Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun mampu mengahadapi semua rintangan
dan tantangan dengan penuh “ kesabaran” hingga selesainya makalah ini.
Kesempurnaan manusia terletak pada ketidak mampuannya untuk hidup sendiri.
Berpijak dari hal itu penulis menyadari bahwa selesainya Penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu saran dan kritik akan penulis jadikan masukan dengan senang hati demi perbaikan di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman, terutama
bagi siapa saja yang tertarik.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Wi-Fi ?
2. Bagaimana perkembangan Wi-Fi hingga sekarang?
3. Bagaimana cara kerja Wi-Fi?
4. Bagaimana pengaruh Wi-Fi dilingkungan masyarakat khususnya dilingkungan siswa?
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui apa itu Wi-Fi,
perkembangannya hingga sekarang, cara kerjanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap
masyarakat, menyangkut pengaruh positif dan pengaruh negatif.
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai
wifi. Disamping itu, pembaca juga mampu mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari
wifi tersebut.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan
mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat
dan aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat
digunakan untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak orang
mengasosiasikan Wi-Fi dengan kebebasan, karena teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan
kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data dari ruang meeting,
kamar hotel, kampus, dan café-café yang bertanda Wi-Fi Hot Spot.
WiFi adalah suatu rangkaian produk yang didesain untuk penggunaan teknologi
Wireless Local Area Networks (WLAN) berdasarkan standar spesifikasi IEEE802.11 yang
mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar, mencapai 11 Mbps. Wi-Fi
dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11,
yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-
Fi. Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada
2005. Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak
diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di
A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya
5
lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini
(berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.
Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di
frekuensi berikut: Channel 1 – 2,412 MHz; Channel 2 – 2,417 MHz; Channel 3 – 2,422 MHz;
Channel 4 – 2,427 MHz; Channel 5 – 2,432 MHz; Channel 6 – 2,437 MHz; Channel 7 –
2,442 MHz; Channel 8 – 2,447 MHz; Channel 9 – 2,452 MHz; Channel 10 – 2,457 MHz;
Channel 11 – 2,462 MHz Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian
teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLANs
(wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah nama dagang (certification)
yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (Internet) yang bekerja di jaringan
WLANs dan sudah memenuhi kualitas interoperability yang dipersyaratkan.
Teknologi Internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur
Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE)
berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-
Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan
Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Karena perangkat dengan standar teknis
802.11b diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau
yang lazim disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk
perangkat yang berstandar teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN
atau juga disebut Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz.
Wi-Fi sudah sangat populer di luar negeri. Amerika Serikat adalah salah satu negara
yang paling berhasil memasyarakatkan Wi-Fi. Bahkan, beberapa PDA di Amerika Serikat
dirancang secara khusus dengan modul Wi-Fi terintegrasi. Oleh karena kemudahan koneksi,
reliabilitas, dan kecepatannya, Wi-Fi tampak cukup berhasil. Penggunaan hubungan nirkabel
(wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang elektromagnetik, baik berbentuk
gelombang radio maupun cahaya.
Di awal 1990-an, ketika teknologi nirkabel masih belum terlalu berkembang,
beberapa organisasi, mulai dari bank sampai keperguruan tinggi, sempat memanfaatkan
modem optik berbasis sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-
of-sigth. Jarak di antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberap ratus meter.
Bandwidth yang dicapai bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila hujan turun
atau bila polusi debu demikian buruknya, sehinggga sinar laser terhalang jalannya.
Teknologi telah jauh berkembang sejak saat itu. Komunikasi data melalui gelombang
cahaya umumnya beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat optik.
6
Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong peningkatan
popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang memerlukan bandwidth tinggi dan
jarak jangkau teknologi ini sudah semakin jauh dan pemanfaatannya sebagai pengganti
copper-links semakin popular.
Dalam bentuknya yang kini tersedia, teknologi nirkabel telah semakin baik untuk
penggunaan jarak-dekat. Mulai dari Bluetooth sampai ke Wi-Fi, produk-produknya semakin
membanjiri pasar. Bukan saja penggunaannya semakin mudah, harga dan kapasitasnya pun
semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarah dekat ke jauh, teknologi nirkabel
berkembang dari jarak jauh ke dekat.
Masalah pengelolaan dan penggunaannya menjadi sangat sederhana, sedemikian
rupa sehingga tidak memerlukan latihan khusus. Ketersediaan di pasar bebas juga semakin
baik, dan dengan cepat dipadukan dengan spectrum produk teknologi informasi dan
komunikasi, mulai dari PDA (Personal Digital Assistant), komputer pangku (laptop
computer) sampai ke server yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung
perkantoran, hotel dan bahkan mal-mal perbelanjaan.
Kaitan yang ingin disoroti disini adalah bagaimana kendala otoritas telekomunikasi
dalam penggunaan teknologi nirkabel, khususnya yang menyangkut strategi frekuensi radio,
alokasinya perizinannya dan pemantauan serta pengawasannya. Dengan spectrum yang
sangat luas, pengelolaan frekuensi radio menjadi sangat sentral bagi arah perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi di setiap negara. Justru hal inilah yang membuat
musykil, di samping menarik untuk di simak karena implikasinya yang sangat serius dalam
kehidupan bangsa dan negara. Spectrum frekuensi yang sangat luas ini menyentuh alat-alat
rumah tangga, telepon genggam, sampai kepada siaran televisi yang dipancarkan langsung
melalui satelit diangkasa.
Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet
menggunakan teknologi Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan
akses. Artinya, para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan
tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan
surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital
assistance) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau
hotspot. Menjamurnya hotspot di tempat-tempat tersebut yang dibangun oleh operator
telekomunikasi, penyedia jasa Internet bahkan orang perorangan dipicu faktor kedua, yakni
karena biaya pembangunannya yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika
Serikat. Peningkatan kuantitas pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin
7
menggejala di berbagai belahan dunia, telah mendorong Internet service providers (ISP)
membangun hotspot yang di kota-kota besar dunia. Mewabah Di Indonesia sendiri,
penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai menggejala di beberapa kota besar. Di
Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang berselancar sambil menunggu pesawat
take off di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan hal yang asing. Fenomena yang
sama terlihat diberbagai kafe –seperti Kafe Starbuck dan La Moda Cafe di Plaza Indonesia,
Coffee Club Senayan, dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square dimana
pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip artis terbaru
sembari menyeruput cappucino panas. Dewasa ini, bisnis telepon berbasis VoIP (Voice over
Internet Protocol) juga telah menggunakan teknologi Wi-Fi, dimana panggilan telepon
diteruskan melalui jaringan WLAN. Aplikasi tersebut dinamai VoWi-FI (Voice over Wi-Fi).
Beberapa waktu lalu, standar teknis hasil kreasi terbaru IEEE telah mampu
mendukung pengoperasian layanan video streaming. Bahkan diprediksi, nantinya dapat
dibuat kartu (card) berbasis teknologi Wi-Fi yang dapat disisipkan ke dalam peralatan
eletronik, mulai dari kamera digital sampai consoles video game (ITU News 8/2003).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna
teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi
perekonomian nasional suatu negara, termasuk Indonesia.
Contoh : di Yogyakarta, dari sekitar 240 warung internet di sana, sekitar 120 di
antaranya telah memanfaatkan frekuensi 2,4 GHz. Salah satunya warnet perpustakaan UGM.
Mereka juga menyebarkan data internet ke warnet lain di sekitarnya yang berminat. Sejumlah
warnet di Yogya juga membentuk jaringan lokal antarwarnet memakai frekuensi 2,4 GHz.
Mereka memilih satu warnet induk yang bertugas meneruskan data dari ISP ke antena warnet
anggotanya. Konsumen nantinya juga diuntungkan karena biaya akses internet dari warnet
akan semakin murah. Penggunaan frekuensi 2,4 GHz yang bebas biaya ini memang
menguntungkan para pengusaha warnet. Mereka tidak perlu membayar pulsa telepon saat
mengakses internet. Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna
tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi
Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya
jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS
sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai
2.483,50 MHz.
Tujuh perusahaan membentuk Indonesian Wi-Fi Consortium (IWC) untuk
mengembangkan wireless local area network (WLAN) bagi keperluan public dengan target
8
membangun 10 hotspot hingga akhir. Konsorsium itu terdiri dari PT Acer Indonesia, PT
Cyberindo Aditama (CBN), Cisco Systems Indonesia, PT Intel Indonesia, PT Microsoft
Indonesia dan PT Jaring Semesta Infosolusi (Polaris|NET), didukung PT Elexmedia
Komputindo. Tjahja Suprapto, wakil IWC dari PT Jaring Semesta Infosolusi, menjelaskan
pembentukan organisasi ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus mengembangkan
pasar Wi-Fi untuk keperluan publik di Tanah Air. "Memang ada model bisnisnya, tetapi
fokus kami. saat ini adalah bagaimana Wi-Fi diterima denganbaik sebab pemerintah pun
belum menentukan regulasi yang pasti mengenai Wi-Fi ini," tuturnya usai peluncuran
konsorsium. Konsorsium sudah membangun total enam hotspot di Jakarta sehingga dengan
proyek ini mereka ditargetkan memiliki 16 hotspot di Ibukota hingga akhir tahun ini yang
seluruhnya berlokasi di kafe-kafe strategis.
Gambar 1 : Satu wireless router dapat mengijinkan beberapa perangkat untuk terhubung
9
MAC address dengan sistem BSSID (Basic Service Set IDentifier - cara ini tidak umum
digunakan), untuk mengenal sebuah nama computer secara langsung. Mac Address umumnya
sudah diberikan tanda atau nomor khusus tersendiri dari masing masing card atau perangkat
network termasuk network wireless. Sistem Adhoc menguntungkan untuk pemakaian
sementara misalnya hubungan network antara 2 computer walaupun disekitarnya terdapat
sebuah alat Access Point yang sedang bekerja.
2. INFRASTRUKTUR
Sistem kedua yang paling umum adalah Infra Structure. Sistem Infra Structure
membutuhkan sebuah perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai Access point melalui
software bila mengunakan jenis Wireless Network dengan perangkat PCI card. Mirip seperti
Hub Network yang menyatukan sebuah network tetapi didalam perangkat Access Point
menandakan sebuah sebuah central network dengan memberikan signal (melakukan
broadcast) radio untuk diterima oleh computer lain. Untuk mengambarkan koneksi pada Infra
Structure dengan Access point minimal sebuah jaringan wireless network memiliki satu titik
pada sebuah tempat dimana computer lain yang mencari menerima signal untuk masuknya
kedalam network agar saling berhubungan. Sistem Access Point (AP) ini paling banyak
digunakan karena setiap computer yang ingin terhubungan kedalam network dapat
mendengar transmisi dari Access Point tersebut. Access Point inilah yang memberikan tanda
apakah disuatu tempat memiliki jaringan WIFI dan secara terus menerus mentransmisikan
namanya – Service Set IDentifier (SSID) dan dapat diterima oleh computer lain untuk
dikenal. Bedanya dengan HUB network cable, HUB mengunakan cable tetapi tidak memiliki
nama (SSID). Sedangkan Access point tidak mengunakan cable network tetapi harus
memiliki sebuah nama yaitu nama untuk SSID.
10
Wi-fi dalam bentuk USB
11
“Bisa jadi radiasi elektro magnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita memangku
laptop, namun dalam pengamaatan saya setiap orang tua akan meminta anak mereka untuk
tidak terlalu sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka untuk menaruh
laptop di atas meja, bukan di pangkuan, jika mereka berinternet terlalu lama.”
Untuk mendukung pernyataan ini, tim Panorama BBC mengunjungi sebuah sekolah
di Norwich, yang memiliki seribu siswa, dan mencoba membandingkan tingkat radiasi dari
ponsel dan penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya menunjukkan radiasi wi-fi di ruang
kelas tiga kali lebih besar dibanding pancaran yang dikeluarkan ponsel.
Namun ahli kesehatan psikis Professor Malcolm Sperrin mengatakan sinyal wi-fi
yang lebih besar tiga kali lipat dibanding radiasi ponsel di suatu sekolah masih belum
relevan, karena belum ditemukan pengaruhnya terhadap kesehatan.
“Wi-fi adalah teknologi yang menggunakan gelombang radio elektro magnetik
rendah, yang sebanding dengan oven microwave, bahkan 100 ribu kali lebih rendah dari
microwave.”
Tipe radiasi yang dipancarkan gelombang radio (wi-fi), microwaves, dan ponsel telah
menunjukkan kenaikan level temperatur jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut
thermal interaction, namun masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan kerusakan.
Health Protection Agency menyebutkan duduk di ruangan yang memiliki hotspot
selama setahun sebanding dengan gelombang radio yang dipancarkan saat bercakap-cakap
dengan ponsel selama dua puluh menit.
“Gelombang radio sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama hampir seabad
atau lebih, namun jika ada gangguan yang signifikan terhadap kesehatan, pasti ada kajian
yang akan mencatatnya, dan selama ini berbagai studi masih belum menemukan bukti
transmisi wi-fi bagi kesehatan.
Hal senada juga didukung Professor Will J Stewart, rekan dari Royal Academy of
Engineering, yang mengatakan: “Ilmu pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi
kesehatan selama bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat
kecil.
“Begitu juga dengan wi-fi, jika digunakan dalam batas yang wajar tak akan ada
pengaruhnya bagi kesehatan dalam waktu yang lama. Namun bukan berarti semua radiasi
elektro magnetik tak berbahaya, misalnya sinar matahari yang terbukti menyebabkan kanker
kulit, jadi jika Anda menggunakan laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari
tempat yang teduh,” tambah Sperrin yang mengatakan sampai saat masih belum ada banyak
bukti yang cukup berrarti akan dampak negatif wi-fi.
12
Namun yang lebih dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi, namun pada
perilaku dalam penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop pada beberapa bagian
sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.
Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu keadaan
elektrosensitif, wanita tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus antiradiasi untuk
meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar tempat tinggalnya.
Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini kemudian dilansir di Swedia
langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat pernyataan perdana menterinya sendiri.
Lagi-lagi, kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini
sempat dianggap sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini kebenarannya,
namun adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai
membuat beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini.
Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi
elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan
bahwa intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi
elektromagnetik yang dihasilkan oleh beberapa perangkat yang aman seperti televisi maupun
radio, begitupun, kesimpang-siuran ini jelas menimbulkan suatu kekhawatiran bagi sebagian
orang yang sangat perduli dengan kesehatannya, belum lagi pengakuan sejumlah aktifis di
luar negeri yang bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan wi-fi, yang bagi
sebagian masyarakat lain sangat diperlukan itu.
13
2.4. Pengaruh Wi-Fi terhadap Siswa
Siswa merupakan salah satu subjek yang menggunakan akses internet. Siswa akan
merasa hampa tanpa internet. Ibaratnya, sedetik saja mereka tak bisa lepas dari internet. Bagi
siswa internet merupakan media yang dapat digunakan untuk mengakses tugas yang
diberikan oleh dosen, bahkan mungkin juga mengembangkan diri dengan membentuk
jaringan. Bahkan kebutuhan akan akses internet bisa melampaui kebutuhan primer seperti
makan.
Di dalam dunia kampus, perkembangan teknologi wireless juga merajalela. Hal itu
bisa dilihat pada Access Point (AP) yang dipasang pada tiap jurusan, kantor dan
perpustakaan. Hanya dengan bermodal laptop atau handphone yang telah memiliki fasilitas
wireless maka kita dapat menikmati teknologi wireless di manapun dan kapanpun. Seperti
kita ketahui bahwa laptop di era sekarang ini bukan merupakan barang yang mewah bagi
sebagian siswa. Laptop seperti kata “wajib” bagi mereka. Hal itu dikarenakan laptop
digunakan sebagai kebutuhan primer untuk menjalani aktifitas memperoleh ilmu pengetahuan
dan proses pembelajaran di kampus.
Seluruh sivitas akademika dan staf Universitas dapat menggunakan layanan akses
jaringan di dalam kampus secara gratis baik melalui jaringan kabel dengan terminal PC
maupun jaringan tanpa kabel (wireless) yang tersedia di seluruh gedung dan sekitarnya di
dalam kampus. Penyediaan fasilitas jaringan tanpa kabel atau Wi-Fi ditujukan bagi mereka
yang memiliki laptop maupun PDA.
Siswa telah banyak menggunakan fasilitas Wi-Fi untuk mendapatkan akses dalam
mengerjakan tugas- tugas kuliah, mengembangkan jaringan dan juga untuk membuat tulisan,
dan mengakses hal- hal di luar pendidikan. Penggunaan fasilitas Internet tidak serta merta
memberikan dampak yang positif. Disamping penggunaannya yang mudah dan praktis,
Internet juga dapat membawa dampak yang negatif bila penggunaanya menyimpang. Apalagi
Internet saat ini telah banyak digunakan oleh siswa, sehingga apabila penggunaanya bersifat
negatif maka akan terjadi penyimpangan pada sikap maupun perilaku siswa sebagai generasi
penerus bangsa.
Disamping digunakan sebagai sarana untuk akses hal-hal yang menyangkut
pendidikan, Wi-Fi juga digunakan untuk akses hal-hal lain, seperti akses untuk jejaringan
social. Hal ini tentu saja menimbulkan pengaruh buruk bagi siswa apalagi dilakukan saat
proses belajar mengajar.
14
2.5. Upaya mengurangi dampak negatif penggunaan Wi-Fi
1. Penggunaan dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap
kesehatan.
2. Dalam lingkungan kampus, memblokir pengaksesan internet untuk alamat-alamat
tertentu.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan informasi yang
membuat setiap orang harus dapat meng-update informasi tersebut setiap saat, maka
teknologi sekarang ini menghasilkan sebuah layanan pendukung yang lebih instan untuk
dapat merealisasikan hal tesebut. Wi-Fi adalah teknologi jaringan dengan tidak menggunakan
kabel seperti handphone, yaitu melakukan hubungan komunikasi dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel sehingga pemakainya dapat mentransfer
data dengan cepat dan aman.
Eksistensi dari Wi-Fi tentu memiliki kelemahan dan keunggulan dalam setiap
aplikasi penggunaannya. Disatu sisi berbagai kemudahan akan tersaji ketika menggunakan
fasilitas tersebut. Disisi yang lain, fasilitas tersebut juga digunakan untuk mengakses hal- hal
yang di luar jalur pendidikan. Misalnya, Pelanggaran hak cipta, pencurian identitas, cyber
crime (hacker, cracker, carder) dan pernyataan kebencian (hate speech), adalah biasa dan
sulit dijaga dan gambar- gambar, cerita- cerita yang “berbau” pornografi, yang dapat merusak
mental psikis siswa, sehingga kurang bahkan tidak dapat fokus pada kuliah yang sedang
dijalaninya.
B. SARAN
Menggunaan Wi-Fi dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap
kesehatan, juga menggunakannya untuk hal-hal positif yang berguna bagi kepentingan
pelajaran.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Wi-Fi)
http://rachmad29.blogspot.com/2008/08/sejarah-wireless-lan-wifi.html
http://www.arusty.com/dampak-negatif-dari-wifi-wireless-fidelity.html
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2137:wi-fi-
dan-kesehatan&catid=28&Itemid=48
elib.unikom.ac.id/download.php?id=50510
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21326/5/Chapter%20I.pdf
17