalam kelompok orang-orang muslim, yakni orang-orang
muslim yang paling sempurna kepatuhan dan penyerahan dirinya kepada Allah SWT.
Ayat ini juga menjadi semacam bukti bahwa ajakan beliau kepada umat agar
meninggalkan kesesatan dan memeluk islam, tidaklah beliau maksudkan untuk meraih
keuntungan pribadi dari mereka, karena seluruh aktivitas beliau hanya demi karena Allah
SWT semata-mata.
Melalui ayat diatas Nabi SAW diperintahkan untuk menyebut 4 hal yang
berkaitan dengan wujud dan aktivitas beliau yaitu shalat dan ibadah, serta hidup dan
mati. Dua yang perrtama termasuk dalam aktivitas yang berada dalam piliham manusia.
Kalo dia mau dia dapat beribadah, kalau enggan dia dapat meninggalkannya. Ini berbeda
dengan hidup dan mati, keduanya ditangan Allah SWT. Manusia tidak memiliki pilihan
dalam kedua hal ini. Menurut asy-sya’rawi, sebenarnya shalat dan ibadahpun adalah
dibawah kekuasaan Allah SWT. Karena Dialah yang menganugerahkan kepada manusia
kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakannya. Anggota badan kertika
melaksanakannya mengikuti perintah Anda dengan menggunakan kekuatan yang Allah
anugerahkan kepada jasmani untuk melaksanakannya. Disisi lain, seseorang tidak shalat,
kecuali jika dia sadar bahwa Allah yang memerintahkannya shalat. Jika demikian,
semuanya ditangan Allah SWT. Karena itu sangat wajar jika shalat dan semua ibadah
dijadikan demi karena Allah SWT.
Adapun hidup dan mati, maka keadaannya lebih jelas lagi, karena memang sejak
semula kita telah menyadari bahwa keduannya adalah milik Allah SWT dan berada
dalam genggaman tangan-Nya.
Kesimpulan kandungan makna Qs. al-An’am ayat 162-163.
1. Allah Swt. memerintahkan kepada manusia untuk berserah diri hanya kepada-
Nya.
2. Allah swt. adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam Mencipta,
Memelihara dalam mengatur alam semesta beserta isinya.
3. Perintah Allah Swt. untuk berlaku ikhlas dalam berakidah, beribadah dan
beramal.
4. Perilaku yang sesuai dengan Qs. al-An’am ayat 162-163, antara lain :
a. Berserah diri hanya kepada Allah Swt.
b. Menghambakan diri dan mengabdi hanya kepada-Nya.
c. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
d. Menjauhkan diri dari sikap syirik.
e. Beribadah dengan ikhlas hanya mengharap Ridha-Nya.
ۚ
وﻟﻳﺤﻛﻤﺃﻫﻝﭐﻹﺠﻳﻝﺑﻤﺎﺃﻨﺯﻝﭐﷲﻓﻳﻪﻭﻤﻥﻟﻣﭹﻛﻢﺑﻤﺎﺃﻧﺯﻝ
ﭐﷲﻔﺄﻮﺈﻟﻙﻫﻡﭐﻟﻔﺴﻗﻮﻦ
Artinya : Dan hendaklah orang-orang pengikut injil, memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah didalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. ( Q.S. Al-
Maidah : 47 )
d. Allah memerintahkan supaya manusia menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan-Nya dan tidak menyekutukan Allah dan berbuat baik kepada ibu bapak,
kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, tetangga baik yang dekat maupun yang
jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya. Firman Allah SWT :
ۖ
ﻮﭐﻋﺑﺩﻮﭐﺍﷲﻮﻻﺘﺸﺭﻜﻮﭐﺑﻪﺸﻳﺛﺎﻮﺑﺎﻟﻮﻟﺪﻳﻦﺇﺤﺴﻧﺎﻮﺑﺬﻰ
ﭐﻗﺮﺑﻯﻮﭐﻟﻴﺗﻣﻯﻮﭐﻟﻣﺴﻜﻴﻦﻮﭐﻟﺟﺎﺭﺫﻯﭐﻟﻗﺭﻮﭐﺑﻰﻮﭐﻟﺟﺎﺭ
ﭐﻟﺟﻨﺏﻮﭐﻟﺿﺎﺣﺏﺑﭑﻟﺟﻨﺏﻮﭐﺑﻦﭐﻟﺴﺑﻴﻞﻮﻤﺎﻤﻟﻛﺕ
ﺃﻴﻤﻨﻛﻡۗ ﺇﻥﭐﷲﻻﻴﺤﺏﻤﻥﻛﺎﻥﻣﺨﺗﺎﻻﻓﺨﻭﺭﺍ
Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahaya mu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri, (Q.S. An Nisa : 36).
Allah SWT berfirman dalam hadist qudsi :
ﻣﻥﻋﻤﻞﻋﻤﻼﺍﺸﺭﻚﻔﻴﻪﻋﻴﺭﻱﺗﺭﻜﺜﻪﻠﺸﺭﻴﻜﻲ
Artinya : “ Barang siapa mengerjakan sesuatu amal, ia menyekutukan kepada selain ku ,
Aku biarkan amalnya itu untuk sekutu-Ku itu “ (H.R. Muslim).
Keikhlasan dalam beribadah hakekatnya tidak dapat dipisahkan dengan niat ikhlas. Niat
dalam kaitannya dengan pelaksanaan ibadah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1) Niat ibadah, yaitu menghinakan diri dan tunduk secara sempurna untuk
menyatakan kehinaan dan kehambaan,
2) Niat Taat, yaitu melaksanakan apa yang Allah kehendaki,
3) Niat kuban, yaitu melaksanakan ibadah dengan maksud dapat pahala,
b. Ikhlas dalam Ibadah :
Melaksanakan ibadah karena takut akan azab.
Firman Allah SWT :
ﻭﭐﻠﺫﻴﻦﻴﺆﺗﻭﻦﻤﺂﺀﺍﺗﻭﭐﻭﻗﻠﻭﺑﮩﻡﻭﺟﻠﺔﺃﻨﮩﻡﺇﻠﻰﺮﺒﮩﻡﺮ
ﺟﻌﻭﻦ
Artinya : Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (Karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Tuhan mereka ( Al-Mukminun : 60 )
Inilah sekelumit hal mengenai keikhlasan, yang patut dihadirkan dan dijaga dalam
diri tiap insan. Keikhlasan bukan hanya monopoli mereka-mereka yang pakar dalam ilmu
keagamaan, atau mereka-mereka yang berkecimpung dalam keilmuan syar’iyah. Namun
keikhlasan adalah potensi setiap insan dalam melakukan amalan ibadah kepada Allah.
Bahkan tidak sedikit mereka-mereka yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki
keluarbiasaan dalam keimanannya kepada Allah. Jika demikian halnya, marilah memulai
dari diri pribadi masing-masing, untuk menghadirkan keikhlasan, meningkatkan
kualitasnya dan menjaganya hingga ajal kelak menjemput kita. Wallahu A’lam bis
Shawab.
Jangan munculkan ras riya’ atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak
berdaya di hadapan Allah SWT. Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang
menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan
jangan lupa untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara
ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do’ a Nabi Ibrahim a.s,” Sesungguhnya jika Rabb-ku
tidak memberi hidayah kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.
Dengan mengikhlaskan agama karena-Nya. “Segala amal dan ibadat, pendeknya
segala apa jua pun perbuatan yang bersangkutan dengan agama, yang dikerjakan dengan
kesadaran, hendaklah ikhlas karena Allah belaka, bersih daripada pengaruh yang lain:
“Dengan menjauhkan diri dari kesesatan.” Itulah yang dinamai hanif, jama’nya hunafaa-
a. Yaitu condong kepada kebenaran, laksana jarum kompas (pedoman),
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin Al-mahali dan Jalaluddin Al-Suyuthi. 2002. Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Ayat. Bandung: Sinar Baru Al-Qesindo
Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Haji
Hamka, 1979.Tafsir Al-Azhar. Surabaya: yayasan LatimojongQ shaleh. 2000. asbabun
nuzul. Bandung : CV. penerbit diponegoro depag RI
Syamsury. 2006. Pendidikan untuk kelas x. Jakarta: Erlangga
Matsna. 1997. Quran Hadits. Semarang: PT karya Toha Putra
http://hafidht.blogspot.com/2009/10/ikhlas.html
http://andrey.web.id/content/faidah-faidah-ikhlas