Anda di halaman 1dari 15

Makalah Wifi dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, Khususnya di Lingkungan

Mahasiswa

Wi-Fi (Wireless Fidelity) dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, Khususnya di


Lingkungan Mahasiswa

Disusun Oleh :
WIDI HASTOMO ( 262110416 )

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2011/2012

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu mengahadapi semua rintangan
dan tantangan dengan penuh “ kesabaran” hingga selesainya makalah ini.
Kesempurnaan manusia terletak pada ketidak mampuannya untuk hidup sendiri.
Berpijak dari hal itu penulis menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik akan penulis jadikan masukan dengan senang hati demi perbaikan di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman, terutama
bagi siapa saja yang tertarik.

Semarang,   Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.     Latar Belakang
1.2.     Rumusan Masalah
1.3.     Tujuan
1.4.     Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1.     Wi-Fi dan Perkembangannya
2.2.     Cara Kerja Wi-Fi
2.3.     Pengaruh Wi-Fi terhadap Masyarakat
2.4.     Pengaruh Wi-Fi terhadap Mahasiswa
2.5.     Upaya mengurangi dampak negatif penggunaan Wi-Fi
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

         Baru-baru ini, jika anda sudah di bandara, kedai kopi, perpustakaan atau hotel 
kemungkinan anda sudah tepat di tengah sebuah jaringan nirkabel. Banyak orang
menggunakan jaringan nirkabel, juga disebut WiFi 802,11 untuk menghubungkan komputer
mereka di rumah, dan beberapa kota yang mencoba untuk menggunakan teknologi untuk
memberikan gratis atau biaya rendah Internet akses kepada penduduk. Dalam waktu dekat
ini, jaringan nirkabel dapat menjadi begitu luas yang dapat mengakses Internet di mana saja
hampir setiap saat, tanpa menggunakan kabel. Saat ini semua orang sudah familiar dengan
istilah Hot-Spot, WiFi (Wireless Fidelity), Jaringan Wireless dan sejenisnya. Layanan seperti
ini akan mudah ditemui di berbagai tempat-tempat umum seperti kampus, hotel, rumah
makan, bandara dan lain-lain. Dengan menggunakan layanan WiFi, kita dengan mudah bisa
terkoneksi ke Internet tanpa perlu dibebani kerepotan dengan menyambungkan kabel ke suatu
alat yang disebut switch/hub. Tentunya kita harus memeliki peralatan seperti Notebook atau
Mobile-Phone yang mendukung koneksi WiFi dan adanya software yang membantu koneksi
peralatan kita tadi ke suatu alat yang sering disebut Access Point. Jaringan nirkabel (wireless
local area network-WLAN) atau Wi-Fi (Wireless Fidelity) dimana akses internet pun dapat
dilakukan dalam area jaringan, dan tanpa kabel. Hal itu memungkinkan mengakses internet di
rumah, di kantor, di kafe, dan tempat-tempat umum lainnya yang menyediakan koneksi
semacam itu.
Kelihatannya memang mengasyikkan. Access Point atau hotspot, yang memungkinkan
sambungan broadband internet secara nirkabel kini sudah dapat dijumpai di tempat publik
dan menciptakan lonjakan permintaan layanan Wi-Fi. Ketersediaan akses internet publik
tanpa kabel kini semakin merebak, publisitasnya pun makin hot, media yang menambah
khasanah dunia perteknologian.
         Tanpa disadari, menjamurnya akses internet melalui koneksi Wi-Fi telah menjadi
dilema tersendiri dalam dunia internet. Banyak pihak yang menjadikannya sebagai sarana
daya tarik tersendiri dalam promosi kepentingan tertentu. Namun, yang menjadi
permasalahan terletak pada pengaruh Wi-Fi tersebut. Disamping keuntungan-keuntungan
yang diperoleh, banyak hal-hal negatif yang timbul akibat dari Wi-Fi.

1.2. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Wi-Fi ?


2.      Bagaimana perkembangan Wi-Fi hingga sekarang?
3.      Bagaimana cara kerja Wi-Fi?
4.      Bagaimana pengaruh Wi-Fi dilingkungan masyarakat khususnya dilingkungan mahasiswa?

1.3. Tujuan

Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui apa itu Wi-Fi, perkembangannya
hingga sekarang, cara kerjanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat,
menyangkut pengaruh positif dan pengaruh negatif.

1.4. Manfaat

Makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai wifi.


Disamping itu, pembaca juga mampu mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari wifi
tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Wi-Fi dan Perkembangannya

Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian


yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local
Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11.
WI-FI merupakan istilah yang diberikan untuk sistem wireless LAN yang
menggunakan standar 802.11 yang ada saat ini. Istilah WI-FI diciptakan oleh sebuah
organisasi bernama WI-FI alliance yang bekerja menguji dan memberikan sertifikasi untuk
perangkat-perangkat WLAN. Perangkat wireless diuji berdasarkan interoperabilitasnya
dengan perangkat-perangkat wireless lain yang menggunakan standar yang sama. Setelah
diuji dan lulus, sebuah perangkat akan diberi sertifikasi “WI-FI certified”. Artinya perangkat
ini bisa bekerja dengan baik dengan perangkat-perangkat wireless lain yang juga
bersertifikasi ini. Pada awalnya, sertifikasi WI-FI hanya diberikan pada perangkat wireless
yang bekerja pada standar 802.11b.
           
Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan
mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat
dan aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat
digunakan untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak orang
mengasosiasikan Wi-Fi dengan kebebasan, karena teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan
kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data dari ruang meeting,
kamar hotel, kampus, dan café-café yang bertanda Wi-Fi Hot Spot.
WiFi adalah suatu rangkaian produk yang didesain untuk penggunaan teknologi
Wireless Local Area Networks (WLAN) berdasarkan standar spesifikasi IEEE802.11 yang
mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar, mencapai 11 Mbps. Wi-Fi
dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11,
yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-
Fi. Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada
2005. Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak
diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di
A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya
lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini
(berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.
Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di
frekuensi berikut: Channel 1 – 2,412 MHz; Channel 2 – 2,417 MHz; Channel 3 – 2,422 MHz;
Channel 4 – 2,427 MHz; Channel 5 – 2,432 MHz; Channel 6 – 2,437 MHz; Channel 7 –
2,442 MHz; Channel 8 – 2,447 MHz; Channel 9 – 2,452 MHz; Channel 10 – 2,457 MHz;
Channel 11 – 2,462 MHz Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian
teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLANs
(wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah nama dagang (certification)
yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (Internet) yang bekerja di jaringan
WLANs dan sudah memenuhi kualitas interoperability yang dipersyaratkan.
Teknologi Internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur
Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE)
berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-
Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan
Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Karena perangkat dengan standar teknis
802.11b diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau
yang lazim disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk
perangkat yang berstandar teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN
atau juga disebut Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz.
Wi-Fi sudah sangat populer di luar negeri. Amerika Serikat adalah salah satu
negara yang paling berhasil memasyarakatkan Wi-Fi. Bahkan, beberapa PDA di Amerika
Serikat dirancang secara khusus dengan modul Wi-Fi terintegrasi. Oleh karena kemudahan
koneksi, reliabilitas, dan kecepatannya, Wi-Fi tampak cukup berhasil. Penggunaan hubungan
nirkabel (wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang elektromagnetik, baik
berbentuk gelombang radio maupun cahaya.
Di awal 1990-an, ketika teknologi nirkabel masih belum terlalu berkembang,
beberapa organisasi, mulai dari bank sampai keperguruan tinggi, sempat memanfaatkan
modem optik berbasis sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-
of-sigth. Jarak di antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberap ratus meter.
Bandwidth yang dicapai bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila hujan turun
atau bila polusi debu demikian buruknya, sehinggga sinar laser terhalang jalannya.
Teknologi telah jauh berkembang sejak saat itu. Komunikasi data melalui
gelombang cahaya umumnya beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat
optik. Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong peningkatan
popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang memerlukan bandwidth tinggi dan
jarak jangkau teknologi ini sudah semakin jauh dan pemanfaatannya sebagai pengganti
copper-links semakin popular.
Dalam bentuknya yang kini tersedia, teknologi nirkabel telah semakin baik untuk
penggunaan jarak-dekat. Mulai dari Bluetooth sampai ke Wi-Fi, produk-produknya semakin
membanjiri pasar. Bukan saja penggunaannya semakin mudah, harga dan kapasitasnya pun
semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarah dekat ke jauh, teknologi nirkabel
berkembang dari jarak jauh ke dekat.
Masalah pengelolaan dan penggunaannya menjadi sangat sederhana, sedemikian
rupa sehingga tidak memerlukan latihan khusus. Ketersediaan di pasar bebas juga semakin
baik, dan dengan cepat dipadukan dengan spectrum produk teknologi informasi dan
komunikasi, mulai dari PDA (Personal Digital Assistant), komputer pangku (laptop
computer) sampai ke server yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung
perkantoran, hotel dan bahkan mal-mal perbelanjaan.
Kaitan yang ingin disoroti disini adalah bagaimana kendala otoritas telekomunikasi
dalam penggunaan teknologi nirkabel, khususnya yang menyangkut strategi frekuensi radio,
alokasinya perizinannya dan pemantauan serta pengawasannya. Dengan spectrum yang
sangat luas, pengelolaan frekuensi radio menjadi sangat sentral bagi arah perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi di setiap negara. Justru hal inilah yang membuat
musykil, di samping menarik untuk di simak karena implikasinya yang sangat serius dalam
kehidupan bangsa dan negara. Spectrum frekuensi yang sangat luas ini menyentuh alat-alat
rumah tangga, telepon genggam, sampai kepada siaran televisi yang dipancarkan langsung
melalui satelit diangkasa.
Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet
menggunakan teknologi Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan
akses. Artinya, para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan
tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan
surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital
assistance) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau
hotspot. Menjamurnya hotspot di tempat-tempat tersebut yang dibangun oleh operator
telekomunikasi, penyedia jasa Internet bahkan orang perorangan dipicu faktor kedua, yakni
karena biaya pembangunannya yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika
Serikat. Peningkatan kuantitas pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin
menggejala di berbagai belahan dunia, telah mendorong Internet service providers (ISP)
membangun hotspot yang di kota-kota besar dunia. Mewabah Di Indonesia sendiri,
penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai menggejala di beberapa kota besar. Di
Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang berselancar sambil menunggu pesawat
take off di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan hal yang asing. Fenomena yang
sama terlihat diberbagai kafe –seperti Kafe Starbuck dan La Moda Cafe di Plaza Indonesia,
Coffee Club Senayan, dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square dimana
pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip artis terbaru
sembari menyeruput cappucino panas. Dewasa ini, bisnis telepon berbasis VoIP (Voice over
Internet Protocol) juga telah menggunakan teknologi Wi-Fi, dimana panggilan telepon
diteruskan melalui jaringan WLAN. Aplikasi tersebut dinamai VoWi-FI (Voice over Wi-Fi).
Beberapa waktu lalu, standar teknis hasil kreasi terbaru IEEE telah mampu
mendukung pengoperasian layanan video streaming. Bahkan diprediksi, nantinya dapat
dibuat kartu (card) berbasis teknologi Wi-Fi yang dapat disisipkan ke dalam peralatan
eletronik, mulai dari kamera digital sampai consoles video game (ITU News 8/2003).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna
teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi
perekonomian nasional suatu negara, termasuk Indonesia.
Contoh : di Yogyakarta, dari sekitar 240 warung internet di sana, sekitar 120 di
antaranya telah memanfaatkan frekuensi 2,4 GHz. Salah satunya warnet perpustakaan UGM.
Mereka juga menyebarkan data internet ke warnet lain di sekitarnya yang berminat. Sejumlah
warnet di Yogya juga membentuk jaringan lokal antarwarnet memakai frekuensi 2,4 GHz.
Mereka memilih satu warnet induk yang bertugas meneruskan data dari ISP ke antena warnet
anggotanya. Konsumen nantinya juga diuntungkan karena biaya akses internet dari warnet
akan semakin murah. Penggunaan frekuensi 2,4 GHz yang bebas biaya ini memang
menguntungkan para pengusaha warnet. Mereka tidak perlu membayar pulsa telepon saat
mengakses internet. Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna
tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi
Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya
jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS
sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai
2.483,50 MHz.
Tujuh perusahaan membentuk Indonesian Wi-Fi Consortium (IWC) untuk
mengembangkan wireless local area network (WLAN) bagi keperluan public dengan target
membangun 10 hotspot hingga akhir. Konsorsium itu terdiri dari PT Acer Indonesia, PT
Cyberindo Aditama (CBN), Cisco Systems Indonesia, PT Intel Indonesia, PT Microsoft
Indonesia dan PT Jaring Semesta Infosolusi (Polaris|NET), didukung PT Elexmedia
Komputindo. Tjahja Suprapto, wakil IWC dari PT Jaring Semesta Infosolusi, menjelaskan
pembentukan organisasi ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus mengembangkan
pasar Wi-Fi untuk keperluan publik di Tanah Air. "Memang ada model bisnisnya, tetapi
fokus kami. saat ini adalah bagaimana Wi-Fi diterima denganbaik sebab pemerintah pun
belum menentukan regulasi yang pasti mengenai Wi-Fi ini," tuturnya usai peluncuran
konsorsium. Konsorsium sudah membangun total enam hotspot di Jakarta sehingga dengan
proyek ini mereka ditargetkan memiliki 16 hotspot di Ibukota hingga akhir tahun ini yang
seluruhnya berlokasi di kafe-kafe strategis.

2.2.Cara Kerja Wi-Fi

           
           
Gambar 1 : Satu wireless router dapat mengijinkan
                                 beberapa perangkat untuk terhubung

           
                        Gambar 2 : Jaringan Wi-Fi dihubungakan ke
                                          beberapa tempat

            Mode Akses Koneksi Wi-fi ada 2 yaitu :


1.      AD-HOC
Sistem Ad-hoc adalah sistem peer to peer, dalam arti satu computer dihubungkan ke 1
computer dengan saling mengenal SSID. Bila digambarkan mungkin lebih mudah
membayangkan sistem direct connection dari 1 computer ke 1 computer lainnya dengan
mengunakan Twist pair cable tanpa perangkat HUB. Jadi terdapat 2 computer dengan
perangkat WIFI dapat langsung berhubungan tanpa alat yang disebut access point mode. Pada
sistem Adhoc tidak lagi mengenal system central (yang biasanya difungsikan pada Access
Point). Sistem Adhoc hanya memerlukan 1 buah computer yang memiliki nama SSID atau
sederhananya nama sebuah network pada sebuah card/computer. Dapat juga mengunakan
MAC address dengan sistem BSSID (Basic Service Set IDentifier - cara ini tidak umum
digunakan), untuk mengenal sebuah nama computer secara langsung. Mac Address umumnya
sudah diberikan tanda atau nomor khusus tersendiri dari masing masing card atau perangkat
network termasuk network wireless. Sistem Adhoc menguntungkan untuk pemakaian
sementara misalnya hubungan network antara 2 computer walaupun disekitarnya terdapat
sebuah alat Access Point yang sedang bekerja.
      Gambar 3 : gambar diagram Adhoc
2.      INFRASTRUKTUR
Sistem kedua yang paling umum adalah Infra Structure. Sistem Infra Structure
membutuhkan sebuah perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai Access point melalui
software bila mengunakan jenis Wireless Network dengan perangkat PCI card. Mirip seperti
Hub Network yang menyatukan sebuah network tetapi didalam perangkat Access Point
menandakan sebuah sebuah central network dengan memberikan signal (melakukan
broadcast) radio untuk diterima oleh computer lain. Untuk mengambarkan koneksi pada Infra
Structure dengan Access point minimal sebuah jaringan wireless network memiliki satu titik
pada sebuah tempat dimana computer lain yang mencari menerima signal untuk masuknya
kedalam network agar saling berhubungan. Sistem Access Point (AP) ini paling banyak
digunakan karena setiap computer yang ingin terhubungan kedalam network dapat
mendengar transmisi dari Access Point tersebut. Access Point inilah yang memberikan tanda
apakah disuatu tempat memiliki jaringan WIFI dan secara terus menerus mentransmisikan
namanya – Service Set IDentifier (SSID) dan dapat diterima oleh computer lain untuk
dikenal. Bedanya dengan HUB network cable, HUB mengunakan cable tetapi tidak memiliki
nama (SSID). Sedangkan Access point tidak mengunakan cable network tetapi harus
memiliki sebuah nama yaitu nama untuk SSID.
Gambar 4:  Gambar diagram  Infra Structure

     Contoh Wi-fi Hardware yang digunakan di masyarakat :


 Wi-fi dalam bentuk PCI

         Wi-fi dalam bentuk USB

2.3.Pengaruh Wi-Fi terhadap Masyarakat


 Wi-Fi dan Kesehatan
Wi –Fi membawa pengaruh yang besar dalam lingkungan masyarakat. Selain
pengaruh positif yaitu kemudahan dalam mengakses dunia internet, Wi-Fi juga diduga
berdampak  negatif.
Wi-fi (wireless fidelity) yang lebih dikenal sebagai jaringan lokal nirkabel semakin
populer terutama di negara-negara maju dan berkembang. Dengan wi-fi orang bisa masuk ke
jaringan internet tanpa harus repot menyambungkan kabel dari komputer ke line telepon.
Di balik kemudahan yang ditawarkan wi-fi, ada beberapa keyakinan publik yang
menganggap wi-fi berdampak negatif terhadap kesehatan. Mereka yang tidak setuju dengan
kehadiran wi-fi beralasan radiasi elektro magnetik dari wi-fi bisa menyebabkan nyeri di
kepala, gangguan tidur dan mual-mual, terutama bagi mereka yang electrosensitive. Tapi
benarkah wi-fi berbahaya bagi kesehatan?
Ketakutan akan dampak buruk wi-fi terhadap kesehatan ini dimentahkan ilmuwan
Inggris. Seperti yang diungkapkan Sir William Stewart, ketua Health Protection Agency,
mengatakan pada BBC Programme Panorama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan
teknologi wi-fi. Tak ada bukti pasti yang menyebutkan, perangkat seperti ponsel dan wi-fi
menyebabkan kesehatan terganggu.
Hal senada juga diungkapkan Professor Lawrie Challis, dari Nottingham
University. Dalam pernyataannya pada BBC, Prof Challis, yang menjabat sebagai ketua
Mobile Telecommunications and Health Research (MTHR) menyebutkan: “Radiasi elektro
magnetik dari Wi-fi sangat kecil, pemancarnya juga berkekuatan rendah, selain itu masih ada
jarak dengan tubuh.
“Bisa jadi radiasi elektro magnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita
memangku laptop, namun dalam pengamaatan saya setiap orang tua akan meminta anak
mereka untuk tidak terlalu sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka
untuk menaruh laptop di atas meja, bukan di pangkuan, jika mereka berinternet terlalu lama.”
Untuk mendukung pernyataan ini, tim Panorama BBC mengunjungi sebuah
sekolah di Norwich, yang memiliki seribu siswa, dan mencoba membandingkan tingkat
radiasi dari ponsel dan penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya menunjukkan radiasi wi-fi
di ruang kelas tiga kali lebih besar dibanding pancaran yang dikeluarkan ponsel.
Namun ahli kesehatan psikis Professor Malcolm Sperrin mengatakan sinyal wi-fi
yang lebih besar tiga kali lipat dibanding radiasi ponsel di suatu sekolah masih belum
relevan, karena belum ditemukan pengaruhnya terhadap kesehatan.
“Wi-fi adalah teknologi yang menggunakan gelombang radio elektro magnetik
rendah, yang sebanding dengan oven microwave, bahkan 100 ribu kali lebih rendah dari
microwave.”
Tipe radiasi yang dipancarkan gelombang radio (wi-fi), microwaves, dan ponsel
telah menunjukkan kenaikan level temperatur jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut
thermal interaction, namun masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan kerusakan.
Health Protection Agency menyebutkan duduk di ruangan yang memiliki hotspot
selama setahun sebanding dengan gelombang radio yang dipancarkan saat bercakap-cakap
dengan ponsel selama dua puluh menit.
“Gelombang radio sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama hampir seabad
atau lebih, namun jika ada gangguan yang signifikan terhadap kesehatan, pasti ada kajian
yang akan mencatatnya, dan selama ini berbagai studi masih belum menemukan bukti
transmisi wi-fi bagi kesehatan.
Hal senada juga didukung Professor Will J Stewart, rekan dari Royal Academy of
Engineering, yang mengatakan: “Ilmu pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi
kesehatan selama bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat
kecil.
“Begitu juga dengan wi-fi, jika digunakan dalam batas yang wajar tak akan ada
pengaruhnya bagi kesehatan dalam waktu yang lama. Namun bukan berarti semua radiasi
elektro magnetik tak berbahaya, misalnya sinar matahari yang terbukti menyebabkan kanker
kulit, jadi jika Anda menggunakan laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari
tempat yang teduh,” tambah Sperrin yang mengatakan sampai saat masih belum ada banyak
bukti yang cukup berrarti akan dampak negatif wi-fi.
Namun yang lebih dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi, namun
pada perilaku dalam penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop pada beberapa
bagian sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.
Radiasi Elektromagnetik Wi-Fi
Publikasi tentang dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik
yang ditimbulkannya ini awalnya datang dari sebuah kasus yang dialami seorang wanita di
London, yang datang ke institusi kesehatan dengan keluhan nyeri di bagian kepala, telinga,
tenggorokan dan beberapa bagian tubuh lain bila berada dekat dengan peralatan elektronik
atau menara pemancar.
Perangkat elektronik, memang memiliki radiasi elektromagnetik dimana dalam
jumlah besar bisa mengakibatkan gangguan fisiologis hingga memicu pertumbuhan sel-sel
abnormal seperti kanker, namun intensitasnya berbeda-beda dan ada patokan batas aman
yang dianggap tidak sampai membahayakan kesehatan.
Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu
keadaan elektrosensitif, wanita tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus
antiradiasi untuk meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar
tempat tinggalnya. Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini kemudian
dilansir di Swedia langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat pernyataan perdana
menterinya sendiri.
Lagi-lagi, kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya
ini sempat dianggap sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini kebenarannya,
namun adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai
membuat beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini.
Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi
elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan
bahwa intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi
elektromagnetik yang dihasilkan oleh beberapa perangkat yang aman seperti televisi maupun
radio, begitupun, kesimpang-siuran ini jelas menimbulkan suatu kekhawatiran bagi sebagian
orang yang sangat perduli dengan kesehatannya, belum lagi pengakuan sejumlah aktifis di
luar negeri yang bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan wi-fi, yang bagi
sebagian masyarakat lain sangat diperlukan itu.

2.4. Pengaruh Wi-Fi terhadap Mahasiswa

Mahasiswa merupakan salah satu subjek yang menggunakan akses internet.


Mahasiswa akan merasa hampa tanpa internet. Ibaratnya, sedetik saja mereka tak bisa lepas
dari internet. Bagi mahasiswa internet merupakan media yang dapat digunakan untuk
mengakses tugas yang diberikan oleh dosen, bahkan mungkin juga mengembangkan diri
dengan membentuk jaringan. Bahkan kebutuhan akan akses internet bisa melampaui
kebutuhan primer seperti makan.
Di dalam dunia kampus, perkembangan teknologi wireless juga merajalela. Hal itu
bisa dilihat pada Access Point (AP) yang dipasang pada tiap jurusan, kantor dan
perpustakaan. Hanya dengan bermodal laptop atau handphone yang telah memiliki fasilitas
wireless maka kita dapat menikmati teknologi wireless di manapun dan kapanpun. Seperti
kita ketahui bahwa laptop di era sekarang ini bukan merupakan barang yang mewah bagi
sebagian mahasiswa. Laptop seperti kata “wajib” bagi mereka. Hal itu dikarenakan laptop
digunakan sebagai kebutuhan primer untuk menjalani aktifitas memperoleh ilmu pengetahuan
dan proses pembelajaran di kampus.
Seluruh sivitas akademika dan staf Universitas dapat menggunakan layanan akses
jaringan di dalam kampus secara gratis baik melalui jaringan kabel dengan terminal PC
maupun jaringan tanpa kabel (wireless) yang tersedia di seluruh gedung dan sekitarnya di
dalam kampus. Penyediaan fasilitas jaringan tanpa kabel atau Wi-Fi ditujukan bagi mereka
yang memiliki laptop maupun PDA.
Mahasiswa telah banyak menggunakan fasilitas Wi-Fi untuk mendapatkan akses
dalam mengerjakan tugas- tugas kuliah, mengembangkan jaringan dan juga untuk membuat
tulisan, dan mengakses hal- hal di luar pendidikan. Penggunaan fasilitas Internet tidak serta
merta memberikan dampak yang positif. Disamping penggunaannya yang mudah dan praktis,
Internet juga dapat membawa dampak yang negatif bila penggunaanya menyimpang. Apalagi
Internet saat ini telah banyak digunakan oleh mahasiswa, sehingga apabila penggunaanya
bersifat negatif maka akan terjadi penyimpangan pada sikap maupun perilaku mahasiswa
sebagai generasi penerus bangsa.
Disamping digunakan sebagai sarana untuk akses hal-hal yang menyangkut
pendidikan, Wi-Fi juga digunakan untuk akses hal-hal lain, seperti akses untuk jejaringan
social. Hal ini tentu saja menimbulkan pengaruh buruk bagi mahasiswa apalagi dilakukan
saat proses belajar mengajar.

2.5. Upaya mengurangi dampak negatif penggunaan Wi-Fi

1.      Penggunaan dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap kesehatan.
2.      Dalam lingkungan kampus, memblokir pengaksesan internet untuk alamat-alamat tertentu.

BAB III

 PENUTUP

KESIMPULAN

            Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan informasi yang
membuat setiap orang harus dapat meng-update informasi tersebut setiap saat, maka
teknologi sekarang ini menghasilkan sebuah layanan pendukung yang lebih instan untuk
dapat merealisasikan hal tesebut. Wi-Fi adalah teknologi jaringan dengan tidak menggunakan
kabel seperti handphone, yaitu melakukan hubungan komunikasi dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel sehingga pemakainya dapat mentransfer
data dengan cepat dan aman.
            Eksistensi dari Wi-Fi tentu memiliki kelemahan dan keunggulan dalam setiap aplikasi
penggunaannya. Disatu sisi berbagai kemudahan akan tersaji ketika menggunakan fasilitas
tersebut. Disisi yang lain, fasilitas tersebut juga digunakan untuk mengakses hal- hal yang di
luar jalur pendidikan. Misalnya, Pelanggaran hak cipta, pencurian identitas, cyber crime
(hacker, cracker, carder) dan pernyataan kebencian (hate speech), adalah biasa dan sulit
dijaga dan gambar- gambar, cerita- cerita yang “berbau” pornografi, yang dapat merusak
mental psikis mahasiswa, sehingga kurang bahkan tidak dapat fokus pada kuliah yang sedang
dijalaninya.

SARAN

Menggunaan Wi-Fi dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap
kesehatan, juga menggunakannya untuk hal-hal positif yang berguna bagi kepentingan
pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Wi-Fi)

http://rachmad29.blogspot.com/2008/08/sejarah-wireless-lan-wifi.html
http://www.arusty.com/dampak-negatif-dari-wifi-wireless-fidelity.html
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2137:wi-fi-
dan-kesehatan&catid=28&Itemid=48
elib.unikom.ac.id/download.php?id=50510
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21326/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai