Anda di halaman 1dari 10

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Tasawuf Amali Dr. Ahmad, S. Ag, M. Fil. I

Al-Ikha
Oleh:

Lusi Aulia (220103030105)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang berarti tidak bisa hidup sendiri dan
membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia semestinya berbuat baik dan
memiliki akhlak yang tinggi terhadap sesamanya. Jadi, ada beberapa akhlak terhadap
orang lain yaitu salah satunya al-ikha atau rasa persaudaraan.
Manusia sebagai makhluk Allah, manusia perlu adanya kesadaran untuk selalu
memelihara rasa persaudaraan. Dengan memelihara rasa persaudaraan kita akan terhindar
dari perpecahan antar sesama karena kedudukan kita semua sama dihadapan Allah swt.
Oleh karna itu makalah ini dibuat untuk mempaparkan dan menjelaskan tentang
al-ikha atau rasa persaudaraan. Saya berharap makalah ini bisa menjadi bahan bacaan
bagi usaha kita semua untuk memahami tentang al-ikha atau rasa persaudaraan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Al-Ikha?
2. Bagaimana hakikat Al-Ikha?
3. Apa anjuran dan keutamaan dari Al-Ikha?
4. Apa saja hak dan kewajiban dalam persaudaraan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami tentang Al-Ikha.
2. Mengetahui dan memahami tentang hakikat Al-Ikha.
3. Mengetahui dan memahami tentang anjuran dan keutamaan dari Al-Ikha.
4. Mengetahui dan memahami tentang hak dan kewajiban dalam persaudaraan

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Ikha
Al-ikha atau rasa persaudaraan yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik
dan bersatu dengan orang lain, karena ada keterikatan batin dengannya.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang rasa persaudaraan dalam QS. Al-Imron: ayat 103
‫َو اْذ ُك ُروا ِنْع َم َت ِهَّللا َع َلْي ُك ْم ِإْذ ُك نُتْم َأْع َد اًء َف َأَّلَف َب ْي َن ُقُلوِبُك ْم َف َأْص َب ْح ُتم ِبِنْع َمِتِه ِإْخ َو اًن ا‬
Artinya: “dan ingatlah akan nikmat Allah ketika dahulu bermusuhan, lalu Allah menjinakkan
hatimu. Karena nikmat Allah, maka menjadilah kamu bersaudara ....”1
.‫ ِإَّن َهَّللا َيْبَغ ُض َقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى الُمَع ِبَس ِفي ُو ُجوِه ِاْخ َو اِنِه‬: ‫َقاَل َر ُسوُل ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
)‫(رواه الديلى عن على‬
Artinya: “Rasulullah saw. bersabda: bahwasanya Allah membenci orang-orang yang
bermuka masam dihadapan saudara-saudaranya. (H.R. Ad-Dailamy, yang bersumber dari
Ali)”2
Merasa bersaudara merupakan sikap yang dianjurkan oleh Islam, karena kita sebagai
manusia atau sebagai seorang muslim mempunyai persaudaraan antara satu dengan yang
lain.3
Nabi mengibaratkan hubungan antara sesama muslim itu bagaikan sebuah bangunan
yang setiap bagiannya saling mendukung demi kokohnya sebuah bangunan tersebut. Diantara
setiap manusia tidak boleh saling menghina dan menghianati. Ketika saling menyayangi
seperti diri sendiri sehingga rasa persaudaraan akan semakin kuat. 4 Bukti rasa persaudaraan
atau bisa disebut al-ikha yaitu saling menyayangi, tidak menghina apalagi mengkhianati
saudara. 5

1
Ummu Kulsum dan Syamsul Rijal, “Konsep Pendidikan Karakter Sebagai Pola Asuh Siswa Guna
Memiliki Pribadi Yang Syumuliyah,” 2023, 77.
2
Mahjuddin, Kuliah Akhlaq Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), 22.
3
Cita Suciati, “Hubungan Tingkat Pengetahuan Agama Islam Dengan Akhlak Siswa Kelas VIII MTs N 1
Lampung Timur Tahun Pelajaran 2018/2019” (undergraduate, IAIN Metro, 2018), 15.
4
Ardi Sulistyawan, "Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Manaqib Nurul Burhani Karya Kiai Muslih
Abdurrahman Mranggen” (masters, Universitas Islam Sultan Agung, 2023), 21.
5
Lulu Ma’Lufah Ahmad, “Pelaksanaan Kegiatan Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Dalam
Peningkatan Karakter Siswa Pesantren Tathmainnul Quluub.” , 39.

2
Di antara sifat orang Muslim adalah kecintaanya pada semua saudara dan temannya,
cinta yang benar-benar tulus, bukan cinta yang dimaksudkan untuk mendapatkan sesuatu,
dan yang lepas dari segala macam niat buruk. Itulah cinta persaudaraan yang tulus, yang
kejernihannya bersumber dari cahaya wahyu dan petunjuk Nabi Saw. sebagaimana Allah swt
berfirman: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al-Hujurat [49]:10).
Yang demikian itu karena ikatan yang disambungkan seorang muslim dengan saudaranya apa
pun kebangsaan, jenis kulit dan bahasanya, yaitu ikatan keimanan kepada Allah Swt. Dan
persaudaraan karena iman itu merupakan ikatan jiwa yang erat, ikatan hati yang paling kuat,
dan ikatan akal dan rohani yang paling tinggi nilainya.6

B. Hakikat Al-Ikha
Di dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang menyatakan tentang persaudaraan
universal antarsesama manusia. Persaudaraan yang dimaksud adalah persaudaraan
kemanusiaan. Beberapa ayat berikut menunjukkan hal tersebut:

Q.S. Al-Hujurat : 13, Allah swt. menyatakan:


‫َيتَأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَتُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثى َو َجَع ْلَتُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفوا ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ِهَّللا َأْتَقَلُك ْم‬
ٌ‫ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبير‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.”

Q.S. Al-Hujurat : 10
‫ِإَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة َفَأْص ِلُحوا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم َو اَّتُقوا هَّللا َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم وَن‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat
rahmat.”

6
Muhammad Rifai Juaini, “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab al-arba’in al-nawawiyah karya Imam
Nawawi” (bachelorThesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019), 65–66,

3
Dua ayat diatas menegaskan tentang persaudaraan antarsesama. Muhammad Al-
Sadiqi al-Tahrani dalam karyanya Al-Tafsir al-Mawdu’i li al-Qur’an al-Karim, ketika
menafsirkan ayat ke-10 dari surah al-Hujurat diatas menegaskan bahwa meskipun ada adat
al-hasr (kata pembatas), yaitu lafaz “innama” pada ayat tersebut, bukan berarti persaudaraan
itu terbatas pada persaudaraan berdasarkan keyakinan atau keimanan semata, tetapi juga
dimaksudkan sebagai persaudaraan universal dengan seluruh umat manusia. Dasar utama
persaudaraan universal itu adalah rasa cinta antarsesama. Rasa cinta yang lahir dari dasar
lubuk hati manusia yang paling dalam, yang dianugerahkan oleh sang Mahacinta, yakni
Allah swt.7
Selain itu, ada persaudaraan antara sesama muslim diseluruh dunia tanpa melihat
perbedaan warna kulit, bahasa, suku, dan bangsa dan kewarganegaraan. Yang mengkita
persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian, supaya persaudaraan tetap erat dan kuat, setiap muslim harus dapat memenuhi
segala sikap dan perbuatan yang dapat merusak dan merenggangkan persaudaraan tersebut.
Sesudah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman itu bersaudara, Allah swt. melarang
orang-orang yang beriman itu untuk melakukan beberapa hal yang dapat merusak dan
merenggangkan persaudaraan antara sesama muslim terdapat dalam Q.S al-Hujurat (49): 11
yang terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim.”8

C. Anjuran dan Keutamaan dari Al-Ikha (Rasa Persaudaraan)


Ketahuilah bahwa sesungguhnya saling mencintai karena Allah Ta’ala dan
bersaudara dalam agama-Nya itu termasuk ibadah yang paling utama. Itu adalah buah dari
akhlak yang baik dan keduanya merupakan perbuatan terpuji. Sebagaimana Nabi Muhammad
7
Didi Junaedi, Tafsir Kebahagiaan : Menyingkap Makna Kebahagiaan dalam Al-Qur’an Perspektif Tafsir
Psikologi (Brebes: Rahmadina Publishing, 2019), 162–163.
8
Muhammad Hasbi, Akhlak Tasawuf (Solusi Mencari Kebahagiaan dalam Kehidupan Esoteris dan
Eksoteris) (Yogyakarta: TrustMedia Publishing, 2020), 102–104.

4
saw. bersabda, “Barangsiapa menjalin persaudaraan karena Allah Ta’ala, niscaya dia akan
mengangkat derajat orang tersebut disurga, yang tidak ia dapat bandingannya dengan
sesuatu pun dari amalnya itu.”9 Dan juga saling mecintai dan mengasihi satu sama lain
merupakan jalan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.10

D. Hak dan Kewajiban dalam Persaudaraan


Perlu diketahui, bahwa dalam ikatan persaudaraan itu ada beberapa hak yang
harus dipenuhi terhadap saudaramu.11 Jadi, ketika ikatan tersebut telah terjalin,
konsekuensinya hal itu menimbulkan hak dan kewajiban yang dipenuhi dalam persoalan
harta maupun tenaga, dengan lisan juga hati. Yakni, dengan cara mudah memberikan maaf,
mendoakan dengan ikhlas, setia dan tidak banyak merepotkan sahabat. Hak dan kewajiban
yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1. Mengenai harta. Minimal, saudaramu engkau anggap seperti saudara kandung.
Dalam arti, sebagian dari urusannya menjadi bagian dari tugasmu, maksimal,
engkau anggap sahabatmu sama seperti dirimu sendiri, yang harus engkau
perlakukan sama seperti engkau memperlakukan diri sendiri.
2. Menolong saudaramu dengan tenaga. Yaitu berusaha memenuhi sebagian dari
kebutuhan mereka sebelum diminta. Ini memiliki derajar yang menyamai posisi
memberikan pertolongan menggunakan harta.
3. Jangan menemui saudaramu dengan menunjukkan sesuatu (sikap) yang tidak ia
sukai.
4. Menyampaikan pujian yang disukainya, tanpa keluar dari konteks kebenaran dan
tidak berlebihan.
5. Setia dan ikhlas. Yaitu, dengan selalu menyayangi sahabat sampai maut
memisahkan mereka. Dan dilanjutkan dengan menyayangi anak-anak serta kaum
kerabatnya sepeninggalnya.12

9
Imam al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin (Akbar Media, 2008), 174–175.
10
AL-Imam Al-Ghazali, Terjemahan Ihya Ulumuddin “Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama” Jilid 3,
trans. oleh Ibnu Ibrahim Ba’adillah (Jakarta Selatan: Republika Penerbit, 2011), 181.
11
Abu Ridha, penerj., Tarjamah Mau’idhotul Djamaluddin Bimbingan Orang-Orang Mukmin (Semarang:
Asy Syifa’, 1993), 278.
12
Imam al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin (Akbar Media, 2008), 179–181.

5
6. Mendoakan bagi saudara pada ketika hidupnya dan pada ketika matinya dengan
tiap-tiap dikasihinya akan dia bagi dirinya dan bagi diri ahlinya dan bagi tiap-tiap
orang-orang yang bergantung dengan dia. Doakan dia seperti engkau doakan bagi
dirimu tiada beda.
7. Al-Wafa. Yakni, menyempurnakan hak bersaudara dan ikhlas yakni bersamaan
berkasih-kasihan dengan saudara itu pada zahirnya dan pada batinnya.
8. Meringankan akan saudara itu dan jangan memberati akan dia pada sesuatu yang
susah atasnya daripada segala hajat dunia.13
Hak sesama muslim merupakan perintah yang diprioritaskan untuk dikerjakan,
benar-benar diharuskan dan jangan sampai dilalaikan. Hak ini meliputi hal yang wajib baik
itu wajib ‘ain, wajib kifayah, dan perkara yang hukumnya sunnah. Didalam menjalankan
perintah tersebut akan menumbuhkan tali persaudaraan yang semakin erat dan akan
menumbuhkan rasa saling menyayangi antar sesama muslim. Hak-hak tersebut telah
disabdakan Rasulullah dalam kitab Riyadussholih yang diriwayatkan Imam Bukhori dan
Imam Muslim, diantaranya sebagai berikut:
1. Menjawab salam
Salam merupakan doa keselamatan yang berkah dan baik, juga perkara yang
menunjukkan rasa saling mencintai, dan persaudaraan yang baik antar sesama
muslim. Menjawab salam adalah bentuk respon kepada orang yang memberi
salam juga merupakan balasan doa untuk orang yang mengucapkan salam. Hukum
menjawab salam adalah wajib dan hukum mengucapkan salah adalah sunnah.
2. Menjenguk orang sakit
Menjenguk orang yang sakit menurut jumhur ulama’ adalah sunnah namun bisa
menjadi wajib jika yang dijenguk adalah kerabat dekat (masih punya hubungan
mahrom).
Menjenguk orang yang sakit akan menyenangakan hati dan keluarganya, juga
salah satu anjuran bagi setiap muslim dan perintah syari‟at yang sangat di senangi
allah yang mana terdapat faidah dan keistinewaan yang di berikan oleh allah
kepada orang yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit.
3. Mengantarkan Jenazah
13
Lubab Ihya Ulumiddin, penerj., Terjemah Sairus-Salikin Ila’Ibadati Rabbi Al’Alamin (Khazanah
Banjariah, 2002), 284–287.

6
Mengantarkan jenazah kepemakaman hukumnya adalah fardhu kifayah. Ini berlaku
bagi jenazah yang dikenal maupun tidak dikenal. Allah swt memberikan pahala
kepada orang yang mengantarkan jenazah. Namun, bagi seorang perempuan
mengantar jenazah hukumnya makruh jika tidak menimbulkan sesuatu yang di
haramkan. Apabila ia mengakibatkan hal yang haram maka hukumnya haram.
karena pada dasarnya perempuan itu diperintahkan untuk menutup aurat dan
tidak bercampur dengan laki-laki.
4. Memenuhi undangan
Sebagian ulama menyatakan menghadiri undangan apapun wajib karena demi
memuliakan dan demi terjalin hubungan yang baik dan ini adalah pendapat
dari Abdullah bin Umar, ulama zhahiriyah dan sebagian ulama syafi`iyah.
Sedangkan jumhur (mayoritas) ulama menyatakan menghadiri undangan secara
umum adalah sunnah muakkad, sedangkan imam Ash-shan`ani rohimahullah
dalam subul as-salam menyatakan bahwa yang wajib adalah menghadiri undangan
walimah nikah karena ada ancaman di dalam Hadis jika tidak menghadiri, sedang
undangan lainnya di hukumi sunnah.
5. Menjawab orang yang bersin
Bersin adalah hal yang di senangi Allah, dan merupakan sebuah nikmat yang harus
disyukuri karena pertanda bahwa Allah membebaskan orang yang bersin dari
penyakit yang mungkin akan terjadi jika tidak dikeluarkan melalui bersin. Dan
diwajibkan bagi orang yang bersin untuk mengucapkan hamdalah. Ketika ada orang
yang bersin mengucapkan hamdalah maka wajib bagi setiap muslim mengucapkan
tasymit. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Abi Hurairah r.a
“apabila seorang di antara kalian bersin lalu mengucapkan tahmid maka bagi setiap
muslim yang mendengarnya wajib untuk menjawabnya: yarhamukallahu (tasymit).
Akan tetapi orang yang bersin tidak mengucapkan hamdalah maka tidak wajib bagi
orang yang mendengarkannya untuk membalasnya dengan tasymit.14

14
Nurul Qomariya dan Nahdiyah Nahdiyah, “Memahami Hak Sesama Muslim ( H.R. Bukhori Muslim
Dalam Kitab Riyadhus Solihin),” Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an Dan Hadist 3, no. 1 (2020):, 111–220.

7
PENUTUP

Kesimpulan

Manusia sebagai makhluk sosial merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan
mestinya memerlukan orang lain. Kemudian, manusia sebagai makhluk Allah kita harus ada
kesadaran untuk memiliki akhlak terhadap sesama manusia salah satunya yaitu al-ikha atau rasa
persaudaraan yakni sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain
karena adanya keterikatan batin dengannya. Karena perlu diketahui bahwa sesungguhnya saling
mencintai karena Allah Ta’ala dan bersaudara dalam agama-Nya itu termasuk ibadah yang
paling utama dan juga jalan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu betapa
pentingnya kita untuk memelihara rasa persaudaraan ini atau yang bisa disebut al-ikha.

Namun, bahwa dalam ikatan persaudaraan itu ada beberapa hak yang harus dipenuhi
dalam persoalan harta maupun tenaga, dengan lisan juga hati. Yakni, dengan cara mudah
memberikan maaf, mendoakan dengan ikhlas, setia dan tidak banyak merepotkan saudara.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Lulu Ma’Lufah. “Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Prof.
K.H. Saifuddin Zuhri Sebagai Syarat Menulis Skripsi,”.
Al-Ghazali, AL-Imam. Terjemahan Ihya Ulumuddin “Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu
Agama” Jilid 3. Diterjemahkan oleh Ibnu Ibrahim Ba’adillah. Jakarta Selatan: Republika
Penerbit, 2011.
Ghazali, Imam al-. Ringkasan Ihya’ Ulumuddin. Akbar Media, 2008.
Hasbi, Muhammad. Akhlak Tasawuf (Solusi Mencari Kebahagiaan dalam Kehidupan Esoteris
dan Eksoteris). Yogyakarta: TrustMedia Publishing, 2020.
Juaini, Muhammad Rifai. “Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab al-arba’in al-nawawiyah
karya Imam Nawawi.”bachelorThesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
Junaedi, Didi. Tafsir Kebahagiaan : Menyingkap Makna Kebahagiaan dalam Al-Qur’an
Perspektif Tafsir Psikologi. Brebes: Rahmadina Publishing, 2019.
Kulsum, Ummu, dan Syamsul Rijal. “Konsep Pendidikan Karakter Sebagai Pola Asuh Siswa
Guna Memiliki Pribadi Yang Syumuliyah,” 2023.
Qomariya, Nurul, dan Nahdiyah Nahdiyah. “Memahami Hak Sesama Muslim ( H.R. Bukhori
Muslim Dalam Kitab Riyadhus Solihin).” Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur’an Dan Hadist
3, no. 1 (2020).
Ridha, Abu, trans. oleh. Tarjamah Mau’idhotul Djamaluddin Bimbingan Orang-Orang Mukmin.
Semarang: Asy Syifa’, 1993.
Suciati, Cita. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Agama Islam Dengan Akhlak Siswa Kelas VIII
MTs N 1 Lampung Timur Tahun Pelajaran 2018/2019.” Undergraduate, IAIN Metro,
2018.
Sulistyawan, Ardi. "Nilai Pendidikan Akhlah Dalam Kitab Manaqib Nurul Burhani Karya Kiai
Muslih Abdurrahman Mranggen”. Masters, Universitas Islam Sultan Agung, 2023.
Ulumiddin, Lubab Ihya, trans. oleh. Terjemah Sairus-Salikin Ila’Ibadati Rabbi Al’Alamin.
Khazanah Banjariah, 2002.

Anda mungkin juga menyukai