Disusun Oleh :
Nama Kelompok 2
1. Khairul Ummah P00824520007
2. Liza Fonna P00824520009
3. Qurratul A’yuni P00082452020
4. Cut ulayya uzrina Muly P000824520003
5. Nurul Hasni P000824520016
6. Putri Ramadhani P000824520019
7. Miftahul Husna P000824520010
8. Rahmatillah P000824520021
9. Suryani P000824520026
10. Nurfazillah P00082452014
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Komunikasi Intrapersonal dan komunikasi kelompok.
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun,
demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.4.3 Persepsi..........................................................................................................55
3.1 Simpulan...............................................................................................................79
3.2 Saran.....................................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................81
LAMPIRAN....................................................................................................................82
DAFTAR GAMBAR
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan memiliki manfaat untuk pembaca
agar memahami mengenai konsepsi komunikasi interpersonal sehingga dapat
menggunakan komunikasi interpersonal secara efektif dalam berbagai aktivitas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan:
1. Fungsi Sosial
a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan
hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi
kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui
komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan
meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih
sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan
kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas
perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan
yang lain.
b) Mengembangkan hubungan timbal balik
Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang
arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau
nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau
menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi lagi setelah
menerima respons atau umpan balik dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi
hubungan timbal balik ini berfungsi sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat
komunikasi antar pribadi sehingga harapan-harapan dalam proses
komunikasi menjadi sungguh-sunguh terjadi.
c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.
Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai
siapa diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan
orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi
untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau
pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan
bahwa kita ada.
d) Menangani konflik
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui
situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita
tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi
lingkungan. Manusia bias menjadi sangat sensitive pada bahasa tubuh,
ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara yang akan membantu
individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan
reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat
mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian komunikasi
antarpribadi berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu
konflik didalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat.
2. Fungsi pengambilan keputusan
a) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat
memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini
komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan yang
dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan komunikasi.
b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif
dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau
informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan
komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara tidak langsung membujuk
kalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
Tahap 1 Tahapan 6
pengirim Penerima mengirim
mempunyai gagasan ide pesan
SALURAN dan
MEDIA
Tahapan 2 Tahapan 5
Pengirim mengubah Penerima
ide menjadi pesan menafsirkan pesan
Pengirim mengirim Penerima menerima
pesan pesan
Namun bagi orang uang sudah sangat mapan secara ekonomi, ketika
menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain yang diharapkan bukan
ganjaran berupa uang, akan tetapi ganjaran berupa penghargaan dan penerimaan
sosial. Misalnya, orang kaya yang menyumbangkan sejumlah dana untuk
pembangunana di kampungnya, mengharapkan ganjaran berupa penerimaan sosial
oleh warga.
2. Model Peranan
3. Model permainan
Menurut teroi ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu: anak-
anak, orang deawasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak mengerti
tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan mengangis
meraung-raung, berguling-guling di tanah, atau ngambek dan cuek kepada semua
orang tidak menuruti keamauannya.
Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan selalu
menyayangi. Oleh karena itu orang tua lebih sabar dan bijaksana. Istilahnya orang
tua itu sudah lebih banyak “makan garam” dibandingkan anak-anak dan orang
dewasa. Artinya, sudah banyak pengalaman, sehingga dianggap tabu melakukan
kesalahan. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis
terguling-guling ketika minta uang tidak dipenuhi oleh orangtuanya, tetapi orang
akan heran jika ada orang tua yang masih bersikap kenak-kanakan.
a. Bersifat spontan;
b. Tidak berstruktur;
c. Terjadi secarra kebetulan;
d. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan;
e. Identitas keanggotaanya tidak jelas;
f. Terjadi hanya sambil lalu.
KEBERSAMAA
N
PENGIKATAN PEMBEDAAN
PENGGIATAN PEMBATASAN
PENHINDARA
PENJAJAGAN
N
PEMUTUSAN
PERKENALAN
2. Penjajagan
Penjajagan merupakan usaha mengenal diri orang lain. Tahap ini
digunakan untuk mengetahui kemiripan dan perbedaan.
3. Penggiatan
Tahap ini menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, status
kenalan menjadi teman akrab sehingga banyak perubahan cara berkomunikasi.
Pada tahap ini masing-masing pihak menunjukan sikap untuk menepati
komitmen.
4. Pengikatan atau peneguhan hubungan
Untuk meneguhkan adanya ikatan, maka dalam hubungan pasangan
persahabatan dilakukan dengan saling berjani. Dalam ikatan pasangan
kerjasama, misalnya kerjasama antara dua perusahaan dilakukan dengan
membuat nota kesepahaman (MoU). Sedangkan dalam pasangan perkawinan,
ada pengikatan seperti tunangan atau ijab qabul.
5. Kebersamaan
Hakikat kebersamaan adalah bahwa mereka menerima, saling
mengahrgai, dan saling menghormati. Tidak semua hubungan interpersonal
dapat mencapai kebersamaan. Sering kali, hubungan interpersonal hanya
sebatas perkenalan. Ada pula yang berlanjut sampai penjajagan, namun setelah
tidak ada kecocokan sehingga tidak dilanjutkan kepada tahap penggiatan.
Waktu yang diperlukan dari tahap perkenalan sampai kebersamaan bersifat
relative. Jika potensi, situasi, dan kondisi mendukung maka hanya diperlukan
waktu singkat untuk mencapai kebersamaan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan
tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti
oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus
memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara
antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu
tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri
1. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan
makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan),
yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang
peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan
mengakibat kegagalan komunikasi
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal
dalam hal:
b) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga
makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita
juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya
secara negatif.
c) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi
1. Kepercayaan Diri
Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri
terhadap sosial. Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain.
2. Kebersatuan
Hal ini mengacu pada penggabungan aantara pembicara dan pendengar untuk
terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Secara nonverbal kita
mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yg patut,
kedekatan fisik yg menggemakan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yg
langsung dan terbuka.
3. Manajemen interaksi
Komunikator yg efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak.
Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun dapat diabaikan
atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam
seluruh komunikasi.
4. Daya ekspresi
1. Persepsi Interpersonal
Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Ada empat
perbedaan antara persepsi objek dan persepsi intepersonal, yaitu:
a. Stimulasi ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik dan stimuli
mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau
grafis.
b. Ketika menanggapi onbjek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar
objek itu, tapi tidak melihat sifat batiniyah obyek itu. Namun, pada
persepsi interpersonal mencoba memahami apa yang tidak tampak pada
alat indera seseorang.
c. Ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang;
seseorang itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya, tetapi
dalam persepsi interpersonal, akan terjadi sebaliknya.
d. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi
interpersonal yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai
berikut:
a. Deskrispsi Verbal
Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan
sifat-sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun
sifat yang tidak baik terlebih dahulu.
b. Deskripsi Proksemik
Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-
jarak tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu
lainnya.
c. Petunjuk Kinesik
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang
lain yang ditunjukkan kepada seseorang.
d. Petunjuk Wajah
Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang
didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang.
e. Petunjuk Paralinguistik
Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi atau obrolan).
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang
terlihat oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai,
baju, pangkat, badge, dan atribut lainnya.
Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri
khusus penanggap yang ceramat adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu
lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
b. Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga
sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
c. Kepribadian
Orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani
perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu
pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan
penilaian posoitif pada orang lain.
Proses Pembentukan Kesan
a. Stereotyping
Stereotyping adalah proses pembentukan kesan yang terjadi pada
saat awal komunikasi terjadi.
b. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan
yang terjadi karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang
terbentuk dari awal komunikasi terjadi.
c. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan
karakteristik orang lain dengan melihat perilaku yang tampak
(Baron dan Byrne, 1979:56).
Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses
pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal.
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Jika individu tidak cermat dalam mempersepsikan orang lain, maka akan
terjadi kegagalan komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Hal
tersebut akan membaik jika individu menyadari kesalahan persepsinya.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang
meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Orang Lain
Konsep diri seseorang akan terbentuk jika timbul adanya penilaian dari
orang lain, baik penilaian secara positif dan negatif.
2) Kelompok Rujukan (Reference Group)
Konsep diri seseorang akan terbentuk dengan adanya norma-norma
pada suatu kelompok yang membuat suatu individu berperilaku sesuai
dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya.
b. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal
1) Dipenuhi Sendiri
Suatu individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri sesuai
kualitas konsep dirinya tersebut.
2) Membuka Diri
Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3) Percaya Diri
Kurangnya percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang tidak
sehat dan akan menjadi orang yang aprehensif dalam komunikasi.
4) Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri
mempengaruhi pesan apa yang akan diterima. Jadi, untuk membentuk
suatu konsep diri yang sehat adalah baik jika tidak menerima pesan
secara mentah-mentah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya
adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
a. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1) Faktor Personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang
dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi
atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan Karakteristik Personal
Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau
status sosial, ekonomi, agama dan ideologi.
b) Tekanan Emosional
Individu yang sedang mengalami tekanan emosional akan
membutuhkan kehadiran orang lain sehingga kecenderungan akan
menyukai semakin besar.
c) Harga Diri yang Rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang
lain. Orang yang merasa penampilannya kurang menarik akan
mudah menerima persahabatan dari orang lain.
d) Isolasi Sosial
Beberapa penelitan menunjukkan bahwa semakin besar tingkat
isolasi yang dialami seseorang maka semakin besar pula
kecenderungan seseorang menyukai orang lain.
2) Faktor Situasional
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya
atraksi interpersonal, antara lain:
a) Daya Tarik Fisik (physical attractiveness)
Biasanya seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih
mudah mendapat perhatian atau simpati dari orang lain.
b) Ganjaran (Reward)
Individu cenderung menyukai orang yang memberikan ganjaran
yang berupa dorongan motivasi dan bantuan secara moral.
c) Familiarity
Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia
kenal akrab.
d) Kedekatan (Proximity) atau Closeness
Kedekatan antara individu dengan individu lainnya dapat terjadi
karena adanya sebuah stimulus netral yaitu tempat tinggal yang
berdekatan.
e) Kemampuan (Competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang
lain yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau lebih
berhasil dalam kehidupan dirinya.
3) Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
a) Penafsiran Pesan dan Penilaian
Manusia adalah makhluk rasional dan emosional.Oleh karena itu,
ketika individu menyenangi seseorang, individu tersebut cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif, begitu
pula sebaliknya.
b) Efektivitas Komunikasi
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
4. Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi
hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai
hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu:
a. Model Pertukan Sosial
b. Model Peranan
c. Model Permainan
d. Model Interaksional
T
U
J
Kepriba- U
dian Norma A
N
Etika
Jadi dapat dikatakan bahwa aturan dan harapan menjadi input yang
menggerakan individu melakukan komunikasi interpersonal. Kalau dianalisis
lebih tajam, adanya harapan perlu dipandu dengan aturan. Harapan saja tanpa ada
aturan, cenderung mendorong manusia untuk serakah, melakukan berbagai hal
untuk mengejar keuntungan sendiri dan mengabaikan hak orang lain. Pola
hubungan harapan dan aturan dengan komunikasi interpersonal dilukiskan pada
gambar 3.3.
Oleh karena setiap individu memiliki harapan dan aturan yang saling berbeda
dengan yang lain, maka situasi ini menghasilkan karakter cara berkomunikasi
interpersonal setiap individu bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain.
Meskipun berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang tidaklah sama
persis dengan anggota keluarga lainnya karena lingkungan sosial tidak terbatas
pada keluarga, melainkan mencakup teman sebaya, masyarakat, sekolah, media
massa, dan sebagainya.
Aturan dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena aturan tidak
hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang
menyandi pesan, tetapi juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-
kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya
seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada aturan-aturan yang
kita unduh dari tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, aturan menjelma
menjadi landasan pertimbangan berkomunikasi. Artinya bahwa, cara berkomuni-
kasi dipandu oleh aturan mengenai benar-salah, dan baik-buruk.
2.4.3 Persepsi
Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau beberapa orang,
akan terdapat beragam pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dan diri
pihak atau orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Upaya mengenali
orang lain bukanlah perkara mudah dan sederhana. Upaya ini menyangkut proses
psikologis yaitu persepsi. Persepsi merupakan proses internal dalam diri seseorang
yang memungkinkan ia memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan sehingga hal itu mempengaruhi perilaku yang
bersangkutan.
Ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang
lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Beberapa hal yang patut
kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini (Mulyana D. , 2000, p. 176)
mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan
persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu).
Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita
terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan
dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja,
menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai
kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya
kita mengenai hal-hal tersebut.
2. Persepsi bersifat selektif
Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang
dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua
rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk
mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik
bagi kita. Atensi kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam
menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
3. Persepsi bersifat dugaan
Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak
pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan
penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga
titik dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi bersifat evaluative
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan
sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering
mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang
objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan
kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif;
merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan
pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk
mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya
berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Coba
perhatikan gambar di bawah ini.
Pengertian etika secara etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk
mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai
suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai butuk, etika juga disebut ilmu
normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma)
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk (Suranto, 2011, p. 125).
Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan
rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa
yang dapat dipertanggungjawabkan-nya sendiri. Etika menyanggupkan orang
untuk mengambil sikap etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhdapa
norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat.
Ukuran etika terletak pada kesesuaian tindakan dengan norma yang berlaku.
Dikalangan masyrakat Barat, terlambat datang pada pertemuan resmi sudah
menjadi beban tersendiri, misalnya merasa malu dan bersalah, mungkin juga
dilarang masuk ke ruangan rapat. Tetapi di Indonesia hal itu tampaknya tidak
terlalu menjadi masalah. Mengapa demikian? Karena norma yang dipakai
berbeda. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa
bermacam-macam. Mungkin tata-tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik
disusun untuk dipergunakan sebagai perangkat nilai yang mengarahkan dan
mengawasi tindakan para anggotanya.
Ukuran etis yang berbeda dikemukakan oleh aliran teleologis (telos berarti
tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat
dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
etika di masyarakat, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi,
apabila suatu tundakan bertujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam
hikayat betawi, kita mengenal ada seorang pemuda pribumi bernama Si Pitung,
yang sering melakukan perampasan harta kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan
mulia. Masalahnya adalah bahwa tujuan tindakan itu baik atau buruk, menurut
siapa? Suatu tindakan menurut yang melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang
lain mungkin terkandung tujuan jelek.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila sesorang
yang sudah selesai kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung
menikah, atau bekerja dulu sebelum menikah. Menurut aliran ini, jatuhnya pilihan
akan didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana
yang lebih etis sifatnya relative: apakah bekerja dulu atau menikah? Kalau
misalnya dirasa bekerja dulu lebih menguntungkan secara pribadi, itulah yang
lebih etis.
Karena standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka
aliran etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi.
“Memilih antara baik dan buruk itu bukan masalah etis, sebab jika
saya tahu apa yang baik dan apa yang buruk, maka saya akan memilih
yang baik itu. Jika saya tahu apa yang benar dan apa yang salah, maka
tidak ada masalah sama sekali, apa yang dilakukan adalah apa yang benar
itu. Maslaah etis sesungguhnya, jika seseorang membiarkan pengalaman
moralnya sendiri, dirumuskan tidak sebagai pertentangan antara baik dan
baik, antara benar dan benar, serta antara yang baik dan yang benar.”
Perbedaan sifat berbagai tindakan ada kalanya memang sangat sulit untuk
dibedakan. Misalnya saja kita sedang mengerjakan tugas penting di rumah yaitu
menanggapi tamu, tiba-tiba telepon berdering dan kita melihat tidak ada anggota
keluarga lain yang akan mengangkat telepon, masalah etisnya ialah bahwa antara
melayani tamu dan mengangkat telepon, kedua-duanya merupakan tindakan yang
baik. Untuk menentukan pilihan etis kita, meski kita mesti menggunakan berbagai
pertimbangan secara komprehensif.
Dasar-dasar etika:
Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika
sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian,
tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan pada
kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Misalnya, disebuah desa di
kabupaten Purwodadi jawa tengah masyarakat menyepakati ”aturan”, bilamana
ada orang terbukti melakukan zina, maka dikenai sanksi adat, yaitu si pelaku laki-
laki harus menyetor 5 truk pasir untuk pembangunan desa. Bila si pelaku tidak
mengindahkan, maka tindakan lebih tegas akan diserahkan pada pemuda.
Kata profesi berasal dari bahasa latin professues yang berarti pekerjaan.
Dalam perkembangannya, profesi dipergunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan jenis pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu disertai dengan
ketentuan-ketentuan normative. Didalam profesi itu ada keahlian yang khas, serta
peraturan yang unik, yang membedakan dengan profesi lainnya. Ada profesi
dokter, guru, wartawan, humas, artis, dan sebagainya. Masing-masing diikat oleh
adanya ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang
mengatur secara khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi atau kode
etik profesi.
Dibawah ini terdapat beberapa macam-macam etika komunikasi dan cara etika
berkomunikasi yang baik:
Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi
media komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan
penyampaian informasi. Jika cara menelpon maupun menerima telepon tidak
mengikuti tata karma maka nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu
sejumlah prinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami
dandilaksanakan.
1) Isi SMS yang hendak dikirmkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai
muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si
penerima
2) Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan
SMS.
3) Kurang pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi
menunda-nunda sampai lupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang
memperhatikan dari si pengirim SMS.
4) Jangan menggunakan istilah singkatan yang tidak popular, karena dapat
menimbulkan salah penafsiran.
5) Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa
mengganggu orang lain.
6) Menuliskan SMS dengan huruf capital, sering dianggap sebagai ungkapan
kemarahan.
Ada pepatah yang bagus,memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan
memiliki teman seribu terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin
baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman,adalah dengan berkenalan. Ada
berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika.
2.8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005).
Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
NAMA TUGAS
Tiara Sri Rahayu Menyususn materi mengenai
pengertian, komponen, dan tujuan
komunikasi interpersonal
Membuat bab I (pendahuluan)
Membuat bab III (penutup)
Disa Hastaria Menyusun materi mengenai fungsi dan
proses komunikasi interpersonal
Mengedit bahan presentasi
Ayu Sekarini Menyusun materi mengenai teori
hubungan interpersonal, ciri-ciri
hubungan interpersonal
Fairuz Azkia Menyusun materi mengenai system
komunikasi interpersonal
Asri Kania Menyusun materi mengenai etika
komunikasi interpersonal
Syifa Nuraprilia Menyusun materi mengenai efektivitas
komunikasi interpersonal (
Miftah Maulana Menyusun materi mengenai kelebihan
dan kekurangan komunikasi
interpersonal, dan siklus hubungan
interpersonal
Ajeng ayu Menyusun materi mengenai hambatan
dalam komunikasi interpersonal dan
jenis komunikasi interpersonal