Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Komunikasi

Oleh :
Putri Nirwana (1970201404)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PRODI ILMU KOMUNIKASI (A)
PKUB UMT KOTA SERANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan.
Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Komunikasi Perkantoran.
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun, demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENNDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal...........................................................3
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal.....................................................4
2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal..........................................................4
2.1.3 Fungsi Komunikasi Interpersonal............................................................7
2.1.4 Jenis Komunikasi Interpesonal................................................................9
2.1.5 Proses Komunikasi Interpersonal..........................................................11
2.2 Hubungan Interpersonal....................................................................................12
2.2.1 Teori Hubungan Interpersonal...............................................................12
2.2.2 Ciri-ciri Hubungan Interpersonal...........................................................18
2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal..............................................................20
2.3.1 Komunikasi Interpresonal Yang Efektif................................................21
2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif....................................27
2.4 Sistem Komunikasi Interpersonal.............................................................28
2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem............................................28
2.4.2 Aturan dan Harapan.........................................................................35
2.4.3 Persepsi..................................................................................................35
2.5Etika Komunikasi Interpersonal........................................................................38
2.5.1 Pengertian Etika.....................................................................................46
2.5.2 Aliran Etika............................................................................................47
2.5.3 Dasar-dasar Etika...................................................................................48

iii
2.6Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Interpersonal..................................51
2.6.1 Kelebihan Komunikasi Interpersonal....................................................51
2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal.............................................52
2.7Hambatan Komunikasi Interpersonal................................................................54
BAB III PENUTUP.............................................................................................58
3.1 Simpulan...............................................................................................................58
3.2 Saran.....................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga
kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling mendasar.
Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat
meluas jangkauannya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis
hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa,
yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling
mendalam dan relatif permanen
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain atau pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini,
komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus
membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi. Komunikasi
interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan
hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu
setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin kerjasama
untuk bisa bertahan hidup.
Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami hambatan
berupa perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik
yang disebabkan oleh kesalahfahaman dalam berkomunikasi secara interpersonal.
Menghadapi situasi seperti ini, maka kita perlu memiliki pengetahuan mengenai
cara berkomunikasi yang baik dan efektif.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan agar kita dapat menjalin interaksi dan melaksanakan aktivitas dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi formal.
Lebih penting lagi ketika aktivitas di dalam lingkungan pekerjaan dimana
sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

1
Maka dari itu, kemampuan atau soft skill komunikasi interpersonal
sangatlah penting. Untuk bisa meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal, tentunya kita harus paham dan mengerti apa dan bagaimana
sesungguhnya komunikasi interpersonal itu. Sehingga, penulis tertarik untuk
menyusun sebuah makalah dengan judul “Komunikasi Interpersonal”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar komunikasi interpersonal?
2. Bagaimana proses komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal?
4. Bagaimana etika komunikasi interpersonal?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan komunikasi interpersonal?
6. Apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi interpersonal?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar komunikasi interpersonal?
2. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal?
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal?
4. Untuk mengetahui bagaimana etika komunikasi interpersonal?
5. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan komunikasi
interpersonal?
6. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi
interpersonal?
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan memiliki manfaat untuk pembaca
agar memahami mengenai konsepsi komunikasi interpersonal sehingga dapat
menggunakan komunikasi interpersonal secara efektif dalam berbagai aktivitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal


Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia
akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi, karena tanpa komunikasi,
interaksi antar manusia secara perorangan, kelompok ataupun organisasi, tidak
mungkin dapat terjadi.
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari
bahasa latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna
mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ataupun kepentingan
tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan
dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung
oleh penyampai pesan. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap,
pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui
media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal balik antara
penyampain pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan komunikan.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian seseorang terhadap
orang lain (Effendy, 2007, p. 9).
Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang
bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan
di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal diawali
dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti: umur,
tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada akhirnya
pembicaraan tersebut berkembang pada masalah-masalah yang lebih spesifik,

3
seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi
interpersonal (Sendjaja, 2004).
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi antara
dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yanh vital dalam
organisasi karena komunikasi diperlukan bagi evektifitas kepemimpinan,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan , manajemen konfilk, serta proses-
proses organisasi lainnya.
Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi ulama dalam
berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama
lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu
percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini
membantu kita memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan
berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan
realitas sosial . Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai
area sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan
organisasi.
2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif
(Fajar, 2009, p. 80) yaitu:
1. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai
alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan
demikian komunikasi antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku
seseorang.
2. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari komunikasi
antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat
hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang
dunia luar.
Menurut Widjaja dalam bukunya (2010, p. 8) Fungsi komunikasi antar
pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha meningkatkan hubungan

4
insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang
lain.
Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan
diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang
bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya karena memiliki pasangan hidup.
Melalui komunikasi interpersonal juga dapat berusaha membina hubungan baik,
sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik yang terjadi
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan
tertentu. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam komunikasi interpersonal
adalah: 1) menyampaikan informasi; 2) berbagi pengalaman; 3) menumbuhkan
simpati; 4) melakukan kerja sama; 5) menceritakan kekesalan atau kekecewaan;
6) menumbuhkan motivasi (Purwanto, 2011, p. 27).
Tujuan komunikasi interpersonal yang utama adalah sebagai berikut:
1. Menemukan diri sendiri
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan saling
membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh
informasi berharga untuk mengenali jati diri, atau dengan kata lain
menemukan diri sendiri (Suranto, 2011, p. 20). Melalui komunikasi
interpersonal pula kita dapat belajar bagaimana kita belajar menghadapi orang
lain, apa kekuatan dan kelemahan kita, dan siapa yang kita sukai atau tidak.
2. Menemukan dunia luar
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih banyak
tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu
menjadikan kita memahami dunia luar, dan kita dapat lebih banyak
mendapatkan informasi. Bahkan kepercayaan, kenyataan, sikap dan nilai-nilai
kita secara tidak langsung dan tanpa sadar dipengarui lebih banyak oleh
pertemuan interpersonal daipada oleh media atau pendidikan formal.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

5
Sebagian besar waktu kita digunakan untuk berkomunikasi secara
interpersonal dengan orang lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan
membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian
dapat membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup
saling berbagi, dan pada umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang
diri kita.
4. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling efektif dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah sikap seseorang. Dalam
prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi,
berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab
pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman.
Setiap pengalaman akan memberikan makna pada situasi kehidupan manusia,
termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya
perubahan sikap. Misalnya seorang ayah menginginkan anaknya agar ada
perubahan sikap dan perilaku agar anaknya meningkatkan intensitas
belajarnya, dan mengurangi ketergantungan memainkan hand phone dan
internet.
5. Untuk bermain dan kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujaun utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita,
berdiskusi, bercerita hal-hal ringan dan lucu, kegiatan komunikasi semacam
itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalma pikiran yang
memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6. Untuk membantu (konseling)
Ada beberapa profesi yang memang mengandalkan kemampuan
komunikasi interpersonal untuk menjalankan pekerjaannya, seperti seorang
ahli psikologi. Kita semua juga pada umumnya berfungsi membantu orang
lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Misalnya seorang remaja
curhat kepada sahabatnya mengenai putus cinta. Tanpa disadari bahwa tujuan
melakukan curhat tersebut adalah untuk mendapatkan bantuan pemikiran

6
sehingga didapat solusi yang terbaik. Contoh lain, seorang mahasiswa
berkonsultasi dengan dosen pembimbing akademik tentang suatu mata kuliah
yang sebaiknya diambil.
7. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk
menunjukan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk menghindari kesan
dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek (Suranto, 2011,
p. 19). Misalnya, seorang pemimpin bertanya kepada karyawannya mengenai
kabar karyawannya, sebenarnya mungkin pemimpin tersebut tidak bermaksud
mengorek jawaban dari karyawan mengenai keadaan diri dan kesehatannya
secara, namun hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesan positif kepada
karyawan dan tentunya menjaga hubungan yang baik dengan karyawan
tersebut.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan:
1. Fungsi Sosial
a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan
hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi
kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui
komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan
meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih
sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan
kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas
perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan
yang lain.
b) Mengembangkan hubungan timbal balik

7
Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang
arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau
nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau
menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi lagi setelah
menerima respons atau umpan balik dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi
hubungan timbal balik ini berfungsi sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat
komunikasi antar pribadi sehingga harapan-harap an dalam proses
komunikasi menjadi sungguh-sunguh terjadi.
c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.
Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai
siapa diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan
orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi
untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau
pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan
bahwa kita ada.
d) Menangani konflik
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui
situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita
tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi
lingkungan. Manusia bias menjadi sangat sensitive pada bahasa tubuh,
ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara yang akan membantu
individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan
reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat
mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian komunikasi
antarpribadi berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu
konflik didalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat.
2. Fungsi pengambilan keputusan
a) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi

8
Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat
memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini
komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan yang
dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan komunikasi.
b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif
dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau
informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan
komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara tidak langsung membujuk
kalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.

2.1.4 Jenis Komunikasi Interpesonal


Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan
jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c)
berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman
(Andi Nuraedah Nur, 2009, p. 4).
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan diadik dan hubungan triad. Hubungan diadik
merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan
orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas
hubungan diadik, dimana setiap hubungan diadik memiliki tujuan khusus,
individu dalam hubungan diadik menampilkan wajah yang berbeda dengan
‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diadik yang lain, dan pada
hubungan diadik berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang
unik atau khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan
diadik yang lain.
Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang.
Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau
kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih
didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil
melalui negosiasi).

9
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas
merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu
yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara
pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan
tugas, dan lainlain. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak
terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk
(baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat
dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama.
Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam
didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan
sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar
usaha kita untuk mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas,
masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau
impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar
kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh
pada
jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama
telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.

10
2.1.5 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya


kegiatan komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi interpersonal
adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya,
sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan
komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar
manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri
komunikator. Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula sejak motif
komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil
menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih
abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut
interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak
berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi.
Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder,
alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut
transmitter, alat pengirimpesan.
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan

11
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima
melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya
berhasil menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil
diurai kan dalam bentuk pesan.
2.2 Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan


oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang
kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua
belah pihak (Suranto, 2011, p. 27). Hubungan interpersonal dapat dilakukan di
berbagai aktivitas atau kegiatan, baik itu kegiatan pekerjaan, kesenian,
keagamaan, konferensi dan sebagainya.
2.2.1 Teori Hubungan Interpersonal

Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen dalam buku Jalaluddin


Rakhmat (1996, p. 120) menyebutkan ada empat buah teori atau model hubungan
interpersonal, yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang bahwa pola hubungan interpersonal mencapai
transaksi dagang. Hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung
mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing memperoleh
keuntungan dalam transaksi nya atau malah merugi. Jika memperoleh keuntungan
maka hubungan interpersonal berjalan mulus, tetapi jika merasa rugi maka
hubungan itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Dengan demikian, orang berniat untuk menjalani hubungan dengan orang lain
karena dilandasi oleh adanya keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu
memenuhi kebutuhannya. Asumsi teori ini, setiap individu secara sadar merasa

12
nyaman menjalain hubungan interpersonal hanya selama hubungan tersebut
mememuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
Menurut Jalaludin Rakhmat, ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa
uang, maupun bentuk penghargaan lainnya. Makna ganjaran bagi setiap individu
saling berbeda. Bagi orang yang tidak mampu secara ekonomi, ganjaran berupa
uang memiliki bila yang amat tinggi. Dengan demikian seseorang secara sukarela
menjalin hubungan dengan orang lain, sepanjang ganjaran berupa penghasilan
atau uang yang diharapakan itu dapat terwujud (1996, p. 121).
Namun bagi orang uang sudah sangat mapan secara ekonomi, ketika
menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain yang diharapkan bukan
ganjaran berupa uang, akan tetapi ganjaran berupa penghargaan dan penerimaan
sosial. Misalnya, orang kaya yang menyumbangkan sejumlah dana untuk
pembangunana di kampungnya, mengharapkan ganjaran berupa penerimaan sosial
oleh warga.
Dalam persepektif teori pertukaran sosial ini, ketika seseorang menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan
perhitungan tentang hasil atau laba dari hubungan itu. Laba adalah ganjarang
dikurangi biaya. Dalam pandangan teori ini, cara kerja orang mengevaluasi suatu
hubungan dengan orang lain adalah identik dengan cara yang dilakukan seorang
pedagang. Tatkala seorang pedagang merasa bahwa usahanya tidak mendatangkan
laba, maka dia akan banting stir untuk ganti usaha lain yang menguntungkan.
Begitupula dalam hubungan interpersonal, ketika seseorang merasa bahwa biaya
yang dikeluarkan terlalu banyak sementara ganjaran yang diharpakan gagal
diperoleh, maka orang tersebut akan mencari hubungan baru dengan orang lain.
Namun yang perlu diingat, bahwa ganjaran tidak selamanya berupa uang. Ada
ganjaran sosial yang tidak dapat dinilai dengan uang. Orang Jawa mempunyai
kata pepatah, “tuna satak, bathi sanak”. Kurang lebi memiliki makna, “rugi harta,
laba suara” Dengan memberikan menjalin hubungan tersebut, memang rugi harta
dan biaya (uang), tetapi memperoleh keuntunagn atau ganjaran berupa tambah
suadara.

13
2. Model Peranan
Model peranan melihat komunikasi interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan perananya sesuai dengan
“skenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang
mematuhi sekenario hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario maka
ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara (Suranto, 2011, p. 38).
Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila
seseorangn melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status ynag
dimilikinya dalam masyarakat, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan
adalah tingakah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau
status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan
tanpa kedudukan.
Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interepersonal akan
berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik yang ditandai adanya
kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan,
tuntutan peranan dan terhindar dari konflik peranan. Misalnya seorang suami
diharapkan dapat berperan sebagai pelindung. Contoh lain, seorang komandan
diharapkan berperan sebagai sosok yang tegas dan adil. Kalau peran itu dapat
dimainkan, maka hubungan interpersonal dengan anak buah akan berjalan lancar.
Namun ketika komandan tersebut serba ragu dalam mengambil keputusan, maka
dia tidak memenuhi harapan.
Tuntutan pertama adalah desakan keadaan yang memaksan individu
memainkan peranan tertentu yang sebenarnya tidak diharapkan. Dalam hubungan
interpersonal, kadang-kadang seseorang dipaksa untuk berperan sebagai Ketua
Rukun Warga (RW) di kampungnnya. Desakan warga memaksa sang petani
memainkan peran sebagai pemuka masyarakat. Apabila dia bermain memainkan
peran yang dituntut warga, maka hubungan interpersonal di masyarakat relatif
nyaman.
Konflik peranan terjadi ketika individu tidak sanggup mempertemukan
berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif, misalnya seorang ibu yang berperan
pula sebagai seorang guru untuk menangani perkara anaknya yang sering

14
membuat keributan di sekolah. Dapatkan dia berperan sebagai seorang ibu yang
harus menyelamatkan anaknya dari sanksi yang diberikan sekolah? Sementara
sebagai guru harus melakukan tindakan yang baik dapat dicontohkan semua
siswa.
3. Model permainan
Menurut teroi ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu: anak-
anak, orang deawasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak mengerti
tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan mengangis
meraung-raung, berguling-guling di tanah, atau ngambek dan cuek kepada semua
orang tidak menuruti keamauannya.
Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar
akibat dan risiko. Kalau orang dewasa berbuat, harus berani bertanggung jawab.
Jadi berbeda dengan anak-anak. Kalau anak-anak melakukan kesalahan bahkan
yang menjurus kriminal, anaka-anak tidak boleh dihukum. Artinya, bagi anak-
anak belum waktunya harus mempertanggungjawabkan perbuatan dengan
menerima sanksi hukum formal. Tetapi kalau orang deawasa, segala tindakannya
harus sudah dipertimbangkan dengan logika dan perasaan.
Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan selalu
menyayangi. Oleh karena itu orang tua lebih sabar dan bijaksana. Istilahnya orang
tua itu sudah lebih banyak “makan garam” dibandingkan anak-anak dan orang
dewasa. Artinya, sudah banyak pengalaman, sehingga dianggap tabu melakukan
kesalahan. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis
terguling-guling ketika minta uang tidak dipenuhi oleh orangtuanya, tetapi orang
akan heran jika ada orang tua yang masih bersikap kenak-kanakan.
Suasana rumah tangga, dan hubunan antarmanusia dalam masyarakat juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap
dan perilaku yang semestinya ditunjukkan sesuai dengan sifat kodratnya. Jika
tidak demikian, artinya ada orang dewasa berperilaku seperti anak-anaka, atau ada
orang tua berperilaku seperti remaja, tentu dapat mengakibatkan suasana
hubunagan antarmanusia dalam kehidupan sosial menjadi kurang nyaman.
Demikian juga hubunan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan.

15
4. Model interaksional
Model interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem. Setiap sistem terdiri dari subsistem-sistem atau komponen-komponen
yang saling tegantung dan berindak bersama sebagai suatu kesatuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Johnson, Kast, & RozenZweig menjelaskan ada tiga
komponen sistem, yaitu input, proses (pengolah), dan output. Input merupakan
komponen penggerak; proses (pengolah) merupakan sistem operasi; output
menggambarkan hasil-hasil kerja sama (Suranto, 2011, p. 40).
Menurut model interksional ini, hubungan interpersonal adalah merupakan
suatu proses interaksi. Masing-masing orang ketika akan berinteraksi pasti sudah
memiliki tujuan, harpan, kepentingan, perasan suka atau benci, perasaan tertekan
atau bebas, dan sebagainya yang semuanya itu merupakan intput. Selanjutnya,
input menjadi komponen penggerak yang akan memberi dampak situasi tertentu
terhadap proses hubungan antar manusia. Output dari proses hubungan
antarmanusia itu bermacam-macam, tetapi sekurang-kurangnya masing-masing
pihak yang terlibat dalam interaksi hubungan interpersonal ini telah memperoleh
pengalaman tertentu. Nilai output, sehingga setiap orang yang berinteraksi dalam
hubungan interpersonal itu akan berbeda dengan sebelum berinteraksi.
Terjadinya hubungan interpersonal disebabkan oleh adanya input, yaitu
suatu hasrat tertentu yang menggerkkan perilaku. Misalnya untuk menepis situasi
yang sepi, Anda mengontrak teman Anda. Maka dalam hal ini ada input adalah
berupa keinginan mengusir perasaan kesepian yang menggerakkan Anda untuk
menghubungi teman. Maka terjadilah proses berupa perbincanagna antara Anda
dengan Anda. Dari proses perbincangan ini menghasilkan outpu misalnya
diperolehnya suasana kehangatan.
Adapula teori mengenai hubungan interpersonal yaitu Teori Tembusan
Sosial dan Teori Pengurangan Ketidakpastian.
1. Teori Tembusan Sosial (Social Penetration Theory)
Teori ini diutarakan oleh Altman & Taylor. Teori Tembusan Sosial (Social
Penetration Theory) mengatakan dalam proses menjalin hubungan,

16
komunikasi berubah daripada tahap cetek, tidak intim kepada tahap yang lebih
mendalam dan pribadi dalam jang masa tertentu.
Dalam konteks ini proses komunikasi interpersonal adalah proses
tembusan sosial yang betujuan untuk berkongsi maklumat tentang diri dengan
pasangan masing-masing. Oleh karena itu kita boleh samakan proses
komunikasi interpersonal sebagai proses tembusan sosial. Menurut Altman
dan Taylor, lebih banyak yang kita ketahui tentang pasangan kita, lebih
pribadi sifat komunikasi kita.
Proses pembentukan hubungan di antara dua individu dilihat oleh Altman
dan Taylor sebagai proses menembusi lapisan bawang besar. Kita tentu biasa
dengan sebiji bawang besar, yang kita gunakan untuk memasak. Bawang
mengandung lapisan luar atau kuli yang nipis, diikuti dengan lapisan-lapisan
lain yang semakin ke dalam semakin kuat dan padat. Begitu jugalah dengan
lapisan personaliti diri kita. Kalau semua orang tahu kulit bawang, begitu
jugalah semua orang tahu bagian luar kita.
Proses mengetahui seseorang sebenarnya seperti demikian, kita perlu
menembus kulit bawang supaya dapat masuk ke lapisan bawah kulit dan
seterusnya ke bagian tengah bawang. Kita hanya bisa tahu isi bawang selepas
menembusnya. Maka kita bisa tahu tentang diri orang lain jika kita dapat
berkomunikasi denganya.
2. Teori Pengurangan Ketidakpastian (uncertainty reduction theory)
Teori ini diutarakan oleh Berger. Teori pengurangan ketidakpastian
memberi tumpuan terhadap komunikasi manusia bagi mendapatkan satu sama
lain. Selama kita berkomukasi, sebenarnya kira mempunyai tujuan untuk
mengetahui tentang individu lain. Darimana asalnya, mengapa dia berjumpa
dengan kita, apakah latar belakangnya, apakah niatnya terhadap kita dan
berbagai persoalan yang ditimbul di fikiran kita. Perkara-perkara ini
mempengaruhi kita untuk bertanya, memberi jawaban ataupun berdiam diri
bila kita berjumpa seseorang yang tidak kita kenali buat pertama kali. Teori
Pengurang Ketidakpastian ini mengatakan apabila kita berjumpa seseorang
yang kita tidak kenali sebelumnya, kita merasa tidak pasti (uncertain).

17
2.2.2 Ciri-ciri Hubungan Interpersonal

Pada hakikatnya, seseorang menjalin huubungan dengan orang lain


bukanlah sekedar ingin membangun relasi atau hubungan saja, hubungan
interpersonal bukan suatu keadaan yang pasif melainkan suatu aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk mengenali lebih jauh tentang karakteristik hubungan interpersonal,
dikemukakan beberapa ciri mengenai hubungan interpersonal sebagaimana
diuraikan berikut ini (Suranto, 2011):
a. Mengenal secara dekat
Artinya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal
saling mengenal secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak
hanya saling mengenal identitas pokok seperti nama, alamat, status
perkawinan, dan pekerjaan. Namun lebih dari semua itu, kedua belah pihak
saling mengenal berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti: mengetahui nomor
telepon selulernya, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya, teman
dekatnya, dan sebagainya.
Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri
pribadi orang lain, hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan
interpersonal.
b. Saling memerlukan
Hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan saling menguntukan
secara dua arah dan saling memerlukan. Sekurang-kurangnya kedua belah
pihak merasa saling memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi,
bekerjasama, saling memberi dan menerima. Dengan demikian adanya rasa
saling memerlukan dan saling mendapatkan manfaat ini akan menjadi tali
pengikat kelangsungan hubungan interpersonal. Apabila ada satu pihak merasa
tidak lagi memperoleh manfaat, maka keadaan seperti ini dapat dipakai
sebagai alasan terjadinya “putus” hubungan interpesonal.
c. Pola hubungan antarpribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap keterbukaan
dianatar keduanya.

18
Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi
diantara kedua belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat
menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi
bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik, justru menjadi
peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan.
d. Kerjasama
Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentuingan yang sama dan pada saat yang
bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri
sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Hubungan
interpersonal yang dikategorikan memiliki kadar atau kualitas yang baik, tidak
saja menunjukkan adanya interkaksi harmonis yang bertahan lama, namun
juga mengarah tercapainya kerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama:
a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong.
Kerjasama ini dilandasi oleh keikhlasan sosial. Masing-masing pihak
menyadari bahwa hubungan interpersonal itu tujuannya adalah untuk
mengukuhkan pertemanan.
b. Bargaining, yaitu pelaksanaaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa-jasa anatar dua orang atau lebih. Kerjasama
semacam ini didahului dengan kesepakatan dan perjanjian.
Tercapaianya kesepakatan itu senditi disebabkan oleh keyakinan
kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan.
c. Ko-optasi (Co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-
unsur baru dalam suatu hubungan interpersonal, sebagai salah satu
cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi
hubungan interpersonal yang bersangkutan. Misalnya setelah
menempuh waktu yang cukup lama, perjanjian dalam bargaining
dilakukan penyesuaian terhadap buti kesepakatan baru.
d. Koalisi (coalition) yakni kombinasi antara daya organisasi atau
lebih mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat
menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu

19
karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
strukrur yang tidak sama antara satudengan lainnya.
e. Joint-Venture, yaitu kerja sama dalam pengusaha proyek-proyek
tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambngan batu-batuan,
perfilman, perhotelan, dan seterusnya.
Kemudian Menurut Barnuld, Komunikasi antarpribadi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Bersifat spontan;
b. Tidak berstruktur;
c. Terjadi secarra kebetulan;
d. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan;
e. Identitas keanggotaanya tidak jelas;
f. Terjadi hanya sambil lalu.
Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara
beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers adalah sebagi
berikut:
a. Arus pesan cenderung dua arah;
b. Konteks komunikasinya dua arah;
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi;
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, teruatama selektivitas
keterpaan tinggi;
e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat;
f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap

2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Mahmudi (2005, p. 92) efektivitas merupakan hubungan antara


output yang dihasilkan dengan tujuan, semakin besar kontribusi output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi di dalam program atau
kegiatan. . Adapun Prasetyo Budi Saksono mengatakan efektivitas adalah

20
seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang
diharapkan dari sejumlah input.
Sehingga efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas,dan waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Komunikasi interpersonal yang efektif ditandai dengan hubungan
interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan
kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Komunikasi
interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal
barangkali yang penting. Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat
kecil saja bila ada hubungan baik di antara komunikan.

2.3.1 Komunikasi Interpresonal Yang Efektif

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum


yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality) (Devito, 1997).
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpesonal. Pertama, komunikator antarpesonal yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Sebaliknya harus ada
kesedian untuk membuka diri untuk mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan. Kedua,mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Contoh, orang yang diam tidak
kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjenuhkan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran
terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab
atasnya.

21
2.    Empati
Henry Backrack (Cangara, 1998) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain
pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata
orang lain. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka
untuk masa mendatang. Pengertian empati ini akan membuat seseorang lebih
mampu menyesuaikan komunikasinya, misalnya apa yang anda katakan atau
bagaima anda mengatakannya.
3.    Sikap mendukung
Hubungan antarpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Maksudnya
satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang
disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar, 2009, p. 84) menyebutkan tiga perilaku
menimbulkan sikap suportif, yakni Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic,
dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpersonal
dengan sedikitnya dua cara:
a. Menyatakan sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
b. Perasaan positif pada suatu situasi komunikasi pada umumnya sangat
Sikap positif dapat ditunjukan dengan berbagai macam perilaku dan sifat.
Contohnya menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak
menaruh curiga secara berlebihan, memberikan pujian dan penghargaan,
komitmen dalam kerjasama.
5. Kesetaraan
Konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang
pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak
lain.kesetaraan tidak mengharuskan Dalam setiap situasi, barangkali terjadi

22
ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih
tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua
orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan
ini, komunikasi antarpersona akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan antar
persona yang ditandai dengan kesetaraan ketidak-sependapatan dan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal
pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif
tak bersyarat” kepada orang lain.
Contoh perilaku yang menunjukan kesetaraan antara lain:
a. Menempatkan diri setara dengan orang lain
b. Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
c. Mengakui pentingnya kehadiran orang lain
d. Tidak memaksa kehendak
e. Komunikasi dua arah
f. Saling memerlukan
g. Suasana komunikasi akrab dan nyaman

Keefektifan komunikasi interpersonal dapat pula dijelaskan dari prespektif


The 5 Inevitable Laws of Effective Communication atau lima hukum komunikasi
efektif (ajimahendra.blogspot.com). Lima hukum itu meliputi: Respect, Empathy,
Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini
relevan dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana
meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respom positif dari
orang lain.
1. Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang
efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi

23
sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling merhargai
merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang
lain.
2. Empathy
Empathy (empati) dalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita
pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Komunikasi empatik
dilakukan dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita
dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan
meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara
dan sikap yang akan memudahkan penerimaan komunikan menerimanya.
Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengertikan atau
dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih
dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible
berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke
empat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi
interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan.
5. Humble
Hukum ke lima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif
adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya
didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Jika komunikasi yang kita

24
bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka
kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal, yang dapat
menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan.
Komunikasi interpersonal yang tidak mempertimbangkan keadaan
komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu arah, dan
seringkali menjengkelkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya Jalaludin Rakhmat dalam bahwa komunikasi
antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi
interpersonal; dan hubungan interpersonal (Cangara, 2007).
1. Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan
makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan),
yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang
peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan
mengakibat kegagalan komunikasi
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal
dalam hal:

25
a) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga
makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita
juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya
secara negatif.
b) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi
Dalam komunikasi interpersonal terdapat ancaman pragmatis untuk
efektivitas antarpersonal yaitu:
1. Kepercayaan Diri
Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri
terhadap sosial. Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain.
2. Kebersatuan
Hal ini mengacu pada penggabungan aantara pembicara dan pendengar untuk
terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Secara nonverbal kita
mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yg patut,
kedekatan fisik yg menggemakan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yg
langsung dan terbuka.
3. Manajemen interaksi

26
Komunikator yg efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak.
Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun dapat diabaikan
atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam
seluruh komunikasi.
4. Daya ekspresi
Mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam
interaksi antar pribadi. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal
penekanan nya pada keterlibatan, dan ini mencakup, misalnya ekspresi
tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, mendorong daya ekspresi tanggung
jawab atas pikiran dan perasaan.
5. Orientasi kepada orang lain
Orientasi ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan
lawan bicara selama perjumpaan antar pribadi. Ini mencakup
pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan
bicara.

2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif

Komunikasi interpersonal dianggap efektif jika orang lain memahami


pesan dengan benar dan memberikan respon sesuai dengan yang diiinginkan.
Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk:
a. Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu.
b. Menyampaikan pengetahuan.
c. Mengubah sikap dan perilaku.
d. Pemecahan masalah hubungan antar pribadi
e. Citra diri menjadi lebih baik.
Komunikasi interpersonal yang efektif akan membantu anda mengantarkan
kepada tercapainya tujuan tertentu. Jika komunikasi interpersonal tidak berhasil,
akibatnya bisa apa saja,dari sekedar membuang waktu,sampai akibat buruk yang
tragis. Misalnya saja, kegagalan komunikasi antara pengatur perjalanan kereta api
dengan masinis,dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan sesama kereta api yang
membawa korban harta dan nyawa. Kita harus menyadari, bahwa komunikasi

27
interpersonal merupakan jalan menuju sukses. Keterampilan berkomunikasi
secara efektif merupakan modal penting bagi sebuah keberhasilan.
2.4 Sistem Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau disebut juga komunikasi antarpribadi


adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi secara
tatap muka ataupun bermedia, dan biasanya feedbacknya langsung diketahui dan
efeknya pun cepat diketahui. Tubbs & Moss (2005, p. 21) mengatakan bahwa
komunikasi interpersonal biasanya bersifat diadik, mencakup semua jenis
hubungan manusia- mulai dari hubungan yang paling singkat dan biasa, yang
seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam
dan langgeng.
2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem

Geoffrey Gordon (Simatupang, 1995, hal. 6) mendefinisikan sistem


sebagai suatu pola interaksi dan saling ketergantungan yang teratur. Togar M.
Simatupang (Simatupang, 1995, p. 7), menyebutkan lima unsur utama yang
terdapat dalam sistem, yaitu:
1) Elemen-elemen atau bagian-bagian
2) Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian
3) Adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagian tersebut
menjadi suatu kesatuan
4) Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir
5) Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Didalam sistem itu, terdapat komponen-komponen yang saling berpe-


ngaruh yang sangat menentukan efektivitas kerja sebuah sistem,. Ada tiga
komponen sistem, yaitu input, proses (pengolah), dan output. Input merupakan
komponen penggerak, proses (pengolah) merupakan sistem operasi, output
menggambarkan hasil-hasil kerja sistem.
Komunikasi interpersonal sebagai sebuah sistem, berarti apabila dikaji
secara seksama, dalam proses komunikasi itu juga terdapat komponen input,

28
proses, dan produk. Input adalah komponen penggerak, sumberdaya awal yang
menggerakkan proses komunikasi interpersonal, misalnya: harapan dan aturan.
Tubbs & Moss (2005, p. 3) menegaskan bahwa harapan dan aturan menggerakkan
manusia untuk berkomunikasi. Tidak ada dua orang manusia, bagaimanapun
akrabnya hubungan mereka, benar-benar hidup terlepas dari aturan-aturan dan
harapan-harapan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan hubungan mereka,
mereka juga mengembangkan sejenis masyarakat miniatur, suatu sistem sosial dua
orang yang dilengkapi beberapa aturan dan harapan, beberapa ganjaran dan
hukuman yang berlaku di antara mereka berdua. Elemen input yang juga
menggerakkan proses komunikasi interpersonal ialah adanya persepsi
interpersonal dan konsep diri. Manusia adalah makhluk berpikir yang memiliki
nalar rasional untuk menilai segala simuli. Proses menilai stimuli adalah persepsi.
Di samping itu, manusia juga mempunyai ukuran kepatutan dalam berprilaku
yang bersumber dari konsep diri.
Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai
berikut:
a. Deskrispsi Verbal
Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan
sifat-sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun
sifat yang tidak baik terlebih dahulu.
b. Deskripsi Proksemik
Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-
jarak tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu
lainnya.
c. Petunjuk Kinesik
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang
lain yang ditunjukkan kepada seseorang.
d. Petunjuk Wajah
Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang
didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang.
e. Petunjuk Paralinguistik

29
Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi atau obrolan).
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang
terlihat oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai,
baju, pangkat, badge, dan atribut lainnya.
Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri
khusus penanggap yang ceramat adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu
lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
b. Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga
sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
c. Kepribadian
Orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani
perasaan  bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu
pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan
penilaian posoitif pada orang lain.
Proses Pembentukan Kesan
a. Stereotyping
Stereotyping adalah proses pembentukan kesan yang terjadi pada
saat awal komunikasi terjadi.
b. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan
yang terjadi karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang
terbentuk dari awal komunikasi terjadi.

30
c. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan
karakteristik orang lain dengan melihat perilaku yang tampak
(Baron dan Byrne, 1979:56).
Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses
pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal.
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Jika individu tidak cermat dalam mempersepsikan orang lain, maka akan
terjadi kegagalan komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Hal
tersebut akan membaik jika individu menyadari kesalahan persepsinya.
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang
meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Orang Lain
Konsep diri seseorang akan terbentuk jika timbul adanya penilaian dari
orang lain, baik penilaian secara positif dan negatif.
2) Kelompok Rujukan (Reference Group)
Konsep diri seseorang akan terbentuk dengan adanya norma-norma
pada suatu kelompok yang membuat suatu individu berperilaku sesuai
dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya.
b. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal
1) Dipenuhi Sendiri
Suatu individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri sesuai
kualitas konsep dirinya tersebut.
2) Membuka Diri
Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3) Percaya Diri

31
Kurangnya percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang tidak
sehat dan akan menjadi orang yang aprehensif dalam komunikasi.
4) Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri
mempengaruhi pesan apa yang akan diterima. Jadi, untuk membentuk
suatu konsep diri yang sehat adalah baik jika tidak menerima pesan
secara mentah-mentah.
2. Atraksi Interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya
adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
a. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1) Faktor Personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang
dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi
atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan Karakteristik Personal
Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau
status sosial, ekonomi, agama dan ideologi.
b) Tekanan Emosional
Individu yang sedang mengalami tekanan emosional akan
membutuhkan kehadiran orang lain sehingga kecenderungan akan
menyukai semakin besar.
c) Harga Diri yang Rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang
lain. Orang yang merasa penampilannya kurang menarik akan
mudah menerima persahabatan dari orang lain.
d) Isolasi Sosial
Beberapa penelitan menunjukkan bahwa semakin besar tingkat
isolasi yang dialami seseorang maka semakin besar pula
kecenderungan seseorang menyukai orang lain.
2) Faktor Situasional

32
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya
atraksi interpersonal, antara lain:
a) Daya Tarik Fisik (physical attractiveness)
Biasanya seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih
mudah mendapat perhatian atau simpati dari orang lain.
b) Ganjaran (Reward)
Individu cenderung menyukai orang yang memberikan ganjaran
yang berupa dorongan motivasi dan bantuan secara moral.
c) Familiarity
Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia
kenal akrab.
d) Kedekatan (Proximity) atau Closeness
Kedekatan antara individu dengan individu lainnya dapat terjadi
karena adanya sebuah stimulus netral yaitu tempat tinggal yang
berdekatan.
e) Kemampuan (Competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang
lain yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau lebih
berhasil dalam kehidupan dirinya.
3) Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
a) Penafsiran Pesan dan Penilaian
Manusia adalah makhluk rasional dan emosional.Oleh karena itu,
ketika individu menyenangi seseorang, individu tersebut cenderung
melihat segala hal yang  berkaitan dengan dia secara positif, begitu
pula sebaliknya.
b) Efektivitas Komunikasi
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
3. Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi

33
hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai
hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu:
a. Model Pertukan Sosial
b. Model Peranan
c. Model Permainan
d. Model Interaksional
Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal
1) Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini dikenal dengan tahap perkenalan dan penggalian informasi
seputar data-data demografis seseorang untuk memunculkan kesan
pertama pada lawan bicaranya.
2) Peneguhan Hubungan
Tahap ini dikenal dengan tahap pemeliharaan hubungan interpersonal
yang dilakukan untuk meningkatkan keakraban antarindividu dalam
berkomunikasi dengan catatan kedua belah pihak mempunyai
pandangan yang sama mengenai tingkat keakraban yang diperlukan.
3) Pemutusan Hubungan
Tahap ini dikenal dengan tahap konflik. Pemutusan hubungan terjadi
jika tahap keakraban tidak dapat dilewati, sehingga terdapat konflik-
konflik seperti adanya kompetisi antar kedua belah pihak, terdapat
individu yang dominan, saling menyalahkan, adanya provokasi, dan
adanya perbedaan nilai pada masing-masing individu.
Faktor-Faktor Yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal Dalam
Komunikasi Interpersonal
a. Percaya (Trust)
Percaya dapat dikatakan sebagai tahap awal seseorang untuk membuka
diri terhadap orang lain. Dengan percaya, seseorang akan membuka
saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap
defensif, karena orang yang bersikap defensif dalam komunikasi adalah

34
orang yang cenderung akan menutup diri dari ancaman dan tidak akan
bisa menerima informasi-informasi dari lawan bicaranya.
c. Sikap Terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya
sikap terbuka komunikan akan lebih mudah menerima secara selektif
dan menyampaikan secara komunikatif.
2.4.2 Aturan dan Harapan
Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial masyarakat tertentu.
Setiap masyarakat itu pasti memberlakukan adanya aturan baik berupa nilai-nilai,
norma, maupun etika yang diacu untuk ketertiban interaksi warga masyarakat.
Dengan demikian pola perilaku dan cara berkomunikasi setiap individu akan
diwarnai oleh segala macam aturan yang terjelma ke dalam kebiasaan yang
berlaku di lingkungan masyarakatnya. Selain itu, setiap individu pastilah
mempunyai harapan, tujuan, keinginan, cita-cita. Harapan itu sendiri dipengaruhi
oleh motivasi, pengalaman, dan kepribadian setiap individu.

2.4.3 Persepsi
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menaf-
sirkan informasi yang tertangkap oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah
memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang, yang
berupa pesan verbal maupun nonverbal. Persepsi memiliki peran yang sangat
penting dalam keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam memper-
sepsi stimuli, menyebabkan mis-komunikasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan
apabila dikatakan, bahwa persepsi adalah inti komunikasi.
Pemahaman kita mengenai dunia, kita peroleh melalu indera. Proses
persepsi melibatkan penginderaan (sensai) atas suatu objek (pesan atau informasi)
yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan;
kemudian perhatian (atensi) atas sesuatu objek atau pesan sehingga objek atau
pesan itu menarik perhatian; dan interpretasi. Karena itu, persepsi merupakan inti

35
komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti persepsi (Mulyana
D. , 2000).
Mata menangkap stimuli karena melihat, telinga mendengar, lidah
merasakan, dan seterusnya. Proses indera menangkap stimuli, dinamakan sensasi.
Jadi, sensasi adlaah proses menangkap stimuli. Selanjutnya agar stimuli itu
memiliki makna, pikiran dan perasaan kita melakukan persepsi. Semua penafsiran
kita apakah mengenai suasana lingkungan, gambar, peralatan, rumah tangga, atau
perilaku orang lain, memiliki basis yang sama, yakni berdasarkan proses persepsi.
Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau beberapa orang,
akan terdapat beragam pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dan diri
pihak atau orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Upaya mengenali
orang lain bukanlah perkara mudah dan sederhana. Upaya ini menyangkut proses
psikologis yaitu persepsi. Persepsi merupakan proses internal dalam diri seseorang
yang memungkinkan ia memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan sehingga hal itu mempengaruhi perilaku yang
bersangkutan.
Ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang
lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Beberapa hal yang patut
kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini (Mulyana D. , 2000, p. 176)
mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan
persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu).
Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita
terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan
dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja,
menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai
kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya
kita mengenai hal-hal tersebut.
2. Persepsi bersifat selektif

36
Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang
dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua
rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk
mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik
bagi kita. Atensi kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam
menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
3. Persepsi bersifat dugaan
Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak
pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan
penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga
titik dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi bersifat evaluative
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan
sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering
mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang
objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan
kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif;
merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan
pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk
mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya
berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Coba
perhatikan gambar di bawah ini.

Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk


melakukan persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis
informasi terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi
internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut.
Mempersepsi tujuan orang lain memiliki beberapa arti bagi kita dalam

37
berkomunikasi. Adalah hal yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata
mengamati kondisi internal orang lain.
Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat
menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut. Ada
anggapan bahwa elemen non-verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling
akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya
kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong
rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa
lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi.
2.5Etika Komunikasi Interpersonal

Etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai


pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi
interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat
terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media seperti
telepon, SMS, facebook, email dan sebagainya. Baik komunikasi langsung
maupun tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan. Komunikasi interpersonal
merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antar individu. Untuk menjaga
agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat
tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antarindividu, maka
diperlukan etika berkomunikasi. Cara yang paling mudah menerapkan etika
komunikasi interpersonal ialah, pihak-pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi, bahkan kita semuanya sebagai anggota masyarakat perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1) Nilai nilai dan norma-norma sosial budaya setempat
2) Segala aturan, ketentuan, tata tertib yang sudah disepakati.
3) Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya
4) Tata karma pergaulan yang baik
5) Norma kesusilaan dan budi pekerti
6) Norma sopan santun dalam segala tindakan

38
Dibawah ini terdapat beberapa macam-macam etika komunikasi dan cara etika
berkomunikasi yang baik:
1. Etika komunikasi interpersonal tatap muka
Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat
dalam proses komunikasi. Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita
melakukan kesalahan meskipun tidak disengaja, sangat mungkin menyebabkan
orang lain sakit hati. Hati-hatilah dalam berbicara dengan siapapun, terutama
dengan yang lebih senior, agar tidak mendatangkan akibat kurang menyenangkan
dalam membina hubungan baik dikemudian hari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi tatap muka;
a) Melihat Ekspresi Mata
Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan
adalah cara efektif untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dalam
melakukan pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika sehingga
pembicaraan berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.
Ketika kita berkomunikasi secara tatap muka, muka kita bisa melihat
bagaimana raut wajah orang-orang yang ada disekitar kita. Dengan bekal
pengalaman kita dapat mengenali suasana hati orang yang berbicara dengan
kita melalui raut wajahnya. Bagian tubuh manusia yang paling banyak
berbicara adalah ekspresi wajah,khususnya pandangan mata meskipun mata
tidak berkata apa-apa. Beberapa ahli psikologi sepakat bahwa mata adalah
ungkapan perasaan yang sesungguhnya, untuk mengetahui apakah seseorang
berkata jujur ataukah bohong yaitu dapat dilihat dari matanya.
b) Melihat Raut Wajah
Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah
diiibaratkan sebagai cermin dari pikiran dan perasaan seseorang, misalnya
ketika seseorang mengungkapkan bahagianya tanpa ia sadari perasaan itu ia
ekspresikan pada wajahnya, senyum mengembang pada wajah yang cerah.
Tetapi adakalanya ekspresi wajah seseorang tidak sesuai dengan apa yang ia
ungkapkan pada pesan verbalnya contohnya seseorang mengatakan bahwa ia
tidak marah tetapi wajahnya terlihat tegang, hal ini terjadi pada seseorang

39
yang berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Pada awalnya
mungkin orang tersebut berhasil menyembunyikan perasaan sebenranya
dengan cara berpura-pura tetapi lama kelamaan wajahnya alan
mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya.
Norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka yang perlu
diperhatikan:
1) Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan
pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan
hendaklah diatur tidak terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk
untuk menunjuk lawan bicara.
2) Jangan kita bicara sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan
tema pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman kita. Kalau
teman kita sudah tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu,
hendaknya kita memaklumi dan menyesuaikannya.
3) Janganlah mempergunjingkan orang lain apalgi yang digunjingkan iyu
tentang kejelekan dari sisi negative orang lain, memang menggunjing
ngerumpi itu mengasyikan, tetapi hal itu menunjukan etika jelek karena
hanya membicarakan kesalahan orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa
diri kita mungkin saja banyak kekurangan dan kesalahan.
4) Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan
oranglain, dan jangan memotong pembicaraan orang lain. Tuhan
memberikan telinga lebih banyak dari mulut.ini adalah pelajaran budi
pekerti yang nyata agar kita lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara. Hendaklah kita berdiam dan memperhatikan ketika orang tua
sedang berbicara.
5) Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan
yang kita ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para
penganutnya untuk mengatur jaraksedemikian rupa sehingga sesuai
dengan tujuan komunikasi.

40
6) Ketika kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan,
jangan terlalu keras. Kalau hendak batuk, bersin atau menguap hendaklah
ditutup mulut dengan tangan.
2. Etika berkomunikasi dengan media telepon.
Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi
media komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan
penyampaian informasi. Jika cara menelpon maupun menerima telepon tidak
mengikuti tata karma maka nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu
sejumlah prinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami
dandilaksanakan.
Beberapa prinsip dibawah ini perlu diperhatikan saat berkomunikasi
dengan media telepon:
1) Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang
tepat. Jangan menelepon pada saat orang sedang istirahat (malam hari),
atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita sampaikan benar-
benar sangat penting dan tidak bisa ditunda.
2) Berbicaralah dengan tenang,jelas dan langsung ke sasaran
3) Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan
bicara.
4) Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita,berilah
isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara
5) Siapkanlah pensil dan kertas untuk mencatat seperlunya.
6) Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih.
7) Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon.
8) Kalau telepon dirumah atau dikantor kita bordering, segera angkat gagang
peswat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan
menandakan kurangnya perhatian.
9) Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi
etika, ialah dengan membayangkan seolah-plah lawan bicara bertatap
muka dengan kita.
3. Etika menggunakan SMS

41
Dewasa ini komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan layanan
pesan pendek SMS. Disamping harganya murah juga lebih praktis. Kita dapat
menjangkau alamat tujuan dengan segera. Ada norma etika yang lazim digunakan
agar isi SMS kita terhindar dari apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh
partner komunikasi.
1) Isi SMS yang hendak dikirmkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai
muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si
penerima
2) Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan
SMS.
3) Kurang pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi
menunda-nunda sampai lupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang
memperhatikan dari si pengirim SMS.
4) Jangan menggunakan istilah singkatan yang tidak popular, karena dapat
menimbulkan salah penafsiran.
5) Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa
mengganggu orang lain.
6) Menuliskan SMS dengan huruf capital, sering dianggap sebagai ungkapan
kemarahan.

4. Etika menggunakan Email atau Facebook


Teknologi internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. Email dan
facebook merupakan kunci utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya
mempunyai satu alamat email atau facebook,kita dapat mengikuti berbagai model
komunikasi yang ditawarkan sebagai fasilitas internet. Beberapa model
komunikasi itu diantaranya: forum, Milis/group,situs jejaring sosial,blog,situs
sharing file, E-Learning menggunakan teleconference.
Penggunaan teknologi dalam kehidupan pribadi dapat dengan mudah kita
buktikan dengan semakin banyak nya yang menggunakan netbook dalam
kehidupan sehar-hari. Selain itu bisa dengan mudah kita saksikan para pegawai
atau karyawan menggunakan handphone, handphone juga termasuk teknologi

42
yang berkembang dengan pesat dibandingkan dengan media lain, handphone
benar benar memperoleh simpati masyarakat terutama para remaja. Masalahnya
bagaimana kita dapat menggunakan alat teknologi handphone tersebut agar
bernilai positif apabila digunakan dengan orang yang mempunyai etika. Norma
yang perlu diperhatikan:
1) Pilihlah antara kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi
2) Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi
3) Gunakan teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang
4) Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain
5) Gunakan waktu belajar dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi
secara bijaksana.
6) Teknologi hanyalah merupakan alat bantu

5. Etika menyambut tamu


Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk
menunjukan tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut
tamu dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan
keluarga kita. Ada pepatah mengatakan “tamu adalah raja”. Hal ini
mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan
rumah. Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menyambut tamu:
1) Menjemput tamunya di bandara, atau ditempat kedatangan lainnya.
2) Menyediakan akomodasi dan transportasi
3) Berjabat tangan dan/atau saling memeluk
4) Mengalungkan bunga kepada tamu
5) Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas.
6) Mengkomunikasikan dan mengkompromikan jadwal acara.

6. Etika di Ruang Tunggu Umum

43
Kenyamanan dan ketertiban diruang tunggu umum, seperti misalnya di
bank, rumah sakit, kantor kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan
memperhatikan tata tertib dan etika. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh:
1) Harus antri untuk memberi atau menerima sesuatu didepan loket,jangan
menyerobot atau berdesakan. Berdiri dibelakang orang yang datang
terlebih dahulu.
2) Jangan menerima telepon dengan suara keras,karena mengganggu orang
lain.
3) Jangan duduk berselanjar kaki dibangku panjang untuk umum atau
menaikkan sepatu ke atas bangku yang di sediakan untuk pengunjung
lainnya.
4) Jangan membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan di
sembarang tempat. Jangan pula meludah disembarang tempat.
5) Setiap orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu
pemandangan,pendengaran,penciuman dan lain-lain
6) Setiap orang diharap untuk bersikap menjaga kenyamanan.
7) Diharapkan setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan
8) Jika sedang menderita flu,batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak
meludah dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu di
tempat sampah terbuka di tempat umum.

7. Etika berkenalan
Ada pepatah yang bagus,memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan
memiliki teman seribu terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin
baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman,adalah dengan berkenalan. Ada
berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika.
1) Sebut nama dengan jelas
2) Bersikap penuh percaya diri (jangan over acting atau malu-malu)
3) Jangan abaikan personal contact:
- Genggam tangannya secara mantap selama 3-4 detik saja
- Pandang mata selaraskan dengan tujuan komunikasi

44
- Tubuh sedikit ke depan.
- Senyum simpatik
4) Orang yang lebih muda diperkenalkan ke yang lebih tua.
5) Umumnya pria diperkenalkan kepada wanita
6) Memberi sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan
7) Hindari perkenalan ditempat ramai seperti jalan raya,pasar dan lain-
lain

8. Etika dalam percakapan


Topik jangan menyinggung SARA, sebaiknya membicarakan berbagai hal
atau issue yang menarik kedua belah pihak seperti: Kebudayaan, adat istiadat,
hobi, olahraga, sejarah, hal-hal yang aktual.
a) Cara membuat percakapan menarik:
 Ingin menyenangkan lawan bicara
 Mempunyai rasa humor
 Mampu berbicara tentang banyak hal ( berawawasan luas)
 Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara.
 Memberi penjelasan secara singkat dan mudah dimengerti
 Memperhatikan/melihat lawan bicara (90%) pandangan mata tertuju
pada lawan bicara.
 Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan
lingkungan.
 Memberikan ekspresi yang ramah dan dan murah senyum.
 Gunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar.
 Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
 Menggunakan volume,nada,intonasi suara serta kecepatan biara yang
baik
 Memakai pakaian yang rapi dan sesuai sikon.
b) Yang perlu dihindari dalam percakapan:
 Memotong pembicaraan orang lain

45
 Memborog semua pembicaraan
 Membual tentang diri sendiri
 Membicarakan hal yang menimbulkan pertentangan
 Membicarakan soal penyakit dan kematian secara bertele=tele
 Menanyakan hal yang bersifat pribadi
 Mempermalukan orang lain
 Menanyakan harga barang yang dipakai seseorang.
 Berbisik-bisik

2.5.1 Pengertian Etika


Pengertian etika secara etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk
mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai
suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai butuk, etika juga disebut ilmu
normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma)
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk (Suranto, 2011, p. 125).
Dengan demikian etika diharapkan berperan untuk membawa wawasan
tentang kebaikan atau keburukan atas tindakan seseorang. Courtland L Boove dan
John V Thill (Suranto, 2011, p. 125) mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku
yang mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidakmemiliki etika
melakukan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang
memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil dan tidak memihak, menghargai
orang lain,dan menunjukan kepedulian terhadap dampak atas tindakannya di
masyrakat.
Frans Magnis Suseno (1982:20-21) Mengatakan sebagai berikut:
Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan
rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa

46
yang dapat dipertanggungjawabkan-nya sendiri. Etika menyanggupkan orang
untuk mengambil sikap etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhdapa
norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat.
Ukuran etika terletak pada kesesuaian tindakan dengan norma yang berlaku.
Dikalangan masyrakat Barat, terlambat datang pada pertemuan resmi sudah
menjadi beban tersendiri, misalnya merasa malu dan bersalah, mungkin juga
dilarang masuk ke ruangan rapat. Tetapi di Indonesia hal itu tampaknya tidak
terlalu menjadi masalah. Mengapa demikian? Karena norma yang dipakai
berbeda. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa
bermacam-macam. Mungkin tata-tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik
disusun untuk dipergunakan sebagai perangkat nilai yang mengarahkan dan
mengawasi tindakan para anggotanya.

2.5.2 Aliran Etika


John C. Merill menguraikan adanya berbagai aliran etika yang dapat
digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain aliran deontologist,
teleologis, egoism dan utiltarisme (Suranto, 2011, p. 127).
Aliran deontologis (Deon = yang harus wajib, Yunani) melakukan
penilaian atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu
tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk, kriteria
etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan atau
perilaku yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku memfitnah,
menganiaya, mengingkari janji. Apapun alasannya perbuatan itu tetapi dinilai
sebagai perbuatan yang tidak etis. Dengan demikian ukuran dari tindakan ada di
dalam tindakan itu sendiri.
Ukuran etis yang berbeda dikemukakan oleh aliran teleologis (telos berarti
tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat
dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
etika di masyarakat, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi,
apabila suatu tundakan bertujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam
hikayat betawi, kita mengenal ada seorang pemuda pribumi bernama Si Pitung,

47
yang sering melakukan perampasan harta kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan
mulia. Masalahnya adalah bahwa tujuan tindakan itu baik atau buruk, menurut
siapa? Suatu tindakan menurut yang melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang
lain mungkin terkandung tujuan jelek.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila sesorang
yang sudah selesai kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung
menikah, atau bekerja dulu sebelum menikah. Menurut aliran ini, jatuhnya pilihan
akan didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana
yang lebih etis sifatnya relative: apakah bekerja dulu atau menikah? Kalau
misalnya dirasa bekerja dulu lebih menguntungkan secara pribadi, itulah yang
lebih etis.
Karena standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka
aliran etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi.
Etika utilitarisme (utilis=berguna) adalah kebalikan dari paham egoisme, yaitu
yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak
(masyarakat). Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan
subjektif individu, melainkan scara objektif pada masyarakat umum. Misalnya,
pada suatu hari masyarakat kampung kita mengdakan kerja bakti itu tindakan etis,
karena lebih manfaat bagi masyarakat. Jadi, kepentingan umum (masyarakat) jauh
lebih utama daripada kepentingaan pribadi. Norma-norma sosial budaya yang
berkembang didalam masyarakat menjadi acuan bersama, sehingga interaksi
warga dalam hidup bermasyarakat menjadi harmonis. Oleh karena sifatnya yang
mengutamakan nilai sosial budaya di masyarakat ketimbang nilai pribadi dan
keluarga, maka aliran etika ini dapat kita sebut sebagai etika sosial budaya.

2.5.3 Dasar-dasar Etika


Setiap kelompok masyarakat memegang teguh suatu norma yang telah
disepakati bersama untuk menilai suatu tindakan baik atau butuk, mana yang

48
diperbolehkan dan mana yang tidak. Norma yang berlaku untuk memandang
perilaku warga masyarakat itu dinamakan etika masyarakat. Sumber nilainya
adalah dari norma sosial dan nilai budaya yang berlaku. Wujud konteknya adalah
seperangkat peraturan atau ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik
dalam pergaulan, dalam bermasyarakat atau dalam berhubungan dengan orang
lain.
Dasar-dasar etika:
1) Sopan dan ramah kepada siapa saja
2) Memberikan perhatian kepada orang lain/tidak mementingkan diri sendiri
3) Menjaga perasaan orang lain
4) Ingin membantu
5) Memiliki rasa toleransi
6) Dapat menguasai diri mengendalikan emosi dalam setiap situasi
Kesalahan dalam etika:
1) Bahasa yang tidak pas
2) Tidak menghargai waktu orang lain
3) Penampilan yang tidak pas
4) Tata cara bertelepon yang salah
5) Kesalahan dalam menyapa
6) Kurangnya keterampilan mendengar
7) Tidak menghargai milik orang lain
8) Mempermalukan orang lain
Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika
sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian,
tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan pada
kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Misalnya, disebuah desa di
kabupaten Purwodadi jawa tengah masyarakat menyepakati ”aturan”, bilamana
ada orang terbukti melakukan zina, maka dikenai sanksi adat, yaitu si pelaku laki-
laki harus menyetor 5 truk pasir untuk pembangunan desa. Bila si pelaku tidak
mengindahkan, maka tindakan lebih tegas akan diserahkan pada pemuda.

49
Berdasarkan contoh diatas nampak bahwa etika berlakunya lingkungan
sosial yang terbatas, yaitu di dalam kelompok sosial budaya dimana norma etika
itu disepakati. Dengan demikian, pada lingkungan sosial budaya yang berbeda,
akan berlaku norma etika yang berbeda pula. Oleh karena itulah ada pepatah,
“dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” artinya dimana kita berada,
peraturan yang berlaku haru diindahkan.
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam kelompok atau organisasi
yang masing masing cenderung mengembangkan norma etika bagi anggotanya.
Misalnya saja berbagai organisasi profesi, biasanya melengkapi dengan norma
etika, yang disebut dengan kode etik profesi atau etika profesi.
Kata profesi berasal dari bahasa latin professues yang berarti pekerjaan.
Dalam perkembangannya, profesi dipergunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan jenis pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu disertai dengan
ketentuan-ketentuan normative. Didalam profesi itu ada keahlian yang khas, serta
peraturan yang unik, yang membedakan dengan profesi lainnya. Ada profesi
dokter, guru, wartawan, humas, artis, dan sebagainya. Masing-masing diikat oleh
adanya ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang
mengatur secara khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi atau kode
etik profesi.
James J Spillane menyebutkan bahwa ciri-ciri khas dari profesi adalah
sebagai berikut (Suranto, 2011, p. 131):
1) Suatu bidang yang terorganisir baik, berkembang maju dan memiliki
kemampuan intelektualitas tinggi.
2) Teknik dan proses intelektual
3) Penerapan praktis dan teknis intelektual.
4) Melalui periode panjang menjalani pendidikan, latihan dan sertifikasi.
5) Menjadi anggota sosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah
komunikasi, membina hubungan baik dan saling tukar menukar
informasi sesama para anggotanya.
6) Memperoleh pengakuan terhadap profesi yang disandangnya.

50
7) Sebagai professional memiliki perilaku yang baik dalam melaksanakan
profesi dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan kode etik.

2.6Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Interpersonal


2.6.1 Kelebihan Komunikasi Interpersonal

Kelebihan dari komunikasi Interpersonal adalah sangant efektif, dimana


kita bisa langsung melihat respon dari lawan bicara secara berbal maupun non
verbal, sehingga bila kita melihat respon atau umpan balik yang diberikan bersifat
positif, maka pesan kita dapat diterima secara jelas oleh lawan bicara atau
komunikasi dankita pun dapat memberi respon balik serupa. Sedangkan bila
umpan balik atau respon yang kita berikan sebagai komunikator itu bersifat
negative, maka kita harus memperbaiki cara penyampaian pesan yang dimaksud
(Soyomukti, 2010).

Berikut kelebihan komunikasi interpersonal:


1) Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat
dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari
komunikan itu sendiri.
2) Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3) Bisa mengurangi noise dalam berkomunikasi karena terjadi secara
langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4) Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal
tanpa komunikasi verbal.
5) Efektif karena menghemat waktu dan bisa dilakukan dimana saja, dan
kapan saja kita inginkan.
6) Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan
mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh
lawan bicaranya.
7) Komunikasi tatap muka dapat dengan mudah membujuk lawan bicaranya
karena adanya pengaruh komunikasi lain dan pengaruh lingkungannya.

51
2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal

Sedangkan kelemahan dari komunikasi interpersonal adalah tidak


efiseinsinya waktu, karena antara komunikator dan komnikan harus bertemu
dalam tempat yang sama, dalam waktu yang sama. Berikut lebih lengkapnya
mengenai kekurangan komunikasi interpersonal:
1) Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi
waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-
masing sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan
waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan melakukan
komunikasi interpersonal tatap muka.
2) Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang
berbeda karena jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga
memerlukan media untuk menghubungkan antara satu sama lain agar
dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang menjadi kendala
adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.
3) Komunikator dan komunikan harus mengorbankan waktu yang dimiliki
untuk berkomunikasi.
4) Jangkauannya yang sempit, maksudnya ialah individu-individu yang
terlibat terbatas antara dua orang saja atau antar kelompok kecil saja.
5) Dari segi biaya, ada biaya yang harus ditanggung ketika berkomunikasi
lewat internet. Adanya faktor kecepatan dan keluasan jaringan dalam
pengaksesan informasi sehingga tidak terbatas untuk kita melakukan
komunikasi dengan beberapa orang atau banyak orang. Mengingat
kesibukan saat ini, yang membuat intensitas bertemu masing-masing
orang sangat sulit, memungkinkan mereka lebih memilih berkomunikasi
dengan menggunakan media. Selain itu, berkomunikasi menggunakan
media juga dianggap sebagai tren yang sedang berkembang di
masyarakat. Akan tetapi, ada biaya yang dibebankan dalam penggunaan
media internet tersebut.

52
Diantara uraian di atas dengan contoh-contoh, dapat kita daftar beberapa
kelebihan komunikasi antar-pribadi dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya, terutama dalam hal efektivitasnya dalam mengubah perilaku, sikap, opini,
dan perilaku komunikan. Antara lain komunikasi berlangsung secara tatap muka,
dengan komunikasi tatap muka, terjadi kontak pribadi.
Pesan pribadi diketahui dari melihat langsung melalui kesaatuan antara
suara dan cara menyampaikan, dari pandangan matanya, gaya bicaranya, dan lain-
lain. Dengan bertatap mata, kita juga mengetahui bagaimana reaksi lawan bicara
kita, dengan segera kita akan mengubah gaya komunikasi kita jika reaksinya jelek.
Oleh karena itulah, komunikasi lebih efektif untuk melancarkan ajakan
(komunikasi persuasive). Bandingan tindakan mengajak orang lain untuk membeli
melalui iklan dengan mendatangani langsung ke rumahnya seperti dilakukan oleh
para salesman yang mendatangi dari rumah untuk mejajakan dagangannya.
Kekuatan komunikasi interpersonal terkait dengan apa yang disebut oleh
Littlejohn sebagai “Jalinan Hubungan”. Konsep ini di definisikan sebagai
seperangkat harapan yang ada pada partisipan yang dengan itu mereka
mewujudkan perilaku tertentu di dalam berkomunikasi. “Jalin Hubungan” antar
individu hampir selalu melatar belakangi pola-pola interaksi di antara partisipan
dalam komunikasi antarpribadi (Soyomukti, 2010). Sebagai contoh, seorang yang
baru saja berkenalan cenderung berhati-hati dalam komunikasi, kata-kata yang di
gunakannya lebih sefektif, berbeda dengan komunikasi antara dua orang yang
sudah akrab yang bersifat spontan.
Apapun bentuk komunikasi, tampaknya tak mungkin selalu bersifat
simetris atau sejajar. Tak jarang pula komunikasi antarpribadi menunjukkan
hubungan dominasi dan subordiasi dalam jalinan hubungannya. Meskipun proses
negoisasi dan evaluasi terhadap hubungan dapat denga mudak dilakukan dengan
komunikasi yang bersifat tetep muka. Akan tetapi, efek komunikasi yang
terhambat juga menimbulkan efek yang lebih jauh terhadap hubungan.
2.7Hambatan Komunikasi Interpersonal
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami.
Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik).

53
Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikas. Efektivitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan
menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang
manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut.
Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih kompleks
sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui
juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada,
hambatan-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut:
1)      Bahasa
Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa
merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam
berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi
yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi.
Contoh kasus: ketika seorang yang berasal dari daerah Banyumas berbicara
dengan seorang yang berasal dari daerah Sunda , maka akan terjadi hambatan
dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa yang kedua orang tersebut
gunakan.
2)      Budaya
Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi
ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan
yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga
dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat
perpecahan.
3)      Kebenaran yang semu
Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun
juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di
dalamnya.Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran
agar ada keterbukaan antar personal.

54
4)      Penipuan
Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi
dan sudah terpelihara selama ini.
5)      Tujuan yang tidak jelas.
Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada
tujuan yang pasti,apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan
hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
6)      Salah paham
Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman
dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan
suatu komunikasi.Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam
suatu hubungan komunikasi.Hubungan komunikasi antar personal tersebut
bisa pecah atau ada pemutusan hubungan.
7)      Sisi historis/ pengalaman
Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari
pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka
terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera
memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan
suatu hubungan atau komunikasi.
8)      Menganggap enteng lawan bicara
Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati
antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak
ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan
misalnya pemutusan hubungan.
9)      Mendominasi pembicaraan
Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.

55
10)  Pihak ketiga
Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga
yangdatang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak
suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena
pihak ketiga tidak tahu dari awala apa yang terjadidalam komunikasi dua arah
yang sebelumnya dan dai bisa merusak sedikit demisedikit komunikasi atau
hubungan yang sudah etrciptasebelumnya.
Di dalam berkomunikasi, selain keefektifan tentunya kita tak bisa lepas
dari hambatan dalam berkomunikasi. Berikut adalah hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi:
1.  Berkomunikasi tidak sesuai dengan tingkatan bahasa para pendengarnya.
2.  Tidak mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya.
3. Tidak memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para
pendengarnya.
4.  Tidak memahami kelas social para pendengarnya.
5.  Adanya saling tidak percaya.
6.  Tidak membalas pembukaan diri orang lain/ lawan bicara.
Adapula berdasarkan hambatan dibedakan atas sifatnya, dan jenis
hambatannya, yaitu:
1. Berdasarkan Sifatnya hambatan dibedakan menjadi 2
 Hambatan yang bersifat objektif
Kurangnya kemampuan berkomunikasi, penyajian pesan yang kurang
baik, waktu penyampaian yang kurang tepat.
 Hambatan yang bersifat subjektif
2. Berdasarkan jenis hambatan, dibagi menjadi 4 jenis:
 Akibat gangguan semantic
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan mengenai kata-kata atau bahasa yang
tidak tepat seperti yang dimaksud oleh komunikator. Karena orang-orang
yang terlibat dalam suatu proses komunikasi mengionterpretasikan kata
atau bahasa dengan cara yang berbeda, maka dapat terjadi mereka
mempunyai pengertian yang berbeda pula.

56
 Adanya kepentingan-kepentingan yang ingin diperoleh baik
olehkomunikatir atau komunikannya. Kepentingan ini akan menentukan
seseorang selektif dalam mengartikan dan menanggapi suatu pesan.
Kepentingan akan menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran, dan
tingkah laku seseorang.
 Kurangnya motivasi.
Dalam komunikasi, motivasi orang akan menentukan intensitas tanggapan
seseorang terhadap pesan yang dikomunikasikan.
 Adanya prasangka juga menjadi penghambat dalam proses komunikasi
antarpersona. Prasangka seseorang terhadap sesuatu masalah atau orang
lain biasanya ditentukan oleh term of reference orang tersebut.
Cara mengatasi hambatan komunikasi tersebut dengan beberapa cara sebagai
berikut :
1.      Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan
umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non
verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap
individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami,
seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.

57
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang – orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Hal ini dapat
mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk,
menegaskan, bercerita dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima
pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim
dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian
rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling
menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-
masing pihak.
Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan
orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih
bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya.
Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya keterbukaan, empati,
sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Komunikasi interpersonal yang
efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi
dipengaruhi karena turunnya kadar hubungan interpersonal yang disebabkan
karena adanya perbedaan atau konflik sehingga terjadinya pemutusan hubungan.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara
interpersonal, dimana kita harus memahami etika dalam berkomunikasi. Hal
tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan menghindari
ketidaknyamanan selama berkomunikasi, sehingga hubungan antarpribadi dapat
dijaga dan berlangsung harmonis.

58
3.2 Saran
Penyusun berharap agar mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi
Pendidikan Manajemen Perkantoran dapat menggunakan komunikasi antar
pribadi yang efektif dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga hubungan yang
terjadi dapat berlangsung harmonis dan dapat membantu mempermudah
pencapaian tujuan dalam aktivitas pekerjaan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Andi Nuraedah Nur, d. (2009). Hubungan Interpersonal: Pengertian, Teori,


Tahap, dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal.
Malang: Tidak Diterbitkan.
Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Devito, J. A. (1997). Human Communication. Jakarta: Professional Books.
Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ljohansen, R. (1996). Etika komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, D. (2011). Komunikasi Bisnis Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
R.A. Johnson, F. K. (1963). The Theory and management of systems. Tokyo:
McGrawhill Kogashuka Ltd.
Rakhmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Simatupang, T. M. (1995). Teori sistem suatu perspektif teknik industri.
Yogyakarta: Andi Offset.
Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005).
Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

60
Widjaja, W. (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara.

61

Anda mungkin juga menyukai