Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perilaku organisasi

Dosen pengampuh : Ibu Ade Irma Suriani

Disusun oleh Kelompok 4 :

 Fara Embarkasi (22130040)


 Tania Stephanie Wagiu (22130028)
 Gufran Ramadhan (22130076)
 Adinda Salsabila (22130080)
 Rizky Ramadhan (22132129)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS AZLAM

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wrb, Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan pertolongannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat adalah sebagai media pembelajaran di Universitas
Azlam terkhususnya Fakuktas Ekonomi dalam rangka memenuhi tugas diperguruan tinggi
yang berkaitan dengan bahan pembelajaran. Makalah ini bertujuan menambah wawasan
kepada pembaca tentang “Perilaku Organisasi”.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata pelajaran
Manajemen Risiko, berkat tugas yang diberikan ini, sehingga dapat menambah wawasan
penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
kata atau kalimat dan tata letak dalam makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan
kekhilafan, baik kata atau kalimat dan tata letak. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah
ini, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Dan akhirnya semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca, penyusun dan mahasiswa.

Palu, 4 Oktober 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1. Pengertian Persepsi..................................................................................................6
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi......................................................................6
2.3. Teori Atribusi...........................................................................................................6
2.4. Tiga Penentu Teori Atribusi....................................................................................7
2.5. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum...........................................7
2.6. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual......................9
2.7. Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi...........................9
2.8. Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi..........................................................10
2.9. Tiga Kriteria Keputusan Etis.................................................................................12
2.10. Kreativitas dan Model tiga tahap dari Kreativitas..............................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi telah berkembang dengan sangat


cepat dan turut berperan pada kemajuan media komunikasi massa dalam hal ini adalah media
sosial. Oleh karena itu, manusia harus mampu untuk beradaptasi terhadap ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yang semakin berkembang di sekitar kehidupan dan saat ini kita telah
memasuki era komunikasi.Dengan perkembangan teknologi, membuat peralatan dan aplikasi
teknologi komunikasi yang besifat cepat, berkualitas serta sangat bermanfaat bagi
penggunanya. Hal ini dapat dirasakan dengan pemanfaatan radio, televisi, handphone ,
komputer, laptop, serta jaringan internet yang membantu kehidupan berkomunikasi manusia
semakin mudah.

Media merupakan unsur dari proses komunikasi, media dapat menciptakan suatu situasi
dan kondisi dimana khalayak secara bersamaan dapat memperoleh informasi atau pesan yang
di komunikasikannya. Media sosial ini merupakan media baru yang hadirnya berdasarkan
inovasi-inovasi dari media konvensional seperti televise, radio, Koran, dan majalah. Saat ini,
media sosial telah mencakup semua kemampuan untuk berkomunikasi melalui jaringan
internet yang aktif.

Dari sekian banyak media massa yang menjadi fenomena komunikasi, media instagram
yang di sebut dengan media untuk membuat foto dan video serta menguploadnya dengan
waktu cepat dan telah menjadi sorotan masyarakat terutama para kaum muda yang
menggunakan media instagram ini mendominasi dibandingkan para orang-orang tua. Namun,
setiap perkembangan teknologi yang menciptakan media-media baru bagi masyarakat
tentunya memiliki nilai tersendiri, bermanfaat atau tidaknya media tersebut tergantung
kepada para penggunannya masing-masing.

Komunikasi adalah hal yang paling penting didalam sebuah organisasi, komunikasisangat
tergantung pada persepsi dan sebaiknya persepsi juga tergantung padakomunikasi.
Komunikasi timbul karena seseorang ingin menyampaikan informasikepada orang lain.
Informasi ini membuat seseorang sama pengertiannya denganorang lain dan ada
kemungkinan berlainan, karena informasi yang dikomunikasikantersebut membuat orang-
orang mempunyai kesamaan dan perbedaan ini disebabkan persepsi orang-orang yang
terlibat dalam proses komunikasi tersebut.

Komunikasi merupakan hal yang amat penting dalam perilaku organisasi.


Sayangnya,komunikasi yang amat penting ini jarang dapat dimengerti secara jelas
sehinggamenimbulkan beberapa hambatan. Komunikasi tidak sekedar proses
penyampaiainformasi yang simbol-simbolnya dapat dilihat, didengar dan dimengerti, tetapi
proses penyampaian informasi secara kesuluruhan termasuk didalamnya perasaan dan
sikapdari orang yang menyampaikan tersebut. Pada umumnya, seseorang menangkaphanya
informasi saja dan dilupakan bagaimana perasaan dan sikap dari orang yangmempunyai
informasi tersebut. Itulah sebabnya banyak terjadinya hambatan-hambatan yang dijumpai

4
dalam praktek organisasi.Pada makalah ini akan lebih fokus membahas bagaimana presepsi
dann komunikasi didalam organisasi yang mengutip dari beberapa buku komunikasi
organisasi dan lainnya yang berhubungan dengan persepsi dan komunikasi dalam organisasi.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa itu Persepsi?


2) Mengapa persepsi penting dalam komunikasi? 3.Bagaimana proses terjadinya
persepsi?
3) Apa saja macam – macam persepsi?
4) Apa penyebab perbedaan persepsi?
5) Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi?

1.3. Tujuan

1) Mengetahui pengertian persepsi.


2) Mengetahui peran persepsi dalam komunikasi. Mengetahui proses terjadinya persepsi.
3) Mengetahui macam-macam persepsi.
4) Mengetahui penyebab adanya perbedaan persepsi.
5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Persepsi

Persepsi menurut Stephen P. Robbins adalah proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan
mereka. Menurut manahan, persepsi adalah gambaran seseorang tentang suatu obyek yang
menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi. Jadi persepsi dapat diartikan sebagai
suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan indera mereka agar memeberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan
persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka
persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Bagaimana kita menjelaskan bahwa individu dapat melihat hal yang sama. Namun
mengartikannya secara berbeda. Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang
mengubah persepsi.

Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1) Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif,
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau
motif yang tidak dipuaskan akan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi
mereka.
2) Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan dan
atribut- atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya
saja suatu gambar atau lukisan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang
yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-
sama pula.
3) Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita
yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di
mall, namun jika ia berada di pasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki
akan memandangnya.

2.3. Teori Atribusi

Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung
pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa ketika kita
mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan apakah itu disebabkan dari
internal atau eksternal.

 Atribusi Internal

6
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap,
sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak memperoleh
nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu malas, terlalu banyak main,
atau bodoh.

 Atribusi eksternal

Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri orang
yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya
dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang tuanya bercerai, hubungan yang
jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang tidak menarik.

2.4. Tiga Penentu Teori Atribusi

a) Konsensus

Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa
tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku cenderung
dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin banyak yang melakukannya,
makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.

b) Konsistensi

Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang
sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”, konsistensinya tinggi,
kalau “tidak”, konsistensinya rendah.

c) Distingsi atau kekhususan

Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau
peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang
memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan
orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.

2.5. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum

a) Persepsi Selektif (Selective Perpection)

Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang liat dalam
basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena itu, tidak mungkin
bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita dapat mengambil hanya
rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita membaca orang lain dengan cepat,
tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang tidak akurat. Kita dapat menggambarkan
kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari sebuah keadaan yang ambigu.

b) Efek Halo (Halo Effect)

7
Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang indivdu
berdasarkan karakteristik tunggal.

Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan sebuah daftar -
daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta hangat. Subjek diminta untuk
mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai orang itu bijaksana,
humoris, populer, dan imajinatif. Ketikaa daftar yang sama menggantukan “dingin” dengan
“hangat”, satu gambaran yang benar-benar berbeda muncul. Subjek membuat sebuah sifat
tunggal yang mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang lain yang mereka nilai.

c) Efek Kontras (Contrast Effect)

Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang
baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam karakteristik yang sama.

d) Stereotip (Stereotype)

Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat seperti


: “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih tua tidak dapat
mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja keras dan hati- hati”,
merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.

Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah alam sadar,
membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip adalah adanya
generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika
diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.

Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :

1. Wawancara Kerja

Riset membuktikan kita dapat membentuk kesan atas orang lain hanya dalam 10 detik,
berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita
mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja,
tetapi bahwa mengumpulkan semua masukan dari banyak elevator independen dapat menjadi
lebih prediktif. Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5
menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh dari awal wawancara
membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang diperoleh sedudahnya.

2. Ekspektasi Kinerja

Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku seorang
individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi menjadi realita

3. Evaluasi Kinerja

8
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian bisa jadi
objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif. Tentu ini adalah peikiran
yang keliru.

2.6. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual

Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih alternatif. Oleh
karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku
organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihanya sangat
dipengaruhi oleh persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang dihadapi. Yaitu
perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan, yang mengharuskan kita
untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang masalah yang kita alami dapat
menjadi kondisi yang menyenangkan bagi orang lain.

Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi informasi


yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber yang perlu kita
saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang
tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan
alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses
perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan
perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

2.7. Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi

A. Pengambilan keputusan rasional

Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan


nilai dalam batasan-batasan tertentu.

Enam langkah model pengambilan keputusan rasional :

1) Mendefinisikan masalahnya

Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan dihadapi

2) Mengidentifikasikan kriteria keputusan

Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah
ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat
keputusan

3) Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya

Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar dalam
mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria

9
4) Membuat alternatif

Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin bisa berhasi l
menyelesaikan masalah

5) Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria

Pembuat keputusan harus menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif dengan seksama.
Kelebihan dan kekurangaan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternafif tersebut
dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh dari langkah kedua dan ketiga

6) Memperhitungkan keputusan yang optimal

Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria berbobor dan


memilih alternatif dengan skror total tertinggi

B. Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )

Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model yang disederhanakan


yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa menangkap semua
kompleksitasnya.

C. Intuisi ( Intiutive decision making )

Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh pengambilan
keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan
antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan secara efektif di bebankan
berarti melibatkan emosi.

2.8. Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi

A. Perbedaan Individu
 Kepribadian

Tentu setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari kepribadian yg memiliki kehati-hatian
dan harga diri. Kehati-hatian bisa mempengaruhi eskalasi komitmen, khususnya aspek
kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Harga diri juga juga
mempengaruhi pengambilan keputusan pada dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi
sangat termotivasi untuk mempertahankan keputusannya, sehingga mereka menggunakan
bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya, mereka menyalakan orang lain atas
kegagalannya dan mengambil kredit atas kesuksesannya.

 Jenis Kelamin

Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dala
pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama, dari
segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu memikirkan masalah. Dua puluh tahun
studi mendapati wanita menghabiskan lebih banak waktu dibandingkan pria dalam

10
menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan, wanita hampir dua kali lebih banyak
dari pria dalam mengembangkan depresi.

 Kemampuan Mental

Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu
memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin mengekspekasikan mereka juga
lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan umum, karna orang yang lebih cerdas
itu lebih baik dalam menghindari kesalahan logis seperti silog isme salah atau kesalahan
interpretasi data.

 Perbedaan Budaya

Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas, kepercayaan dalam


kemampuan orang memecahkan masalah, dan prefensi pengambilan keputusan kolektif.
Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lain fokus pada
menerima situasi sebagaimana adanya, Amerika Serikat masuk dalam kategori
memecahkan masalah sedangkan Thailand dan Indonesia termasuk dalam negara yang
menerima situasi sebagaimana adanya.

B. Batasan Organisasi
 Evaluasi Kinerja

Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika seorang
manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya
beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita akan mendapati manajer
pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi
negatif yang sampai padanya.

 Sistem Imbalan

Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengna menyarankan


pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi
menghargai pengindraan risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan
konservatif. Dari tahun 1930-an General Motors secara konsisten memberikan promosi
dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan menghindari kontroversi. Eksekutif
ini menjadi ahli dalam menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-keputusan
kontroversial pada komite.

 Peraturan Baku

Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan


mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian,
mereka membaasi pilihan-pilihan keputusan.

 Batasan Waktu Akibat Sistem

11
Hampir smeua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit. Sebuah laporan
tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap ditinjau komite eksklusif tanggal
pertama bulan tersebut. Kondisi-kondisi demikian sering membuat sulit, jika tidak
mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua informasi sebelum mengambil
keputusan.

 Contoh Historis

Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah konteks.
Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan; yang dibuat di
masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan- pilihan sekarang.
Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini
adalah anggaran tahun lalu. Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil
dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

2.9. Tiga Kriteria Keputusan Etis

A. Kriteria Utilitarianisme

Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil atau
konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan kebaikan besar
pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi keputusan bisnis dan konsisten
dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi. Misalnya, dengan
memaksimalkan laba seorang pembisnis dapat memperlihatkan bahwa dia mendapatkan
kebaikan dalam jumlah terbanyak dan ketika ia mengeluarkan peringatan pencatatan untuk 15
persen karyawannya.

B. Kriteria Etis yang Terfokus Pada Hak

Kriteria etis yang terfokus pada hak adalah membuat keputusan yang konsisten dengan
kemerdekaan dan hak fundamental. Sebuah penekanan pada hak dalam pengambilan
keputusan berarti menghormati dan melindungi hak asasi manusia seperti hak pribadi,
berbicara dengan bebas, dan berhubungan dengan proses. Penggunaan kriteria ini dapat
melindungi pembocor rahasia (whistle-brower) individu yang melaporkan perbuatan-
perbuatan tidak etis atau ilegal dari pemberi kerja mereka kepada pihak luar ketika mereka
mengungkapkan perbuatan-perbuatan tidak etis oleh organisasi mereka kepada pers atau
agensi-agensi pemerintahan dengan dasar hak untuk berbicara dengan bebas.

C. Kriteria Terfokus pada Keadilan

Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan individu untuk menentukan dan
menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan adil sehingga terdapat distribusi laba dan
biaya secara adil. Anggota-anggota serikat kerja biasanya menyukai pandangan ini ,
pandangan ini membenarkan pemberian bayaran yang sama untuk setiap individu atas
pekerjaan tertentu, tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan kinerja,dan penggunaan
senioritas sebagai penentu utama dalam membuat keputusan-keputusan pemberhentian.

12
Tiap-tiap kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan. Kriteria utilitarianisme meningkatkan
efisiensi dan produktivitas, tetapi padat mengakibatkan pengabaian hak- hak beberapa
individu, terutama individu-individu yang memiliki perwakilan minoritas dan organisasi.
Penggunaan hak sebagai kriteria melindungi individu dari luka dan konsisten dengan
kebebasan dan privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan sebuah lingkungan kerja yang
terlalu sesuai dengan hukum yang menghalangi produktivitas dan efisiensi. Kriteria fokus
pada keadilan melindungu kepentingan individu-individu yang tidak mempunyai perwakilan
yang cukup dan tidak begitu kuat, tetapi kriteria ini bisa mendorong rasa pemberian hak yang
mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas. Para pembuat keputusan,
terutama organisasi-organisasi pencari laba, cenderung merasa aman dan nyaman ketika
mereka menggunakan utilitarianisme. Banyak tindakan yang meragukan bisa dibenarkan
ketika disusun dalam kepentingan organisasi dan pemegang saham.

2.10. Kreativitas dan Model tiga tahap dari Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses
timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-
ciri aptitude maupun non aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang
sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

2. Model tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )


 Sebab ( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)
 Perilaku kreatif, dan
 Hasil kreatif ( inovasi)
3. Perilaku Kreatif

Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku kreatif :

1) Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan sebuah


masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.
2) Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang
mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3) Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan solusi –
solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang
relevan.
4) Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik.
4. Penyebab perilaku kreatif Terbagi menjadi tiga sebab :
1) Potensi Kreatif
2) Lingkungan Kreatif
3) Keluaran dari Kreatif (inovasi)

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari studi perilaku organisasi adalah bahwa pemahaman terhadap interaksi
manusia dalam konteks organisasi sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Studi ini
mengungkapkan kompleksitas motivasi individu, pentingnya komunikasi efektif, peran kunci
kepemimpinan, pengelolaan konflik yang baik, serta peran budaya organisasi dalam
membentuk lingkungan kerja. Organisasi yang mampu mengambil pelajaran dari perilaku
organisasi dapat meningkatkan produktivitas, kinerja, dan adaptabilitas mereka, sehingga
memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan jangka panjang mereka.

14
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. H. (2012). Manajemen Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Prastowo, A. (2016). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.

Wibowo, A. (2014). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyadi, D. (2014). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba


Empat.

Simamora, H. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Sudarmanto, M. B. (2018). Teori Motivasi dan Aplikasinya dalam Manajemen. Jakarta: PT.
Grasindo.

Suryana, Y. (2018). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Penerapannya. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Gaspersz, V. (2016). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai