Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS DAN KOMUNIKASI


ANTARPRIBADI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Bisnis dan Teknis:
Muammar Revnu Ohara, S.I.Kom.,M.I.Kom

Oleh:
Kelompok 1
Widya Herlina Br Tambunan NIM 2257201044
Rangga Fahrezi NIM 2257201107
Nadya NIM 2257201017

KELAS 23
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Muammar Revnu Ohara,
S.I.Kom.,M.I.Kom sebagai dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Bisnis yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan penulis. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 26 Februari 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI
Hlm
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… Ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis………………………………………….. 3
2.2 Bentuk Dasar Komunikasi…. …………………………………..……… 6
2.3 Proses Komunikasi………………………………………………………
2.4 Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi……………………………… 8
2.5 Bagaimana Memperbaiki Komunikasi..…………………………………
2.6 Pengertian Komunikasi Antarpribadi……………………………………
2.7 Tujuan Komunikasi Antarpribadi….……………………………………
2.8 Gaya Kepemimpinan.…………………………………………………...
2.9 Kebutuhan Manusia………………..……………………………………
2.10 Mendengarkan sebagai Keahlian Antarpribadi..……………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 11
3.2 Saran……………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi terjadi di manapun kehidupan berada. Komunikasi merupakan bagian


integral dari keberadaan manusia. Komunikasi pada hakekatnya adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain dan membuat dirinya dimengerti.
Karena manusia adalah makhluk sosial, sangat penting baginya untuk mengungkapkan
perasaan dan emosinya, menerima dan bertukar informasi.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita menghabiskan begitu banyak waktu kita
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kita menyampaikan pikiran, niat, fakta, ide dan
emosi kepada orang lain. Ketika orang lain menerimanya komunikasi yang efektif
terjadi. Tetapi jika orang lain tidak dapat memahaminya, kita menganggapnya sebagai
miskomunikasi atau distorsi. Dalam bisnis juga, komunikasi adalah fenomena yang
paling penting. Melalui komunikasi, bisnis dapat tumbuh dan pasar dapat berkembang.
Dalam kasus organisasi, komunikasi menjadi lebih penting karena orang yang
bekerja di departemen yang berbeda harus mencapai tujuan bersama. Bekerjanya
hubungan antara pribadi hanya dimungkinkan melalui komunikasi. Selain mengikat
berbagai komponennya secara internal, komunikasi juga menghubungkan organisasi
dengan dunia luar. Jadi, komunikasi dianggap sebagai dasar dari organisasi yang sukses.
Komunikasi bisnis adalah cabang khusus dari komunikasi umum. Walaupun
prinsipnya sama perbedaannya terletak pada penerapannya. Umumnya setiap orang
dalam bisnis menghabiskan 70-75% waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi adalah fenomena dasar yang mendominasi semua interaksi bisnis. Untuk
keberhasilan bisnis, komunikasi yang efektif adalah unsur yang paling penting.
Komunikasi bisnis juga dianggap sebagai proses karena merupakan fenomena
menciptakan dan bertukar pesan dan proses yang terus berubah dan berkelanjutan.
Komunikasi bisnis dapat bersifat internal ketika diarahkan kepada orang-orang dalam
organisasi seperti atasan, rekan kerja dan bawahan. Komunikasi bisnis dapat bersifat
eksternal ketika diarahkan ke pelanggan, pemasok, pemerintah, dll 
Komunikasi internal yang efektif bekerja untuk menetapkan dan menyebarluaskan
tujuan suatu perusahaan menyelesaikan rencana untuk pencapaiannya mengatur manusia
dan sumber daya lainnya dengan cara yang efisien dan mendorong orang untuk bekerja.
Komunikasi eksternal menghubungkan suatu organisasi dengan lingkungan luarnya.
Tidak ada perusahaan yang dapat berkembang dalam ruang hampa. Mereka harus
menyadari kebutuhan pelanggan, ketersediaan pemasok, peraturan pemerintah dan
kepedulian masyarakat. Hanya melalui komunikasi yang efektif sebuah organisasi dapat
menjadi sebuah sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang, penulis kajian ini dapat menghasilkan analisis
dan masukan dalam evaluasi komunikasi bisnis dan komunikasi antarpribadi. Secara
rinci permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apa perbedaan antara komunikasi bisnis dan komunikasi antarpribadi?
2. Apa sajakah bentuk dasar komunikasi?
3. Bagaimana cara memperbaiki komunikasi?
4. Bagaimana suatu proses komunikasi terbentuk?
5. Apa masalah-masalah yang berkaitan dengan kesalahpahaman dalam komunikasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan kajian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai
komunikasi bisnis dan komunikasi antarpribadi
1. Menjelaskan perbedaan antara komunikasi bisnis dan komunikasi antarpribadi.
2. Menjelaskan bentuk dasar komunikasi.
3. Menjelaskan cara memperbaiki komunikasi.
4. Menjelaskan suatu proses komunikasi.
5. Menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan kesalahpahaman dalam
komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis


Komunikasi berasal dari kata “communicare” yang artinya membagi, yang secara
luas diartikan membagi ide, atau gagasan. Kegiatan komunikasi dilakukan oleh dua orang
atau lebih baik secara verbal dan non verbal (Hadi and Fauziah, 2018). Sedangkan bisnis
berasal dari kata “business” atau “busy” yang artinya sibuk dan secara luas bisnis diartikan
seluruh aktivitas yang menghasilkan produk barang maupun jasa yang akan digunakan oleh
konsumen (Iriantara, 2010).
Komunikasi Bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang
mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal maupun nonverbal
untuk mencapai tujuan tertentu. Jika dua atau lebih orang terlibat dalam komunikasi maka
komunikasi akan terjadi selama ada kesamaan makna mengenai apa yang diperbincangkan
Dalam dunia bisnis, seorang komunikator harus memiliki kemampuan komunikasi
yang baik dan mampu menggunakan alat atau media komunikasi untuk menyampaikan
pesan-pesan kepada pihak lain secara efektif dan efisien agar tujuan dalam penyampaian
tercapai.

Komunikasi merupakan bagian


aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam bisnis. Dalam
bisnis banyak masalah yang
harus
diselesaikan sehingga perlu
komunikasi yang baik.
Komunikasi merupakan bagian
aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam bisnis. Dalam
bisnis banyak masalah yang
harus
diselesaikan sehingga perlu
komunikasi yang baik.
Komunikasi merupakan bagian
aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam bisnis. Dalam
bisnis banyak masalah yang
harus
diselesaikan sehingga perlu
komunikasi yang baik.
Komunikasi merupakan bagian
aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam bisnis. Dalam
bisnis banyak masalah yang
harus
diselesaikan sehingga perlu
komunikasi yang baik.
Lingkungan bisnis terdiri dari lingkungan internal seperti karyawan, pimpinan
perusahaan dan lingkungan eksternal seperti konsumen, pelanggan, supplier, distributor,
produsen, pesaing, pemerintah, investor dan lainnya.
Semua kegiatan bisnis perlu diorganisir dengan baik dengan melakukan komunikasi
bisnis. Komunikasi bisnis masuk kedalam kategori ilmu terapan. Komunikasi bisnis sangat
penting dalam penyajian ide bisnis, perencanaan, pembuatan proposal bisnis, pengambilan
keputusan, mencari kesepakatan, pengiriman dan pemenuhan kebutuhan perusahaan dan
kesuksesan dalam penjualan.
Komunikasi merupakan bagian
aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam bisnis. Dalam
bisnis banyak masalah yang
harus
diselesaikan sehingga perlu
komunikasi yang baik.
2.2 Bentuk Dasar Komunikasi
Pada dasarnya, ada dua bentuk dasar komunikasi yang biasa digunakan dalam dunia
bisnis, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
A. Komunikasi Verbal
Komunikasi ini ditransmisikan menggunakan kata-kata. Ini termasuk suara, kata-kata, tata
bahasa dan berbicara. Komunikasi verbal dapat terdiri atas dua jenis:
a) Komunikasi Lisan
Ketika komunikasi dilakukan dengan kata-kata yang diucapkan itu disebut
komunikasi lisan. Dalam jenis komunikasi ini, pertukaran pendapat dilakukan
melalui komunikasi tatap muka atau melalui beberapa alat mekanis. Komunikasi
lisan terjadi dengan berbagai cara seperti pembicaraan pribadi, pidato, wawancara,
seminar, pembicaraan telepon, dll. Dalam komunikasi lisan, penerima juga
mengetahui bahasa tubuh pengirim.
b) Komunikasi Tertulis
Pertukaran pesan dalam bentuk tertulis atau cetak dikenal sebagai komunikasi
tertulis. Jenis komunikasi ini terdiri dengan cara yang berbeda, seperti surat, memo,
laporan, pemberitahuan, majalah, dll. Perlu sangat hati-hati saat menyiapkan pesan
tertulis. Pemilihan kata harus dilakukan dengan hati-hati dalam komunikasi tertulis
dan kata-kata harus sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan makna tertentu.
Di era modern kebutuhan dan pentingnya komunikasi tertulis semakin meningkat
dari hari ke hari.

B. Komunikasi Non Verbal


Setiap komunikasi tanpa menggunakan kata-kata dikenal sebagai komunikasi non
verbal. Ini adalah proses komunikasi dimana transmisi pesan dilakukan melalui
ekspresi wajah, postur tubuh, kontak mata, penampilan maupun dalam diam. Studi
mengungkapkan bahwa lebih dari 65% komunikasi manusia dilakukan melalui
komunikasi non verbal. Hal itu membuat komunikasi verbal akan lebih lengkap dan
efektif dengan menggunakan bentuk komunikasi non verbal. Seseorang dapat
mengungkapkan perasaannya kepada orang lain dengan cepat dan hemat.
Mengangkat alis garis di dahi, mengangkat tangan, menggelengkan kepala,
tersenyum, bertepuk tangan, dll. Berkomunikasi dengan cara ini lebih dari sekedar
kata-kata. Saat berkomunikasi harus diingat bahwa cara berbicara sama pentingnya
dengan apa yang Anda bicarakan. Faktanya, seorang ahli berpendapat bahwa hanya
7% dari dampak komunikasi tatap muka kita berasal dari kata-kata yang kita
ucapkan, 93% lainnya berasal dari intonasi vokal ekspresi wajah postur tubuh dan
penampilan kita. Komunikasi non verbal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Bahasa Tubuh
Studi tentang pesan yang disampaikan oleh gerakan tubuh dikenal sebagai
bahasa tubuh. Di sebuah wawancara kerja, postur tubuh Anda mengatakan
lebih banyak hal tentang Anda dibandingkan surat lamaran atau resume itu
sendiri. Cara Anda duduk, tersenyum, dan menggunakan tangan mengatakan
banyak hal tentang Anda. Apakah anda bersikap terbuka atau
menyembunyikan sesuatu. Bahasa tubuh membantu melengkapi komunikasi
verbal. Manusia mungkin bermain dengan kata-kata tetapi gerakan tubuhnya
mengatakan kebenaran.
b) Bahasa Isyarat
Ini adalah metode di mana berbagai tanda gambar sinyal dan warna
digunakan untuk menyampaikan pesan. Tanda ini dapat terdiri dari dua jenis
tanda audio dan tanda visual. Tanda audio termasuk bel listrik, sirine,
klakson, yang menghasilkan suara berbeda untuk menyampaikan pesan.
Misalnya bunyi sirine di sebuah pabrik langsung membuat para pekerja
menjadi aktif. Tanda-tanda visual seperti poster kartun gambar warna dan
lain-lain digunakan untuk menyampaikan pesan untuk informasi umum dan
pendidikan. Orang di seluruh dunia mengenal apa itu lampu lalu lintas
merah, kuning, dan hijau, simbol dua tulang bersilang di bawah tengkorak
berarti bahaya dan rokok bersilang berarti dilarang merokok.

2.3 . Proses Komunikasi


Proses komunikasi dianggap sebagai salah satu cara yang sangat diperlukan yang
menekankan fakta bahwa komunikasi dianggap sebagai salah satu cara penting untuk
menyampaikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang lain.
Komunikasi dikatakan suatu proses yaitu suatu kegiatan yang berlangsung secara terus-
menerus. Maksudnya, komunikasi itu berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara
terus-menerus, berubah-ubah dan tidak ada henti-hentinya.
Proses komunikasi adalah setiap Langkah mulai dari saat penciptaan pesan sampai pesan
tersebut dipahami oleh komunikan sehingga komunikan mampu memberikan responnya.
Menurut Bovee dan Thil dalam buku Busnees Communication today, 6e, proses
komunikasi terdiri atas 6 tahap:

Tahap Pertama Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan

Ide dapat di perolah dari berbagain sumber yang terbentang luas di hadapan kita. Ide-ide
yang ada dalam benak kita di saring dan di susun kedalam suatu memori yang ada dalam
jaringan otak. Setiap orang memiliki ide yang berbeda karna kita memandang dunia dengan
cara yang unik dan individual. Seorang komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-
hal yang tidak penting dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting. Dalam dunia
kumunikasi, proses tersebut di kenal sebagai apstraksi.

Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan


Dalam proses kumunikasi, tidak semua ide dapat di terima. Agar ide dapat di terima dan di
mengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal itu subjek
(apa yang ingin di sampaikan), tujuan, audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya.

Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan


Setelah mengubah ide-ide kedalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah menyampaikan
pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan panjang pendek nya
saluran kumunikasi akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampain pesan. Disamping
itu berbagai media kumunikasi baik media tulisan maupun lisan dapat di gunakan.

Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan


Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator)
mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. Jika
seseorang menyampaikan pidato di hadapan umum, para pendengar sebagai audiens harus
dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesan-pesan yang di sampaikan

Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan Pesan


Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat
menafsirkan pesan. Suatu pesan yang di sampai pengirim harus mudah di mengerti dan
tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru dapat di
tafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang di
maksud oleh pengirim pesan.

Tahap Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim


Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi.
Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim
untuk menilai efektivitas suatu pesan. Di samping itu, adanya umpan balik akan dapat
menunjukan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar
belakang, perbedaan penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara emosianal

2.4 . Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi


Komunikasi yang efektif sangat penting tetapi beberapa faktor dapat
menghambatnya. Komunikasi yang efektif mensyaratkan sejumlah kondisi sederhana
terpenuhi. Pertama, Flamand (nd) menegaskan bahwa penutur harus mengekspresikan diri
secara akurat, jelas, dan benar; dengarkan baik-baik satu sama lain dan dekode pesan
dengan benar. Menurut Breshears (nd), hambatan komunikasi yang mungkin terjadi antara
lain hambatan fisik, hambatan psikologis, hambatan budaya dan hambatan bahasa. Saxena
(2008) mencantumkan lima hambatan untuk berkomunikasi secara efektif sebagai bahasa
asing, hubungan, waktu yang buruk, sikap dan perbedaan seperti usia, jenis kelamin,
kecerdasan, dan ras. Masih banyak lagi hambatan lain seperti yang dinyatakan oleh
berbagai penulis (lihat Daniel, 2016 untuk beberapa lainnya). Namun demikian, intinya
adalah untuk menjaga dari semua hambatan untuk memastikan komunikasi yang efektif.
Begitu ada halangan apa pun, komunikasi tidak lagi efektif.

Gangguan ini dikenal sebagai kebisingan. Kebisingan komunikasi mengacu pada


pengaruh pada komunikasi yang efektif yang memengaruhi interpretasi percakapan.
Meskipun sering dipandang sebelah mata, kebisingan komunikasi dapat berdampak besar
baik pada persepsi kita tentang interaksi dengan orang lain maupun analisis kita terhadap
kemahiran komunikasi kita sendiri.

Bentuk kebisingan komunikasi meliputi kebisingan psikologis, kebisingan fisik,


kebisingan fisiologis dan semantik. Semua bentuk kebisingan ini secara halus, namun
sangat memengaruhi komunikasi kita dengan orang lain dan sangat penting bagi
keterampilan siapa pun sebagai komunikator yang kompeten.
1. Kebisingan Psikologis

Kebisingan psikologis dihasilkan dari praduga yang kita bawa ke percakapan,


seperti stereotip rasial, reputasi, bias, dan asumsi38. Saat kita bercakap-cakap
dengan ide tentang apa yang akan dikatakan orang lain dan mengapa, kita dapat
dengan mudah dibutakan oleh pesan aslinya. Kebisingan psikologis sering kali
tidak mungkin kita bebaskan darinya, dan kita harus berusaha keras untuk
menyadari bahwa kebisingan itu ada dan mempertimbangkan gangguan tersebut
saat kita berbicara dengan orang lain.

2. Kebisingan Fisik

Kebisingan fisik adalah rangsangan eksternal atau lingkungan apa pun yang
mengganggu kita untuk menerima pesan yang dimaksudkan yang dikirim oleh
komunikator. Contoh kebisingan fisik meliputi: orang lain berbicara di latar
belakang, musik latar belakang, suara yang mengejutkan, dan mengenali seseorang
di luar percakapan.

3. Kebisingan Semantik

Ini adalah kebisingan yang disebabkan oleh pengirim. yaitu encoder. Jenis
kebisingan ini terjadi ketika tata bahasa atau bahasa teknis yang digunakan
penerima (decoder) tidak dapat dipahami, atau tidak dapat dipahami dengan jelas.
Itu terjadi ketika pengirim pesan menggunakan kata atau frasa yang kita tidak tahu
artinya atau yang kita gunakan berbeda dari yang dilakukan pembicara.

4. Kebisingan Fisiologis-Gangguan

Penyakit fisik yang mencegah komunikasi yang efektif, seperti ketulian atau
kebutaan yang sebenarnya mencegah pesan diterima seperti yang dimaksudkan.

5. Kebisingan Budaya
Kebisingan budaya mengacu pada hambatan untuk komunikasi yang sukses antara
orang-orang dari budaya yang berbeda. Sumber kebisingan budaya meliputi
perbedaan bahasa (misalnya, kata-kata yang sama memiliki arti yang berbeda),
nilai-nilai (misalnya, pentingnya tepat waktu atau pengaturan waktu jadwal kerja
dalam suatu budaya), isyarat nonverbal (misalnya, interpretasi bahasa tubuh), dan
banyak lainnya. Orang-orang yang terlibat dalam komunikasi internasional (atau
dalam negeri, jika komunikasi melibatkan budaya lain) harus menyadari adanya
hambatan yang dapat mempengaruhi pesan untuk disampaikan. Hal ini
memerlukan pemahaman khusus tentang proses komunikasi dan berbagai sumber
kebisingan budaya yang dapat menghambat proses tersebut. Asumsi stereotip dapat
menyebabkan kesalahpahaman, seperti secara tidak sengaja menyinggung orang
non-Kristen dengan mengucapkan "Selamat Natal" kepada mereka.

2.5 . Bagaimana Memperbaiki Komunikasi

Keberhasilan komunikasi dalam organisasi ditentukan oleh ada kesamaan pemahaman


antara orang yang terlibat. Kesamaan dipengaruhi oleh kejelasan pesan, cara penyampaian,
perilaku komunikasi, dan situasi (Abdullah, 2010). Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang menghasilkan hubungan yang baik dan sinergi dari komunikator dengan
komunikan. Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi maka perlu memahami factor-
faktor berikut ini seperti (Winarno, Yuniasih and Agustina, 2019):
1. Persepsi, dalam komunikasi maka seorang komunikator perlu memiliki persepsi
yang sama dengan topik yang dibicarakan. Seorang komunikator harus memiliki
kemampuan untuk memprediksi apakah pesan yang disampaikan dapat diterima dan
dipahami oleh penerima pesan.
2. Teknologi informasi dan komunikasi, teknologi yang digunakan memiliki peran
penting dalam meningkatkan keefektifan komunikasi. Jaringan teknologi dapat
menyediakan jaringan luas sampai ke wilayah yang lebih luas. Internet merupakan
media komunikasi yang memiliki peran penting dalam perkembangan perusahaan.
3. Ketepatan, setiap komunikan harus memiliki kerangka berpikir. Informasi yang
disampaikan oleh komunikator diharapkan dapat mengekspresikan apa yang
disampaikan sesuai dengan kerangka berpikir dari komunikan.
4. Kredibilitas, Komunikator harus memiliki keyakinan bahwa komunikan dapat
dipercaya. Demikian pula komunikator harus mempunyai suatu keyakinan bahwa
substansi atau inti pesan yang ingin disampaikan kepada pihak lain benar-benar
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Kepercayaan antara komunikator dengan
komunikan harus terjaga dengan baik. Komunikator harus dapat mengendalikan
respon dari komunikan.
5. Pengendalian, dalam proses komunikasi, komunikan perlu memberikan umpan balik
atau feedback terhadap pesan yang disampaikan. Perlu adanya pengendalian untuk
memastikan informasi yang disampaikan tidak melenceng dari target yang
diharapkan.
6. Kecocokan, komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan
persahabatan yang baik dengan audiens sehingga komunikasi dapat berjalan lancar
dan mencapai tujuannya.
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mampu memberikan solusi dalam
komunikasi. Komunikator diharapkan mampu membuat pesan mudah untuk dipahami,
dan dapat dikendalikan (Abdullah, 2010). Dalam berkomunikasi ada hal yang harus
dipertimbangkan seperti penyampaian pesan yang sangat detail. Meminimalkan
gangguan dari proses komunikasi, mempermudah dalam kegiatan unpan balik. Dalam
penyampaian komunikasi perlu diperhatikan penyampaian harus detail dengan
memperhitungkan tujuan yang diharapkan dari penerima pesan. Meminimalkan
gangguan dapat dilakukan dengan memperhatikan saluran komunikasi dengan tepat.
Mempermudah umpan balik dengan mengorganisasikan pesan tersebut dikirim ke
penerima.
2.6 . Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Setiap individu dalam suatu organisasi (bisnis maupun nonbisnis) dalam kehidupan sehari-
harinya tidak dapat dilepaskan dengan dunia komunikasi. Salah satu jenis komunikasi
adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal communications). Apa yang dimaksud
dengan komunikasi antarpribadi? Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi
(bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang
mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang perlu diperhatikan, antara lain:
 Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
 Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap muka
(face-to-face).
 Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan bahasa
daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran.

Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila komunikasi terjadi dalam
suatu masyarakat; dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam
suatu organisasi.
Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi antara
seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu yang
bersifat pribadi. Sedangkan dalam suatu organisasi (bisnis dan nonbisnis), komunikasi
antarpribadi atau antarindividu merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer dengan
karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain dengan
menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi.

Dalam suatu organisasi, pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi antarpribadi
lebih bersifat informal atau tidak formal. Oleh karena komunikasi antarpribadi ini bersifat
informal, maka bahasa yang digunakan dalam penyampaian pesan juga tidak bersifat
formal. Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana penerima pesan tersebut dapat
memahami pesan yang disampaikan dengan baik.

2.7 . Tujuan Komunikasi Antarpribadi


Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu,
termasuk di dalamnya komunikasi antarpribadi. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
dalam komunikasi antarpribadi, antara lain:
1. Menyampaikan Informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai
macam tujuan dan harapan. Salah satu di antaranya adalah untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu. Sebagai
contoh, seseorang menyampaikan informasi kepada temannya bahwa akan
diselenggarakan pameran elektronik pada tanggal 2 hingga 14 Mei 2011 di Gedung
Wisata Duta Surakarta. Mengapa pesan tersebut perlu disampaikan kepada orang
lain (temannya)? Salah satu alasannya adalah bahwa temannya tersebut adalah salah
seorang penggemar dunia elektronik, sehingga sangatlah sayang kalau kesempatan
langka tersebut tidak disampaikan kepadanya. Contoh yang lain adalah ketika
seseorang menyampaikan informasi kepada teman sejawat (sekantor) tentang
rencana bersepeda santai ke objek wisata Tawangmangu sekaligus untuk
menyegarkan pikiran.
2. Berbagi Pengalaman
Selain menyampaikan informasi, komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan
untuk saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal yang
menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan. Saling berbagi
rasa ini pada umumnya tidak disampaikan kepada setiap orang, tetapi hanya kepada
seseorang yang dapat dipercaya atau teman dekatnya saja. Ketika terpilih menjadi
salah satu pemenang Kontes Kreativitas 2011 misalnya, maka seseorang dapat
berbagi pengalaman yang sangat berharga dengan orang lain tentang proses menuju
sukses. Sebaliknya, ketika sedang ditimpa suatu musibah, maka seseorang juga
dapat saling berbagi pengalaman pahitnya kehidupan dengan orang lain atau teman
dekatnya.
3. Menumbuhkan Simpati
Simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang yang muncul
dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban derita,
musibah, kesedihan, dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain.
Komunikasi dapat juga digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang
kepada orang lain. Berbagai cara untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang
kepada orang lain antara lain dapat dilakukan dalam bentuk dukungan moral,
bantuan dana, obat-obatan, aneka barang kebutuhan pokok, perlengkapan rumah,
perlengkapan penerangan, bahan bangunan, dan menjadi sukarelawan.
4. Melakukan Kerja Sama
Tujuan komunikasi antarpribadi yang lainnya adalah untuk melakukan kerja antara
seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu ata untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Sebagai conch
seseorang melakukan kerja sama atau saling membantu antara seseorang denge
orang lain di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Adanya kerja sam yang
baik antara seseorang dengan orang lain tersebut akan semakin mempermud dan
mempercepat penyelesaian suatu pekerjaan.
5. Menceritakan Kekecewaan atau Kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan ras
kecewa atau kekesalan kepada orang lain. Pengungkapan segala bentuk kekecewa
atau kekesalan secara tepat secara tidak langsung akan dapat mengurangi beban
pikiran. Dalam bahasa Jawa, orang yang sudah dapat mengungkapkan isi hating
kepada orang lain yang dianggap dapat membantu memberikan solusi, akan merasa
"plong" atau lega, seperti tidak ada beban pikiran dalam dirinya. Oleh karena i
sering kali kita mendengar saran (nasihat) para orang tua atau kalau seseorang
sedang menghadapi suatu permasalahan sebaiknya jangan disimpan di hati tetapi
dapat disampaikan ("curhat") kepada orang lain secara tepat d meminta saran bagi
pemecahan masalah yang dihadapi. Apabila setiap permasalahan yang ada disimpan
sendiri, beban pikiran yang ditanggung akan semakin berat dan semakin
mempersulit dirinya. Selanjutnya, kalau seseorang beban pikiranny sesepuh bahwa
semakin berat, bukan tidak mustahil kalau ujung-ujungnya mengarah pada sakit
kejiwaan atau stres. dan
Komunikasi antarpribadi tersebut bukan saja merupakan cara untuk mencurahkan
isi hati, tetapi juga merupakan cara mencari jalan keluar atau alternatif solus
masalah yang dihadapi.

2.8 . Gaya Kepemimpinan


Lee Thayer dalam artikelnya yang berjudul Leadership/Communication : A Critical Review
and a Modest Proposal dalam Goldhaber & Bernett (1995) Handbook of Organizational
Communication, mengemukakan mengenai dua hal yang berkaitan dengan kepemimpinan,
yakni:
1. Pemahaman umum tentang manusia dan kehidupan sosial dan saran tentang cara-
cara yang paling memberi manfaat dan membumi tentang kepemimpinan.
2. Mempelajari pendekatan-pendekatan leadership yang merekomendasikan hal-hal
yang tidak biasa dan tidak bersifat kekuasaan untuk mempelajari kepemimpinan.
Uraiannya terdiri dari :
a. Ide-ide tentang leadership terkait dengan cara pandang kita terhadap masa lalu, masa
kini, dan masa datang.
b. Kepemimpinan pada kondisi-kondisi tertentu atau seorang pemimpin adalah seorang
yang dapat mewujudkan impian jadi sesuatu.
c. Apa sebab seseorang dapat menjadi pemimpin, pertentangan antara konsep science dan
sosial dalam kepemimpinan.

Paradigma berbeda dengan yang telah disebutkan di atas di uraikan dalam bagian berikut,
yakni : a. Leadership bukan subjek tapi intersubjektif. Pemimpin yang tidak mengikuti
keinginan pengikutnya tidak dapat disebut pemimpin (Nafe 1930)
b. Pandangan Machiaveli : Pemimpin negara harus memberi manfaat bagi rakyatnya.
Pemimpin harus bijaksana, memahami persoalan, mengerti apa yang sedang terjadi untuk
mengetahui segala sesuatu
c. Sebelum memimpin orang lain seorang pemimpin harus bisa memimpin dirinya sendiri,
melihat dirinya sendiri
d. Berbicara tentang pemimpin tidak sama dengan menjadi pemimpin
e. Pemimpin adalah seseorang yang dapat mewujudkan suatu kehidupan sosial dan mampu
menyampaikan mengenai sesuatu, apa yang akan dicapai, dan apa yang harus dilakukan
antara satu hal dengan hal lainnya.

McGregor menentukan dua asumsi gaya kepemimpinan yang disebut Teori X dan Teori Y.
Teori X melihat manusia sebagai suatu mesin yang memerlukan pengendalian dari luar;
menganggap orang sebagai alat produksi; dimotivasi oleh ketakutan akan hukuman atau
kebutuhannya akan uang dan rasa aman. Sedangkan Teori Y memandang manusia sebagai
organisme biologis yang tumbuh, berkembang dan melakukan pengendalian terhadap diri
sendiri; pemimpin bertugas mengatur dan mengelola sehingga baik organisasi maupun
pegawai dapat memenuhi kebutuhannya; bekerja bersama-sama pegawai untuk mencapai
tujuan organisasi; dan mendorong pegawai berperan serta dalam proses pengambilan
keputusan.
Asumsi yang dikembangkan dalam Teori X pada dasarnya cenderung negatif dan gaya
kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan
petunjuk (directive leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk sangatlah tepat
diterapkan manakala karyawan yang menjadi bawahannya tersebut cenderung pasif, malas
bekerja, tidak kreatif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, peran pengarahan yang dilakukan
oleh manajer suatu organisasi menjadi sangatlah dominan dan penting bagi kemajuan
organisasinya. Tanpa arahan yang jelas dan baik, kinerja karyawan akan buruk, tugas-tugas
pekerjaan yang dibebankan tidak dapat diselesaikan tepat waktu, atau kualitas penyelesaian
pekerjaannya rendah.

Dalam hal ini, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dengan para karyawannya
cenderung menjadi komunikasi satu arah yaitu komunikasi dari manajer ke bawahan (top-
down communications). Sumber komunikasi lebih didominasi dari manajer, sehingga
bawahan cenderung hanya mengiyakan, tidak punya inisiatif, dan tinggal melaksanakan
saja tanpa memahami apa maksud dan tujuan atau latar belakang pelaksanaan tugas
tersebut.
Gaya kepemimpinan dalam Team X adalah directive leadership: sedangkan dalam Teori Y
adalah participative leadership. Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam Teori Y
pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkannya adalah gaya
kepemimpinan partisipatif (participative leadership style). Dalam Teori Y diasumsikan
bahwa karyawan cenderung berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki
semangat kerja yang tinggi, tidak malas bekerja, ingin kerja mandiri, dan memiliki
komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Di samping itu, karyawan
juga memiliki kecenderungan untuk memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
setiap pekerjaan yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam situasi tersebut adalah gaya kepemimpinan partisipatif di mana para
karyawan dilibatkan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam gaya kepemimpinan
partisipatif tersebut, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dan bawahan adalah
komunikasi dua arah. Manajer juga memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
menyampaikan ide atau gagasannya (masukan), yang sangat berharga bagi pengembangan
suatu organisasi. Ringkasnya, dalam Teori X dan Y Douglas McGregor berusaha
mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana
gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang berbeda,
termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersebut
dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.

Gaya kepemimpinan sangat beragam dan berhubungan dengan tinjauan para peneliti,
penulis atau para teoritis yang mempopulerkannya. Berikut ini beberapa model teoritis
untuk mengenali beragam gaya kepemimpinan:
a. White dan Lippit (1960) White dan Lippit mengidentifikasi tiga gaya
kepemimpinan, pertama Authoritarian Leaders, pemimpin melakukan kontrol
terhadap keputusan dan tugas serta memastikan bahwa rencana yang dibuat bisa
dieksekusi dengan benar. Kedua, Democratic Leaders, pemimpin lebih berorientasi
membimbing dibanding mengkontrol aktivitas kelompok; berbagi kewenangan dan
mempertimbangkan masukan dari bawahan dalam setiap proses pengambilan
keputusan. Ketiga Laissez-Faire Leaders, pemimpin menyerahkan hampir semua
keputusan kepada bawahan; pemimpin menerima konsultasi dari bawahan tapi
biasanya ia mendelegasikan semua kewenangan pada bawahan.
b. Teori Kisi Kepemimpinan (Blake dan Mouton) Kisi kepemimpinan disini
menggambarkan bagaimana perhatian pimpinan pada tugas dan pada manusia
sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepeminpinan. Lima jenis gaya
ekstrem yang dikemukakan dalam model kisi ini antara lain :
 Gaya Pengalah (improverished style) ditandai kurangnya perhatian terhadap
produksi, bila terjadi konflik, pemimpin jenis ini tetap netral dan berdiri di
luar masalah.
 Gaya Pemimpin Pertengahan (middle of the road style) menaruh perhatian
yang seimbang pada produksi dan manusia; bila ada perbedaan
pendapat/sikap dengan yang dianutnya, pemimpin berusaha untuk jujur tapi
tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak; pemimpin berusaha
mempertahankan keadaan tetap baik.
 Gaya Tim (team style) menaruh perhatian tinggi terhadap tugas dan
manusia; pemimpin amat menghargai keputusan logis dan kreatif sebagai
hasil pengertian dan kesepakatan anggota organisasi; bila terjadi konflik,
pemimpin mencoba memeriksa alasan timbulnya perbedaan dan mencari
penyebab utamanya; pemimpin mempunyai rasa humor tinggi; pemimpin
tim mampu menunjukkan kebutuhan akan saling mempercayai dan
menghargai diantara sesama tim juga menghargai pekerjaan.
 Gaya Santai (country club style) ditandai rendahnya perhatian pada tugas
dan perhatian tinggi pada manusia; pemimpin menghindari terjadinya
konflik, tapi bila tidak bisa dihindari, ia mencoba melunakkan perasaan
orang dan menjaga agar mereka tetap bekerja sama; pemimpin seperti ini
lebih banyak bersikap menolong daripada memimpin.
 Gaya kerja (task style) ditandai perhatian tinggi terhadap pelaksanaan kerja
tapi amat kurang memperhatikan manusia; fokus utamanya adalah
melaksanakan pekerjaan secara efisien; bila timbul konflik, pemimpin
cenderung menghentikannya atau memenangkan posisinya dengan cara
membela diri, berkeras pada pendirian atau mengulangi konflik dengan
sejumlah argumentasi baru.
c) Gaya Kepemimpinan Situasional
Di dalam praktiknya, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer
suatu organisasi (bisnis dan nonbisnis) dapat saja berubah seiring dengan perubahan
dinamika yang berkembang dalam diri para karyawan. Sebagaimana diketahui, para
karyawan termasuk salah satu komponen dalam lingkungan organisasi yang dinamis
dan bukan statis. Para karyawan yang pada awalnya tidak memiliki kemampuan
kerja apa-apa masih memerlukan bimbingan kerja, tetapi karena ketekunan dan
keuletan mereka bekerja, pada suatu saat tertentu mereka telah memiliki
kemampuan yang baik tentang bagaimana menyelesaikan tugas dan pekerjaannya
dengan baik. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang telah dipilih dalam suatu
situasi dan kondisi tertentu barangkali tepat diterapkan pada saat itu, tetapi jika
situasi dan kondisi yang telah berubah, gaya kepemimpinan yang diterapkan juga
dapat berubah.

2.9 . Kebutuhan Manusia


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsure-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan
yang paling penting dahulu kemudian meningkatkan yang tidak terlalu penting. Untuk
dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang
berada pada tingkat di bawahnya. Ciri kebutuhan dasar mansia:Manusia memiliki
kebutuhan dasar yang bersifat hekterogen. Setiap pada dasarnya memiliki kebutuhan yang
sama,akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebut ikud berbeda. Dalam memenuhi
kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada.
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut ( potter dan patricia, 1997 ) :
 Kebutuhan fisiologis/ dasar
 Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
 Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
 Kebutuhan untuk dihargai
 Kebutuhan untuk aktualisasi diri

A. KEBUTUHAN FISIOLOGI/ DASAR


      Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan
berfungsi secara fisik dan kimiawi.
Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel,
jaringan,organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik
dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
    Menurut Abraham Maslow kebutuhan fisiologi sangat mendasar, paling kuat dan paling
jelas dari antara sekian kebutuhan adalah untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.
Yaitu kebutuhan untuk makan, minum,tempat tinggal, sexs tidur dan oksigen. Manusia
akan menekan kebutuhannya sedemikian rupa agar kebutuhan fisiologis (dasar)nya
tercukupi. Sebagai contoh:
 pengeluaran zat sis, di mana seseorang harus mengeluarkan zat-zat sisa yang sedah tidak
terpakaioleh tubuh. Karena jika tidak di kelurkan akan mengakibatkan
penyakit/pembentukan penyakit.
 Oksigen (O2) merupakan salah satu kebutuhan vital untuk kehidupan kita. Dengan
mengkonsumsi oksigen yang cukup akan membuat organ tubuh berfungsi dengan optimal.
Jika tubuh menyerap oksigen dengan kandungan yang rendah dapat menyebabkan
kemungkinan tubuh mengidap penyakit kronis. Sel-sel tubuhyang kekurangan oksigen juga
dapat menyebabkan perasaan kurang nyaman, takut atau sakit. Menguap adalah salah satu
sinyal tubuh kekurangan oksigen selain karena mengantuk.
B. KEBUTUHAN AKAN RASA AMAN
     Kebutuhan akan rasa aman ini baiasanya terpuaskan pada orang-orang yang sehat dan
normal.Seseorang yang tidak aman akan memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
setabilitas yang sanggat berlebihan dan menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang
tidak di harapkannya.berbeda dengan orang yang merasa aman dia akan cenderung santai
tanpa ada kecemasan yang berlebih. Perlindungan dari udara panas/dingin, cuaca jelek,
kecelakaan,infeksi, alergi, terhindar dari pencurian dan mendapatkan perlindungan hukum
Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dariteror, dan lain
sebagainya.
Sebagai contoh :
 Seseorang membangun rumah untuk melindungi diri dari hujan panas memenuhi kepuasan
untuk dirinya
 Saat indonesia di jajah kita melawan penjajah tersebut dan akhirnya merdeka karena
saat terjajah kita tidak merasa amanan.

C. KEBUTUHAN SOSIAL
     Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan rasa memiliki
tempat di tengah kelomoknya.
Sebagai contoh :
 Dimana seseorang yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama membuat suatu
kelompok/berkumpul karena mereka ingin diperhatikan dalam tujuannya dan
dapat memberikan perhatian atas klompok tersebut.
 Kebutuhan cinta seorang anak oleh ibunya, itu sanggat berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak misal seorang anak tercukupi kebutuhan akan kasih sayang maka
perkembangan anak akan optimal berupa fisik maupun psikologinya karena perhatian yang
di berikan ibu kepada anaknya.

D. KEBUTUHAN AKAN PENGHARGAAN


   Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan
penghargaan yakni:
1. HARGA DIRI adalah penilaian terhadap hasil yang di capai dengan analisis, sejauh
mana memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya
akan tinggi dan jika mengalami kegagalan harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh
dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri,
kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidak tergantungan dan kebebasan
Kebutuhan harga diri meliputi:
 Menghargai diri sendiri
 Menghargai orang lain
 Dihargai orang lain
 Kebebasan yang mandiri
 Preshies
 Di kenal dan di akui
 Penghargaan

2. PENGHARGAAN DARI ORANG LAIN


   meliputi prestis, pengakuan, penerimaan,perhatian, kedudukan,nama baik serta
penghargaan. Penghargaan dari orang lain sanggat di perlukan dalam kehidupan karena
dengan penghargaan itu seseorang akan menjadi lebih kreatif, mandiri, percayaakan diri
sendiri dan juga lebih produktif.
Kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi :
 Kekuatan
 Pencapaian
 Rasa cukup
 Kompetisi
 Rasa percaya diri
 kemerdekaan
Sebagai conoh:
 Seorang pemahat di puji oleh pelanggannya maka iya akan lebih semangat
dalam membuatmemproduksi karyanya dalam jumlah maupun model.
 Seorang guru yang mengajar, mengabdi bertahun-tahun dan mendapatkan pengangkatan
pegawai negeri oleh pemerintah

E. KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI


     Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik
dari yang dia bisa. tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila
semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai
dilakukan.
    Pada saat manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang lebih
rendah , melalui aktualisasi diri di katakan bahwa mereka mencapai potensi yang paling
maksimal.
Manusia yang teraktualisasi dirinya:
 Mempunyai kepribadian multi dimensi yang matang.
 Sering mampu mengasumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak.
 Mencapai pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang di kerjakan dengan baik.
 Tidak tergantung secara penuh pada opini orang lain.
Sebagai contoh:
 Saat kita mengetahui bahwa minggu depan akan ada ulangan maka kita akan belajar lebih
agar mendapatkan kepuasan dalam ujian dan mendapatkan nilai baik.

Teori Dua-Faktor

Sementara itu, pendekatan lain yang digunakan untuk mengetahui sumber motivasi
seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dikemukakan oleh Frederick Herzberg
dengan teori dua faktor/motivasi kesehatan (two-factor atau motivation hygiene theory).
Teori dua-faktor yang dikemukakan oleh Herzberg pada dasarnya merupakan
pengembangan dari teori kebutuhan berjenjang dari Abraham Maslow. Menurut teori dua-
faktor Herzberg, dalam menunaikan tugas/pekerjaannya, karyawan sangat dipengaruhi oleh
dua faktor penting, yaitu faktor dissatisfiers/hygiene dan faktor motivator. Faktor
ketidakpuasan (dissastisfiers factor) atau faktor kesehatan (hygiene factor) merupakan
faktor yang mempertahankan/menjaga tingkat motivasi kerja karyawan jika faktor tersebut
diberikan secara tepat. Jika faktor kesehatan tersebut diberikan tidak tepat justru akan
berdampak pada menurunnya semangat atau motivasi kerja karyawan. Sementara itu, faktor
pendorong (motivator factor) merupakan faktor penting yang mampu memberikan
dorongan atau motivasi kerja bagi para karyawannya.

2.10 . Mendengarkan sebagai Keahlian Antarpribadi


Mendengarkan adalah kemampuan untuk secara akurat menerima dan menafsirkan pesan
dalam proses komunikasi. Mendengarkan adalah kunci untuk semua komunikasi yang
efektif. Tanpa kemampuan untuk mendengarkan secara efektif, pesan dengan mudah
disalahpahami. Akibatnya, komunikasi terputus dan pengirim pesan dapat dengan mudah
menjadi frustrasi atau jengkel. Jika ada satu keterampilan komunikasi yang harus Anda
kuasai, maka dengarkanlah. Mendengarkan sangat penting sehingga banyak atasan
memberikan pelatihan keterampilan menyimak bagi karyawan mereka. Ini tidak
mengherankan bila Anda menganggap bahwa keterampilan mendengarkan yang baik dapat
menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih baik, produktivitas yang lebih besar dengan
kesalahan yang lebih sedikit, dan peningkatan berbagi informasi yang pada gilirannya dapat
mengarah pada pekerjaan yang lebih kreatif dan inovatif.
Keterampilan mendengarkan yang baik juga memiliki manfaat dalam kehidupan pribadi
kita, termasuk: Sejumlah besar teman dan jejaring sosial, peningkatan harga diri dan
kepercayaan diri, nilai yang lebih tinggi di sekolah dan dalam pekerjaan akademik, dan
bahkan kesehatan yang lebih baik dan kesejahteraan umum. Penelitian telah menunjukkan
bahwa, ketika berbicara meningkatkan tekanan darah, mendengarkan dengan penuh
perhatian dapat menurunkannya.

Mendengarkan Tidak Sama dengan Mendengar


Mendengar mengacu pada suara yang masuk ke telinga Anda. Ini adalah proses fisik yang,
asalkan Anda tidak memiliki masalah pendengaran, terjadi secara otomatis. Namun,
mendengarkan membutuhkan lebih dari itu: ia membutuhkan fokus dan usaha yang
terkonsentrasi, baik mental maupun fisik. Mendengarkan berarti memperhatikan tidak
hanya cerita, tetapi bagaimana cerita itu disampaikan, penggunaan bahasa dan suara, dan
bagaimana orang lain menggunakan tubuhnya. Dengan kata lain, itu berarti menyadari
pesan verbal dan nonverbal. Kemampuan Anda untuk mendengarkan secara efektif
tergantung pada sejauh mana Anda memahami dan memahami pesan-pesan ini.
Mendengarkan bukanlah proses pasif. Bahkan, pendengar dapat, dan harus, setidaknya
terlibat dalam proses sebagai pembicara. Ungkapan 'mendengarkan aktif' digunakan untuk
menggambarkan proses keterlibatan penuh ini.

Kita Menghabiskan Banyak Waktu Mendengarkan


Orang dewasa menghabiskan rata-rata 70% dari waktu mereka terlibat dalam semacam
komunikasi. Dari ini, penelitian menunjukkan bahwa rata-rata 45% dihabiskan untuk
mendengarkan dibandingkan dengan 30% berbicara, membaca 16% dan menulis 9%.
(Adler, R. et al. 2001). Artinya, dengan standar apa pun, banyak waktu mendengarkan.
Oleh karena itu, perlu sedikit waktu ekstra untuk memastikan bahwa Anda mendengarkan
secara efektif.
Tujuan Mendengarkan
1. Untuk secara khusus fokus pada pesan yang dikomunikasikan, menghindari gangguan
dan prasangka.
2. Untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap dan akurat tentang sudut pandang dan
gagasan pembicara.
3. Untuk menilai secara kritis apa yang dikatakan. (Lihat halaman kami tentang Berpikir
Kritis untuk informasi lebih lanjut).
4. Untuk mengamati sinyal non-verbal yang menyertai apa yang dikatakan untuk
meningkatkan pemahaman.
5. Untuk menunjukkan minat, kepedulian dan konsentrasi.
6. Untuk mendorong pembicara untuk berkomunikasi sepenuhnya, secara terbuka dan jujur.
7. Untuk mengembangkan pendekatan tanpa pamrih, menempatkan pembicara terlebih
dahulu.
8. Untuk mencapai pemahaman dan penerimaan yang dibagikan dan disepakati dari kedua
belah pihak. Seringkali perhatian utama kita saat mendengarkan adalah merumuskan cara
untuk merespons. Ini bukan fungsi mendengarkan. Kita harus mencoba untuk fokus
sepenuhnya pada apa yang dikatakan dan bagaimana itu dikatakan untuk lebih memahami
pembicara.

Hambatan untuk Mendengarkan Efektif


Adalah umum, ketika mendengarkan orang lain berbicara, untuk merumuskan jawaban
sementara orang lain masih berbicara. Namun, ini berarti bahwa kita tidak benar-benar
mendengarkan semua yang dikatakan. Bahkan pendengar yang baik sering kali bersalah
karena secara kritis mengevaluasi apa yang dikatakan sebelum sepenuhnya memahami
pesan yang sedang disampaikan oleh pembicara. Hasilnya adalah asumsi dibuat dan
kesimpulan dicapai tentang makna pembicara, yang mungkin tidak akurat. Ini dan jenis-
jenis lain dari mendengarkan yang tidak efektif menyebabkan kesalahpahaman dan
gangguan dalam komunikasi. Bahkan jika kita tidak merumuskan respons saat
mendengarkan, kita mungkin masih memikirkan hal-hal lain, meskipun secara tidak sadar.
Selama percakapan, seberapa sering ada pikiran seperti "Apa yang akan saya miliki untuk
makan malam saya", "Apakah saya punya waktu untuk menyelesaikan laporan itu?" atau
"Saya harap saya tidak terlambat menjemput anak-anak" terlintas di benak Anda? Pada
saat-saat seperti itu, kita terganggu dan tidak memberikan perhatian penuh pada apa yang
dikatakan. Dengan kata lain kita tidak secara aktif mendengarkan pembicara. Kita dapat
dengan mudah mengambil kebiasaan buruk dalam hal mendengarkan - halaman ini
memeriksa beberapa hambatan dan kebiasaan buruk mendengarkan - memungkinkan Anda
untuk mengatasi dan memperbaikinya. Mendengarkan adalah keterampilan interpersonal
kunci dan prasyarat bagi banyak keterampilan komunikasi lainnya - dengan belajar
mendengarkan secara lebih efektif, Anda dapat meningkatkan kualitas kehidupan
profesional dan pribadi Anda.

Hambatan Umum untuk Mendengarkan


Ada banyak hal yang menghalangi cara mendengarkan dan Anda harus menyadari
hambatan ini, banyak di antaranya adalah kebiasaan buruk, agar menjadi pendengar yang
lebih efektif. Hambatan dan kebiasaan buruk untuk mendengarkan secara efektif dapat
mencakup:
 Mencoba mendengarkan lebih dari satu percakapan sekaligus, ini termasuk menyalakan
televisi atau radio ketika mencoba mendengarkan seseorang berbicara; sedang menelepon
ke satu orang dan berbicara dengan orang lain di ruangan yang sama dan juga terganggu
oleh beberapa kebisingan dominan di lingkungan terdekat.
 Anda menemukan komunikator menarik / tidak menarik dan Anda lebih memperhatikan
bagaimana perasaan Anda tentang komunikator dan penampilan fisik mereka daripada apa
yang mereka katakan. Mungkin Anda benar-benar tidak menyukai pembicara - Anda
mungkin secara mental berdebat dengan pembicara dan cepat mengkritik, baik secara
verbal maupun di kepala Anda.
 Anda tidak tertarik dengan topik / masalah yang sedang dibahas dan menjadi bosan.
 Tidak fokus dan mudah teralihkan, mengutak-atik rambut, jari, pena, dll. Atau menatap
keluar jendela atau fokus pada objek selain pembicara.
 Merasa tidak enak badan atau lelah, lapar, haus atau perlu menggunakan toilet.
 Identifikasi daripada empati - pahami apa yang Anda dengar tetapi tidak menempatkan
diri Anda pada posisi pembicara. Karena kebanyakan dari kita memiliki banyak dialog diri
internal, kita menghabiskan banyak waktu mendengarkan pikiran dan perasaan kita sendiri
- mungkin sulit untuk mengalihkan fokus dari 'aku' atau 'aku' ke 'mereka' atau 'kamu' .
Mendengarkan secara efektif melibatkan membuka pikiran Anda terhadap pandangan orang
lain dan berusaha untuk merasa empatik. (Lihat halaman kami: Apa itu Empati? Untuk
informasi lebih lanjut)
 Bersimpati daripada berempati - simpati tidak sama dengan empati, Anda bersimpati
ketika Anda merasa kasihan dengan pengalaman orang lain, berempati berarti
menempatkan diri Anda pada posisi orang lain.
 Anda berprasangka atau bias berdasarkan ras, jenis kelamin, usia, agama, aksen, dan /
atau pengalaman masa lalu.
 Anda memiliki gagasan atau prasangka yang sudah terbentuk sebelumnya -
mendengarkan secara efektif termasuk bersikap terbuka terhadap gagasan dan pendapat
orang lain, ini tidak berarti Anda harus setuju tetapi harus mendengarkan dan berusaha
memahami.
 Anda membuat penilaian, berpikir, misalnya bahwa seseorang tidak terlalu cerdas atau
kurang memenuhi syarat sehingga tidak ada gunanya mendengarkan apa yang mereka
katakan.
 Pengalaman sebelumnya - kita semua dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya dalam
hidup. Kami menanggapi orang berdasarkan penampilan pribadi, bagaimana perkenalan
awal atau sambutan diterima dan / atau pertemuan interpersonal sebelumnya. Jika kita
membuat stereotip seseorang, kita menjadi kurang objektif dan karenanya cenderung tidak
mendengarkan secara efektif.
 Keasyikan - ketika kita memiliki banyak hal di pikiran kita, kita dapat gagal
mendengarkan apa yang dikatakan karena kita terlalu sibuk berkonsentrasi pada apa yang
kita pikirkan. Ini terutama benar ketika kita merasa stres atau khawatir tentang masalah.
 Memiliki Pikiran Tertutup - kita semua memiliki cita-cita dan nilai-nilai yang kami yakini
benar dan mungkin sulit untuk mendengarkan pandangan orang lain yang bertentangan
dengan pendapat kami sendiri.
Kunci untuk keterampilan mendengarkan dan interpersonal yang lebih umum adalah
kemampuan untuk memiliki pikiran yang benar-benar terbuka - untuk memahami mengapa
orang lain memikirkan hal-hal yang berbeda dengan Anda dan menggunakan informasi ini
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pembicara. Tanda-tanda Non-
Verbal tentang Mendengarkan yang Tidak Efektif Meskipun dengan semua sinyal non-
verbal sejumlah kesalahan harus diharapkan, umumnya tanda-tanda kurang perhatian saat
mendengarkan meliputi:
 Kurangnya kontak mata dengan pembicara - pendengar yang terlibat dengan pembicara
cenderung memberikan kontak mata. Namun, kurangnya kontak mata juga bisa menjadi
tanda rasa malu.
 Postur yang tidak tepat - dibungkuk, bersandar ke belakang atau 'berayun' di kursi,
condong ke depan ke meja atau meja dan / atau postur yang terus-menerus berubah. Orang
yang memperhatikan cenderung cenderung sedikit ke arah pembicara.
 Menjadi terganggu - gelisah, mencoret-coret, melihat arloji, menguap.
 Ekspresi yang tidak pantas dan kurangnya anggukan kepala - seringkali ketika pendengar
terlibat dengan pembicara mereka menganggukkan kepala mereka, ini biasanya merupakan
cara yang hampir secara tidak sadar mendorong pembicara dan menunjukkan perhatian.
Kurangnya anggukan kepala bisa berarti sebaliknya - mendengarkan tidak terjadi. Hal yang
sama berlaku untuk ekspresi wajah, pendengar yang penuh perhatian menggunakan
senyuman sebagai mekanisme umpan balik dan untuk menunjukkan perhatian.

10 Prinsip Mendengarkan
Pendengar yang baik tidak hanya akan mendengarkan apa yang dikatakan, tetapi juga apa
yang dibiarkan tidak terucapkan atau hunya sebagian yang dikatakan. Oleh karena itu.
mendengarkan yang efektif melibatkan mengamati bahasa tubuh dan memperhatikan
ketidakkonsistenan antara pesan verbal dan non-verbal, serta apa yang dikatakan pada saat
tertentu. Misalnya, jika seseorang memberi tahu Anda bahwa mereka bahagia dengan hidup
mereka tetapi melalui gigi yang tergerai atau dengan air mata memenuhi mata mereka.
Anda harus mempertimbangkan bahwa pesan verbal dan non-verbal bertentangan. Mungkin
mereka tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang mereka katakan. Oleh karena itu
mendengarkan bukan hanya masalah menggunakan telinga Anda, tetapi juga mata Anda.
Ada sepuluh prinsip di balik mendengarkan yang sangat baik, yaitu sebagai berikut:
1) Berhenti Berbicara
Jangan bicara, dan dengarkan! Ketika orang lain berbicara dengarkan apa yang
mereka katakan, jangan menyela. Bicarakan atau selesaikan kalimat mereka untuk
mereka. Berhenti, dengarkan saja. Ketika orang lain selesai berbicara. Anda
mungkin perlu mengklarifikasi untuk memastikan Anda: telah menerima pesan
mereka secara akurat.
2) Persiapkan Diri Anda untuk Mendengarkan Bersantai. Fokus pada pembicara.
Singkirkan hal-hal lain dari pikiran. Pikiran manusia mudah teralihkan oleh pikiran-
pikiran lain untuk apa makan siang, jam berapa saya harus pergi untuk naik kereta,
apakah akan turun hujan. Cobalah untuk menyingkirkan pikiran-pikiran lain dan
berkonsentrasi pada pesan-pesan yang sedang dikomunikasikan.
3) Buat Pembicara dengan Mudah
Bantu pembicara untuk merasa bebas berbicara. Ingat kebutuhan dan kekhawatiran
mereka. Mengangguk atau menggunakan gerakan atau kata lain untuk mendorong
mereka untuk melanjutkan. Pertahankan kontak mata tetapi jangan menatap-
tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dan memahami apa yang dikatakan.
4) Hilangkan Gangguan
Fokus pada apa yang dikatakan. Jangan menggambar, mengacak kertas, melihat
keluar jendela, mengambil kuku Anda atau yang sejenisnya. Hindari interupsi yang
tidak perlu. Perilaku ini mengganggu proses mendengarkan dan mengirim pesan ke
pembicara yang Anda bosan atau terganggu.
5) Berempati
Cobalah untuk memahami sudut pandang orang lain. Lihatlah masalah dari sudut
pandang mereka. Lepaskan ide yang sudah terbentuk sebelumnya. Dengan memiliki
pikiran terbuka kita dapat lebih sepenuhnya berempati dengan pembicara. Jika
pembicara mengatakan sesuatu yang tidak Anda setujui maka tunggu dan bangun
argumen untuk melawan apa yang dikatakan tetapi tetaplah terbuka terhadap
pandangan dan pendapat orang lain.
6) Bersabarlah
Jeda, bahkan jeda yang panjang, tidak berarti bahwa pembicara telah selesai. Sabar
dan biarkan pembicara melanjutkan waktu mereka sendiri, kadang-kadang butuh
waktu untuk merumuskan apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya.
Jangan perali menyela atau menyelesaikan kalimat untuk seseorang
7) Hindari Prasangka Pribadi
Cobalah bersikap tidak memihak. Jangan jengkel dan jangan biarkan kebiasaan atau
tingkah laku orang itu mengalihkan perhatian Anda dari apa yang dikatakan
pembicara. Setiap orang memiliki cara bicara yang berbeda. Beberapa orang
misalnya lebih gugup atau malu daripada yang lain, beberapa memiliki aksen
regional atau membuat gerakan lengan berlebihan, beberapa orang suka mondar-
mandir saat berbicara - yang lain suka duduk diam. Fokus pada apa yang dikatakan
dan cobalah untuk mengabaikan gaya pengiriman.
8) Dengarkan Nada Volume dan nada keduanya menambah apa yang dikatakan
seseorang. Seorang pembicara yang baik akan menggunakan volume dan nada
untuk keuntungan mereka agar audiensi tetap perhatian: setiap orang akan
menggunakan nada, nada dan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberdayaan teknologi informasi saat sekarang ini sudah merupakan kebutuhan
yang dimiliki dan harus dipenuhi oleh semua perusahaan, baik perusahaan berskala besar
maupun perusahaan berskala kecil agar mempunyai daya saing yang kompetitif. Solusi
manajemen TI bagi perusahaan yang berskala kecil antara lain yang penting perusahaan
mempunyai kemampuan untuk mengelola aplikasi, sistem, jaringan, dan internet. Dalam
perusahaan harus ada kepercayaan (accountability) terhadap semua pihak yang terlibat dan
ada ketangguhan dalam menghadapi perubahan yang cepat.
Kondisi saat ini serta masa-masa mendatang, para analis memprediksikan bahwa
pengelolaan teknologi informasi melalui e-business maupun e-commerce merupakan kunci
keberhasilan dalam memenangkan persaingan. Oleh karena itu jika sebuah perusahaan
tidak melakukan hal tersebut akan kalah bersaing dengan para pesaingnya (kompetitornya).
Untuk itu pengelolaan teknologi sudah merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan
untuk dapat meraih keunggulan yang kompetitif.

3.2 Saran
1. Institusi Penelitian ini masih perlu dilakukan pengembangan, oleh karena itu untuk
penelitian mendatang terhadap e-commerce perlu dikaji lebih lanjut mengenai analisis
hambatan bisnis online.
2. Masyarakat, Khususnya Mahasiswa Dapat mengkaji hasil penelitian ini sebagai
pembelajaran sebelum melakukan bisnis online, baik itu sebagai penjual, reseller, maupun
pembeli.
DAFTAR PUSTAKA

Wardhana, Aditya (2015). Strategi Digital Marketing dan Implikasinya pada Keunggulan
Bersaing UKM di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Forum Keuangan dan
Bisnis IV.

Hasan, Muhammad. (2022). Pengantar Bisnis. Bandung: CV. MEDIA SAINS


INDONESIA.

Puspitawati, Lilis., Nurhasanah, A., Khaerunnisa, A.S. (2021). Utilization of


Communication Technology for Business. International Journal of Informatics
Information System and Computer Engineering

Anonim. (2003). Strategi dan Perencanaan untuk Memulai Usaha. Analysis.

Aziz, Azwar (2012). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Bisnis Pos.
Jakarta

Supriatna, Nana (2017). Pemberdayaan Teknologi Informasi Untuk Keunggulan Bisnis.


Jurnal Vo. 1 No. 2 – Februari 2017 (file:///E:/32-Article%20Text-50-1-10-
20210125%20(1).pdf diakses tanggal 30 Desember 2022)

Anda mungkin juga menyukai