Disusun oleh
PRODI MANAGEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMADIAH PRINGSEWU (UMPRI) LAMPUNG
2023
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang berjudul “KOMUNIKASI DALAM
ORGANISASI” kami sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kiki
Oktora, S.E, M.M. selaku dosen mata kuliah Komunikasi Bisnis.
Kami menyadari bahwa apa yang disajikan didalam makalah ini masih terdapat
kekurangannya, baik dalam isi maupun penulisannya. Kekurangan-kekurangan tersebut
disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan kami, baik
disadari ataupun yang tidak disadari. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca perlu untuk
disampaikan. Agar penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus sebagai
upaya perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang. Kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi pembaca pada umumnya.
Pringsewu, .............................
penyusun
I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3. 1 Kesimpulan.................................................................................................................. 23
3. 2 Saran............................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 24
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memparkan point-point tersebut
sesuai dengan pengetahuan yang saya peroleh yaitu dari buku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-
perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
2) Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,
maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada
memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan
akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
4
2.3 Gaya Komunikasi dalam Organisasi
1. The Controlling Style
Controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau
maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan
orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications.
2. The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya
landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan
berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang
bersifat dua arah (two-way communication).
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan
jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur
yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur
yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna
lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi
pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
5
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
mengontrol orang lain.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini
untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
6
lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan mengetahui situasi-situasi
yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil apapun pasti akan
berakibat fatal.
7
Selain berperan sebagai seorang tokoh figure, seorang manajer juga harus
mampu menyampaikan pesan pesan bisnis dengan baik kepada para karyawan,
sehingga pesan yang disampaikan tersebut efektif dan dapat dipahami dengan baik
pula. Sebagai contoh, seorang manajer suatu organisasi menyampaikan kebijakan
yang berkaitan dengan penetapan standard gaji baru para karyawannya. Pesan tersebut
dapat disampaikan secara lisan dan tertulis. Point penting dari kebijakan baru tersebut
dapat disampaikan secara lisan, sedangkan penjelasan yang lebih rinci sebaiknya
disampaikan dalam bentuk tertulis.
Peran manajerial yang lain adalah kemampuan dalam memimpin suatu
organisasi bisnis maupun nonbisnis. Seorang manajer harus mampu memotivasi dan
melakukan control terhadap karyawannya. Sedangkan, peran penghubun menunjukan
hubungannya dengan orang orang yang berada diluar organisasi, misalnya dalam
kaitannya dengan pelanggan, pemasok, klien, dan pemerintah.
b. Peran Informasional
Peran informasional mencakup peran pemantauan (monitor role), peran
penyebar informasi, dan peran juru bicara. Peran pemantauan/monitoring adalah
peran yang harus dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawasi bawahan agar
pekerjaan mereka sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya, peran penyebar informasi adalah peran sebagai seorang juru
bicara. Seorang manajer harus dapat menyebarluaskan atau menyampaikan informasi
secara menyeluruh kepada para karyawannya agar mereka dapat memahami dengan
baik berbagai kebijakan organisasi tersebut. Penyebarluasan informasi ini lebih
berorientasi kepada kepentingan internal suatu organisasi, misalnya kebijakan pakaian
seragam yang baru bagi semua karyawan.
c. Peran keputusan
Peran keputusan mencakup tiga peran yang penting yaitu : peran wirausah,
peran pemecah masalah, dan peran pengalokasi sumber daya, dan peran negosiator.
Seorang manajer harus dapat memerankan dirinya sebagai seorang wirausaha yang
jujur, dinamis, ulet, kreatif, inovatif, responsive, bertanggung jawab, berani
mengambil resiko dan berwawasan luas.
Peran berikutnya adalah peran pemecah masalah. Seorang manajer harus dapat
memerankan dirinya sebagai salah seorang yang memiliki kemampuan dalam
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh suatu organisasi, misalnya
masalah terlambatnya pendistribusian barang. Masalah pelayanan pelanggan yang
8
kurang baik, masalah kualitas barang yang masih rendah, dan masalah penyediaan
bahan baku yang kurang lancar.
9
mencakup beberapa factor, antara lain biaya, penjualan, pangsa pasar, produktivitas,
tingkat perputaran karyawan dan tingkat persediaan yang ada.
Oleh karena itu, untuk mengukur prestasi kerja organisasi acara menyeluruh sangat
diperlukan terjalinnya komunikasi yang baik antar unit yang ada dalam organisasi
tersebut.
d. Merekrut dan Mengembangkan Staf
Jika ingin merekrut seorang, suatu perusahaan harus mengumumkan secara terbuka,
menulisa resume , dan melakukan wawancara dengan pelamar sehingga dapat
ditentukan orang yang benar benar cocok untuk menduduki jabatan yang tersedia.
Selanjutnya, karyawan baru perlu diperkenalkan dengan staf organisasi.
e. Pelayanan Pelanggan
Semua organisasi akan berhubungan dengan para customer atau pelanggan (internal
maupun eksternal) dengan menggunakan komunikasi, baik dalam bentuk
formalmaupun nonformal. Harga yang tertera dalam suatu produk, nama kelompok
produk yang tertulis dalam rak-rak, dan berbagai macam bentuk simbol seperti
dilarang merokok, arah panah, dan sejenisnya juga merupakan bentuk komunikasi
yang mungkin digunakan oleh suatu organisasi dalam berhubungan dengan pelanggan
atau konsumennya.
Penggunaan nota penjualan, brosur, iklan, telepon bebas pulsa, dan berbagai bentuk
promosi lainnya adalah bentuk komunikasi yang digunakan oleh organisasi sebagai
sarana untuk mernagsang keinginan para pelanggan agar menggunakan produknya.
f. Negosiasi Dalam Pemasok
Untuk mendapatkan harga produk yang baik, manajemen dalam suatu perusahaan
perlu mengadakan negosiasi baik dengan pemasok maupun dengan pemberi pinjaman.
Setelah mendapatkan bantuan dana yang diperlukan, mereka harus secara rutin
memberikan laporan perkembangan perusahaannya kepada pihak-pihak yang terkait.
g. Memproduksi Produk
Untuk menuangkan ide atau gagasan mengenai produk baru, kemudian
menempatkannya dalam proses produksi, sampai akhirnya menjadi suatu produk yang
siap dipasarkan, diperlukan komunikasi. Seorang perancang mendesain rencana
prosuk; pemasar melakukan penelitian pasar; dan manajer penjualan melakukan
kampanye penjualan. Kegiatan-kegiatan di atas memerlukan banyak komunikasi, baik
komunikasi antara manajer dengan karyawan, antara karyawan yang satu dengan yang
10
lain, atau antara bagian pemasaran dengan para pelanggan. Dengan kata lain, proses
produksi erat kaitannya dengan komunikasi.
h. Berinteraksi dengan peraturan yang ada
Komunikasi bukan saja terjadi dengan tubuh perusahaan, tetapi juga antara
perusahaan dengan pemerintah. Sebagai wakil rakyat, pemerintah sudah seharusnya
melindungi kepentigan masyarakat.
Untuk itulah, pemerintah menyusun peraturan yang bertujuan untuk memberi
perlindungan bagi masyarakat luas dari tindakan sewenang-wenang perusahaan,
misalnya peraturan yang berkaitan dengan perlindungan keselamatan kerja, jaminan
hari tua, pencemaran lingkungan, dan penentuan lokasi usaha. Kegiatan-kegiatan
tersebut juga memerlukan komunikasi.
11
a. Komunikasi Dari Atas Ke Bawah
MANAJER UMUM
KARYAWAN
12
b. Komunikasi Dari Bawah Ke Atas
c.
MANAJER UMUM
KARYAWAN
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas berarti jalur pesan
yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan
yang disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya
disampaikan ke jalur yang lebih tinggi, yaitu kebagian pabrik, ke manajer
produksi, dan akhirnya ke manajer umum.
Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah kemungkinan
bawahan hanya menyampaikan informasi (laporan) yang baik-baik saja,
sedangkan informasi yang agaknya mempunyai kesan negative atau tidak
disenangi oleh manajer cenderung disimpan dan tidak disampaikan. Mengapa
demikian? Hal ini terjadi karena para bawahan beranggapan bahwa dengan hanya
melaporkan hali yang baik-baik saja, ia dapat menjaga atau meyelamatkan
posisinya, serta mendapatkan rasa aman dalam suatu organisasi.
13
d. Komunikasi Horizontal
MANAJER UMUM
KARYAWAN
14
e. Komunikasi Diagonal
MANAJER UMUM
KARYAWAN
Bentuk komunikasi yang satu ini memang agak lain dari beberapa bentuk
komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua
tingkat organisasi yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi formal antara
manajer pemasaran dengan bagian pabrik, antara manajer produksi dengan bagian
promosi, antara manajer produksi dengan bagian akuntansi, dan antara manajer
keuangan dengan bagian penelitian.
15
f. Keterbatasan Komunikasi Formal
MANAJER
A B C D E F G H I
16
B. Saluran Komunikasi Informal
MANAJER UMUM
KARYAWAN
17
2.7 Cara Mengelola Komunikasi
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola komunikasi
1. Penanganan pesan-pesan rutin
Dalam organisasi besar, pada umumnya volume pesan-pesan lebih banyak
daripada dalam organisasi berskala kecil, tetapi semua perusahaan memusatkan
perhatiannya pada bagaimana memaksimumkan manfaat dari kegiatan komunikasi
dengan biaya tertentu. Untuk dapat memaksimumkan manfaat dan meminimkan biaya
tersebut, seorang manajer perlu memperhatikan berbagai hal berikut:
a. Mengurangi Jumlah Pesan
Arus pesan dalam suatu organisasi yang disampaikan secara lisan maupun tertulis
perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini, seorang manajer suatu organisasi perlu
menentukan skala prioritas pesan. Untuk membuat satu halaman surat diperlukan
waktu dan sumber-sumber (uang/bahan, waktu, tenaga). Berapa lama sebuah
pesan seharusnya dapat diselesaikan? Dapatkah sebuah pesan cukup disampaikan
lewat telepon? Dapatkan menjawab pertanyaan lewat memo? Berapa banyak surat
yang seharusnya dibuat? Berapa banyak surat yang harus diarsipkan? Jawaban
terhadap petanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu organisasi dalam
menghemat waktu dan uang.
b. Intruksi Yang Jelas
Kesalahan yang menyebabkan macetnya komunikasi, mungkin dapat
dibebankan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi. Namun dalam hal ini
seorang manajer mempunyai tanggung jawab khusus untuk membuat setiap orang
dalam organisasi tahu apa yang harus dilakukan. Orang-orang yang bertugas
melakukan komunikasi (komunikator) sudah seharusnya memahami kebutuhan
dan tujuan organisasi secara keseluruhan, sehingga ia dapat menghindarkan
dirinya dari kesalah memberi instruksi.
c. Mendelegasikan Tanggung Jawab
Dalam suatu organisasi, tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai
bila manajer mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat menyelesaikan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Hal ini penting karena seorang
manajer harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi kepada orang lain.
Seorang manajer yang bersikeras untuk mengerjakan ulang setiap pesan dengan
gayanya sendiri tentu akan merepotkan semua pihak dalam suatu organisasi.
d. Melatih Petugas
18
Suatu organisasi danjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan keterampilan
berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan/tugasnya berhubungan erat
dengan masalah komunikasi. Komunikator juga perlu meningkatkan dan
memperlancar kemampuan berbahasa dan keterampilan presentasinya, sehingga
komunikasi bisa menjadi lebih baik dan lancar.
19
bahwa limbah pabrik tersebut menjadikan sawah-sawah milik warga para petani
menjadi tidak subur lagi. Di samping itu, mereka juga mengeluhkan bau limbah
yang sangat mengganggu, bahkan ada diantara mereka yang mengalami pusing
dan mual, dan terpaksa harus diopname di rumah sakit.
Cara penanganan krisis disuatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang
lain. Namun yang jelas, munculnya krisis dalam suatu perusahaan dapat mempunyai
pengaruh terhadap masa depan produk maupun reputasi perusahaan bersangkutan. Dalam
kaitannya dengan krisis komunikasi tersebut, ada dua falsafah dalam komunikasi yaitu (1)
bersikap diam, tidak mengatakan sesuatu atau; (2) katakana apa yang terjadi dan segara.
Kedua pendekatan tersebut ternyata dapat diaplikasikan dalam situasi nyata dan berhasil,
seperti yang dialami perusahaan Amerika Johnson & Johnson dan Gerber.
Dalam situasi krisis komunikasi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan diantara lain:
20
Menulis surat, memo dan laporan
21
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya
perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi,
misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan
penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari
sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
5. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang,
dll.
22
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau berita ke
beberapa orang. Dikarenakan komunikasi melibatkan seorang pengirim dan menerima
pesan yang mungkin juga memberikan umpan baliku ntuk menyatakan bahwa pesan
telah diterima. Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia karena manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berkomunikasi
seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut dalam
berkomunikasi. Dalam proses komunikasi kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak
hambatan-hambatan dalam berkomunikasi.
Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk
mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi
diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Seseorang dalam berkomunikasi pasti
dapat merasakan timbal balik antara pemberi informasi serta penerima informasi
sehingga terciptanya suatu hubungan yg mutualisme antara keduanya.
3. 2 Saran
Seorang manajer baiknya melakukan komunikasi dengan seluruh aspek dalam
organisasinya tersebut agar tercipta “lingkungan kerja” yang baik. Hal tersebut dapat
meningkatkan kualitas kerja, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Effendy Uchjana Onong. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Gibson, James L. 1990. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Binarupa
Aksara
Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Syafie Kencana Inu, dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : Reneka Cipta
Pasolong Harbani, 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
24