KOMUNIKASI MASSA
TEORI KHALAYAK DAN TRADISI PENELITIAN, PEMBENTUKAN
DAN PENGALAMAN KHALAYAK, DAN PROSES DAN MODEL DARI
EFEK MEDIA
Disusun Oleh :
Kelompok 05
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang kami harapkan. Kami
juga berterima kasih kepada Ibu Ade Nur Istiani, M.I. Kom. selaku Dosen
Pengampu mata kuliah Komunikasi Massa kami. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Massa. Selain itu, makalah ini juga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Ilmu Komunikasi
ataupun yang lebih spesifik lagi seperti Komunikasi Massa itu sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bisa membangun selalu kami
harapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan Teman-
teman yang telah berperan serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT selalu meridhai setiap kegiatan kita. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 .......................................................................................................................1
Pendahuluan ..............................................................................................................1
1.1 Latar belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ...............................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan .................................................................................................1
BAB II .......................................................................................................................2
Pembahasan ...............................................................................................................2
2.1. Teori Khalayak dan Tradisi Penelitian ...............................................................2
2.1.1. Konsep Khalayak ............................................................................................2
2.1.2 Khalayak asli ....................................................................................................3
2.1.3 Dari masa ke pasar ...........................................................................................4
2.1.4. Tujuan dari Penelitian Khalayak .....................................................................4
2.1.5. Tradisi Penelitian Alternatif ............................................................................4
2.1.6. Isu Khalayak dalam Urusan Publik .................................................................1
2.1.7. Jenis-Jenis Khalayak .......................................................................................7
2.1.8 Khalayak sebagai kelompok atau public ..........................................................8
2.1.9 Perangkat Kepuasan sebagai Khalayak ............................................................8
2.1.10 Khalayak media ..............................................................................................8
2.1.11. Khalayak sebagaiman yang Didefinisikan oleh Saluran atau Konten ..........9
2.1.12. Pertanyaan tentang Jangkauan Khalayak ......................................................9
2.1.13. Aktivitas dan Selektivitas ..............................................................................10
2.2. Pembentukan dan Pengalaman Khalayak ..........................................................11
2.2.1. Pertanyaan ‘Mengapa’ dari Penggunaan Media ............................................11
2.2.2. Pendekatan Struktural untuk Pembentukan Khalayak ...................................11
2.2.3. Pendekatan ‘Uses and Gratification’ ..............................................................12
2.2.4. Model Terintegrasi dari Pilihan Khalayak .....................................................14
2.2.5. Ranah Publik dan Privat dari Penggunaan Media ..........................................14
2.2.6. Subkultur dan Khalayak .................................................................................14
2.2.7 Gaya hidup .......................................................................................................15
2.2.8 Khalayak tergender ..........................................................................................15
2.2.9. Sosialibilitas dan Penggunaan Media .............................................................16
iii
2.2.10. Framing Normatif dari Penggunaan Media ...................................................16
2.2.11. Norma Khalayak bagi Konten .......................................................................17
2.2.12. Pandangan dari Khalayak ..............................................................................18
2.2.13 Fandom media ................................................................................................18
2.2.14 Akhir dari khalayak ........................................................................................19
2.2.15 Pelarian Khalayak ..........................................................................................20
2.2.16 Masa depan khalayak .....................................................................................21
2.2.17 Konsep Khalayak sekali lagi ..........................................................................21
2.3.Proses dan Model dari Efek Media .....................................................................22
2.3.1. Premis Efek Media ..........................................................................................22
2.3.2. Sejarah Alami Penelitian dan Teori Efek Media: Empat Tahapan .................23
2.3.3. Tipe Kekuasaan Komunikasi ..........................................................................22
2.3.4. Tingkat dan Jenis Efek ....................................................................................24
2.3.5 Proses dari efek media sebuah topologi ...........................................................25
2.3.6 Respons dan reaksi individual model stimulus-respons ..................................25
2.3.7. Mediasi kondisi dari efek ................................................................................27
2.3.8 Hubungan dan efek sumber-penerima .............................................................27
2.3.9 Kampanye ........................................................................................................28
2.4.Contoh Studi Kasus .............................................................................................29
“Studi Pada penggunaan Media Digital Fandom boyband BTS Di Indonesia” ........30
BAB III .....................................................................................................................34
KESIMPULAN .........................................................................................................34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita tahu bahwa komunikasi sangatlah penting bagi kita. Bukan
hanya sebagai sarana bertukar informasi, komunikasi juga dapat dikatakan sebagai
kebutuhan sehari-hari, karena setiap orang tentunya pasti akan berkomunikasi di
setiap harinya. Dan telah kita ketahui bahwa setiap kegiatan komunikasi tentunya
membutuhkan media untuk menyampaikan pesannya. Terbukti bahwa media
komunikasi telah menjadi unsur penting komunikasi.
Pada era 4.0 seperti sekarang ini, media komunikasi memiliki ragam dan
macamnya. Seperti internet, maupun alat eletronik lainnya. Semua media tersebut
bahkan dapat menghubungkan komunikator dan komunikan yang terpisah sangat
jauh. Bukan hanya 1 atau 2 orang, kini komunikator dan komunikan komunikasi
massa bersifat universal (khalayak banyak). Untuk itu dengan tujuan dibuatnya
makalah ini ialah untuk memberikan pengetahuan bagi teman-teman sekalian
mengenai konsep ataupun seluk-beluk lainnya mengenai khalayak, serta proses
dan efek dari media yang digunakan dalam komunikasi tersebut. Semuanya akan
kami jelaskan secara rinci dalam makalah ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Terdapat cara lain untuk mencirikan jenis-jenis khalayak yang berbeda yang
muncul seiring dengan perubahan media dan waktu. Nightingale (2003)
mengajukan tipologi baru yang menangkap fitur utama dari keragaman yang baru.
menyatakan empat jenis sebagai berikut:
a. Khalayak sebagai kumpulan orang-orang Utamanya, kumpulan ini diukur
ketika menaruh perhatian pada tampilan media atau produk tertentu pada
waktu yang ditentukan.
b. Khalayak sebagai orang-orang yang ditujukan Merujuk pada kelompok
orang yang dibayangkan oleh komunikator serta kepada siapa konten dibuat.
c. Khalayak sebagai yang berlangsung. Pengalaman penerimaan sendirian atau
dengan orang lain sebagai peristiwa interaktif dalam kehidupan sehari-hari,
berlangsung dalam konteks tempat atau fitur lain.
d. Khalayak sebagai pendengar atau 'audist. Utamanya merujuk pada
pengalaman.
Terdapat beberapa kemungkinan lain untuk mendefinisikan jenis khalayak
yang berbeda, tergantung pada media yang terkait dan perspektif yang diterapkan.
Khalayak media massa modern berbagi beberapa ciri yang sama, tetapi
juga sangat berbeda dalam beberapa hal. Khalayak media massa lebih beragam,
dalam hal konten yang tersedia dan perilaku sosial yang terlibat. Tidak ada elemen
3
perkumpulan publik. Khalayak tetap berada dalam kondisi yang berkelanjutan,
alih-alih terbentuk sewaktu-waktu untuk pertunjukan tertentu. Khalayak media
massa tertarik pada pasokan konten untuk memenuhi kepuasan alih-alih terbentuk
dalam respons terhadap pertunjukan atau ketertarikan berkala. Semakin
dipikirkan, semakin kurang relevan dari konsep yang asli.
4
mendapatkan iklan berbayar. Sebagai tambahan untuk ukuran, penting untuk
mengetahui mengenai komposisi sosial dari khalayak dalam hal yang dasar-
siapa dan di mana khalayak tersebut. Kebutuhan dasar ini muncul terhadap
industri yang sangat besar yang saling terhubung dengan penelitian iklan dan
pasar.
b. Tradisi behavioral: efek dan penggunaan media
Model efek yang umum adalah proses sats di mane khalayak dianggap
sebagai target yang tidak sadar atau penerima pas d athull media. Jenis utama
yang kedua dari penelitian khalayak 'behavioral ad dalam banyak hal
merupakan reaksi dari model efek langsung. Penggunaan saat ini terpusat, dan
khalayak dianggap sebagai sekelompok penggunan medis yang kurang lebih
aktif dan memiliki motivasi yang berkuasa atas pengala media mereka sendiri,
alih-alih sebagai korban yang pasif. Penelitian beri pada asal mula, sifat
alamiah, dan tingkat motif pilihan media dan konten med Khalayak juga
diperbolehkan untuk memberikan definisi perilaku mereka sendiri (that hemler
dan Katz, 1974).
c. Tradisi budaya dan analisis penerimaan
Tradisi kajian budaya menempati perbatasan antara ilmu sosial dan
kemana Kajian ini hampir secara eksklusif berkaitan dengan karya dari budaya
populer yang kontras dengan tradisi literer awal. Kajian ini menekankan
penggunaan media sebagai cerminan dari konteks sosial-budaya tertentu dan
sebagai sebuah proses pemberian makna bagi produk budaya dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari. Drotner (2000) mencirikan etnografi khalayak
dengan nengikuti kelompok di berbagai lokasi yang berbeda; dan tinggal
cukup lama untuk menghindari prasangka. Analisis penerimaan adalah senjata
penelitian khalayak yang efektif dari kajian budaya modern, alth-alih sebagai
tradisi yang independent
5
penelitian mengenai khalayak media massa, terlepas dari kebutuhan praktis
yang nyata untuk memilk Informasi dasar mengenal khalayak. Sebagaimana
yang akan kita lihat, perubahan dari pertanyaan yang langsung mengenai
khalayak ke dalam isu atau masalas sal biasanya membutuhkan suntikan
standar penilaian tertentu, sebagaimana yeng digambarkan pada paragraf
berikut.
b. Penggunaan media sebagai kecanduan
Penggunaan media yang berlebihan' sering kali dinilai sebagai sesuatu
yang berbahay dan tidak sehat (terutama bagi anak-anak), mendorong
kecanduan, keterangan dari realitas, mengurangi kontak sosial, pengalihan
dari pendidikan, dan pergesera aktivitas yang lebih berguna.
Televisi telah menjadi tertuduh utama, tetapi film dan komik dahulu juga
dianggap demikian, sementara video game, komputer, dan Internet telah
mendi pelaku kriminal terakhir.
c. Khalayak massa dan atomisasi sosial
Semakin khalayak dianggap sebagai kumpulan individu yang
terisolasi alih-alih sebagai kelompok sosial, semakin khalayak dianggap
sebagai massa dengan ciri yang diasosiasikan negatif, misalnya irasional,
kurangnya pengendalian diri yang bersifat normatif, dan rentan terhadap
manipulasi. Dalam keingintahuan yang sebaliknya atas ketakutan terhadap
massa, telah diperdebatkan bahwa pemisahan kontemporer dari khalayak
menimbulkan ancaman baru akan kehilangan kohesi nasional, mengikuti
penurunan lembaga penyiaran pusat.
d. Perilaku khalayak sebagai aktif atau pasif
Secara umum, aktif dianggap baik dan pasif dianggap buruk, baik untuk
anak kecil maupun orang dewasa. Media dikritik karena menawarkan hiburan
yang tidak ada artinya dan membosankan alih-alih orisinal dan memiliki
konten yang merangsang Hasilnya ditemukan, misalnya eskapisme dan
pengalihan dari partisipasi sosial. Selain itu, khalayak dikritik karena memilih
jalan yang mudah. Meskipun penggunaan media secara definisi bersifat tidak
aktif, hal ini dapat menunjukkan aktivitas dengan cara selektivitas, perhatian
yang termotivasi, dan respons kritis.
6
e. Manipulasi atau resistensi
Formulasi awal dari khalayak, yaitu dipandang tersedia sebagai objek
manipulasi dan pengendalian, terbuka pada saran dan irasional dalam
pemujaan selebritas media secar berlebihan. Gagasan mengenai khalayak yang
keras kepala merupakan perkembangan awal dalam teori khalayak. Kemudian,
penelitian penerimaan menekankan fakta baha khalayak sering kali memiliki
akar sosial dan budaya dan dukungan yang melindung mereka dari pengaruh
yang tidak diinginkan dan membuat otonomi dalam pilihan dan respons akan
apa yang mereka terima.
f. Hak khalayak minoritas
Tidak dapat dihindarkan, kominikasi masa cenderung bekerja melawan
kepentingan Khalayak kecil dan minoritas. Sebuah proyek penelitian khalayak
yang manditi dan berorientasi pada rakyat harus memperhatikan kebutuhan
dan kepentingan dari minoritas dengan cara mengenali dan menemukan cara
untuk mempromosikan kemampuan mereka. Dalam konteks ini, minoritas
meliputi serangkaian faktor yang potensial, termasuk gender, perselisihan
politik, kewilayahan, selera, usta, etnis, dan banyak lainnya.
g. Implikasi teknologi media baru
Akhirnya, terdapat pertanyaan mengenai masa depan khalayak,
terutama dalam sorotan perubahan teknologi komunikasi, menghasilkan
kekayaan dan interaktivitas (Livingstone, 2003). Salah satu proposisi adalah
bahwa khalayak (sekelompok pengguna) akan menjadi semakin terpecah-
belah dan semakin terfragmentasi dan kehilangan identitas nasional lokal, atau
budaya. Di sisi lain, jenis baru integrasi berdasarkan interaktivitas mungkin
akan mengganti bilangnya bentuk lama dari pengalaman bersama. Lebih
banyak pilihan untuk pembentukan khalayak berdasarkan kesamaan kesukaan
tersedia untuk lebih banyak orang, dan akan terdapat lebib banyak kebebasan
dan pilihan
7
menarik orang terhadap konten yang mereka tawarkan. Jika kita mengambil
pandangan yang pertama, kita mempertimbangkan media sebagai pihak yang
merespon kebutuhan dari masyarakat, komunitas lokal, kelompok sosial yang
telah ada sebelumnya.
8
massa’ sebagaimana telah dijelaskan bahwa sering kali tersebar , san heterogen ,
tanpa pengaturan , atau struktur internal. Khalayak dari media massa manapun
sering kali identik dengan khalayak bagi yang lain. Pembagian lansekap media
yang akrab menurut jenis media merupakan korban dari munculnya Internet dan
landasan multimedia lainnya.
9
4. Khalayak internal mereka yang memberikan perhatian pada bagian , jenis ,
atau produk konten tertentu.
5. Khalayak kumulatif : proporsi keseluruhan dari khalayak potensial yang
dijangkau selama periode waktu tertentu.kitseterusnya.
Biocca (1998) telah membahas perbedaan makna dan konsep dari aktivitas
khalayak , mengajukan lima versi yang berbeda yang ditemukan dalam literatur ,
sebagaimana berikut :
10
membicarakan mengenai keterlibatan. Dapat disebut juga sebagai
‘rangsangan efektif’.
Ada beberapa aspek lain dari penggunaan media aktif yang barangkali
dilewatkan oleh lima varian yang telah dijelaskan. Misalnya , aktivitas khalayak
dapat mengambil bentuk respons langsung melalui surat atau telepon , baik
didorong oleh media maupun tidak. Media lokal atau komunitas , baik cetak
maupun siar , dapat secara umum memiliki khalayak yg lebih aktif atau memeliki
lebih banyak kesempatan untuk itu. Cerminan krisis dalam pengalaman media
baik ditanyakan secara terbuka melalu ‘umpan balik maupun tidak adalah contoh
lain dari aktivitas khalayak sebagai anggota sadar dari sebuah kelompok
penggemar atau fan club.
11
yang utama mencerminkan struktur sosial secara keseluruhan, Faktor kedua
ditunjukkan sebagai struktur media massa, terdiri atas kemungkinan media yang
tersedia dalam tempat tertentu berdasarkan kondisi ekonomi dan pendidikan
seseorang. di mana keduanya mengarah pada pola perilaku yang reguler dan
pada kepribadian yang konstan.
12
Pendekatan ini ditemukan kembali 20 tahun kemudian pada tahun 1960-an
dan 1970-an sebagai berikut:
1. Media diarahkan kepada tujuan dan untuk kepuasan spesifik karena
khalayak bersifat aktif dan pembentukan khalayak dapat dijelaskan
secara logis.
2. Khalayak mempunyai kebutuhan terkait media yang muncul dalam
kondisi pribadi (Individual) atau sosial (bersama).3. Isi konten kurang
berperan dalam menarik khalayak daripada kepuasan akan suatu
kebutuhan pribadi dan sosial misalnya untuk pengalaman dan pengisi
waktu dan sebagainya.
3. sebagian besar faktor yang relevan untuk pembentukan khalayak seperti
motif, pilihan media dan latar belakang dapat diukur.
b. Teori Nilai-Harapan
Hal yang pokok dari sebagian besar teori mengenai motivasi personal untuk
penggunaan media adalah gagasan bahwa media menawarkan imbalan yang
diharapkan oleh anggota khalayak potensial berdasarkan pengalaman di masa
lalu yang relevan. Imbalan-imbalan ini dapat dipikirkan sebagai efek psikologis
yang dihargai oleh individu .
Secara umum, model ini menyatakan proposisi bahwa penggunaan media
dinilai oleh kombinasi dari persepsi keuntungan yang ditawarkan oleh media
dan nilai perbedaan dari keuntungan ini bagi anggota khalayak individual. Hal
13
ini membantu meliputi fakta bahwa penggunaan media dibentuk oleh
penghindaran sebagaimana pula berbagai tingkatan pilihan yang positif antara
kepuasan potensial yang diharapkan dari media.
14
memasuki bise untuk mencoba mendefinisikan dan menciptakan subkelompok
sosial dan budaya yang baru berdasarkan selera atau gaya hidup dari para
konsumen media potensial yang dapat diidentifikasikan. Setelah latar belakang
sosial tertentu dari keluarga seseorang masuklah kelompok pertemanan dari
kawan sekolah atau lingkungan rumah yang memengaruhi selera dan konsumsi
media, terutama yang berkaitan dengan musik dan televisi-chus media yang paling
populer bagi anak muda. Terdapat banyak bukti bahwa penggunaan media dapat
memainkan peranan penting dalam ekspresi dan penguatan identitas untuk
berbagai jenis subkelompok.
15
diketahui, dan jenis media tertentu secara spesifik dibuat untuk khalayak wanita,
sering kali oleh wanita. Khalayak pria juga dilayani oleh jenis dan genre media
tertentu. Hal yang baru adalah ketertarikan yang besar terhadap makna dari
perbedaan ini dan pencarian atas pemahaman akan bagaimana konstruksi sosial
dari gender juga memengaruhi pilihan media dan sebaliknya.
Pengalaman media yang tergender adalah hasil yang kompleks dari jenis
konten media tertentu, rutinitas sehari-hari yang umum, dan struktur yang luas
dari apa yang masih digambarkan sebagai 'masyarakat patriarkal-atau 'dunia laki-
laki sejauh berkaitan dengan kekuasaan.
16
yang menyenangkan yang tidak terkait dengan kewajiban aktifitas sosial
manapun, meskipun demikian, penelitian khalayak terus-menerus
mengungkapkan eksistensi sistem nilai yang secara informasi melayani untuk
mengatur perilaku media.
Faktanya media secara luas dianggap oleh khalayak mereka sendiri
sebagai pengaruh potensial bagi kebaik dan keburukan dan karenanya butuh
pengarahn dan kontrol oleh masyarakat, setidaknya diawasi oleh orang tua.
17
2.2.12. Pandangan dari Khalayak
Pada bahasan sebelumnya, Melihat secara singkat pada hubungan
komunikator khalayak dari sisi normatif terhadap konten, secara umum, khalayak
tidak merasakan hubungannya dengan media dan komunikator media sebagai
sesuatu yang problematis dari hari ke hari, di bawah kondisi kebebasan dan
keberagaman, tentu khalayak memilih sendiri sumber media mereka sendiri
menurut kesukaan pribadi dan persepsi akan hal yang relavan dan menarik.
Khalayak sebagai pasar: ciri teoritis utama
1) Khalayak merupakan kumpulan dari banyak konsumen, baik konsumen
nyata maupun potensial.
2) Anggota khalayak tidak berkaitan satu sama lain dan tidak memiliki
identitas diri bersama.
3) Pembentukannya bersifat sementara
4) Kepentingan orang lain (public) adalah sesuatu yang di nomor duakan
Dan masih banyak lagi.
18
yang memuaskan dan menjembatani ‘jarak’ nyata yang tidak dapat dihindari
antara bintang dan penggemarnya, meskipun demikian hal ini juga dapat
merupakan pengalaman yang menyakitkan, mengapa?? Karena pengharapan yang
tinggi dan keterikatan emosional yang termediasi yang membuat para penggemar
rentan secara potensial. Fandom juga memiliki kelemahan bagi sang objek
ketertarikan karena para penggemar dapat menjadi tidak konsisten dan tidak dapat
memaafkan dan pada akhirnya akan meninggalkan, mereka jg memperlakukan si
bintang sebagai objek gossip, irihati (Alberoni,1972) dan ketidaksukaan
(Turner,2004).
19
1) Unitary model ini menyatakan bahwa khalayak tunggal kurang lebih berbagi
batasan yang sama dengan publik umum. Seiring dengan meningkatnya
pasokan konten dan saluran, ada lebih banyak keragaman, dan pilihan yang
penting mulai muncul di dalam kerangka model uniter (misalnya televisi di
siang hari dan malam hari, variasi wilayal. lebih banyak televisi swasta di
Eropa).
2) Pola keragaman internal yang terbatas ini dapat disebut sebagai model
pluralisme (pluralism model).
3) Tingkat ketiga, model inti perfer (core-periphery model) adalah di mana
penggandaan saluran melemahkan kesatuan kerangka. Hal ini menjadi
mungkin, sebagai hasil dari transmisi kabel dan satelit,teknologi rekaman,
dan media baru lainnya, untuk menikmati diet televisi yang berbedasecara
signifikan dari mayoritas atau arus utama.
4) Tingkat akhir dilambangkan dalam Gambar 16.4, yaitu breakupmodel, di
mana fragmentasi semakin meninekat dan tidak lagi ada 'pusat", hanya
adasangat banyak kelompok pengguna media yang sangat beragam pula.
20
pengguna sistem lainnya juga meningkatkan aliran informasi kembali ke media,.
Bagaimanapun, 'pelarian' potensial khalayak dari manajemen dan kontrol,
sebagaimana pula pilihan yang semakin meningkat, terlihat sebagai permulaan
dari sisi keseimbangan atas kekuatan khalayak.
'Kekuasaan' Khalayak yang semakin meningkat seharusnya tidak dibesar-
besarkan karena ada banyak kelebihan dan juga kekurangan. Semakin Khalayak
menjad: kelompok konsumen pasar yang lain, maka mereka semakin kehilangan
kekuatan sOsial kolektif/ Menurut Cantor (1994: 168):
Perubahan media memengaruhi khalayak
• Penggandaan saluran.
• Konglomerasi meningkatkan beberapa jumlah khalayak.
• Fragmentasi khalayak massa.
• Segmentasi menurut karekteristik pasar.
• Pelarian khalayak dari manajemen dan pengukuran.
• Muncul jenis baru khalayak: interaktif dan konsultatif.
21
• Derajat keaktifan atau kepasifan.
• Derajat interaktivitas dan dapat saling dipertukarkan.
• Ukuran dan durasi.
• Kedudukan di dalam ruang.
• Karakter kelompok (identitas sosial atau budaya).
• Kontak yang simultan dengan sumber.
• Komposisi yang heterogen.
• Hubungan sosial antara pengirim dan penerima.
2.3.2. Sejarah Alami Penelitian dan Teori Efek Media: Empat Tahapan
a. Tahap 1: Semua Media Berkuasa
Dalam tahap pertama yang terbentang dan awal abad hingga tahun
1930-an, media baru seperti pers, film, dan radio dianggap memiliki kekuatan
22
untuk membentuk opini dan kepercayaan merubah kebiasaan hidup dan
membentuk sikap menjadi kurang lebih sama dengan keinginan pengontrol
(Bauer and Bauer, 1960), Pandangan ini tidak berdasarkan penelitian ilmiah,
tetapi berdasarkan kekagaman pada persuasi massa yang terlihat terbuka dan
pengamatan terhadap popularitas media yang sangat besar ini mengganggu
kehidupan sehari-hari dan kepentingan publik
b. Tahap 2: Teori Kekuatan Media Diuji
Banyak penelitian terpisah dilakukan untuk menghasilkan efek dari
media dan muatan yang berbeda, dat film atau program tertentu, dan dari
keseluruhan kampanye. Perhatian terkonsentras pada kemungkinan
penggunaan films dan media lain untuk persuasi atau informati yang
terencana.Penilaian baru perlahan memodifikasi opini di luar komunitar sosial
ilmiah Haf ini sulit diterima bagi orang yang mencari nafkah dari iklan dan
propaganda dan bag pekerja media yang menghargai enitos potemi besar
Orang-orang dengan motif politi atau komersial untuk menggunakan atau
mengontrol media udak merasa mereka.
c. Tahap 3: Kekuatan Media ditemukan kembali
Tahap ketiga teori dan penelitian tetap mencari efek potensial. tetapi
menurut revai konsep proses dan sosial media, proses masih diikutsertakan
Investigasi awal masih bergantung pada model (yang dipinjam dari prikologi
untuk mencapai hubungan antara tingkat terpaan' dari stimulus media dan
mengukur perbedaanya atau variasi dalam sikap, opini, informasi atau tingkah
laku, serta mempertimbangkan variabel penggangn.
Perhatian juga ditujukan pada efek kolektif dari iklim, definisi realita
sosial, ideologi, dan pada struktur opini dan kepercayaan pada populasi. Efek
lain yang juga dipertimbangkan terutama dalam pola budaya dan perilaku
dalam institusi Contohnya adalah terjadi perubahan dalam komunikasi politik
setelah hadirnya televisi dan perubahan lain sebagai hasil dari media
komunikasi harp, Penting joga kesadaran tentang cara media memilih,
memproses, dan membentuk isi media untuk kepentingan mereka.
d. Tahap 4: Negosiasi Pengaruh Media
23
Pendekatan terhadap kebangkitan efek medis dapat disebut sebagai
konstruktivis sosial (Gamson dan Modigliani. 1989). perubahan ini
memandang media memiliki efek penting dalam pembentukan makna Media
cenderung menawarkan pilihannya' dalam pandangan pada realitas sosial
yang dianggap dapat diterima dan reliabel). Ini termasuk menyediakan
informan dan cara yang pantas dalam mengartikan informasi membentuk
penilatan dan 'opini dan bereaksi pada informasi tersebut. Narasumber
alternatif dapat memasukkan pengaruh dari pengalaman pribadi atau dari
Imgkungan sosial atau budaya yang dapat menjadi perlahanan. Pandangan
dalam proses ini adalah pembebasan dari paradigma semua media berkuasa
yang jugs indai dengan pergeseran dari metode kuantitatif dan behaviris
menuju metode kualitatif yang mendalam dan menggunakan etnografi.
24
Komunikasi atau kekuatan simbolik berbeda dengan kekuatan jenis lain karena
tidak menggunakan faktor nonmaterial (kepercayaan, rasionalisasi, penghargaan,
kasih sayang, dan lain lain).
25
jangka panjang.Cara ini dianjurkan oleh Golding (1981) untuk membantu
membedakan antara konsep dan efek berita yang berbeda.
Ia berpendapat bahwa dalam hal berita, efek jangka pendek yang diinginkan
dapat dianggap sebagai 'bias, efek jangka pendek yang tidak diinginkan disebut
sebagai 'bias yang tidak disadari'; efek jangka panjang yang diinginkan
mengindikasikan kebijaksanaan (dari media yang diperhatikan). sementara itu
efek jangka panjang yang tidak diinginkan dari berita adalah ideologi Persamaan
pola pikir dapat membantu kita untuk memetakan tipe efek utama dari proses
media yang telah berhubungan dengan literatur penelitian jika dua istilah ini
bekerjasama. Berikut adalah efek media sesuai dengan prosesnya :
a. Direncanakan dan jangka pendek
• Propaganda
• Respons individual
• Kampanye media
• Pembelajaran berita
• Framing
• Agenda-setting
b. Tidak Terencana dan jangka pendek
• Reaksi individu
• Reaksi kolektif
• Dampak kebijakan.
c. Direncanakan dan jangka Panjang
• Difusi perkembangan
• Difusi berita
• Difusi inovasi (diffusion of innovation)
• Distribusi ilmu pengetahuan
d. Tidak terencana dan jangka Panjang
• Kontrol sosial
• Sosialisasi
• Hasil keluaran peristiwa
• Mendefinisikan kenyataan dan pembentukan makna
26
• Perubahan institusional
• Keterlepasan
• Perubahan budaya dan sosial
• Integrasi sosial
27
Pada umumnya, efek yang disengaja menjadi lebih besar pada topik yang
berasal dari jauh atau kurang penting bagi penerima (rendahnya tingkat
keterlibatan ego atau komitmen). Faktor saluran (media) sering diamati dengan
hasil yang masih berantakan karena isi dan penerima pesan mendominasi hasil
pembelajaran. Seperti yang telah kita lihat, jumlah penerima variabel menjadi
relevan terhadap efek, tetapi yang lebih diperhatikan adalah tingkat motivasi,
kepentingan, dan ilmu pengetahuan.
Model media efek yang dipilih mereka terkait dengan urutan yang berulang
dari keterlibatan yang rendah, melalui persepsi disonansi, dan kemudian
pembelajaran dengan hasil komulatif.
28
iklan dan informasi pada kampanye, lebih dari salah satu keadaan ini terdapat
pada peristiwa tersebut.
Usaha yang hampir sama untuk menjelaskan efek media (terutama dari opini
individu) diutarakan oleh Kelman (1961) Dia menamakan tiga proses pengaruh.
rasional dan sasaran bagi kekuasaan atau sangat rasional dan dapat memproses
dan mengevaluasi sumber informasi dengan kristis.
2.3.9. Kampanye
a. Fitur Biasa
Terdapat banyak kampanye yang berbeda-beda, ini termasuk : kampanye
layanan masyarakat yang dirancang untuk menguntungkan penerima pesan,
seperti kampanye Kesehatan dan keselamatan atau menyediakan layanan
public: kampanye pemilihan bagi partai atau kandidat: kampanye advokasi
untuk kasus tertentu; kampanye 'modernisasi yang dilakukan oleh negara
berkembang iklan komersial, pembuatan citra-pemerintahan atau perusahaan,
propaganda bagi diplomasi publik' (public diplomacy) untuk kepentingan
peraturan internasional. Kampanye selalu terkait dengan mengarahkan,
memperkuat, dan mengaktifkan kecenderungan yang ada terhadap objektif
sosial, membeli barang, mengumpulkan uang untuk hal baik, atau mendapatkan
kesehatan dan keselamatan yang lebih baik. Lingkup untuk pembaruan dari
efek atau perubahan besar sering kali terbatas dan media dipekerjakan untuk
mendampingi kekuatan institusional.
b. Kondisi Filter
Terdapat 'kondisi filter' atau penghalang potensial yang dapat
memfasilitasi atau menggangu jalannya pesan kepada kelompok masyarakat
tertentu atau secara keseluruhan. Beberapa kondisi telah didiskusikan dan pada
praktiknya dapat diprediksi walaupun hanya dalam kondisi yang sangat luas.
c. Pengaruh Pribadi
Sementara konsep ini relevan bagi aspek manapun, konsep ini berasal dari
studi tentang kampanye dan aturan jangka waktu media dan usaha yang
berhati-hati untuk membujuk dan menginformasikan adalah intervensi yang
paling kondusif terhadap kontak pribadi sebagai sumber yang berpengaruh.
Pertama adalah pemikiran dari populasi berdasarkan kepentingan dan aktivitas
29
dalam hubungannya terhadap media dan pada topik yang diangkat oleh media
massa (singkatnya pemimpin opini dan lainnya). Juga jelas bahwa efek
langsung media dapat terjadi tanpa gangguan' dari pemimpin opini, dansangat
mungkin pengaruh pribadi menjadi penguat dan penetral efek media.
d. Bagi Kepentingan Siapa?
Dimensi lain yang harus diingat adalah kampanye dapat berubah menurut
Rogers danStorey (1987) yang menyebutnya 'locus of benefit. Beberapa
kampanye mengatakanmembela kepentingan penerima (seperti kesehatan dan
kampanye informasipublik), sementara lainnya jelas mengikuti kepentingan
pengirim-sebagian besariklan komersial dan sebagian besar 'propaganda. Hal
ini tidak selalu menghasilkankeuntungan yang jelas apabila mereka gagal
meraih kesuksesan (seperti meraih targetkhalayak yang dimaksud atau memilih
pesan yang tepat) walaupun hal ini dapatmemberikan kepercayaan dan niat
baik dari penerima pesan.
30
banyak seperti melakukan kerja sama dengan berbagai merek yang tidak memiliki
keterkaitan dengan musik.
STUDI KASUS
Semakin majunya perkembangan zaman, konsep khalayak tidak lagi
terpaku dengan konsumen televisi saja seperti yang di sampaikan oleh para ahli
pada masa itu, Fandom Korean K-Pop adalah contoh kasus dimana masa depan
khalayak tidak hanya terpaku pada masa yang ada di depan mata atau nyata,
penggunaan media sosial yang sedang naik-naiknya di masa sekarang pada
akhirnya sangat memengaruhi konsep pandang khalayak dan istilah fandom.
Selama dekade terakhir, budaya populer Korea Selatan telah menyebar ke
seluruh dunia. Istilah Hallyu digunakan untuk menggambarkan meningkatnya
popularitas budaya populer mereka. Hallyumeledak secara global menghasilkan
efek riak. Pemerintah Korea Selatan memanfaatkan sepenuhnya fenomena ini dan
membantu industri medianya dalam mengekspor budaya populer tersebut.
Ekspansi global yang dilakukan telah berkontribusi meningkatkan citra nasional
dan ekonomi Korea Selatan dan telah dilihat sebagai alat untuk diplomasi publik
(Lee, 2011). Industri musik Korea Selatan diminati oleh masyarakat global
melalui cara yang belum pernah terlihat sebelumny Di Indonesia sendiri.
BTS telah menjadi pusat popularitas musik pop Korea Selatan atau K-pop.
Strategi berorientasi konsumen yang matang dengan memanfaatkan
nternasionalisasi dan digitalisasi telah membantu BTS dan perusahaan
pengelolanya Hybe Corporation yang sebelumnya bernama Big Hit Entertainment
mencapai puncak kesuksesan. Dengan strategi itu, BTS telah menjadi boy
bandpapan atas Korea Selatan (Parc & Kim, 2020).
Mclaren & Jin (2020) berpendapat bahwa popularitas BTS dapat
dieksplorasi dalam konteks penggunaan media sosial di kalangan penggemar dan
dalam identifikasi mereka dengan BTS melalui konten daring, musik, dan citra
originalitas merek. Kemajuan teknologi digital menawarkan tempat interaksi yang
lebih mudah antara BTS dan penggemar. Layanan musik komersial seperti Spotify
memungkinkan artis untuk mengumpulkan dan membagikan daftar putar mereka
sendiri melalui halaman profil.
31
Hal ini membuat penggemar merasa lebih dekat dengan artis yang mereka sukai
karena dapat memahami selera artis dan mengetahui apa yang sedang mereka
dengarkan. Penggemar jug erlibat dalam berbagai kegiatan selain hanya
mendengarkan dan menikmati musik dari artis yang mereka dukung.
Kegiatan tambahan ini tidak hanya mengapresiasi konten non-musik yang
terkait dengan artis seperti film dokumenter atau buku, tetapi juga berinteraksi
dengan artis dan penggemar lainnya melalui media sosial dan acara offline (Lee &
Nguyen, 2020). Anggota ARMY secara khusus telah membangun ruang
pertemuan di ranah daring. Beberapa akun fansbaseinternasional seperti akun
Twitter @BTS_National memiliki pengikut sebanyak 1,8 juta orang dan akun
Twitter @BTS_twt memiliki pengikut sebanyak 42,8 juta orang. Sementara itu,
akun-akun fansbasedi Indonesia juga memiliki jumlah pengikut yang cukup besar.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak muda di seluruh dunia
menyukai Korea Selatan serta produk dan budayanya karena termotivasi untuk
mencapai realisasi diri melalui fandom(Park, 2012). Sebuah survei menunjukkan
bahwa 20% dari penggemar BTS berasal dari Indonesia, disusul dengan Mexico
sebesar 10,6%, Amerika Serikat 8,4%, Peru 5,12%, dan Philippines 4,5%.
Dengan demikian, Indonesia memiliki jumlah penggemar BTS terbesar di dunia.
Keberadaan fandom bukan dilihat sebagai penggemar, melainkan sebagai
komoditas yang memiliki nilai ekonomi. Fandom dilibatkan dalam berbagai
kegiatan promosi yang dikendalikan oleh produsen (Coppa, 2014).
PENDAPAT KELOMPOK
Menurut pemahaman kami terkait mata kuliah Komunikasi massa, dengan
sub bagian bahasan Fandom dan Khalayak ,yang telah kami pelajari sejauh ini,
Media Digital sangat membawa perubahan besar dalam dunia ke-Fandom an
terkhusus terkait studi kasus “Media Digital Fandom boyband BTS Di Indonesia”,
Fandom seringkali di hubungkan dengan pandangan kritis terhadap
ketidak dewasaan dan irasionalitas, sebuah contoh perilaku massa, fandom juga di
tafsirkan sebagai bukti manipulasi dan eksploitasi-sesuatu yang didorong oleh
media untuk menguatkan ikatan dengan produk pelakon, untuk
membantupublisitas dan membuat uang tambahan dari penjualan merchandise dan
32
spin off (produk pelengkap) lainnya, ini membantu menambah lama hidup produk
dan memaksimalkan keuntungan.
Fandom juga di bentuk oleh penggemar itu sendiri, ketika mereka
mengasosiasikan satu sama lain dan mengungkapkan keterikatan mereka secara
public (kaos,fanzine,gaya dan semacamnya, dan melalui definisi fandom itu
berusaha menjelaskan hubungan media dengan cara yang memuaskan dan
menjembatani ‘jarak’ nyata yang tidak dapat dihindari antara bintang dan
penggemarnya, meskipun demikian hal ini juga dapat merupakan pengalaman
yang menyakitkan, mengapa?? Karena pengharapan yang tinggi dan keterikatan
emosional yang termediasi yang membuat para penggemar rentan secara potensial
(sering halu)
Singkatnya terlepas dari apapun itu, sesuatu yang berlebihan tidak
menjadikan itu baik walau pada hakikatnya kita mencari kebaikan untuk diri kita
sendiri, seperti contoh seorang anak gadis yang rela menghabiskan banyak uang
orang tuanya hanya untuk membeli barang-barang terkait ke fandom an mereka,
tentu itu menjadikan sesuatu yang secara tidak lansung masuk dalam dampak
negative hal tersebut, dan biasanya contoh diatas di lakukan hanya sebatas
individu saja.
Disisi lain ke fandom an ini justru juga menjadi suatu kekuatan yang besar
karena berdasar pada satu kumpulan atau khalayak yang sama, dan memunculkan
suatu gagasan-gagasan yang positif pula seperti contoh terkait penggalangan dana
para Fandom ARMY BTS dengan menggunakan media sosial berupa website,
yang mana galang dana tersebut di alokasikan kepada korban tragedy stadion
Kanjuruhan. Dan tentu masuk ke dalam dampak positif adanya fandom.
33
BAB III
KESIMPULAN
• Konsep ini dipahami secara berbeda dari sudut pandang yang berbeda.
Dari sudut pandang khalayak atau mereka yang mengambil perspektif
khalayak, pandangan mengenai khalayak ini bersifat periferal atau tidak
dipahami.
• media tidak diragukan lagi memiliki efek walaupun sulit untuk diketahui
kapan dan tingkat efek yang sudah terjadi dan yang mungkin terjadi.
Kesulitan pada umumnya muncul dari jumlah dan keragaman efek yang
mungkin terjadi dan dari fakta dan kondisi yang terkait dengan terjadinya
efek tersebut.
34
DAFTAR PUSTAKA
Quail, M. Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa Edisi 6-Buku 2 (Terjemah). Jakarta: Salemba
Humanika.
35