Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOMUNIKASI EFEKTIF SESEORANG PEMIMPIN DAN MANAJER

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN


KEPEMIMPINAN, PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN, DAN ENTERPREUNERSHIP

DOSEN PENANGGUNG JAWAB: Bdn. Winancy, SST, M.Keb

DISUSUN OLEH:

Della Mivandha P3.73.24.1.19.007

Rahma Majidah Prasanti P3.73.24.1.19.021

Rezty Aisyah P3.73.24.1.19.025

PROGRAM PROFESI BIDAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendamping
presentasi kami tentang perumusan masalah penelitian dan tinjauan pustaka.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dan kami rangkai dengan baik dan benar guna
melengkapi tugas presentasi kami pada mata kuliah Manajemen Kepemimpinan,
Pengembangan Kewirausahaan, dan Enterpreunership. Kami harap makalah ini dapat
berguna bagi para pembaca guna menambah pengetahuan.

Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah berperan membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, serta permohonan maaf atas makalah yang memiliki
banyak kekurangan dan kesalahan ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan baik bagi para pembacanya dan dapat
bermanfaat, baik untuk kami dari tim penyusun maupun bagi para pembaca. Sebelumnya
kami memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Maka dari itu, kami
mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan kami kedepannya demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 22 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

TINJUAN TEORI......................................................................................................................6

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Pelayanan Kebidanan...........................................................6

2.1.1 Pengertian Komunikasi..............................................................................................6

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi..........................................................................................6

2.1.4 Hukum Komunikasi yang Efektif..............................................................................8

2.1.4 Model Komunikasi....................................................................................................9

2.2 Tahapan Komunikasi Layanan Kebidanan.......................................................................9

2.3 Komunikasi dan Organisasi............................................................................................10

2.4 Implementasi Komunikasi Efektif Pemimpin dalam Rapat...........................................12

2.5 Implementasi Komunikasi Efektif Pemimpin dalam Megelola Konflik........................13

BAB III.....................................................................................................................................16

PENUTUP................................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................16

3.2 Saran..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang manusia kita tidak bisa menjalankan hidup seorang diri, melainkan kita perlu
hidup berdampingan dengan orang lain yang mengharuskan kita berkomunikasi dengan orang
lain. Komunikasi tersebut ditujukan untuk memnuhi kebutuhan fisik, psikologis, emosional, d
an intelektual. Komunikasi akan sangat dibutuhkan dalam melakukan binaan hubungan yang
baik dan menyenangkan. Sehingga sangat diperlukan penggunaan bahasa yang baik dalam be
rkomunikasi sehingga tidak menimbulkan dampak yang diharapkan dan menjadikan komunik
asi menjadi sia-sia (Zuwirna, 2016).

komunikasi memiliki peranan yang penting dalam organisasi, sehingga komunikasi or


ganisasi dengan segala teori yang ada didalamnya menjadi hal yang penting untuk dipelajari.
Komunikasi pun menjadi pusat fenomena dalam organisasi. Saat di dalam organisasi terjadi p
erubahan sistem, komunikasi akan turut membangun dan memelihara tercapainya tujuan orga
nisasi. Hal ini dilakukan dengan memberikan motivasi dan memberikan inspirasi di antara an
ggota organisasi yang dapat meningkatkan inovasi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dap
at tercapai. Di dalam organisasi terdapat struktur yang berbeda-beda sesuai dengan aktifitas y
ang dilakukan dan komunikasi memegang peranan dalam mengkoordinasikan hal-hal yang di
hasilkan oleh masing-masing struktur tersebut. Jenjang jabatan di antara karyawan dalam org
anisasi juga memerlukan kontrol yang melibatkan jejaring komunikasi, baik secara formal ma
upun informal. Oleh karena itulah komunikasi organisasi menjadi bagian tak terpisahkan dari
setiap interaksi yang terjadi di organisasi. Dalam organisasi diperlukan peranan pimpinan yan
g dapat menyusun strategi dan memiliki ketrampilan untuk menjadikan organisasi yang fleksi
bel dan inovatif (Mahmudah, 2018).

Pemimpin memiliki peranan penting dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetap
kan oleh organisasi. Pemimpin menjadi tokoh yang menentukan orang-orang yang tepat untu
k organisasi guna membantu pencapaian visi dan misi . Selain itu, didukung oleh pemimpin
yang dapat melayani, terus belajar, memperbaiki kesalahan yang dilakukan, mengevaluasi pel
aksanaan kegiatan, serta memotivasi pegawainya. Kemampuan berkomunikasi adalah alat ya
ng paling penting untuk dimiliki pemimpin untuk dapat menjalankan peranannya tersebut. Ke
putusan yang akan diambil oleh organisasi merupakan wewenang pemimpin, namun komunik
asi yang tepat guna tentunya dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan keputusan ter
sebut. Melakukan pembinaan serta motivasi agar dapat meningkatkan kinerja dan semangat p
egawainya juga memerlukan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi tersebut p
un perlu dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan yang efektif sehingga dapat menciptaka
n suasana berorganisasi yang dapat memotivasi para pegawainya untuk memberikan kinerja t
erbaiknya (Mahmudah, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud komunikasi pelayanan kebidanan?
2. Apa saja tahapan komunikasi layanan kebidanan?
3. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan organisasi?
4. Bagaimana implementasi komunikasi efektif pemimpin dalam rapat dan mengelola
konflik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui maksud komunikasi pelayanan kebidanan.
2. Untuk mengetahui tahapan komunikasi pelayanan kebidanan.
3. Untuk mengetahui maksud komunikasi dan organisasi.
4. Untuk mengetahui implementasi komunikasi efektif pemimpin dalam rapat dan
mengelola konflik.
BAB II

TINJUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Pelayanan Kebidanan


2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa latin disebut ‘communicare’ yang artinya menjadikan s
esuatu menjadi miliki bersama. Secara harfiah yaitu ‘comunis’ yaitu proses komunikasi
gagasan yang disampaikan pada orang yang terlibat, diterima, dimengerti dan disetujui
menjadi milik bersama (Erniawati, 2019).

Komunikasi juga diartikan dengan proses yang menimbulkan proses pemahaman


dari penerima dari pengirim pesan. Interaksi komunikasi dapat berupa simbiol verbal da
n non-verbal. Sesuai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan pro
ses pertukaran informasi antar pengirim dan penerima dengan menggunakan symbol, ba
ik verbal (kata-kata) amupun non-verbal. Komunikasi dalam praktik kebidanan dapat di
artikan sebagai bentuk komunikasi yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan ke
bidanan pada klien seperti mencari data atau mengkaji klien, melaksanakan asuhan, ata
upun melakukan evaluasi terhadap asuhan yang sudah diberikan (Erniawati, 2019).

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi


1. Komunikator
Seseorang atau kelompok penyampai pesan (komunikan). Pembawa berita, pengirim
berita, atau sumber berita dalam hal ini dapat sebagai bidan, klien, atau lainnya. Pen
yampaian pesan dapat berupa lambing, kata, gerak tubuh, dll.
2. Pesan (Message)
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan komunikator yang dapat berupa lambing, ge
rakan, atau gagasan kepada orang lain (komunikan). Pesan harus disesuaikan dengan
penerima pesan agar komunikasi dapat berjalan baik.
Faktor-Faktor yang membuat pesan menjadi akurat yaitu:
 Penyampaian pesan
Dapat disampaikan secara lisan, tatap muka, langsung, atau tidak langsung
 Bentuk pesan
a. Informatif, pemberian informasi yang nantikan akan disimpulkan sen
diri oleh komunikan
b. Persuasif, bentuk pesan berupa bujukan dalam memotivasi indivisu ta
npa paksaan
c. Koersif, bentuk pesan yang berbentuk memaksa karena disampaikan
dengan sanksi-sanksi yang berbentuk instruksi, perintah, dan lain-lain.
3. Komunikan
Pihak lain yang diajak berkomunikasi dan akan menerima pesan
4. Media (Channel)
sarana atau alat dalam penyampaian pesan, dapat berupa buku, brosur, pamphlet, da
n lainnya
5. Umpan Balik (Feed Back)
Respon yang diberikan komunikan terhadap pesan yang diterima. Jenis-jenis respon
nya yaitu:
 Zero umpan balik, tidak ada respond an kejelasan balik dari komunikan
 Umpan balik positif, informasi dapat diterima dengan baik oleh komunikan
 Umpan balik netral, tanggapan komunikan tidak relevan dengan informasi ya
ng diberikan
 Umpan balik negative, respon komunikan tidak mendukung komunikator

2.1.3 Jenis-Jenis Komunikasi

1) Komunikasi Verbal
komunikasi verbal menggunakan kata-kata sehingga bisa disebut juga dengan komuni
kasi bahasa lisan. Kata-kata yang digunakan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, b
udaya, ekonomi, umur, dan pendidikan. Dalam menggunakan suara, ada 7 pokok yang
berkaitan dengan suara yang perlu diperhatikan yaitu: gema, irama, kecepatan, keting
gian, besar/volume, naik turunnya, dan kejelasan suara. Suara dapat menggambarkan
semangat, antusias, kesedihan, kejengkelan, atau kegirangan.
2) Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal terdiri dari gerak gerik, sikap, ekspresi wajah, dan penampila
n. Komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata dan disebut juga bahasa tubuh
(body language).
2.1.4 Hukum Komunikasi yang Efektif
1) Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap mengh
argai setiap individu yang menjadi sasaranpesan yang disampaikan. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan hukum pertama dalam berkomunikasi. Jika harus meng
kritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan
kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap salin
g menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang mengh
asilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu
maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
2) Empathy
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yan
g dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati a
dalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum dide
ngarkan atau dimengerti oleh orang lain.
3) Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empa
ti berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan bali
k dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh pe
nerima pesan.
4) Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang t
erkait dengan itu adalah kejelasan (clarity) dari pesan itu sendiri sehingga tidak meni
mbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang menimbulkan berbagai penafsiran akan membawa dampak
yang tidak sederhana.
5) Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati
(humble). Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk mem
bangun rasa menghargai orang lain yang biasanya didasari oleh sikap rendah hati yan
g kita miliki.
2.1.4 Model Komunikasi
Ada tiga macam model komunikasi yaitu komunikasi searah, komunikasi dua ara
h, dan komunikasi berantai.

1) Komunikasi searah, Komunikasi searah adalah model komunikasi dimana komunikat


or mengirim pesannya melalui saluran /media dan diterima oleh komunikan, sedangka
n komunikan memberikan umpan balik (feed back).
2) Komunikasi dua arah, Komunikasi dua arah adalah model komunikasi dimana komun
ikator mengirim pesan (berita) dan diterima oleh komunikan, setelah disimpulkan ke
mudian komunikan mengirimkan umpan balik kepada sumber berita atau komunikato
r.
3) Komunikasi berantai, Komunikasi adalah model komunikasi dimana komunikan men
erima pesan/berita dari komunikator kemudian disalurkan kepada komunikan kedua, k
emudian dari komunikan kedua disampaikan kepada komunikan ketiga, dan seterusny
a.

2.2 Tahapan Komunikasi Layanan Kebidanan

Gambar 1. Model Proses Komunikasi

Gambar 2. Proses Komunikasi


1. Komunikator
komunikator memiliki maksud untuk berkomunikasi dengan orang lain mengirimk
an suatu pesan kepada orang tertentu.Pesan yang disampaikan itu bisa berupa infor
masi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedu
a pihak.
2. Pesan
Pesan itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran, baik secara la
ngsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, sur
at, e-mail, atau media lainnya.
3. Komunikan
Komunikan menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang
diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak. Komunikan juga dapat
memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan ke
padanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengiri
m.

2.3 Komunikasi dan Organisasi


Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan
komunikasi antar organisasi. Bedanya dengan komunikasi kelompok yaitu sifat organisas
i lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiat
an komunikasinya. (Sitti dan Ikhfan, 2020)

Dalam organisasi diperlukan adanya komunikasi dua arah yang akan menunjnag ke
rjasama di dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi dibagi menjadi tiga bentuk ya
itu (Sitti dan Ikhfan, 2020)

1) Komunikasi Vertikal
Termasuk bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. da
ri pimpinan ke bawahan dan sebaliknya. Adapun fungsi dari komunikasi ke baw
ah digunakan pimpinan sebagai pelaksana kebijakan, prosedur kerja, peraturan,
instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan, sebagai pengarahan doktrinasi,
evaluasi, dan teguran, sebagai informasi tentang tujuan organisasi, kebijakan-ke
bijakan organisasi, dan insentif.
Sedangkan fungsi komunikasi ke atas yaitu, untuk memberikan pengertian tenta
ng laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluha
n, untuk memperoleh informasi tentang kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan ba
wahan dari tingkat yang lebih rendah.
2) Komunikasi Horizontal
Bentuk komunikasi mendatar yang dilakukan karyawan antar karyawan lainnya.
Komunikasi ini dapat berbentuk tidak formal dapat berlangsung tatap muka, den
gan media elektronik seperti, telepon, atau pesan tertulis.
3) Komunikasi Diagonal
Komunikasi ini juga disebut sebagai komunikasi silang dengan posisi berbeda d
an pihak yang tidak dalam jalur struktur yang sama. Fungsi komunikasi ini digu
nakan oleh kedua pihak yang memiliki level berbeda tetapi tidak memiliki wew
enang langsung kepada pihak lain.

Komunikasi organisasi terdiri dari dua jenis komunikasi yaitu komunikasi formal d
an informal. Komunikasi formal biasanya biasanya berhubungan dengan masalah kedina
san. sedangkan komunikasi informal kebalikan dari komunikasi formal yang biasanya di
gunakan secara spontan akibat adanya persamaan persepsi, perasaan, kebutuhan, dan tan
ggungjawab. Komunikasi informal seringnya tidak terikat waktu, tempat, dan ruang (Sitti
dan Ikhfan, 2020). Menurut Sendjaja tahun 1994, menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut:

1) Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu system pemrosesan informasi dengan
tujuan agar anggota mendapat informasi lebih banyak, lebih baik, dan tepat wak
tu dengan harapan anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaan dengan leb
ih efektif dan efisien.
2) Fungsi regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu orga
nisasi baik yang berkaitan dengan manajemen atau pesan-pesan yang berorienta
si pada kerja.
3) Fungsi persuasif
Dalam mengatur organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu mem
bawa hasil sesuai keinginan yang diharapkan. karena ini, banyak pimpinan yang
menggunakan gaya komunikasi persuasi pada pegawainya daripada menggunak
an memberi perintah.
4) Fungsi Integratif
Setiap organisasi harus berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan kar
yawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Saluran komunika
si tersebut terbagi dua yaitu saluran komunikasi formal seperti bulletin atau salu
ran komunikasi informal seperti perbincangan pribadi

2.4 Implementasi Komunikasi Efektif Pemimpin dalam Rapat


Rapat menurut KBBI yaitu pertemuan para anggota umtuk membahas hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas kerja di dalam sebuah instansi, organisasi, atau p
erusahaan. Rapat memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan institusi, organ
isasi, maupun perusahaan. dalam pelaksanaannya, agar menjadi lebih efektif rapat kerja h
arus dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kemampuan dalam komunikasi efektif (Stu
di ilmu, 2023). Menurut Studi Ilmu tahun 2023, terdapat 9 cara berkomunikasi yang
dapat dilakukan secara efektif, yaitu:

1) Menentukan siapa yang menjadi pemimpin dalam rapat


2) Menentukan jenis rapat dan jenis komunikasi yang akan diterapkan
3) Membuat peraturan “2 menit” untuk memberikan peserta menyampaikan penda
pat
4) Rapat perlu dipimpin dengan sikap asertif dan pikiran terbuka
5) Menghindari perbincangan di luar topik utama
6) Menerapkan logika percakapan dalam rapat
7) semua anggota harus mendapatan kejelasan tentang isi rapat
8) Harus ada penyelesaian dalam rapat
9) Pemimpin harus menjaga tanggungjawabnya dalam pengambilan keputusan rap
at

Kemudian menurut Inspiera tahun 2020, terdapat 5 Tips Komunikasi Efektif Pemim
pin saat Rapat

1) Menyampaikan poin-poin penting diawal dan akhir presentasi


Setiap kali menjelaskan sesuatu, baik di dalam presentasi atau diskusi ringan lai
nnya, biasakan untuk selalu menjelaskan poin-poin penting dari pembicaraan di
awal dan akhir penjelasan. Ini untuk membantu para pendengar menjadi semaki
n jelas dengan poin-poin penting apa saja yang kita sampaikan, sehingga komun
ikasi efektif akan terbentuk.
2) Menghindari bantuan visual yang terlalu intens
Untuk meraih komunikasi efektif, pemimpin perlu meminimalkan penggunaan b
antuan visual dan mulailah berkomunikasi dengan kata-kata seperti, menyampai
kan cerita-cerita yang menarik dengan bahasa tubuh yang tepat.
3) Menjadi pendengar yang baik
Untuk meraih komunikasi efektif, pemimpin perlu membiasakan diri untuk men
dengarkan lebih daripada berbicara lebih. Sayangnya, seringkali pemimpin men
dengarkan sesuatu dan langsung terburu-buru untuk menjawabnya. Padahal, jaw
aban tersebut tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh orang lain. Kon
disi seperti ini sering memunculkan kesalahpahaman dan komunikasi yang tidak
efektif.
4) Menerapkan Pendekatan PIP (Purpose, Importance, Preview)
Pendekatan Purpose, Importance, Preview (PIP) atau tujuan, kepentingan, pratin
jau, ini adalah pendekatan yang sangat direkomendasikan oleh para pakar dan in
i juga pendekatan yang digunakan di McKinsey. Pendekatan ini bertujuan untuk
memberi perkenalan pada presentasi dengan menyatakan apa tujuan presentasi,
menyampaikan mengapa presentasi yang akan dibagikan sangatlah penting, dan
yang terakhir dengan meninjau implikasi dan kemungkinan hasil yang akan dida
patkan.
Dari ketiga poin tersebut yaitu purpose, importance dan preview, bisa dilihat ba
hwa pendekatan PIP akan memberi kejelasan pada audiens melalui tujuan, kepe
ntingan dan pratinjau sehingga komunikasi efektif dapat tercipta.
5) Merekam presentasi penting sebagai dokumentasi di masa depan
Daripada buang-buang waktu dan energi untuk menyampaikan hal yang sama se
cara berulang-ulang, ada baiknya jika kita merekam presentasi saat dilakukan hi
ngga dapat membagikannya dengan mudah. Ini juga bisa menjadi cara yang dia
ndalkan dalam meraih komunikasi efektif. Selain itu, rekaman presentasi juga bi
sa digunakan sebagai dokumentasi penting di masa depan.

2.5 Implementasi Komunikasi Efektif Pemimpin dalam Megelola Konflik


Konflik adalah pertentangan antara individua tau kelompok yang memiliki kepenti
ngan berbeda di dalam suatu organisasi. Konflik terjadi karena ketidaksesuaian antara tin
dakan dan tujuan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang terlibat. Sejatiny
a konflik dapat memberikan keuntungan ataupun kegagalan. Dapat memberikan kegagal
an apabila konflik berkepanjangan dan meimbulkan rasa cemas serta persaingan antara i
ndividu yang terlibat. Sedangkan menimbulkan keuntungan apabila terdapat cara baru ya
ng digunakan dalam mencapai tujuan yang telah disepakati di awal. Maka dari itu, dibutu
hkan manajemen konflik yang baik agar konflik tidak merugikan individua tau organisas
i yang terlibat di dalamnya (Haya dan Khusnuridlo, 2020).

Pemimpin perlu mengetahui tanda-tanda awal terjadinya konflik dengan cara melih
at beberapa aspek seperti peningkatan intersitas ketidaksepakatan di dalam diri individu,
ketidaksalingpercayaan, ketidaksaling terbukaan, dan kerjasama yang menurun. Hal terse
but dapat menyebebakan renganggnya hubungan antar individu dan berakibat terhadap p
erkembangan suatu organisasi. Disini pemimpin harus sigap dalam mencari jalan keluar
agar konlik tidak semakin membesar dan menghambat perkembangan organisasi. Peran
pemimpin sangat penting dalam pengendalian konflik kerja dimana peran tersebut melip
uti: peran sebagai entrepreneur, peran sebagai penghalau gangguan, peran sebagai pemba
gi sumber, peran sebagai negosiator (Heryanto, 2017).

Menurut Dalimunthe tahun 2017, Dalam menangani konflik yang ada pemimpin da
pat mengemukakan beberapa penanganan seperti :

1. Avoiding, yaitu gaya seseorang yang cenderung menghindari terjadinya


konflik. Menghindari terjadinya hal-hal yang sensitive dan potensial yang
menimbulkan konflik sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
2. Accommodating, yaitu menggunakan cara dengan mengumpulkan atau
mengakomodasikan pendapat dan kepentingan pihak yang terlibat di dalam
konflik lalu mencari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan
pihak lain di atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
3. Compromising, yaitu gaya yang digunakan dengan cara melakukan negosiasi
kepada pihak-pihak yang berkonflik, sehingga menghasilkan jalan tengah atas
konflik yang terjadi dan sama-sama membuat kedua belah pihak merasa puas.
4. Competing, yaitu pihak yang berkonflik saling bersaig untuk memenangkan
konflik dengan cara mengorbankan salah satu kepentingannya demi pihak lain
yang lebih kuat.
5. Collaborating, yaitu dilakukan dengan cara melakukan Kerjasama secara
sinergis di dalam menyelesaikan persoalan dengan tetap menghargai
kepentingan pihak lain dan biasanya kedua belah pihak akan mendapatkan
hasil yang memuaskan.
6. Conglomeration, cara yang menggunakan penggabungan kelia style untuk
menyelesaikan konflik.

Contoh implementasi komunikasi efektik pemimpin dalam mengelola konflik yang


dilakukan oleh Kepala Desa di Desa Kujangsari Kecamatan Langensari Kota Banjar dal
am Heryanto tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Peranan sebagai entrepreneur


Cara yang dilakukan dengan mengelola sesuatu yang ada di dalamdiri untuk dima
nfaatkan dan ditingkatkan menjadi lebih baik sehingga bisa meningkatkan taraf hi
dup di masa yang akan dating. Disini kepala desa sudah melakukan upaya dengan
cara menyelesaikan konflik melalui musyawarah agar tidak memihak pada pihak
manapun dan selalu meanggil pihak yang berkonflik untuk mengetahui penyebab
dan mempelajari permasalahannya.
2. Peranan sebagai penghalau gangguan
Peran bertanggung jawab menajemen organisasi apabila ternacam bahaya dan mel
akukan tindakan koreksi. Kepala desa disini selalu melakukan koordinasi kepada a
tasan maupun bawahnnya dalam menyelesaikan konflik. Hal ini dilakukan dengan
cara memberikan arahan dan kebijakan agarsemua stakeholders menjalankan tuga
s dan fungsinya dengan baik.
3. Peranan sebagai pembagi sumber
Peranan yang dilakukan untuk memutuskan kemana dana/ bantuan yang didapat a
kan didistribusikan dengan baik. Sebagai contoh kepala desa disini melakukan pen
distribusian bantuan atau program secara merata ke masing-masing dusun sehingg
ga tidak terdapat konflik atau keceburuan antara pegawai dan masyarakat. Serta m
enetapkan rencana kerja dan mengelola danasesuai dengan penganggaran dan renc
ana kerja yang sudah ditetapkan
4. Peranan sebagai negosiator
Peran ini meminta kepada manajer untuk aktif berpartisipasi dalam arena negosias
i kedalam maupun keluar organisasi. Disini kepala desa melaksanakan negosiasi
dengan pihak-pihak yang terlibat konflik dengan memberikan saran-saran, himbau
an kepada pihak yang terlibat konflik tentang pokok permasalahan atau penyebab
terjadinya konflik juga akibatnya jika permasalahan tersebut tidak segera diselesai
kan sehingga pihak-pihak yang berkonflik dapat segera menyelesaikan permasalah
annya.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi dalam praktik kebidanan harus dapat dilakukan dengan memperhatikan ele
men-elemen yang diperlukan agar komunikasi yang terjalin dapat maksimal dan memilik
i umpan balik yang positif. Komunikasi dalam rapat juga harus menyertakan pemimpin y
ang memiliki sikap yang sesuai dengan kebutuhan dan tanggungjawab sebagai pemimpin
rapat. Komunikasi rapat sering digunakan dalam praktik berorganisasi profesi begitupula
di bidan kebidanan.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu tentang komunikasi dan organisasi dalam pra
ktik kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimunthe, Syarial Fahmy. 2017. Manajemen Konflik Dalam Organisasi.

Erniawati. 2019. Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. Akademi Kebidanan tahirah Al Baet
i Kabupaten Bulukumba.

Haya dan Khusnuridlo. 2020. Kepemimpinan dan Manajemen Konflik.

Heryanto. 2017. Peranan Pemimpin Dalam Pengendalian Konflik Kerja di Desa Kujangsari
Kecamatan Langensari Kota Banjar.

Inspiera. 2020. Komunikasi Efektif Pemimpin saat Rapat. Available at: https://pelatihansdm.c
o.id/cara-pemimpin-menciptakan-komunikasi-efektif/

Mahmudah, Dede. 2018. Komunikasi, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi dalam Organisasi.

Sitti Roskina dan Ikhfan Haris. 2020. Komunikasi Dalam Organisasi (Teori dan Aplikasi). G
orontalo: UNG Press Gorontalo. ISBN: 978-623-284-000-3

Studi Ilmu. 2023. Rapat Kerja dengan Komunikasi Yang efektif. Available at: https://www.st
udilmu.com/blogs/details/rapat-kerja-dengan-komunikasi-yang-efektif.

Zuwirna. 2016. Komunikasi yang Efektif.

Anda mungkin juga menyukai