MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas UTS
Mata Kuliah : TAFSIR TEMATIK PMI
Dosen Pengampu : H. Agus Syamsul Huda, Lc., MA
Disusun oleh :
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mufrodat/kosakata yang sulit dari Al-Hujuraat ayat 10 dan ayat 13?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul Surat Al-Hujuraat ayat 10 dan ayat 13?
3. Bagaimana munasabah ayat dengan ayat sebelumnya dan setelahnya dari surat Al-
Hujuraat ayat 10 dan ayat 13?
4. Bagaimana Tafsiran Surat Al-Hujuraat ayat 10 dan ayat 13?
1
Ulfi Putra Sany, “Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat di dalam perspektif Al-Quran”, Ilmu Dakwah
Vol 39 No.1, 2019 32-44
2
Zubaedi, “PENGEMBANGAN MASYARAKAT WACANA&PRAKTIK”,(Jakarta: KENCANA, 2014), Hlm. 4
BAB II
PEMBAHASAN
َ ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ
َم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمونVْ خَو ْي ُك
Mufrodat (kosakata):
َ َأ
خَو ْي ُك ْم َبَ ْين Vفََأصْ لِحُوا
Kedua saudara Antara Maka damaikanlah
لَ َعلَّ ُكم َ هَّللا َواتَّقُوا
Agar kalian Allah Dan bertakwalah
تُرْ َح ُمون
Kamu dirahmati
Dalam surat Al-Hujurat ayat 10 ini menegaskan bahwa setiap orang – orang
mukmin itu bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) disini yaitu persaudaraan diantara
sesama mukmin yang dilandasi oleh persamaan aqidah dan keimanan kepada Allah
SWT. Persaudaran yang dilandasi oleh nilai-nilai islam disebut dengan ukhuwah
islamiyah. Dimana ukhuwah islamiyah dibagi menjadi tiga yaitu ukhuwah Diniyyah,
yaitu persaudaraan yang didasari persamaan derajat. Ukhuwah Wataniyyah wa an-
nasab yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keturunan. Terakhir Ukhuwah
Insaniyyah/Basyariyyah yaitu persaudaraan karena sesama manusia.
3
Syarif Muharim, “Al-Qura’an Digital”, QS.49:10
b. Surat Al-Hujurat ayat 13
َ َوقَبَاِئ َل لِتَ َعVيَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا
ارفُوا ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد
Mufrodat (kosakata):
Dalam surat Al-Hujurat ayat 13 diatas dijelaskan bahwa Allah SWT telah
menjadikan manusia itu berbagai macam suku dan bangsa untuk bisa saling mengenal
dan saling tolong menolong sesama manusia, kemuliaan manusia itu tidak bisa diukur
hanya dengan kekayaan melainkan dengan ketakwaan.5
4
Ibid, QS.49:13
5
Siti Khoerotunnisa,”NILAAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir
Surat Al-Hujurat Ayat 11-1),( Skripsi:IAIN SALATIGA, 2016), Hlm.22-23
2. Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat ayat 10 dan ayat 13
Kata Hujurãt merupakan bentuk jamak dari kata al-Hujrah yang memiliki arti
kamar atau ruang sebagai tempat tidur. Penamaan surat ini diambil dari kata Hujurãt
yang terdapat dalam ayat ke 4 yang memiliki arti kamar-kamar (Imani, 2013:311).
Kemudian kisah turunnya surat Al-Hujurãt ini ulama telah sepakat menyatakan
bahwa turunnya surat ini setelah Nabi Muhammad saw, berhijrah dari mekkah ke
Madinah. Bahkan, di kuatkan dalam salah satu ayatnya yang dimulai dengan “Ya
ayyuha an-Nas” dalam ayat 13 yang dapat dijadikan suatu ciri surat Makiyah yang
diturun sebelum nabi Muhammad SAW hijrah, disepakati juga turun pada periode
Madaniyah. Walaupun demikian, dengan adanya riwayat yang diperselisihkan
mengenai nilai kesahahihannya yang menyatakan ayat tersebut turun di Makkah pada
saat Haji Wada atau Haji Perpisahan Nabi saw. Namun demikian juga, kalau n
riwayat itu memang benar, riwayat ini tidak menjadikan ayat tersebut Makkiyah,
kecuali bagi mereka yang memahami secara istilah Makkiyah itu sebagai suatu ayat
yang turun di Mekkah (Shihab, 2012:3).
Sebab turunya ayat 10 adalah: bahwa ayat ini adalah gabungan dari ayat 9
yang mana ayat tersebut menjelaskan bahwa diriwayatkan dari Qatadah,
diinformasikan kepada kami bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua
orang laki-laki Anshar yang diantara keduanya itu terjadi suatu persengketaan
dalam hak-hak tertentu. Salah seorang dari mereka kemudian berkata, „Sungguh
saya akan merebutnya darimu, walaupun dengan kekerasan.‟ Laki-laki ini berkata
seperti itu dikarena banyaknya jumlah kaumnya. Kemudian Laki-laki kedua juga
mencoba untuk mengajaknya meminta keputusan kepada Nabi Muhammad SAW,
tetapi ia menolaknya. Persengketaan itu terus berlangsung sampai akhirnya terjadi
suatu perkelahian diantara kedua pihak tersebut. kemudian Merekapun saling
memukul dengan tangan dan terompah. Tapi Untung saja pekelahian tersebut
tidak berlanjut dengan menggunakan pedang.6
6
Jallaluddin as-Suyuthi, “Sebab-sebab Turunnya A-Qur’an Terj. Tim Abdul Hayyi, (Depok: Gema Insani, 2008),
cet-1, Hlm.527.
Dalam ayat 13 yang diriwayatkan oleh Abu Dawud mengenai turunnya ayat
Al-Quran ini yaitu mengenai tentang peristiwa yang terjadi pada seorang sahabat,
beliau bernama Abu Hindin yang biasa berkhidmat kepada Nabi Muhammad untuk
mengeluarkan darah kotor dari kepalanya dengan pembekam, yang berbentuk seperti
tanduk. Nabi Muhammad SAW menyuruh kabilah Bani Bayadah agar dapat
menikahkan Abu Hindin dengan seorang perempuan di kalangan mereka. Mereka
bertanya, “Apakah patut kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan budak-budak?”
Maka dengan kasus ini Allah menurunkan ayat ini agar tidak mencemooh seseorang
karena memandang rendah karena kedudukanya.
Diriwayatkan oleh Abu Mulaikah bahwa kala itu terjadi pembebasan kota
Makkah, yaitu kembalinya negeri Makkah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW pada tahun 8 hijriah, kemudian Bilal disuruh Rasulullah SAW untuk segera
mengumandangkan azan. Lalu Ia memanjat Ka‟bah dan mengumandangkan azan.
Berseru kepada kaum Muslimin untuk melaksanakan salat berjamaah.7
Attab bin Usaid ketika melihat Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk berazan
berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak sempat
menyampaikan peristiwa pada hari ini.” Haris bin Hisyam ia berkata, “Muhammad
tidak akan dapat menemukan orang lain untuk berazan kecuali dari burung gagak
yang hitam ini.” Maksudnya adalah mencemoohkan Bilal karena warna kulitnya yang
hitam. Maka datanglah Malaikat Jibril memberitahukan kepada Nabi Muhammad
SAW, apa yang mereka ucapkan itu. Maka dengan ini turunlah ayat 13 yang melarang
manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukan, kepangkatan, kekayaan,
keturunan dan mencemoohkan orang-orang miskin. Diterangkan pula bahwa
kemuliaan itu dihubungkan dengan ketakwaan kepada Allah (Depag RI, 2009:419-
420).
3. Munasabah ayat dengan ayat sebelumnya dan setelahnya dari surat Al-Hujurat
ayat 10 dan ayat 13
Menurut As-Suyuthi, kata munasabah secara etimologis dapat diartikan dalam
dua kata yakni, al-musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan). Istilah
munasabha digunakan dalam ‘illat dalam bab qiyas, dan bereti Al-wash Al-muqarib li
Al-hukm (gambaran yang berhubngan dengan hukum) dikutip dari buku karya Badr
7
Ibid, 31-32
A-Din Muhammad bin ‘AbdillahAz-Zarkasyi dalam bukunya yang berjudul Al-
Burhan fi “Ulum Al-Qur’an. Istilah munasabah diungkapkan pula dengan kata rabth
(pertalian).8
a. Al Hujarat ayat 9
Artinya : Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau
dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil.
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah memberikan peringatan agar jangan mudah
menerima berita dari orang fasik tanpa mengecek kebenarannya lebih dahulu karena
hal ini bisa menimbulkan korban dan penyesalan. Pada ayat-ayat berikut, Allah
kembali menerangkan bahwa berita-berita itu mungkin membawa akibat buruk atau
menyebabkan perpecahan dan permusuhan di antara 2 golongan kaum Muslimin,
bahkan bisa menyebabkan terjadinya peperangan.9
َ ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ
َم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمونVْ خَو ْي ُك
Dalam ayat ini, Allah telah menerngkan bahwa sesungguhnya orang –orang
mukmin itu semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara nasab, karena
semuanya sama-sama menganut unsur keimanan yang sama juga dan kekal di dalam
surga. Dengan persaudaraan itu juga mendorong ke arah perdamaian, maka Allah
SWT menganjurkan untuk terus diusahakan di antara saudara seagama seperti
8
Rosihon Anwar, Ulum Al- Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal.82.
9
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.hal.597.
perdamaian diantara saudara senasab atau keturunan, supaya bisa tetap menjaga dan
memelihara ketakwaan kepada Allah SWT. Maka dari ayat ini dapat dipahami bahwa
diperlukan adanya suatu kekuatan penengah untuk dapat mendamaikan pihak-pihak
yang berselisih atau bertikai.10
b. Al Hujarat ayat 11
ٰ ولٓٮكَ هُم
َالظّلِ ُم ۡون ٰ ُ ااِل ۡس ُم ۡالفُس ُۡو
ِ ق بَ ۡع َد ااۡل ِ ۡي َم
ُ ِٕ ُ ان ۚ َو َم ۡن لَّمۡ يَتُ ۡب فَا
Ayat 11 Setelah ayat yang lalu memerintahkan untuk berbuat ishlah akibat
pertikaian yang muncul, ayat diatas memberi petunjuk tentang beberapa hal yang
harus dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Ayat 12 masih merupakan
lanjutan tuntunan ayat yang lalu. Hanya disini hal-hal buruk yang sifatnya
tersembunyi. Karena itu, panggilan mesra kepada orang-orang beriman diulangi
untuk kelima kalinya. Di sisi lain, memanggil dengan panggilan buruk yang telah
dilarang oleh ayat yang lalu boleh jadi panggilan/ gelar itu dilakukan atas dasar
dugaan yang tidak berdasar.11
c. Al Hujarat ayat 12
Ayat 12 masih merupakan lanjutan tuntunan ayat yang lalu. Hanya disini hal-
hal buruk yang sifatnya tersembunyi. Karena itu, panggilan mesra kepada orang-
orang beriman diulangi untuk kelima kalinya. Di sisi lain, memanggil dengan
panggilan buruk yang telah dilarang oleh ayat yang lalu boleh jadi panggilan/ gelar
itu dilakukan atas dasar dugaan yang tidak berdasa.12
d. Al-Hujurat ayat 13
َ َوقَبَاِئ َل لِتَ َعVيَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا
ارفُوا ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد
Setelah Allah SWT, melarang pada ayat sebelumnya mengenai megolok-olok sesama
manusia mengejek serta menghina dan panggil-memanggil dengan gelar yang buruk, maka disini
Allah SWT menyebutkan ayat-ayat yang lebih menegaskan lagi mengenai larangan untuk
memperkuat cegahan tersebut. kemudian juga Allah SWT menerangkan bahwa manusia
seluruhnya berasal dari seorang ayah dan juga seorang ibu. Maka kenapa harus saling mengolok-
olok, mengiha sesama saudara, padahal juga Allh SWT sudah menjadikan mereka itu bersuku-
suku dan berbangsa- bangsa yang berbed, agar diantara mereka itu saling mengenal dan tolong-
menolong.
e. Al Hujarat ayat 14
12
Ibid.hal.254.
قَالَت ااۡل َ ۡعرابُ ٰامنَّا ؕ قُلْ لَّمۡ تُ ۡؤمنُ ۡوا و ٰلـك ۡن قُ ۡولُ ۡۤوا اَ ۡسلَمۡ نَا ولَما ي ۡد ُخل ااۡل ۡيمانُ ف ۡى قُلُ ۡوب ُكمۡ ۚ وا ۡن تُط ۡيعُوا هّٰللا
َ ِ َِ ِ ِ َ ِ ِ َ َّ َ ِ َ ِ َ َ ِ
َو َرس ُۡولَهٗ اَل يَلِ ۡت ُكمۡ ِّم ۡن اَ ۡع َمالِ ُكمۡ َش ۡيـًٔــا ؕ اِ َّن هّٰللا َ َغفُ ۡو ٌر َّر ِح ۡي ٌم
َ ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ
َم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمونVْ خَو ْي ُك
Kata ikhwah adalah bentuk jamak dari kata akh, yang dalam kamus-kamus bahasa
sering kali diterjemahkan saudara atau sahabat. Kata ini pada mulanya berarti yang
sama. Persamaan dalam garis keturunan mengakibatkan persaudaraan, demikian juga
persamaan dalam sifat atau bentuk apapun. Persamaan kelakuan pemboros dengan
setan, menjadikan para pemboros adalah saudara-saudara setan (baca QS. al-Isra’
[17]: 27). Persamaan dalam kesukuan atau kebangsaan pun mengakibatkan
persaudaraan (baca QS. al-A‘raf [7]: 65). Ada juga persaudaraan karena persamaan
kemakhlukan, seperti ketika Nabi Muhammad saw. menamakan jin adalah saudara-
saudara manusia. Beliau melarang menjadikan tulang sebagai alat beristinja karena itu
adalah makanan saudara-saudara kamu dari jenis jin. Demikian sabda beliau.
Kata akh yang berbentuk tunggal itu, biasa juga dijamak dengan kata ikhwan.
Bentuk jamak ini biasanya menunjuk kepada persaudaraan yang tidak sekandung.
Berbeda dengan kata ikhwah yang hanya terulang tujuh kali dalam al-Qur’an,
kesemuanya digunakan untuk menunjuk persaudaraan seketurunan, kecuali ayat al-
Huj.urat di, atas. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa persaudaraan 'yang
terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan yang dasarnya berganda. Sekali
atas dasar persamaan iman, dan kali kedua adalah persaudaraan seketurunan,
walaupun yang kedua ini bukan dalam pengerdan hakiki. Dengan demikian tidak ada
alasan untuk memutuskan hubungan persaudaraan itu. Ini lebih-lebih lagi jika
masih'‘tiirekat oleh persaudaraan sebangsa, secita-cita, sebahasa, senasib dan
sepenanggungan.14
b. Al-Hujurat ayat 13
َ ل لِتَ َعVَ م ُشعُوبًا َوقَبَاِئVْ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك
ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َدVارفُوا
Kata ( ) تَ َعا َرفُوْ اterambil dari kata( ُ ) َع َرفyang memiliki mengenal. Semakin
kuat pengenalan satu pihak dengan pihak-pihak lainnya, maka semakin terbuka
14
M.Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH Peran, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”(Jakaarta:Lentera Hati,
Vol.13,2002), Hlm.246-248
15
Tafsir Ibnu Kasir juz 26
peluang untuk saling member manfaat. Karena ayat diatas itu menekankan untuk
saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan dengan tujuan untuk saling menarik
pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meingkatkan keadaan kepada Allah Swt.
yang dampaknya tercermin pada suatu kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi
dan juga kebahagiaan ukhrawi. Upaya saling mengenal dapat dilakukan dengancara
atau proses misla bersilaturrahim. Akan tetapi berbedaan warna kulit, ras, bahasa,
negara dan lainnya yang seringkali membuat orang enggan berinterkasi dengan yang
lainnya disebabkan karena perbedaan tersebut. Padahal perbedaan-perbedaan tersebut
merupakan suatu Sunnatullah dan tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak saling
mengenal.
Abu Isa At-Turmudzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
Ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Mubarak, dari
Abdul Malik ibnu Isa As-Saqafi dari Yazid Mula Al-Munba’is, dari Abu Hurairah
r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
الِ صلَةَ ال َّر ِح ْي ُم َم َحبَّةٌ فِي اآل ْه ِل َم ْث َراةٌ فِ ْي ْال َم ِ َتَ َعلَّ ُموْ ا ِم ْن َأ ْن َسا بِ ُك ْم َما ت
ِ صلُوْ نَ بِ ِه اَرْ َحا َم ُك ْم فَا ِ َّن
ت فِى ااْل َثَ ِر ٌ َم ْن َسَأ
Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturrahmi (hubungan
keluarga) kalian, karena sesungguhnya silaturrahmi itu menaamkan rasa cita
kepada kekeluargaan, memperbanyak harta dan memperpajang usia.
الشعوبyaitu bentuk jamak dari kata sya’b. kata ini digunakan untuk
menunjukkan kumpulan dari sekian suku yang merujuk kepada satu kakek. Suku itu
terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai umarah.
Kata ( )ِإ َّن َأ ْك َر َم ُكمterambil dari kata ()م َك َرpada dasarnya berarti yang baik dan
istimewa sesuai obyeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki
akhlak yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk.16
Jadi disini sangatlah Penting dalam suatu nilai-nilai akhlak untuk menegakkan
masyarakat yang kokoh, pada taraf selanjutnya dapat mengarah kepada terbentuknya
masyarakat madani. Yaitu masyarakat yang dapat mengaplikasikan nilai-nilai ilahiah
dan insaniah sebagaimana dijumpai pada masa Rasulullah Saw. Seperti perubahan
kota Yastrib menjadi Madinah yang dikenal sekarang ini adalah berasal dari kata
madaniah yang berarti berperadaban.
16
, M.Quraish Shihab, “TAFSIR AL-MISHBAH Peran, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”(Jakaarta:Lentera
Hati, Vol.13,2002), Hlm.261
Islam sangatlah memandang masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mana
individunya itu saling berhubungan, membutuhkan, dan saling mendukung atau
tolong-menolong. Diantara individu masyarakat itu mempunyai hubungan yang
sangat ideal yaitu hubungan saling menguntungkan. Kemudian ada suatu
permasalahan yaitu kesenjangan sosial dalam masyarakat yang berkaitan dengan
pendapatan ekonomi, problem ini merupakan dapat dikatakan suatu potensi yang
dapat dimanfaatkan untuk memupuk kerukunan dan silaturahmi antar sesama.
Didalam agama islam juga mendorong suatu pengembangan masyarakat dengan
tujuan yaitu untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyaraakat itu sendiri dengan
menggali problem-problem yang menjadi kendala masyarakat itu tidak maju. Namu
dalam pelaksanan pengembangngaan masyarakat ini haruslah tahu mengenai prinsip-
prinsip utama yang harus dipegang dalam pelaksanaannya pengembangan masyarakat
itu.
Pertama, Prinsip Ukhuwah yang berarti persaudaraan, yang sudah di jelaskan
dalam surat Al-Hujurat ayat 10, prinsip ini menegaskan bahwa tiap-tiap muslim itu
saling bersaudara, walaupun tanpa ada pertalian Nasab antara mereka. Rasa
persaudaraan ini menjamin adanya rasa empati dan merekaktkan silahturahmi dalam
masyarakat. Dalam konteks pengembangan masyarakat Ukhuwah atau persaudaraan
merupakan motif yang sangat mendasari dalam upaya pengembangan masyarakat.
Rasullullah memiliki suatu visi yaitu masyarkat muslim yang saling tolong menolong
dan saling menanggung kesulitan secara bersama. Jadi prinsip persaudaraan ini
memang sangatlah penting dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat karena
dengan persaudaraan pastinya akan menumbuhkan suatu empati saling tolong
menolong pada yang kesusahan.
Kedua, Prinsip persamaan derajat antara umaat manusia seperti yang di
jelaskan di surat Al-Hujurat ayat 13 diatas. Ayat tersebut menegaskan bahwa
persamaan derajat antar umat manusia, dan bahwa kemuliaan yang ada disisi Allah
SWT hanyalah berdasarkan iman serta takwa. Kemudian ayat diatas juga menjelaskan
bahwa perbedaan kekayaaan harta tidak menjadi suatu sumber pecah belah,
melainkan menjadi Wasilah untuk bisa saling tolong menolong atar sesama manusia.
Jadi disini dalam proses pelaksanaan pengembangan masyarakaat juga tidak boleh
membeda-bedakan terkait persamaan derajat dan dalaam pelaksanaannya harus
dilakukaan secara keadilan guna menuju tujuan yang utama yaitu memujudkan
masyarakat yang sejahtera.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Al Quran terdapat sangat banyak ayat yang berkaitan dengan
pengembangan masyarakat. Al-Quran juga menawarkan sebuah solusi yang nyata
(practical solution) yang bisa diaplikasikan dalam membantu keberhasilan suatu
program pengembangan masyarakat. Dalam makalah ini membahasa mengenai ayat
Al-Quran yang berkaitan dengan Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat.
B. Saran
Demikin makalah ini disusun, pemakalah memohon maaf apanilaa terdapat
kekurangan atau kekeliruan dalam pembuatan makalah. Pemakalah meminta kritik
dan saran yang membangun kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini
kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan)
Jilid IX.Jakarta: LP Al-Qur‟an Departemen Agama
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati