Anda di halaman 1dari 21

Laporan Tugas Akhir BAB II

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Wireless[2]
Wireless merupakan sekumpulan komputer yang saling terhubung antara
satu dengan lainnya sehingga terbentuk sebuah jaringan komputer dengan
menggunakan media udara atau gelombang sebagai jalur lintas datanya. Pada
dasarnya Wireless dengan LAN merupakan sama-sama jaringan komputer
yang saling terhubung antara satu dengan lainnya, yang membedakan antara
keduanya adalah media jalur lintas data yang digunakan, jika LAN masih
menggunakan kabel sebagai media lintas data, sedangkan Wireless
menggunakan media gelombang radio/udara. Proses komunikasi tanpa kabel
ini dimulai dengan bermunculanya peralatan berbasis gelombang radio, seprti
walkie talkie, remote control, cordless phone, telepon selular, dan peralatan
radio lainnya. Lalu adanya kebutuhan untuk menjadikan komputer sebagai
barang yang mudah dibawa (mobile) dan mudah digabungkan dengan
jaringan yang sudah ada. Hal-hal seperti ini akhirnya mendorong
pengembangan teknologi Wireless untuk jaringan komputer.
2.1.1 Sejarah Wireless[1]
Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE
membuat spesifikasi ataustandar WLAN pertama yang diberi kode
802.11. Peralatan yang sesuai dengan standar 802.11 dapat bekerja
pada frekuensi 2,4GHz, dan kecepatan transfer data
(throughput)teoritismaksimal 2Mbps.Pada bulan Juli 1999, IEEE
kembali mengeluarkan spesifikasibaru bernama 802.11b. Kecepatan
transfer data teoritismaksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps.
Kecepatan tranfer data sebesar ini sebanding dengan Ethernet
tradisional berdasarkan dari IEEE 802.3 10Mbps. Peralatan yang
menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz.
Salah satu kekurangan peralatan Wireless yang bekerja pada frekuensi
ini adalah kemungkinan terjadinya interferensi dengan cordless phone,
microwave oven, atau peralatan lain yang menggunakan gelombang
radio pada frekuensi sama.

Institut Teknologi Telkom 5 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi802.11a


yang menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz,
dan mendukung kecepatan transfer data teoritismaksimal sampai
54Mbps. Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a
relatif tidak dapat menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak
jangkau dari gelombang radio relatif lebih pendek dibandingkan
802.11b.Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasibaru yang dapat
menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasiyang
diberi kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4Ghz dengan
kecepatan transfer data teoritismaksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g
kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan.
Misalkan saja sebuah komputer yang menggunakan kartu jaringan
802.11g dapat memanfaatkan Access point 802.11b, dan sebaliknya.
Pada tahun 2006, 802.11n dikembangkan dengan menggabungkan
teknologi 802.11b, 802.11g. Teknologi yang diusung dikenal dengan
istilah Multiple Input Multiple Output(MIMO) merupakan teknologi
Wi-Fi terbaru. MIMOdibuat berdasarkan spesifikasiPre-802.11n.
MIMOmenawarkan peningkatan throughput, keunggulan reabilitas,
dan peningkatan jumlah klien yg terkoneksi. Daya tembus
MIMOterhadap penghalang lebih baik, selain itu jangkauannya lebih
luas sehingga Anda dapat menempatkan laptop atau klien Wi-Fi
sesuka hati. Access point MIMOdapat menjangkau berbagai perlatan
Wi-Fi yg ada disetiap sudut ruangan. Secara teknis MIMOlebih unggul
dibandingkan dengan jenis 802.11a/b/g. Access point MIMOdapat
mengenali gelombang radio yang dipancarkan oleh adapter Wi-Fi
802.11a/b/g. MIMOmendukung kompatibilitas mundur dengan 802.11
a/b/g. Peralatan Wi-Fi MIMO dapat menghasilkan kecepatan transfer
data sebesar 108Mbps.
2.1.2Wi-Fi (Wireless Fidelity)[2]
Wi-Fi merupakan singkatan dari Wireless Fidelity yang
menggunakan standar IEEE 802.11x, yaitu teknologi wireless/nirkabel
yang mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar,

Institut Teknologi Telkom 6 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

mencapai 11 Mbps (untuk standar 802.11b). Hotspot adalah lokasi


yang dilengkapi dengan perangkat Wi-Fi sehingga dapat digunakan
oleh orang-orang yang berada di lokasi tersebut untuk mengakses
internet dengan menggunakan notebook yang sudah memiliki card Wi-
Fi.[2]

Gambar 2.1 Logo Wi-Fi[2]

Wi-Fiadalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan


mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat
mentransfer data dengan cepat dan aman. Wi-Fi tidak hanya dapat
digunakan untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat digunakan
untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak
orang mengasosiasikan Wi-Fi dengan “Kebebasan” karena teknologi
Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses
internet atau mentransfer data dari ruang meeting, kamar hotel,
kampus, dan café-café yang bertanda Wi-Fi Hotspot.

2.1.3 Spesifikiasi Wi-Fi


Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang
ini ada empat variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g,
dan 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi.
Tabel 2.1 Spesifikasi Wi-Fi 802.11[2]
Spesifikasi Kecepatan Frekuensi Spesifikasi
Band
802.11b 11 Mbps 2.4 GHz b
802.11a 54 Mbps 5 GHz a
802.11g 54 Mbps 2.4 GHz b,g
802.11n 100 Mbps 2.4 GHz b,g,n

Institut Teknologi Telkom 7 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

2.1.4 Channel Frekuensi


Pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur
lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.) untuk menggunakan
frekuensi Wi-Fi. 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi
dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Versi
Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan
dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50
MHz. Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 11 channel, berpusat
di frekuensi berikut:[2]
1. Channel 1 - 2,412 MHz
2. Channel 2 - 2,417 MHz
3. Channel 3 - 2,422 MHz
4. Channel 4 - 2,427 MHz
5. Channel 5 - 2,432 MHz
6. Channel 6 - 2,437 MHz
7. Channel 7 - 2,442 MHz
8. Channel 8 - 2,447 MHz
9. Channel 9 - 2,452 MHz
10. Channel 10 - 2,457 MHz
11. Channel 11 - 2,462 MHz.

2.2 Wireless Local Area Network (WLAN)[3]


Local Area Network (LAN) merupakan jaringan yang terbentuk dari
gabungan beberapa komputer yang tersambung melalui saluran fisik (kabel).
Seiring dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan untuk akses
jaringan yang mobile (bergerak) yang tidak membutuhkan kabel sebagai
media tranmisinya, maka munculah Wireless Local Area Network
(WLAN/Wi-Fi).Jaringan lokal tanpa kabel atau WLAN adalah suatu
jaringan area lokal tanpa kabel dimana media transmisinya menggunakan
frekuensi radio (RF) dan infrared (IR), untuk memberi sebuah koneksi
jaringan ke seluruh pengguna dalam area disekitarnya. Area jangkauannya
dapat berjarak dari ruangan kelas ke seluruh kampus atau dari kantor ke

Institut Teknologi Telkom 8 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

kantor yang lain dan berlainan gedung. Peranti yang umumnya digunakan
untuk jaringan WLAN termasuk di dalamnya adalah PC, Laptop, PDA,
telepon seluler, dan lain sebagainya. Teknologi WLAN ini memiliki
kegunaan yang sangat banyak. Contohnya, pengguna mobile bisa
menggunakan telepon seluler mereka untuk mengakses e-mail.

2.2.1 Cara Kerja WLAN


Wireless LAN menggunakan electromagnetic airwaves (radio
atau infrared) untuk menukarkan informasi dari satu titik ke titik
lainnya tanpa harus tergantung pada sambungan secara fisik.
Gelombang radio biasa digunakan sebagai pembawa karena dapat
dengan mudah mengirimkan daya ke penerima. Data ditransmikan
dengan cara ditumpangkan pada gelombang pembawa sehingga bisa
diextract pada ujung penerima. Data ini umumnya digunakansebagai
pemodulasi dari pembawa oleh sinyal informasi yang sedang
ditransmisikan. Begitu datanya sudah dimodulasikan pada
gelombang radio pembawa, sinyal radio akan menduduki lebih dari
satu frekuensi, hal ini terjadi karena frekuensi atau bit rate dari
informasi yang memodulasi ditambahkan pada sinyal carrier.

2.2.2 Kelebihan Teknologi WLAN


1. Mobilitas : bisa digunakan kapan saja, dan kemampuan akses
data pada jaringan wireless itu real time, selama masih di area
hotspot.
2. Kecepatan Instalasi : proses pemasangan cepat, tidak perlu
menggunakan kabel.
3. Fleksibilitas Tempat : bisa menjangkau tempat yang tidak bisa
dijangkau kabel.
4. Biaya pemeliharannya murah (hanya mencakup stasiun bukan
seperti pada jaringan kabel yang mencakup keseluruhan kabel).
5. Infrastrukturnya berdimensi kecil.
6. Mudah dikembangkan dan jangkauan luas.

Institut Teknologi Telkom 9 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

7. Mudah dan murah untuk direlokasi dan mendukung portabelitas.


2.2.3 Kelemahan Teknologi WLAN
1. Transmit data kecil, sedangkan jika menggunakan kabel akan
lebih cepat.
2. Alatnya cukup mahal.
3. Mudah terjadi gangguan antara pengguna yang lain ( Interferensi
Gelombang).
4. Kapasitas jaringan terbatas.
5. Keamanan data kurang terjamin.
6. Intermittence ( sinyal putus-putus )
7. Mengalami gejala yang disebut multipath yaitu propagasi radio
dari pengirim ke penerima melalui banyak jalur yang LOS.
8. Mempunyai latency yang cukup besar dibandingkan dengan
media transmisi kabel.

2.2.4 PerencanaanWireless LAN


Perencanaan Jaringan WLANndoor adalah suatu perencanaan
sistem dengan perangkat pemancar dan penerima (transceiver) yang
dipasang di dalam gedung yang bertujuan untuk melayani kebutuhan
akan telekomunikasi dalam gedung tersebut baik kualitas sinyal,
cakupan (coverage) maupun kapasitas trafficnya. Sebenarnya sistem
ini memiliki prinsip yang sama BTS dengan sel standar, dengan
perangkat pemancar dan penerima (transceiver), Basis kapasitas
trafik biasanya digunakan untuk :
2.6.11 Public Access area (mal, bandara, stadion, hotel, rumah
sakit, dan lain lain), merupakan tempat – tempat umum yang
sering dikunjungi tiap harinya.
2.6.12 Business/Offices area (daerah perkantoran, pusat
perbisnisan), dituntut adanya indoor cell yang memungkinkan
tingkat telekomunikasi yang tinggi.

Institut Teknologi Telkom 10 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

2.3 INDOOR BULDING SOLUTION (IBS)[11]


Lemahnya sinyal yang berada di dalam ruangan/gedung disebabkan
karena adanya bangunan bertingkat dan ruangan yang disekat. Terdapat
beberapa faktor yang mengakibatkan lemahnya jaringan yaitu redaman
bangunan (lossbulding). IndoorBuilding Solution merupakan sebuah solusi
untuk mengatasi masalah lemahnya sinyal yang diterima di dalam
ruangan/gedung. Fungsi adanya IBS antara lain mengatasi blankspot di
dalam cakupan area suatu sel, mengcakup daerah yang sulit diinstalasi BTS,
memperluas area cakupan sel, dan mengatasi user yang padat di dalam
gedung. Macam-macam IBS antara lain:

2.3.1 Dedicated BTS


Dedicated BTS merupakan perancangan yang menempatkan BTS
di dalam ruangan. Dedicated BTS digolongkan dalam dua jenis yaitu :
1. Picocell
Perancangan dengan menempatkan satu antena utama di
dalam gedung yang bertujuan untuk meng-cover seluruh user
yang berada disekitar gedung.
2. Distribution Antenna System (DAS)
Perancangan dengan mendistribusikan daya pancar ke
seluruh ruangan di dalam gedung. Perancangan membutuhkan
banyak antena yang bertujuan untuk memfokuskan tempat yang
terdapat banyak user.
2.3.2 Repeater
Repeater digunakan untuk menguatkan sinyal di dalam gedung
tetapi tidak untuk menangani kepadatan trafik.

2.3.3 Femtocell
Perancangan femtocell dilakukan dengan menempatkan BTS kecil
di dalam gedung yang biasa disebut dengan Femtocell Access Point
(FAP).

Institut Teknologi Telkom 11 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

2.4 Komponen-Komponen Wireless LAN[5]


Dalam jaringan wireless terdapat beberapa komponen yang dibutuhkan
antara lain acces point, antena, router dan beberapa lainnya, untuk
membangun suatu jaringan wireless ada beberapa komponen utama dalam
WLAN, yaitu:

2.4.1 Access point (AP)


Pada WLAN, alat untuk mentransmisikan data disebut dengan
acccess point dan terhubung dengan jaringan LAN melalui kabel.
Fungsi dari AP adalah mengirim dan menerima data, sebagai buffer
data antara WLAN dengan Wired LAN, mengkonversi sinyal frekuensi
radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalukan melalui kabel
atau disalurkan keperangkat WLAN yang lain dengan dikonversi ulang
menjadi sinyal frekuensi radio. Satu AP dapat melayani sejumlah user
sampai 30 user. Karena dengan semakin banyaknya user yang
terhubung ke AP maka kecepatan yang diperoleh tiap user juga akan
semakin berkurang. Ini beberapa contoh produk AP dari beberapa
vendor.

Gambar 2.2Acces Point[5]

2.4.2 Antena
Antena merupakan alat untuk mentransformasikan sinyal radio
yang merambat pada sebuah konduktor menjadi gelombang
elektromagnetik yang merambat diudara. Antena memiliki sifat
resonansi, sehingga antena akan beroperasi pada daerah tertentu. Ada

Institut Teknologi Telkom 12 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

beberapa tipe antena yang dapat mendukung implementasi WLAN,


yaitu :

1. Antena omnidirectional
Yaitu jenis antena yang memiliki pola pancaran sinyal kesegala
arah dengan daya yang sama. Untuk menghasilkan cakupan area
yang luas, gain dari antena omni directional harus memfokuskan
dayanya secara horizontal (mendatar), dengan mengabaikan pola
emancaran ke atas dan kebawah, sehingga antena dapat diletakkan
ditengah-tengah base station. Dengan demikian keuntungan dari
antena jenis iniadalah dapat melayani jumlah pengguna yang lebih
banyak. Namun, kesulitannya adalah pada pengalokasian frekuensi
untuk setiap sel agar tidak terjadi interferensi.

Gambar 2.3 Antena omnidirectional[5]

2. Antena directional
Yaitu antena yang mempunyai pola pemancaran sinyal dengan
satu arah tertentu. Antena ini idealnya digunakan sebagai
penghubung antar gedung atau untuk daerah yang mempunyai
konfigurasi cakupan area yang kecil seperti pada lorong-lorong
yang panjang.

Institut Teknologi Telkom 13 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Gambar 2.4 Antena directional[5]

2.5 KondisiLingkungan
Faktor pembeda utama antara jaringan indoor dan jaringan outdoor
adalah pada kondisi propagasi. Secara umum berikut adalah kondisi yang
terjadi pada perancangan indoor.
1. Area yang di-cover cukup sempit
2. Perubahan posisi karena mobilisasi user
3. Penyebab loss diantaranya dinding, furniture, dan manusia

2.6 Propagasi Jaringan Indoor[6]


2.6.1 Propagasi Dalam gedung
Model propagasi gedung diperlukan untuk menghitung rugi
propagasi yang terjadi, sehingga persamaan perhitungan rugi lintasan
dan model algoritma merupakan faktor penting dalam menentukan
tingkat akurasi proses perhitungan.Untuk perhitungan losses
propagasi yang terjadi di dalam gedung, dapat digunakan model
propagasi Ray Tracing dan Distance Path Loss Model COST-231
MWI.
Algoritma Ray Optical Model pada Ray Tracing digunakan
untuk menentukan karakteristik multi-path. Misalnya; delay spread
dan distribusi sudut angular. Dimana pada prinsipnya
memungkinkan untuk menentukan semua sinar yang berkaitan antara
pemancar dan penerima.Sementara algoritma COST 231-MWM
digunakan untuk perhitungan pathloss dengan mempertimbangkan
faktor jarak, frekuensi, informasi tentang banyaknya dinding

Institut Teknologi Telkom 14 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

pemisah ruangan, jenis material, dan ketebalannya. Semua alur


propagasi gelombang dari satu pemancar terhadap posisi penerima
oleh RPS disimpan (dibaca) dalam bentuk sebuah sinar.

2.6.2 Persamaan Model Propagasi Dalam Gedung Secara Umum


Setiap ruang memiliki klasifikasi dan isi yang berbeda-beda
yang dapat mempengaruhi penjalaran sinyal radio dalam ruangan.
Ruangan dengan dinding besi, misalnya, dapat memantulkan sinyal
radio dengan hebat, sehingga tercipta gejala multipah fading. Sinyal
radio menjalar dari pengirim ke penerima melalui free space,
pantulan, difraksi, Line of Sight (LOS) . Ini berarti sinyal radio tiba
di penerima melalui banyak jalur (Multipath), dimana tiap sinyal
(pada jalur yang berbeda-beda) memiliki level kekuatan sinyal, delay
dan fasa yang berbeda-beda. Pengukuran dan pemodelan ini nantinya
sangat penting untuk mencapai efisiensi perencanaan.
Secara umum,semua alur propagasi gelombang dari satu
pemancar terhadap posisi penerima oleh RPS disimpan (dibaca)
dalam bentuk sebuah sinar. Untuk kasus outdoor, propagasi sinar
melalui atas atap-atap bangunan. Sementara untuk model indoor,
berjalan lurus memantul, menembus dinding ke arah penerima. Di
dalam lingkungan dalam gedung, untuk penentuan pathloss, di
samping jarak dan frekuensi, informasi tentang banyaknya dinding
pemisah ruangan, jenis material, dan ketebalannya. Untuk tujuan ini,
COST 231 Multi-Wall diterapkan di RPS.

2.7 Model propagasi jaringan indoor[6]


2.7.1 One Slop Model
One Slop Model merupakan model propagasi yang
memperhatikan parameter yang mempengaruhi dari perhitungan
pathloss eksponen. Dengan pathloss, model dikalibrasi untuk
masing-masing scenario. Dinding dan elemen gedung lainya tidak
mempengaruhi pada model propagasi ini.

Institut Teknologi Telkom 15 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

2.7.2 Keenan Motley Model


Keenan Motley Model merupakan model propagasi jaringan
indoor yang memperhitungkan seluruh dinding pada bidang vertikal
antara transmitter dan receiver. Redaman untuk seluruh lantai
dianggap sama. Jenis dinding dan meterial untuk model propagasi ini
dapat diperhitungkan. Persamaan 2.1 merupakan bentuk persamaan
dari Keenam Motley Model.
𝑷𝑳 (𝒅𝒇) = 𝑳𝒇𝒔 (𝒅𝒇) + 𝒂. 𝒅 .......................................................(2.1)
Keterangan :
d= jarak
f= frekuensi
Lfs= Free Space Loss
a= nilai attenuation

2.7.3 COST 231 Multi-Wall Model[4]


COST 231 Multi-Wall Model merupakan model propagasi
dimana seluruh dinding pada bidang vertikal diantara transmitter dan
receiver dipertimbangkan untuk masing-masing dinding dengan
propertis materialnya diperhitungkan juga. Dengan bertambahnya
dinding yang dilewati sinyal maka redaman dinding akan berkurang.
Dengan menggunakan model ini akan didapatkan hasil yang
mendekati dengan kenyataan.
𝒎
𝒏𝒇+𝟐
[ −𝐛]
LT=LFSL+LC+ ∑ 𝒏𝒘𝒊. 𝑳𝒘𝒊 + 𝒏𝒇 𝒏𝒇+𝟏 𝑳𝒇.......................(2.2)
𝒊=𝟏

Keterangan :
LFLS= free space loss
LFSL = 20 log f (MHz) + 20 log d (Km) + 32,5
LC = constant loss = 37 dB
nwi= nilai dari jenis penetrated wall (partisi bahan material dinding)
Lwi= wall type loss
Lw1 = L Light Wall

Institut Teknologi Telkom 16 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Lw2 = L Heavy Wall


Lf= loss antar lantai yang saling berdekatan.
b = empirical parameter (0,46)
M = Number of wall type
nf = nilai dari penetrated floors

Tabel 2.2 Nilai Redaman Material [11]


Material Redaman (dB)
Glass 0,8
Wood 2,8
Brick 3,5
Metal 6
Metal door in brick wall 12,4
Plasterboard Wall 4
Bullet Proof Glass 10
Window 2
Wood Door 4
Cubical Wall 18
Steel Fire Door 13
Stucco 14,8
Cinder Block 7
Human Body 3
Free Space 0,24/feet
Tree 0,15/feet
Dry Wall 4
Glass with Metal Frame 6
Steel Rollup Door 11
Marble 6
Plexiglass 0,94
Plywood 1,9

2.8 PERANCANGAN JARINGAN INDOOR[10]


Untuk menghasilkan rancangan yang mendekati hasil sebenarnya maka
perlu diperhatikan beberapa aspek yaitu :

Institut Teknologi Telkom 17 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

1. Konstruksi gedung sangat berpengaruh terhadap daya terima dan daya


pancar sebuah antenna. Untuk membuat desain sebuah gedung terdapat
beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan yaitu luas banguna,
kontruksi bangunan, tinggi tiap lantai, jumlah lantai, desain interior dan
eksterior gedung.
2. Tujuan utama membuat perancanaan jaringan indoor yaitu untuk
mendapatakn level penerimaan sinyal yang baik di dalam gedung.
Penentuan letak antean sangat berpengaruh terhadap cakupan sinyal
yang akan dihasilkan. Pada pengunaan indoor biasanya digunakan dua
tipe antenna yaitu antenna omnidirectional dan antenna directional.
Pengaturan untuk antena indoor dibedakan menjadi empat kategori
yaitu antenna terintegrasi, distribusi antenna dengan jaringan kabel
coaxial, radiasi kabel, dan penyaluran antena dengan kabel optik.
Sistem antenna terdistribusi akan memberikan solusi yang baik dalam
menjangkau area. Sistem antenna terdistribusi dibagi dua bagian yaitu
antenna distribusi aktif dan antenna distribusi pasif.
3. Coverage Desain akan mempengaruhi banyaknya antenna yang
digunakan. Untuk menentukan area cakupan sistem yang diapasang
dibutuhkan plot area untuk memutuskan area mana yang akan dicakup.
Setiap penempatan antenna harus diperhatikan supaya didapatkan area
cakupan yang maksimum.
4. RF Planningdibutuhkan desain RF Planning untuk membutuhkan
pendistribusian daya dari jaringan ke setiap lantai, sehingga dapat
meminimalisir biaya.
2.9 Perhitungan Link Budget
Perhitungan ini merupakan perhitungan yang paling penting karena
Menentukan nilai SNR yang diinginkan receiver, perhitunganya meliputi
gain, loss, dan level daya threshold. Adapun parameternya untuk
menghitung link budget yaitu :
1. Propagasi Line of Sight (LOS)

Institut Teknologi Telkom 18 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Propogasi LOS adalah redaman yang dihasilkan oleh lintasan lurus yang
merambat di udara bebas, bisa terpengaruh oleh suhu, hujan dan jarak.
Persamaan LOS seperti pada persamaan 2.3 .
FSL = 32,45 + 20 log f (MHz) + 20 log d(km).................................(2.3)
Keterangan :
f = frekuensi (MHz)
d = jarak antara pengirim dengan penerima (km)
2. Perhitungan effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
EIRP adalah besarnya daya pancar antenna, persamaan untuk
menghitung EIRP seperti pada persamaan 2.4
EIRP = Ptx + Gtx – Ltx......................................................................(2.4)
Keterangan :
Ptx = daya pancar (dBm)
Gtx = penguatan antena pemancar (dB)
Ltx = rugi – rugi pada pemancar (dB)
3. Signal to Interference Noise Ratio (SINR)
SINR merupakan perbandingan kuat sinyal dengan noise background.
Derau dan interference dapat mempengaruhi kualitas sinyal terima, yang
juga diperngaruhi oleh rugi – rugilintasan. Persamaan untuk menghitung
SINR seperti pada persamaan 2.5
𝑺
𝑺𝑰𝑵𝑹 = (𝑰+𝑵)......................................................................................(2.5)

Keterangan :
S = daya sinyal yang diinginkan
I = daya sinyal yang terinterference dari sel – sel lain
N = Noise background
Tabel 2.3 SINR dan Nilainya[7]
Nominal Keterangan
16 dB - 30 dB Good
1 dB - 15 dB Normal
-10 dB - 0 dB Bad

Institut Teknologi Telkom 19 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

2.10 Menentukan Jumlah Access Point[9]


Untuk dapat menentukan jumlah Access point dapat dilihat berdasarkan
capacity dan coverage. Perencanaan berdasarkan capacity dilakukan untuk
menentukan jumlah user yang dapat dicakup dalam suatu sel. Perhitungan
capacity dilakukan dengan menghitung jumlah user rata – rata pada setiap
lokasi setiap harinya. Sedangkan perencanaan berdasarkan coverage ialah
cakupan atau jangkauan antena yang dilihat berdasarkan luas wilayah
perancangan.
2.10.1 Perhitungan Access Point Berdasarkan Capacity[10]
Dalam perhitungan berdasarkan capacity terdapat 3 tahap yaitu :
1. Service Model
Service model berisikan informasi mengenai jenis layanan
yang digunakan oleh pengguna Wi-Fi seperti pada tabel 2.4

Tabel 2.4Service Model


Downlink Uplink
Bearer Rate Duration Bearer Duration BHSA Penetration
Service (kbps) Time (s) Rate Time (s)
(kbps)
Voip 125.00 200.00 125 200 2.1 100%
VideoPhone 1000.00 70.00 80.53 70 0.5 60%
Video 500.53 1800.00 62.53 1800 0.4 60%
Conference
Real Time 550.06 1800.00 130.26 1800 1.4 30%
Gaming
Streaming Data 2000.00 1800.00 31.26 1800 3.2 50%
IMS Signalling 15.63 50.00 15.63 50 5 40%
Web 1000.00 2700.00 100.53 2700 3.8 100%
rowsing/MA
File Transfer 1000.00 600.00 100.53 600 0.5 50%
Email 750.34 15.00 140.69 50 0.6 70%
P2P File 2000.00 1200.00 250.11 1200 0.8 30%
Sharing

2. Offered Bit Quantity (OBQ)

Institut Teknologi Telkom 20 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Perhitungan OBQ bertujuan untuk mengetahui total bit yang


diperlukan pada suatu daerah.
OBQ = Ct x C (u ; t)x P x Rb (service) x B x
h............................(2.6)
Keterangan :
OBQ = Offered Bit Quantity
Ct = Type Precentage of user
C (u ; t)= Number of Wi-Fi user of service
P = Penetration user of service
Rb (service) = Bearer rate of service
B = Busy Hour Service Attempts (BHSA)
H = Duration of using a service
3. Forecast AP
Perhitungan ini bertujuan untuk memperkiraan berapa Access
Pointyang akan digunakan pada gedung berdasarkan capacity.
𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐃𝐚𝐭𝐚 𝐂𝐚𝐫𝐫𝐢𝐞𝐫
𝐏𝐃𝐑 𝐀𝐏 = 𝒙𝒍𝒐𝒈𝟐(𝒎𝒐𝒅𝒖𝒍𝒂𝒕𝒊𝒐𝒏)𝒙𝒄𝒐𝒅𝒆 𝒓𝒂𝒕𝒆 𝒙 𝑴𝑰𝑴𝑶...(2.7)
𝐈𝐃𝐅𝐓 𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝+𝐆𝐈

Keterangan :
PDR AP= Peak Data Rate AP

Tabel 2.5Forecast AP
Data Rate (Mbit/s)
MCS Spatial Modulation Coding 20 MHz Channel
Stream Rate 800 ns GI 400 ns GI
1 1 QPSK ½ 13.00 14.40
4 1 16-QAM ¾ 39.00 43.30
7 1 64 QAM 5/4 65.00 72.20
15 2 64 QAM 5/6 130.00 144.40
25 4 QPSK ½ 26.00 28.90
28 4 16-QAM ¾ 156.00 173.30

Setelah mengetahui nilai Peak Data Rate of AP maka dilanjutkan


dengan persamaan 2.8 untuk menghitung jumlah access point.
𝑂𝐵𝑄 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑀𝑏𝑝𝑠)
𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝐴𝑃 = 𝑃𝑒𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝐴𝑃(𝑀𝑏𝑝𝑠) ..................................(2.8)

Institut Teknologi Telkom 21 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

2.10.2 Perhitungan Access Point Berdasarkan Coverage[7]


Dalam perhitungan berdasarkan coverageterdapat 3 tahap yaitu :
1. Link Budget
Tabel 2.6Parameter Link Budget
Downlink Uplink
Parameter Value Unit Parameter Value
Tx Power AP (Pt) 20 dBm Tx Power Client (Pt) 12
Antenna gain AP (Gt) 8 dBi Antenna gain Client (Gt) 3
Cable Losses AP (Lt) 2 dB Cable Losses Client (Lt) 3
Antenna Gain Client (Gr) 3 dBi Antenna Gain AP (Gr) 8
Cable Losses Client (Lr) 2 dB Cable Losses AP (Lr) 2
Expected Received Sinal -95 dBm Expected Received Signal -95
Level (Pr) Level (Pr)
Sensitivity Of Client -97 dBm Sensitivity Of AP -97
MAPL 122 dBm MAPL 114

Adapun persamaan untuk menghitung MAPL adalah sebagai


berikut:
MAPL = Pt + Gt – Lt Gr – Lr – Pr ....................................(2.9)
Keterangan:
MAPL = Maximum Allowable Path Loss.
Pt = Transmit Power.
Gt = Antenna Gain transceiver.
Lt = Cable loss transceiver.
Gr = Antenna Gain receiver.
Lr = Cable loss receiver.
Pr = Sensitivitas Access Point.
2. Propagation Models COST 231 Multiwall
Rumus:
𝒏𝒇+𝟐
𝐋𝐭 = 𝐋𝐅𝐒𝐋 + 𝐋𝐂 + ∑𝑴
𝒊=𝟏 nwiLwi + nf[ 𝐧𝐟+𝟏 −b]Lf

...........(2.10)
Keterangan :
LFSL= free spaceloss
LFSL= 20 Log fMhz + 20 Log dKm + 32,5

Institut Teknologi Telkom 22 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Lc = constant loss (37dB)


Lwi = Wall type loss I = 1,2, …...
LW1 = LLight Wall = 3,4 dB
LW2 = LHeavy Wall = 6,9 dB
L = Loss per Floor = 18,3 dB
B = empirical parameter (0,46)
M = number of wall type
Nf = number of floors crossed by the path
Nwi = number of wall crossed by the direct path
3. Coverage Area
Jumlah Access Point berdasarkan coverage dilakukan
dengan menggunakan Model propagasi COST 231 Multiwall.
Pada cost 231 model seluruh dinding pada bidang vertical antara
transmitter dan receiver dipertimbangkan dan untuk masing-
masing dinding dengan properties materialnya diperhitungkan
juga. Dengan bertambahnya dinding yang dilewati sinyal maka
redaman dinding berkurang, sehingga pada model COST 231
model ini akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi
ruangan.
𝒏𝒇 + 𝟐
[ − 𝒃]
𝑳𝑻 = 𝑳𝑭𝑺𝑳 + 𝑳𝑪 + ∑𝒎
𝒊=𝟏 𝒏𝒘𝒊 𝑳𝒘𝒊 + 𝒏𝒇 𝒏𝒇 + 𝟏
𝑳𝒇 ............(2.11)

Untuk menentukan luas area yang akan dicakup access


point yaitu dengan menghitung pada rumus berikut.
𝑳 = 𝟐, 𝟔 𝒙 𝒅𝟐 ........................................................................(2.12)
Sehingga untuk menghitung jumlah Access Point yang
dibutuhkan dalam perencnaan coverage area yaitu sebagai
berikut.
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒂𝒓𝒆𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏
Jumlah FAP = ..........................(2.13)
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒄𝒂𝒌𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍

Keterangan :
LFLS= free space loss
LFS = 20 log fMhz + 20 log d(km)+32,5

Institut Teknologi Telkom 23 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

LC = constant loss = 37 dB
Nwi= nilaipenetrated wall (partisi bahan material dinding)
Lwi= wall type loss
Lw1= L Light Wall
Lw2= L Heavy Wall
Lf= loss antar lantai yang saling berdekatan.
b= empirical parameter (0,46)
M= Number of wall type
Nf= nilai dari penetrated floors

Tabel 2.7Receive Signal Leveldan Nilainya[10]


Nominal Keterangan
-130 dBm - 106 dBm Bad
-150 dBm to -96 dBm Normal
-95 dBm to -80 dBm Good
-80 dBm to -30 dBm Exellent
2.11 RADIOWAVE PROPAGATION SIMULATOR 5.4
Radiowave Propagation Simulator 5.4 merupakan software yang
digunakan untuk perencanaan kinerja sistem berbagai sistem radio indoor.
Radiowave Propagation Simulator
(RPS)sebuahperangkatlunakbuatandariorganisasidevelopmentsoftware.RPS
adalah program aplikasi desktopyang
berfungsiuntukanalisispropagasigelombang radio atauprediksicoverage BTS
telekomunikasi.Gambar 2.5berikutiniadalahtampilan RPS. Sebelum
dilakukannya simulasi terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan
yaitu pertama menggambar denah tiap ruangan. Denah ruangan dapat
digambar pada RPS. Kemudian, memasukan data material dan ketebalan
tembok agar diketahui redaman yang dihasilkan dan simulasi medekati
kenyataan serta data penyebaran user dan spesifikasi antena.[7]

Institut Teknologi Telkom 24 14201023


Laporan Tugas Akhir BAB II

Gambar2.5Tampilan RPS[7]

Institut Teknologi Telkom 25 14201023

Anda mungkin juga menyukai