Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
1443/2022
Silaturrahim Untuk Memperpanjang Umur
Pendahuluan
Manusia sebagai mahkuk sosial tidak bisa hidup sendirian, mereka saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Mengingat hakikat tersebut sesama
manusia harus saling menyayangi dan menghormati. Dengan kasih sayang akan
terjalin hubungan yang harmonis. Jika keharmonisan telah terbentuk maka akan
tercipta suasana yang damai sentosa.
Prinsip kasih sayang dan saling menghormati kepada sesama bersifat mutlak.
Islam adalah agama yang satu sisi menekankan hubungan manusia dengan Tuhan dan
pada sisi yang lain juga menekankan hubungan antar umat manusia. Hubungan
tersebut telah diatur Allah SWT dalam al-Qur’an dan Hadisnya. Keduanya merupakan
pedoman manusia dalam menjalani roda kehidupan. tidak dapat dipisahkan apalagi
diabaikan.
Dan suatu hal yang sangat penting diperhatikan bahwa Rasulullah SAW
adalah sosok manusia yang paling agung budi pekerti, akhlak dan sifatnya, terutama
sifatnya yang berkaitan dengan fungsinya sebagai seorang rasul, yaitu, Shidq,
amanah, tabligh, dan fathanah. Dengan demikian, maka untuk mewujudkan
kehidupan yang baik dan bahagia di dunia dan di akhirat hendaknya manusia
mengikuti tuntunan rasul dalam seluruh aspek kehidupan. Dan salah satu tuntunan
rasul untuk mewujudkan kebahagian adalah melakukan silaturrahim
Pengertian Silaturrahim
Silaturrahim kata majemuk yang diambil dari bahasa Arab, صلةdan رحيم.
Kata صلةmerupakan masdar dari kata (ل-ص- )وyang berarti perhubungan, hubungan,
2
pemberian dan karunia. Sementara kata رحمberarti Rahim, peranakan, dan kerabat.
Quraish shihab berpendapat رحمbermakna kasih sayang.1 Kata rahim dapat
dihubungkan dengan Rahim al-mar’ah (Rahim seorang perempuan) yaitu tempat bayi
yang ada di dalam kandungan. Dan kata Rahim diartikan “kerabat” karena kerabat itu
keluar dari satu Rahim yang sama.2
Berdasarkan hadis diatas bahwa asal usul kata rahim diambil dari kata al-
Rahman salah satu nama Allah yang terdapat dalam Asmaul Husna. Kata rahim
secara etimologi mempunyai dua makna. Pertama , makna secara fisik yaitu “Tempat
mengadung janin” yang hanya dimiliki oleh seorang perempuan. Kemudian diartikan
kerabat atau sanak famili. Makna secara fisik ini akan melahirkan keturunan yang
harus dijaga keutuhan dan kejelasannya dengan pernikahan yang sah. Kedua, makna
non fisik, kata rahim dari akar kata “al-Rahman” yang merupakan salah satu Asma
Allah. Makna rahim secara non fisik akan melahirkan keramah-tamahan dan sikap
kasih sayang terhadap keluarga sehingga akan erat hubunngan kekeluargaannya.3
Jika dilihat dari segi obyeknya, shilaturrahim dibagi menjadi dua macam, yaitu
rahim secara khusus dan rahim secara umum. Pertama, Shilaturrahim secara khusus,
yaitu shilaturrahim yang dilakukan berdasarkan hubungan persaudaraan atau kerabat
yang dihubungkan oleh nasab atau keturunan terdekat. Nilai shilaturrahim yang
berdasarkan kerabat atau nasab mempunyai nilai yang sangat tinggi, karena memiliki
tanggung jawab baik secara moral atau material. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw
yang Artinya:
3
Kedua, Shilaturrahim secara umum, yaitu shilaturrahim yang dilakukan
berdasarkan hubungan sesama umat manusia (hubungan yang seagama) sebagaimana
firman Allah yang berbunyi:
)10( َأخ َويْ ُك ْم َو َّات ُقوا اللَّهَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْرمَحُو َن ِ َِإمَّنَا الْم ِمنو َن ِإخوةٌ ف
َ َ َأصل ُحوا َبنْي
ْ َ ْ ُ ُ ْؤ
Artinya:
Dari ayat di atas bahwa setiap orang yang beriman adalah bersaudara. Agar
persaudaraan itu bisa terjalin dengan kuat dan kokoh maka satu sama lain harus
berbuat baik dengan saling menyayangi dan mengasihi.4
Artinnya:
“wahai manusia! Bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan
dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan namannya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu.” (QS. An-Nisa’:1).
4
Istianah, Shilaturrahim Sebagai Upaya Menyambungkan Tali Yang Terputus, Riwayah:
Jurnal Studi Hadis, Vol. 2 No.2, 2016, h.202
4
Dalam Kitab tafsir Al-Munir dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan
orang-orang yang berakal untuk bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan perintah
dan menjauhi larangan dalam segala hal yang memiliki kaitan dengan masalah
penyembahan. Hanya kepada-Nya tiada sekutu bagi-Nya dan yang berkaitan dengan
hak-hak hamba. Perintah takwa ini dikuatkan dengan apa yang mengharuskan untuk
menjalankan ketaatan, yaitu dengan menyebut kata Rabb yang dimudhafkan kepada
dhamir mukhatab (kata ganti orang kedua banyak), yaitu kata, “Rabbakum”, yang
artinya “bertakwalah kalian kepada Rabb kalian yang telah mencurahkan nikmat dan
karunia kepada kalian”. Kemudian perintah takwa yang kedua menggunakan lafdzul
jalalah (Allah) adalah alamul mahabah wa jalaalah (kata yang jika disebut maka
memunculkan perasaan takut disertai penghormatan dan pengagungan). Kemudian
Allah SWT mengingatkan bahwa dia adalah Zat yang menciptakan mereka,
mengingatkan mereka akan kekuasaan-Nya yang telah menciptakan mereka dari jiwa
yang satu. Mereka semua berasal dari jiwa yang satu. Mereka semua berasal dari
keturunan yang satu, mereka semua adalah keturunan Adam dan ia diciptakan dari
tanah. Allah SWT menciptakan dari jiwa yang satu tersebut pasangannya, selanjutnya
dari keduannya berkembang biak umat manusia yang banyak laki-laki dan
perempuan. Dari keturunan tersebut, Allah SWT menciptakan ikatan keluarga yang
terbentuk atas dasar ikatan silaturrahim dan kekerabatan yang mendorong mereka
untuk saling mengasihi dan saling tolong menolong. 5
5
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jilid 2, Gema Insani, Jakarta, 2013, h. 559.
6
Istianah, Shilaturrahim Sebagai Upaya Menyambungkan Tali Yang Terputus, H.202
7
Rosmaniah Hamid, Selayang Pandang Hadis-Hadis tentang Ibadah dan Muamalah,
(Makassar: Alauddi University press, 2013) h.116
5
َع ْن، َوفِطْ ٍر، َواحلَ َس ِن بْ ِن َع ْم ٍرو،ش
ِ اَألع َم ِ
ْ ،َح َّدثَنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن َكث ٍري
ْ َع ِن،َأخَبَرنَا ُس ْفيَا ُن
Artinya: “Dari Abdillah bin Amr bin al-Ash dari Nabi saw. bersabda:
“Tidaklah orang yang mengadakan shilaturrahim itu orang yang membalas akan
tetapi ia adalah jika diputus hubungan rahimnya maka ia menyambungnya”. (HR.
Bukhari)
Dari hadis tersebut dapat dilihat dari ragam tingkat masyarakat dalam
mengaplikasikan shilaturrahim.
Di antara ketiga tingkatan di atas, yang paling utama adalah golongan pertama
(washil). Pada tingkat pertama inilah makna shilaturrahim yang sebenarnya, karena
dalam melakukannya tentu tidak mudah, kecuali bagi orang-orang yang mempunyai
kesabaran dan ketulusan hati demi tegaknya persaudaraan. Silaturrahim yang
8
Haris, al-Hadis, h.90
6
dilakukannya benar-benar ikhlas karena Allah bukan ada tendensi atau maksud-
maksud tertentu.9
Artinya: diriwayatkan dari Anas bin Maik r.a. berkata: saya pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang suka apabila Allah membentang
luaskan rizki baginya dan memanjangkan umurnya maka hendaklah ia
bersilaturrahim.” (HR.Bukhari)
Didalam Islam, salah satu anjuran untuk memperpanjang umur dan rezeki
adalah dengan mempererat tali Silaturrahim. Dalam hal ini Abu Laits As Samarqandi
berkata: arti bertambah umur itu ada dua macam. Sebagian ulama berpendapat
bertambah kebaikannya, dan sebagian lagi mengartikan bertambah umur sebagaimana
yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW diatas.10
9
Istianah, Shilaturrahim Sebagai Upaya Menyambungkan Tali Yang Terputus, h.203
10
Abu Laits As Samarqandi, Tanbihhul Ghafilin (Peringatan Bagi Yang Lupa Vol 1),
(Surabaya: PT. Bina Ilmu Offse, 1987), h. 174
7
Silaturrahim walaupun sudah meninggal, ia banyak diingat dan dibicarakan, seakan-
akan dia hidup terus.11
Didalam sabda Rasulullah, telah dijelaskan bahwa Allah dan Rasulnya telah
menjanjikan pahala yang sangat besar di akhirat kelak bagi orang yang
bersilaturrahim.12 Banyak bersilaturrahim juga akan menimbulkan rasa kasih sayang
antara sesama dan menimbulkan gairah hidup tersendiri, karena banyak saudara yang
akan bahu-membahu dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang selalu
mengikuti manusia. Sehingga umurnya akan lebih bermanfaat baik bagi dirinya
maupun orang lain.13
11
Rahmat Syafi’I, al-Hadis: Aqidah, Aklak, Sosial dan Hukum, (Bandung:CV. Pustaka Setia,
t.th) h.208
12
Abdu Aziz bin Fathi as Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam, (Pustaka Imam Syafi’I :
2007), h. 117
13
Ibid, h. 208-209
14
What makes a good life? Lessons from the longest study on happiness,
https://www.ted.com/talks/robert_waldinger_what_makes_a_good_life_lessons_from_the_longest_stud
y_on_happiness diakses pada 25 Juli 2022
8
memiliki hubungan baik dengan orang-orang sekitar. Maka pada usia 50 keatas
mereka cenderung akan bahagia sampai usia 80 tahun.15
15
What makes a good life? Lessons from the longest study on happiness, diakses pada 25 Juli
2022
9
Daftar Pustaka
As Samarqandi, Abu Laits, (1987) Tanbihhul Ghafilin (Peringatan Bagi Yang Lupa
Vol
1), (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offse).
Aziz, Abdu bin Fathi as Sayyid Nada, (2007) Ensiklopedi Adab Islam, (Pustaka Imam
Syafi’I).
az-Zuhaili Wahbah, (2013) Tafsir Al-Munir jilid 2, (Gema Insani, Jakarta).
Hamid, Rosmaniah, (2013) Selayang Pandang Hadis-Hadis tentang Ibadah dan
Muamalah, (Makassar: Alauddi University press).
Haris, al-Hadis, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam,t.th).
Istianah, (2016) Shilaturrahim Sebagai Upaya Menyambungkan Tali Yang Terputus,
Riwayah: Jurnal Studi Hadis, Vol. 2 No.2.
Munawir, (1997) Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif).
Shihab, Quraish, (1999) Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan).
Syafi’I, Rahmat, al-Hadis: Aqidah, Aklak, Sosial dan Hukum, (Bandung:CV. Pustaka
Setia, t.th).
What makes a good life? Lessons from the longest study on happiness,
10