Anda di halaman 1dari 43

1.

MENELADANI NABI MUHAMMAD SAW Oleh : Ichsanuddin Laqad kana fi rasulillah uswatun hasanatun liman kana yarju Allaha wa al-yauma al-akhir QS. AlAhzab ayat 21 Artinya . Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah iu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab ayat 21 Ayat tersebut sudah jelas bahwa rasulullah adalah merupakan teladan bagi seluruh umat mansia, dalam seluruh aspek kehidupan, sejak dari berumah tangga hingga kehidupan berumah tangga dan politik. Rasulullah sangat mencintai keluarganya , sebagaimana belia bersabda bahwa sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya . khairukum khairukum li ahlihi. Rasulullah sangat mencintai ilmu pengetahuan, thalabu al-ilmi faridhatun ala kulli muslimin wa muslimatin. Konsekwensinya adalah bahwa orang Islam harus lebih pandai dan lebih profesional dalam menguasai sant maupun teknologi, hal seperti ini jelas mernjadi PR berat bagi para orang tua, sebab memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai anak agar menguasai teknologi. Bagi seorang anak harusa tahu diri, jangan terlalu banyak hura-hura kalau perlu harus banyak berprihatin karena orang tua sudah bersusah payah mencari rizki untuk biaya hidup serta biaya pendidikan yang tidak murah. Rasulullah sangat menyayangi umatnya, hal ini terbutkti dengan wasiayt beliau yaitu ummaty ummaty ummaty . Bahwa rasulullah sangat menginginkan keselamatan dan kesejaheraan umatnya agar bisa sejahtera di dunia dan sejahtera di akhirat. Rasulullah sangat memperhatikan anak yatim ana maa kafil al-yatim fi al-jannah . Aku akan menyertai orang yang menanggung anak yatim di sorga. Kalau kita renungkan beberapa ayat Al-Quran surta Al-Fajr, bahwa kelompok perama ayat-ayat dalam surat al-Fajr tersebut menjelaskan tentang bagaimana keunggulan dan kejayaan bnagsa Iram, Bangsa Ad, Bangsa Tsamud. Namun pada akhirnya bangsa-bangsa yang jaya tersebut di binasakan oleh Allah SWT. Kemudian pada bagian akhir ayat-ayat pada surat al-Fajr tersebut mengungkap tentang anak-anak yatim serta orang-orang miskin. Barangkali kita bisa mengambil sebuah amsal atau analogi dari Al-Quran surat Al-Fajr tersebut, yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak kalangan masyarakat konglomerat atau menengah keatas, bahkan ada orang yang mendapat rangking termasuk orang terkaya didunia, namun ada pula yang sangat miskin sekali.

2.CARA MEMBENTU KELUARGA YANG SAKINAH Membentuk suatu keluarga yang harmonis dan sakinah merupakan impian bagi semua orang. Memiliki anak yang selalu berbakti kepada orangtua dan dapat menjadi anak yang sukses juga merupakan impian orangtua. Untuk yang sudah berkeluarga, CiriCara.com akan memberikan tips agar keharmonisan dapat terjalin antarsesama anggota keluarga. Simak tips berikut ini: 1. Membiasakan salam Biasakan mengucapkan salam ketika hendak masuk dan keluar rumah. Cara lain bila ingin bersalam yaitu, pamit dengan kedua orangtua ketika hendak keluar rumah. Bila perlu, cium pipi kiri dan kanannya. Selain itu, bila mengangkat dan menutup telepon, sebaiknya dibiasakan juga mengucapkan salam. Mengucapkan salam baik diterapkan sejak dini agar terbiasa bila sudah dewasa nanti. 2. Selalu saling mendoakan Apabila sehabis salat, biasakan untuk berdoa. Jangan hanya mendoakan diri sendiri. Berdoalah untuk keluarga dan orangtua agar selalu diberikan kesehatan dan keharmonisan dalam membina rumah tangga. 3. Biasakan membaca kitab suci Membaca kitab suci bersama-sama sehabis salat dapat dilakukan untuk mempererat hubungan antarsesama anggota keluarga. Bisa juga dengan cara lain yaitu saling menyimak. Maksudnya adalah ketika salah satu anggota keluarga sedang membaca kitab suci, yang lain bisa ikut menyimaknya. Selanjutnya bisa dilakukan secara bergantian. 4. Panggil-memanggil dengan panggilan yang baik Panggillah anggota keluarga dengan nama yang baik dan sopan. Jangan mengucapkan kata-kata kotor di hadapan keluarga. 5. Biasakan salat berjemaah Membiasakan salat berjemaah sangat baik dilakukan dengan keluarga. Selain mendapatkan pahala yang lebih besar, juga dapat mempererat hubungan antar anggota keluarga. 6. Berolahraga bersama Ketika ada waktu luang, berolahragalah bersama. Untuk dapat lebih mempererat hubungan antar anggota keluarga, berolahraga bersama bisa dilakukan sekali dalam seminggu. Pergilah ke taman untuk lari pagi atau berenang bersama di kolam renang . 7. Rekreasi Mengadakan rekreasi sangat baik dilakukan untuk membuat otak Anda dan keluarga tidak stres. Kunjungilah tempat rekreasi yang tidak terlalu mahal biayanya seperti museum, pantai di daerah sekitar, dan tempat lain yang tidak begitu mengeluarkan biaya banyak. Berekreasi bisa dilakukan satu bulan sekali. Dengan begitu akan lebih mempererat hubungan antaranggota keluarga. 8. Bersikap lemah lembut Bersikap lemah lembut wajib dilakukan setiap orang kepada orang lain. Alangkah baiknya bersikap lemah lembut dan sopan juga kepada anggota keluarga. Keharmonisan dalam suatu keluarga sangatlah penting karena kepribadian seseorang juga terbentuk dari faktor lingkungan keluarga. Dengan melakukan delapan cara di atas, semoga keharmonisan kieluarga dapat terjalin dan menjadi keluarga yang sakinah. (NR)

3.CIRI CIRI ORANG TAQWA I. Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut: 1. Beriman pada yang ghaib 2. Mendirikan salat 3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya 4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu. 5. Yakin kepada hari akhirat Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda. II. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb : 1. Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi 2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta. 3. Membebaskan perbudakan 4. Mendirikan salat 5. Menunaikan zakat 6. Memenuhi janji bila berjanji 7. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan. III. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu : 1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit 2. Orang-orang yang menahan amarahnya 3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain 4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.

5.Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu. Demikianlah salah satu contoh dari sebagian ayat-ayat al qur'an yang menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa. SUMBER LAIN Taqwa merupakan status yang sangat mulia bagi seorang manusia. Hanya saja, yang berhak menetapkan status ini pada diri seorang manusia hanyalah Allah. Taqwa merupakan orientasi yang sering dinyatakan dari ditetapkannya berbagai bentuk perintah dan larangan: laallakum tattaqun agar kalian bertaqwa. Di beberapa tempat dalam Al-Quran, Allah telah memberikan kepada kita gambaran tentang orangorang yang bertaqwa, agar kita mengetahui potret dan ciri-ciri mereka. Sebagian diantara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut. Menegakkan shalat (Lihat QS 2 : 3, 177) Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah secara kontinyu dalam kehidupan kita, setidak-tidaknya lima kali dalam sehari semalam, sehingga kita tidak akan hanyut dan terbuai oleh tipu daya kehidupan dunia. Menegakkan shalat tidaklah semata-mata mengerjakan shalat, akan tetapi juga menjaga bekasnya diluar shalat, yaitu tercegahnya diri kita dari perbuatan keji dan munkar. Banyak mengingat Allah dan gemar bertaubat (Lihat QS 3 : 135; 51 : 17, 18) Orang yang bertaqwa pasti banyak mengingat Allah. Tidak hanya dalam shalat, ia juga banyak mengingat Allah di setiap waktu yang ia lalui. Ia mengingat Allah dengan segenap anggota badannya: dengan hatinya, lisannya, dan gerak organ-organ tubuhnya. Jika ia melakukan suatu kesalahan, ia akan segera teringat kepada Allah lalu ia pun segera bertaubat kepada-Nya, sehingga ia tidak hanyut dan berlarutlarut dalam kesalahannya itu. Mengeluarkan zakat dan infaq (Lihat QS 2 : 3, 177; 3 : 134; 51 : 19) Ketika Allah memberikan kelapangan harta kepada kita, kita harus sadar bahwa dalam harta kita itu ada hak orang-orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, kita harus mengeluarkan zakat dan infaq. Memberikan sebagian harta kita kepada yang berhak juga menjadi ukuran kualitas keberagamaan kita: apakah kita pendusta agama ataukah tidak. Jika kita enggan untuk mengeluarkan zakat dan infaq, kita telah berdusta atas keberagamaan kita. Menunaikan janji dan amanah (Lihat QS 2 : 177) Orang yang bertaqwa jauh dari sifat melanggar janji dan mengkhianati amanah, yang merupakan sifat orang munafik. Sebaliknya, orang yang bertaqwa adalah sosok yang suka menepati janji dan menunaikan amanah. Janji dan amanah manusia yang paling agung adalah kesediaan dan kerelaannya untuk beribadah kepada Allah, Rabb Semesta Allam. Orang yang lupa dengan amanah ibadah kepada Allah berarti telah mengkhianati amanah agung yang telah diberikan kepadanya. Disamping itu, janji-

janji dan amanah-amanah yang dibuat diantara sesama manusia juga harus ditunaikan, bahkan meskipun terhadap non muslim. Bersikap adil dalam segala urusannya (Lihat QS 5 : 8) Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, secara proporsional. Tidak mengurangi proporsi satu hak dengan melebihkan yang lainnya. Keadilan ini harus diterapkan kepada semua manusia, bahkan terhadap orang yang kita benci dan kita musuhi. Jangan sampai kebencian kita kepada seseorang atau kaum membuat kita berlaku tidak adil kepadanya. Bersabar terhadap berbagai musibah yang menimpa dirinya (Lihat QS 2 : 177) Orang yang bertaqwa sadar bahwa segala sesuatu yang ia miliki pada dasarnya adalah milik Allah dan pasti akan kembali kepada-Nya. Sehingga jika Allah mengambil sesuatu dari apa yang ia miliki, ia pun akan tabah menerimanya. Ia sadar bahwa Allah pasti akan menguji hamba-Nya yang Ia cintai, sehingga ketika ia menerima ujian dari Allah maka ia pun akan menerimanya dengan lapang dada. Ia pun sadar bahwa setiap ujian yang Allah timpakan kepada seorang mukmin adalah kebaikan. Demikianlah, orang yang bertaqwa akan bersabar terhadap setiap bentuk musibah yang Allah berikan kepadanya. Pandai menahan amarah dan suka memaafkan (Lihat QS 2 : 237; 3 : 134) Orang yang bertaqwa adalah orang yang bisa mengendalikan diri dan hawa nafsunya. Ia tidak mudah terbawa oleh provokasi syetan. Ia bisa menahan nafsu amarahnya karena ia sadar bahwa amarah itu datangnya dari syetan dan tidak akan mendatangkan kebaikan sedikitpun juga. Disamping itu, orang yang bertaqwa juga suka memberikan maaf kepada orang lain yang berbuat kesalahan kepadanya. Bahkan, bisa jadi ia akan memaafkan orang lain sebelum ada permintaan maaf. Mengagungkan syiar-syiar Allah (Lihat QS 22 : 32) Meskipun ketaqwaan itu terletak di hati, namun ia tidaklah hanya untuk disimpan dan disembunyikan dalam hati. Ketaqwaan yang tumbuh subur dalam hati seseorang pasti akan membuat sang pemilik hati tersebut terdorong untuk menampakkan ketaqwaannya itu dalam berbagai bentuk syiar-syiar taqwa, syiar-syiar Allah. Dorongan untuk senantiasa mengagungkan syiar-syiar Allah ini tidak lain adalah akibat dari luapan taqwa yang menggelora dalam hati. CARA MENINGKATKAN KETAQWAAN 1. Ikuti perintah dan jauhi segala larangan Allah. 2.Pendapat ulama ada mengatakan terdapat 1000 perintah untuk dipatuhi dan terdapat 1000 larangan mesti dijauhi. Berapa perintah dan larangan Allah telah kita patuhi dalam kehidupan kita sehingga kini? 3.Bersyukur kepada Allah, Bersyukurlah jangan menjadi kufur! Allah berfirman: Ingatlah kepada Aku, aku ingat kepada kamu.

4.Manusia itu akhsanul taqwim yakni yang paling baik/lawa/cantik kejadiannya. Allah beri pendengaran telinga, mata dan hati. Allah nyatakan didalam firmannya: tetapi sedikit sekali orang yang bersyukur.

4.Hikmah Syariat Islam


arti syariat menurut istilah adalah maa anzalahullahu li ibaadihi minal ahkaami alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi. Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan Allah swt. melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.

A. Zakat, Pelaksanaan dan Hikmahnya Isalm merupakan agama yang fleksibel, semua kehidupan umat manusia diatur dalam islam mulai dari hal yang kecil sampai kepada hal-hal yang besar yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Salah satu aspek yang diatur dalam islam adalah hubungan antara manusia yang stu dengan manusia yang lain, termasuk juga kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Termasuk juga zakat, yang diatur dalam kaitannya hubungan sosial manusia dengan manusia dan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Zakat merupakan salah satu kewajiban bagi orang muslim. Menurut agama islam, seseorang yang mempunyai atau memenuhi syarat untuk menunaikan zakat, tidak boleh meninggalkan kewajibannya untuk menunaikan zakat tersebut. Telah dijelaskan dalam Q.S. AlBaqarah ayat 43: Dari firman Allah SWT di atas telah jelas bahwa kewajiban zakat sangat penting seperti halnya kewajiban menunaikan shalat. Setiap muslim yang telah mencapai nisabnya, wajib mengeluarkan zakatnya. Menurut bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Artinya yaitu dengan mengeluarkan zakat, harta kekayaan seseorang akan menjadi suci, bertambah dan berkah. Setiap muslim yang mempunyai harta kekayaan dan telah mencapai nisobnya maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya, agar harta yang dimilikinya menjadi suci. Jika tidak mengeluarkan zakat, maka ingatlah siksa Allah SWT amatlah pedih. Yaitu ketika di hari kiamat, harta yang tidak digunakan untuk zakat, akan dibakar di api neraka yang kemudian harta tersebut akan membakar jidat dan lambung sang pemilik harta yang tidak diinfakkan tersebut. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT dalam Q.S. AtTaubah ayat 34-35: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (Q.S. At-Taubat ayat 34) Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Q.S. At-Taubat ayat 35) Ayat di atas menerangkan bahwa siksa Allah sangatlah pedih bagi orang-orang yang mempunyai harta dan tidak mengeluarkan zakat jika telah mencapai nisabnya. Ada dua macam zakat yaitu: 1. Zakat harta (mal) yaitu kewajiban agama yang diberikan kepada seseorang untuk mngeluarkan sebagian kekayaannya dengan syarat dan cara tertentu.

2. Zakat fitrah yaitu zakat yang harus sudah dibayar sebelum bulan Ramadhan berakhir atau paling lambat sebelum shalat Hari Raya Idul Fitri dimulai. Adapun orang-orang yang mempunyai hak untuk mendapatkan zakat adalah orang fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil. Orang-orang tersebut merupakan orang yang berhak mendapatkan zakat. Karena pentingnya zakat, zakat mempunyai hikmah: 1. Membersihkan dan mensucikan harta seseorang 2. Memperkembangkan dan menambah sesuatu 3. Pertanggungan sosial 4. Dapat mendekatkan hati antara orang kaya dan orang miskin 5. Pemerataan rezeki. B. Puasa, Arti, Tujuan, dan Hikmahnya Puasa adalah salah satu unsur dari dimensi akidah, yaitu rukum islam yang ke empat. Dalam bahasa arab, puasa disebut sebagai saum atau siam yang berarti menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri. Puasa wajib yang dilakukan oleh umat islam tiap tahunnya adalah puasa pada bulan Ramadhan, yang disebut sebagai puasa Ramadhan, dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Perintah puasa ditegaskan langsung oelh Allah SWT dalam Q.S. Al- Baqarah ayat 183 : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah ayat 183) Dari perinatah Allah SWT di atas jelas bahwa puasa diperintahkan kepada orang-orang yang beriman dengan tujuan agar mereka lebih bertakwa pada Allah SWT. Takwa yang dimaksudkan adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, dan selalu berusaha melakukan perbuatanperbuatan baik dan benar. Takwa juga harus dibina dan dikembangkan oleh manusia melalui empat jalur. Yaitu: (1) hubungan manusia dengan Allah SWT, (2) hubungan manusia dengan dirinya, (3) hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, (4) hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya. Puasa mengajarkan kesabaran dan ketahanan umat muslim dalam menghadapi sebagai godaan dan cobaan yang menimpa pada dirinya. Pada bulan Ramadhan, yaitu bulan yang penuh berkah, umat muslim berlomba-lomba mengamalkan kebaikan sebanyak-banyaknya karena pada bulan Ramadhan tersebut segala amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Jika setiap umat islam dapat menjalankan puasa dengan baik, maka pada akhir bulan Ramadhan, yaitu pada Hari Raya Idul Fitri, mansia akan kaembali pada keadaan yang fitrah bersih dari dosa. Puasa juga mengajarkan umat muslim untuk dapat mempunyai rasa empati dan simpati terhadap sesama, terutama pada fakir miskin dan orang yang tidak mampu, yaitu mereka yang masih sulit dalam hal mendapatkan makanan. Oleh karena itu, dengan puasa, maka umat muslim yang lain dapat merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara muslim lain yang kurang mampu. Adapun hikmah puasa yang lain yaitu : Peningkatan disiplin rohani dalam mengendalikan diri dari hawa nafsu Menumbuhkan disiplin akhlak Solidaritas sosial Meningkatkan ketahanan badan Upaya meningkatkan kesehatan

1. 2. 3. 4. 5.

C. Haji, Pelaksanaan dan Hikmahnya Ibadah haji diwajibkan bagi umat muslim yang mampu, karena mangingat biaya untuk ibadah haji ke tanah suci membutuhkan biaya yang cukup besar. Rukun islam yang ke lima ini merupakan suatu nikmat yang luar biasa apabila dapat melaksanakan, karena tidak semua umat muslim diberi keesempatan untuk dapat menunaikan rukun islam yang ke lima ini yaitu naik haji ke Baitullah. Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 198 disebutkan : Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam, dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar Termasuk orang-orang yang sesat.(Q.S. AlBaqarah ayat 198) Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu yaitu pada bulan Dzulhijah. Menunaikan ibadah haji harus memenuhi beberapa syarat yang harus dipenuhi. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan ibadah haji adalah : beragama islam, telah dewasa, berakal sehat, bukan budak, dan sanggup. Sanggup dalam hal ini mempunyai makna yang luas, menyangkup unsur finansial dan sanggup dalam fisik. Adapun lebih kompleksnya, sanggup yang dimaksud adalah : mengetahui tata cara ibadah haji, harus dalam keadaan sehat, mempunyai perbekalan yang cukup, ada alat pengangkutan yang pantas, harus dalam keadaan aman bukan dalam keadaan perang, wanita harus pergi dengan suami atau mahramnya. Seperti halnya ibadah-ibadah yang lain, ibadah haji juga mempunyai rukun haji yaitu rangkaian yang harus dilakukan dalam melakukan ibadah haji. Adapun rukun haji adalah : Ihram yaitu status atau keadaan yang harus dijalani oleh setiap orang yang menunaikan ibadah haji. Wukuf di Arafah yaitu tinggal di Arafah pada tanggal Zulhijjah antara tergelincir matahari samp[ai menjelang senja tanggal tersebut. Tawaf ifada, semua tawaf dimulai dari batas Hajar al Aswad dan berakhir di Hajar al Aswad juga. Sai yaitu berjalan dan berlari-lari kecil antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali sambil berdoa. Tahalul yaitu keadaan seseorang telah dihalalkan melakukan perbuatan yang dilarang selama dalam keadaan ihram. Selain mempunyai rukun haji, haji juga mempunyai wajib haji yaitu perbuatan-perbuatan yang seharusnya dilakukan. Adapun wajib haji adalah sebagai berikut: niat ihram di miqat makani, bermalam di Muzdalifah pada tanggal 09 Zulhijjah malam, melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijjah, menginap di Mina, melontar ketiga Jumrah tawaf wada, tidak melanggar larangan-larangan yang telah ditentukan. Haji dilakukan pada bulan Zulhijjah, yaitu pada bulan dimana umat muslim merayakan Hari raya Qurban. Selain haji, ada juga ibadah umrah yang disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 196 : Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi

1. 2. 3. 4. 5.

siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orangorang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya. (Q.S. Al-Baqarah ayat 196). Umrah merupakan penyempurna dari haji. Berkaitan dengan umrah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan ibadah haji yaitu : 1. Haji ifrad yaitu melakukan ibadah haji dengan mengerjakan haji lebih dahulu baru melakukan umrah. 2. Haji tamattu yaitu melaksanakan ibadah haji dengan ,mengerjakan umrah terlebih dahulu, baru mengerjakan haji. 3. Haji qiran yaitu melaksanakan ibadah haji dengan mengerjakan haji dan umrah dalam suatu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Haji mempunyai beberapa hikmah jika dilaksanakan dengan baik dan benar. Adapun hikmah dari ibadah haji adalah : Menanamkan rasa persaudaraan, persamaan antara sesama muslim dan menghilangkan rasa perbedaan Menumbuhkan rasa kesatuan iman Memperluas wawasan melihat ilmu dan budaya manusia yang beraneka warna Menjadi tempat untuk bersilaturahmi Kesempatan mencari dan menambah rezeki.

1. 2. 3. 4. 5.

5.Ukhuah Islamiah Di lapangan


Mata dunia terbelalak. Tragedi berdarah 31 Mei yang didalangi zionis Israel terhadap relawan Flotilla to Gaza benar-benar menginjak nilai kemanusiaan. Ramai-ramai dunia mengecam. Menggelar demo hingga menerjunkan relawan lain untuk kembali menembus Gaza. Di Indonesia masyarakat turut berbondong-bondong melakukan aksi unjuk rasa mengecam zionis. Penggalangan dana tak henti dilakukan. Bahkan sebagian sekolah, pesantren, dan pengajian mengadakan doa bersama bagi warga Palestina. Tapi, aneh bin ajaib.

Masih ada saja di antara kita yang menanyakan, kenapa masyarakat Indonesia harus mendukung Hemmm, dan membantu benar Palestina? masih Pertanyaan rakyat ini dilontarkan yang mereka perlu karena bantuan. menurutnya di dalam negeri masih ada saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan. memang banyak Indonesia

Memang benar kondisi rakyat Indonesia masih curat marut. Tapi penderitaan mereka belum seberapa bila dibanding duka warga Palestina, khususnya Gaza. Sejak puluhan tahun lalu, warga Palestina masih terjajah, dipenjara, disiksa, hingga tak sedikit yang meregang nyawa. Karena itulah sebaiknya kita harus tetap memberi bantuan, minimal perhatian khusus kepada saudara kita di sana. Sekecil apa pun semampu kita. Sedih sekali melihat kaum Muslim masih ada yang protes lantaran ada Muslim lainnya memberri perhatian kepada Palestina. Bukankah Islam bagai satu tubuh. Bila ada satu anggota disakiti, anggota lain ikut merasakannya. Bila kaki tertancap duri, tak jarang bibir mengaduh, lalu tangan bekerja mengambil durinya. Begitulah idealnya satu Muslim dengan Muslim lainnya. Tak peduli lintas negara, waktu, usia, strata. Semua itu bergerak karena ikatan aqidah, jalinan ukhuwah Islamiyah.

Tapi faktanya, kita masih kerap terjebak pada ego individu, kelompok, suku, atau golonngan tertentu. Membenarkan diri, menyalahkan yang lain. Dalam kehidupan seharihari ukhuwah kita mulai tergerus. Perekat kejayaan Islam itu timbul tenggelam, seolah akan menuju pada kerontokan akut. Nyaris lenyap dalam konteks tertentu.

Fenomena ini bisa ditemui di sekitar kita, setiap hari, dalam lingkup kecil atau besar. Lihat saja, saat ini sering terjadi kerusuhan massa di berbagai daerah: dipicu ketegangan pilkada, gap antar kelompok, atau hanya masalah sepele. Emosi kita sering kali lebih cepat tersulut. Akhirnya berselisih dan berujung kekerasan fisik. Kasus Tanjung Priok, Mojokerto, dan di tempat lain sesama Muslim masih gemar adu jotos. Keretakan ukhuwah semakin merosot menuju titik terendah.

Di jalan raya, mudah sekali menemui pengendara yang saling caci maki. Serobot seenaknya tak peduli orang lain. Padahal tak menutup kemungkinan mereka yang berselisih itu samasama umat Muslim. Begitu pula dalam situs-situs online. Setiap ada tulisan yang menarik dikomentari, para komentator saling debat, berisi tegang: membenarkan diri atau kelompoknya, menyalahkan yang lain. Tak terkecuali di situs Eramuslim ini. Pada rubrik Pemuda dan Mahasiswa, misalnya.

Saya percaya, mereka tentu mengenal konsep ukhuwah Islamiyah. Bahkan, jauh lebih menguasai dari saya. Tapi, sedih sekali melihat sesama Muslim masih suka ejek, meski hanya terjadi di dunia maya. Berbeda firkah, kelompok, golongan atau partai; itu adalah wajar. Bahkan memang sudah sunatullah.

Rasulullah bersabda: Sungguh akan datang pada umatku apa yang pernah terjadi pada Bani Israil seperti sandal dengan sandal. Dan sesungguhnya bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya dalam neraka kecuai satu golongan. Para shahabat bertanya: Siapakah golongan tersebut ya Rasulullah? Rasul menjawab: Apa yang aku dan para shahabatku telah jalani. (HR. Tirmidzi). Perbedaan adalah warna kehidupan, ia rahmat dari Sang Maha. Apalagi jika kita masih satu aqidah selayaknya perbedaan bisa dikelola menjadi kekuatan umat hingga kita tak mudah diracuni nafsu, ego, dengki, atau penyakit hati lainnya. Saat ini Islam telah kehilangan jati dirinya, kekuatan terbesarnya terhempas.

Ukhuwah kita telah dirobek-robek nafsu sendiri. Mari kembalikan ukhuwah Islamiyah semampu kita.

Allah berfirman: Orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab itu perdamaikanlah antara dua

orang bersaudara mu dan takutlah kepada Allah mudah-mudahan kamu mendapat rahmat (QS. 49:10). Seharusnya kita malu kepada musuh-musuh Islam. Konsep ukhuwah Islamiyah yang diajarkan Nabi Muhammad, telah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari kaum Yahudi dan Nasrani.

Ketika kita memasuki situs atau jejaring sosial mereka, jelas sekali di sana terlihat kebersamaan. Kompak, saling melengkapi, mengisi, saling menguatkan. Begitu pula bila menilik situs kaum murtadin. Persatuan dan kesetiaan mereka untuk menghancurkan Islam sangat erat. Padahal mereka bergerak membelokkan isi Al Quran, menghina Rasulullah, merendahkan Islam, menuju kesesatan.

Konsep ukhuwah milik Islam. Islam jaya karena ukhuwah yang dahsyat. Aqidah yang mantap menciptakan ukhuwah dan melahirkan kejayaan serta kedamaian di bumi. Itu dulu. Lalu, mengapa sekarang kita seolah enggan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mengherankan bila blokade Gaza berlarut-larut. Pemimpin dan negara Islam asyik dinina bobokan nafsu. Terlena dihipnotis racun dunia. Pada saat yang sama meremehkan kekuatan ukhuwah Islamiyah.

Tak heran di Indonesia terjadi kerusuhan dimana-mana. Sebab pemahaman tentang ukhuwah seolah hanya sebatas teori. Bila dipraktekkan, terkadang hanya berlaku sesama golongannya saja. Mari kembali kepada kejayaan Islam. Selama masih satu aqidah dan ajarannya tak melenceng dari Quran dan Sunnah, biarkanlah mereka bergerak sesuai perjuangannya. Mari minimalkan caci maki. Sekuat mungkin menjaga hati, tulisan dan lisan. Maksimalkan dukungan sesama Muslim. Bila ada yang salah, usahakan nasehati sesuai yang diajarkan Nabi. Tahan ego untuk mendebat berdasarkan nafsu. Mari memulai hari esok dengan memprioritaskan praktek ukhuwah Islamiyah.

Mari tuangkan ilmu dalam amal. Sedikit demi sedikit semampu kita. Jangan biarkan musuh Islam tertawa. Sementara kita sendiri masih saling cerca, saling sikut, saling membenarkan dan menyalahkan yang lain. Ah, jangan lagi itu terjadi.

Kenapa kita masih saling caci? Saling berpikir negarif terhadap saudara Muslim sendiri? Apakah ukhuwah Islamiyah sudah lenyap? Jika iya, masih mungkinkah kekuatan itu

dikembalikan hingga tercipta kejayaan Islam? Bukankah rindu terhadap masa keemasan Islam itu semakin membuncah? tanya saya, berdialog dalam hati. Wallahu alammu.

6.SUMBER HUKUM ISLAM Al-Quran Sebagai Sumber Hukum Islam Sebelum membahas lebih jauh tentang al-quran sebagai sumber hukum islam, mari kita kaji terlebih dahulu pengertian dari al-Quran itu sendiri. Al-Quran adalah firman Allah s.w.t. yang di turunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril, sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya dan membacanya adalah ibadah. Al-Quran ini turun pada sekitar tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran nabi Muhammad s.a.w. Telah kita ketahui bahwa Al-Quran merupakan kitab suci umat islam dan merupakan pedoman hidup yang abadi. Dikatakan abadi karena kemurniannya sejak diturunkan sampai di akhir zaman senantiasa terpelihara. Allah s.w.t. menjamin pasti kemurnian al-Quran, seperti dalam firmannya yang berarti Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya(QS. Al-Hijr, 15:9). Al-Quran merupakan pedoman hidup yang pertama dan utama bagi umat islam. Pada masa rasulullah s.a.w. setiap persoalan solusinya selalu di kembalikan kepada al-Quran. Rasulullah sendiri dalam perilakunya sehari-hari selalu mengacu pada al-Quran. Oleh karena itu kita sebagai seorang muslim kita harus menggunakan al-Quran sebagai pedoman hidup. Fungsi dari al-Quran itu sendiri ada 4 yaitu petunjuk, penjelas, pembeda dan obat. Petunjuk artinya al-Quran merupakan suatu aturan yang harus diikuti, layaknya sebuah papan jalan yang di temple pada jalan-jalan. Seseorang yang tidak mengetahui jalan, jika ia mengabaikan petujuk jalan itu dan dan berjalan tidak sesuai dengan petunjuknya sudah pastilah orang tersebut akan tersesat. Sama seperti orang hidup di dunia ini, jika ia mengabaikan petunjuk dari Allah maka pastilah jalannya akan tersesat. Fungsi yang kedua adalah penjelas artinya di dalam al-Quran sudah dijelaskan tentang segala sesuatu yang ditanyakan oleh manusia. Dalam fungsinya al-Quran harus dijadikan rujukan dari semua peraturan yang dibuat oleh manusia, jadi manusia tidak boleh membuat aturan sendiri tanpa ada dasar-dasarnya dari al-Quran. Al-Quran sebagai pembededa, maksudnya sebagai pembeda antara yang benar dan salah. Kita bisa mengetahui suatu hal apakah itu benar atau salah dari al-Quran. Selain itu juga pembeda antar muslim dan luar muslim, antar nilai yang diyakini benar oleh orang mukmin dan nilai yang dipegang oleh orang-orang kufur. Selanjutnya fungsi al-Quran sebagai obat. Ibarat resep dari seorang dokter, pasien sering sulit untuk membacanya bahkan memahaminya. Tetapi seorang pasien percaya bahwa resep tersebut tidak mungkin salah karena dokter diyakini tidak mungkin berbohong. Sama seperti halnya dengan alquran, al-quran adalah resep yang diberikan oleh Allah dan sudah pasti resep tersebut tidak mungkin salah karena Allah maha besar. Dengan demikian tidak menjadi masalah apabila ada beberapa ayat dalam al-Quran yang belum kita mengerti maksud dan tujuannya, maka jalankan sajalah. Sebab kalau harus menunggu kita memahami semua maksudnya bisa-bisa waktu kita di dunia ini habis terlebih dahulu sebelum kita menjalankan semua perintah-perintah-Nya.

Al-sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam Dalam tradisi hukum Islam, hadits berarti segala perkataan, perbuatan dan keizinan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh, membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum, sedangkan bila mencakup, pula perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan Sunnah. Tidak semua perbuatan Nabi Muhammad merupakan sumber hukum yang harus diikuti oleh umatnya, seperti perbuatan dan perkataannya pada masa sebelum kerasulannya. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Quran merupakan sumber hukum primer/utama dalam Islam. Akan tetapi dalam realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Al-Quran membicarakanya, Al-Quran membicarakan secara global saja, atau bahkan tidak dibicarakan sama sekali. Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau penjelas dari Al-Quran atau bahkan menjadi sumber hukum sekunder/kedua_setelah Al-Quran. 3 Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam Menurut istilah, ijtihad berarti penggunaan rasion atau akal semaksimal mungkin guna menemukan sesuatu ketetapan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara tegas dalam al-Quran dan al-Sunnah. 2.3.1 Kedudukan Ijtihad : Ijtihad menduduki posisi yang ketiga dalam hukum Islam setelah al-Quran dan al-Sunnah. Dalam ijtihad ini timbullah sumber hukum lainnya yaitu ijma(consensus ulama), qiyas(analogi berdasarkan sebab atau illat masalah), urf(adat kebiasaan setempat), maslahah mursalah(kepentingan umum), dan istihsan.Ijtihad dilakukan oleh para imam, para kepala pemerintahan, para hakim, dan oleh para panglima perang untuk menemukan solusi dari permasalahan yang berkembang di kalangan mereka berdasarkan bidang mereka masing-masing. 2.3.2 Lapangan Ijtihad :

Sesuai dengan namanya, ijtihad berarti mencari sesuatu yang tidak secara eksplisit didapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah, berarti mengartikan, menafsirkan, dan mengambil kesimpulan dari kedua sumber tersebut, maka ijtihad terikat oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Karena urusan ibadah mahdhah telah diatur oleh al-Quran dan al-Hadist secara jelas dan terperinci. Hasil ketetapan ijtihad sifatnya kondisional dan situasional, mungkin berlaku bagi seseorang tetapi tidak berlaku bagi oranng lain. Juga berlakunya kadangkala hanya untuk satu masa atau tempat tertentu saja. Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan al-Sunnah. Ketetapan ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolute, tetapi sifatnya relative. Dalam proses berijtihad harus mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya aspek lingkungan, aspek manfaat dan madharat atau akibat, aspek motivasi dan nilai-nilai yang menjadi ciri khas ajaran Islam.

Ijtihad mencakup bidang muamalah (ihwal ekonomi), jinayat (kriminalitas), siasat (politik), ahwal syakhshiyyah (ihwal kekeluargaan), dan dawah (misson), kedokteran, sains dan teknologi dan sebagainya. Qiyas Sebagai Sumber Hukum Islam Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al Quran dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Ada juga membuat definisi lain, qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum. Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan illat akan melahirkan hukum yang sama pula. Umpamanya hukum meminum khamar , nash hukumnya telah dijelaskan dalam Al Quran yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah Swt: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs.5:90) Haramnya meminum khamr yang berdasar illat hukumnya adalah memabukkan. Maka setiap minuman yang memabukkan sama saja dengan khamar dalam hukumnya, maka minuman tersebut adalah haram hukumnya untuk dikonsumsi. Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka beberapa ulama berselisih faham dengan ulama jumhur. Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok: 1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Quran, hadits, pendapat sahabat maupun ijma ulama. 2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas. Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash termasuk menyingkap alasan- alasannya guna menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai dengan illat . Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks nash semata. 3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena persamaan illat . Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Quran dan hadits.

5 Ijma Sebagai Sumber Hukum Islam 2.5.1 Definisi Ijma Secara Etimologi (Bahasa) Ijma berasal dari kata ajmaa,yujmiu,ijma'an dengan isim maful mujma yang memiliki dua makna : 1. Ijma' secara etimologi bisa bermakna tekad yang kuat

Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinsakanku) (QS. Yunus : 71) 2. Ijma secara etimologi juga memiliki makna sepakat

Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (QS. Yusuf : 15) Adapun definisi secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan makna Ijma menurut arti istilah. Ini dikarenakan perbedaan mereka dalam meletakkan kaidah dan syarat Ijma. Namun definisi Ijma yang paling mendekati kebenaran adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad (mujtahid) dari kalangan umat Muhammad setelah wafatnya beliau Shallallahu alaihi wa sallam pada masa tertentu akan suatu perkara agama. Peran Ijma dalam Penetapan Hukum Sebagian besar ulama berpandangan, ijma memiliki bobot yang sangat kuat dalam menetapkan hukum-hukum yang bersifat ijtihadiyah setelah Al-Quran dan Sunnah, karena ijma berdasarkan dalil syari baik secara eksplisit maupun secara implisit. Bahkan sebagian besar ulama berpandangan, ijma wajib diaplikasikan. Tidak sedikit pula yang menolak ijma seperti kalangan Syiah dan Khawarij. Namun, itu tidak usah dihiraukan, karena para ulama Islam telah sepakat menjadikan Ijma sebagai salah satu pegangan selain Al-Quran dan Sunnah. Hal itu didasarkan pada : 1) Ijma menurut Al-Quran Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berceraiberai [QS. Ali Imran : 103] Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [QS. An-Nisa: 115] 2) Ijma menurut As-Sunnah Dari 'Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tetaplah bersama jamaah dan waspadalah terhadap perpecahan. Sesungguhnya setan bersama satu orang, namun dengan dua orang lebih jauh. Dan barang siapa yang menginginkan surga paling tengah maka hendaklah bersama jamaah. [Shahih, HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya] Imam asy-Syafii rahimahullah berkata: "Jika jamaah mereka berpencar di setiap negara dan tidak ada yang mampu menyatukan badan mereka, mereka tetap bisa membuahkan Ijma'. Namun sebaliknya, walaupun badan mereka berkumpul dalam satu tempat, akan tetapi bercampur dengan berbagai kalangan, baik dari kaum muslimin, kaum kuffar, orang-orang yang bertakwa maupun para penjahat, maka tidak mempunyai arti apa-apa dan tidak mungkin membuahkan Ijma'. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan mengikuti jamaah mereka dalam menetapkan perkara halal dan haram serta ketaatan. Barang siapa yang berpendapat sama dengan pendapat jamaah kaum muslimin maka ia telah berada di atas jamaah mereka. Dan barang siapa yang menyelisihi pendapat jamaah mereka maka ia telah menyelisihi jamaah kaum muslimin". [ArRisalah, Imam Asy-Syafii]

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa Ijma bisa dikatakan sebagai salah satu landsan hukum islam selain Al-Quran dan Sunnah. Namun isi dari Ijma itu tersendiri harus didasari pada dalil-dalil syari, karena hakekatnya sebaik-baiknya pedoman kita di akhir zaman seperti ini adalah Al-Quran dan Sunnah.

CARA MENGENAL ALLAH Cara mengenal Allah itu ada dua, yaitu: Pertama, dengan cara mendengar dan mengutip, artinya mendengar apa yang telah diberitakan oleh Allah swt. tentang nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang sempurna di dalam kitab-kitab suciNya dan melalui lisan-lisan para Rasul-Nya. Dia berfirman: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Hassyr: 22-24). Di dalam hadits disebutkan: Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai 99 Asma; barangsiapa menghafal semuanya akan dimasukkan ke dalam surga.

Kedua, dengan akal, maksudnya menfungsikan akal fikiran untuk merenungkan tentang alam raya (makhluk) ini dan mengambil pelajran dari semua kejadian, kemudian menjadikan semua itu sebagai dalil atau bukti Yang Maha Menciptakannya, yang tiada lain adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

Allah swt. berfirman:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. al-Baqarah: 164). [Sarkub.Com] Ada dua jalan untuk mengenal Allah SWT:

1. Mengenal Allah lewat akal Akal adalah salah satu sarana untuk mengenal Allah. Fungsi akal adalah untuk berfikir dan merenung. Seseorang yang memperhatikan ayat-ayat Al-Qur'an akan menemukan bahwa banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menggugah akal untuk berfikir dan merenung, sehingga sampai pada hakikat kebenaran yang tidak diragukan Iagi (13:3; 16:11; 27:52).

Allah sangat rnencela orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya dan akan memasukan rnereka ke dalam neraka jahannam kelak (7:179)

Ayat Kauniyyah

Sesungguhnya banyak sekali fenomena-fenomena yang terdapat di mayapada ini yang menunjukan kebesaran Allah (2:164; 51:20-21; 3:190-191) :

-Fenomena terjadinya alam Di antara sesuatu yang wajib diterima akal adalah bahwa setiap sesuatu yang ada pasti ada yang mengadakan. Begitu juga alam semesta ini, tentu ada yang menjadikannya (52:35)

-Fenomena kehendak yang tinggi Kalau anda memperhatikan alam ini, anda yakin menemukan bahwa semua ini sangat tersusun rapi. Hal ini menunjukan bahwa di sana pasti ada kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha Pintar dan Bijaksana (67:3). Kita ambil beberapa contoh: seandainya matahari hanya mernberikan panasnya kepada bumi sebanyak setengah dari panasnya sekarang, pastilah kita membeku karena kedinginan, dan seandainya panasnya bertambah setengah pastilah kita telah menjadi abu. Seandainya rnalam lebih panjang sepuluh kali dari malam sekarang ini, tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman di siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku.

-Fenomena kehidupan Bila anda perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi anda akan menemukan berbagai jenis dan bentuknya, serta berbagai macam cara hidup dan berkernbang biak (24:5; 6:38). Semua itu

menunjukkan bahwa di sana ada zat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizkinya dan meniupkan ruh kehidupan pada dirinya (29:20; 21:30) Bagairnana pintarnya manusia tentu ia tidak akan dapat rnembuat makluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT rnenantang manusia untuk membuat seekor lalat, jika mereka mampu (22:73-74; 46:4)

-Fenomena petunjuk dan llham Ketika kita mempelajari alam semasta ini kita akan melihat suatu petunjuk yang sernpurna dan yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Bagaimana kita dapat membedakan argumentasi petunjuk ini? Bagairnana ia dapat terwujud? Sungguh disitu terdapat jawaban yang diberikan akal, yaitu adanya Zat yang memberi hidayah (petunjuk) (20:50).

Seorang bayi ketika dilahirkan menangis dan mencari puting susu ibunya. Siapa yang mengajarinya? Seekor ayam betina ketika mengerami telurnya ia membolak-balikkan telurnya, agar zat makanan yang terdapat pada telur tersebut rata. Dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiyah akhimya diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya di bagian bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakan niscaya zat makanan yang ada di dalamnya tidak merata, dengan demikian ia tidak bisa menetas. Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat demikian?

Akal yang sehat akan berpendapat bahwa di sana pasti ada yang memberi hidayah (petunjuk) dan AlQuran menerangkan bahwa zat yang memberi hidayah itu adalah Allah yang menciptakan lalu memberi hidayah.

-Fenomena pengabulan doa Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa suatu musibah yang membuat hatinya hancur luluh dan putus harapan. Ia berdoa menghadap Allah SWT, tiba-tiba musibah itu hilang. Kebahagiaanpun kembali dan datanglah kemudahan setelah kesusahan. Siapa yang mengabulkan doa? Sudah menjadi suatu yang logis bila seorang menghadapi bahaya pasti menghadap Allah SWT dan berdoa. Firman Allah (17:67; 10:22-23; 6:63-64). Siapa yang mengabulkan doa itu?

Ayat Quraniyyah

Ayat-ayat Allah yang terdapat dalam Al-Quran berupa ajaran-ajaran konsep hidup, peraturan yang lengkap adalah merupakan mujizat yang nyata yang menunjukan akan adanya Allah. Mujizat itu terdapat pada :

-Keindahan penyampaiannya, ketinggian bahasanya dan kerapian susunan ayat-ayatnya, yang sampai kini tak seorang manusia pun yang mampu dan sanggup menandingi-Nya atau membuat walaupun satu ayat. Al-Qur'an menantang siapa yang sanggup rnendatangkan satu surat ataupun satu ayat yang semisal (2:23; 10:38,11,13; 17:88)

-Pemberitahuan Al-Qur'an tentang hal ihwal kaum `Aad, Tsamud, Kaum Nabi Luth, tentang Maryam, Nabi Isa dll. (9:70; 14:9; 50:12-14). Semua itu datang lewat lisan seoring yang ummi -tidak bisa membaca tidak bisa menulis- tidak pernah belajar kepada seorang guru serta tidak pernah hidup di tengah masyarakat berilmu atau di lingkungan Ahli Kitab (29:48). Semua itu menunjukan bahwa Al-Qur'an datang dari Allah SWT.

-Pemberitahuan Al-Qur'an tentang kejadian-kejadian yang akan datang, persis seperti dikatakan AlQuran:

-Qur'an tentang kekalahan bangsa Persia atas bangsa Romawi (30:1-3)

sebagaimana ummat sebelum mereka (24:55). Dan janji Allah itu betul-betul terjadi. Pada masa Nabi SAW kaum muslimin telah menguasai jazirah Arab. Pada massa sahabat mereka telah menguasai dan sampai ke Persia. Kemudian menguasai Romawi di Syam, Mesir dan sekitarnya.

-Nya bahwa ia akan memasuki Masjid Haram (48:27).

-Qur'an bahwa Abu Lahab akan mati dalam keadaan musyrik.

-Penemuan Ilmiyah yang tidak mungkin ditemukan oleh seorang ummi (tidak bisa baca tulis):

-Qur'an bahwa mulanya bumi dan langit satu, kemudian terpisah dari langit (21:30)

-Qur'an bahwa sumber rasa adalah urat syaraf yang terletak di bawah kulit (4:56)

-Qur'an tentang hampa udara bila manusia semakin tinggi naik ke langit (6:125)

-Qur'an bahwa bumi ini bundar (39:5) -Syariat dan peraturan yang terkandung dalam Al-Qur'an dapat kita lihat dari beberapa segi:

-kecinya sampai yang sebesar-besarnya kecuali Islam telah menerangkan hukum dan caranya (6:38; 16:89)

-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia sampai hari kiamat (21:107; 34:28; 7:158)

ai hari kiamat (15:9)

2. Mengenal Allah lewat rnemahami Asmaa'ul Husna Cara kedua untuk mengenal Allah adalah dengan memahami Asma Allah yang baik (Asmaa'ul Husna) Allah sebagai Rabb

Di antara ciri-ciri khusus dari kerububiyahan-Nya adalah:

-Dia sebagai pencipta segala sesuatu (40:62; 6:102) -Yang memberi rizki (35:3; 11:6) -Yang memiliki (2:284) -Yang memberi manfaat dan bahaya (6:17; 35:55) -Yang menghidupkan dan mematikan (30:40) -Yang mengatur alam semesta ini

Allah sebagai Penguasa raya (114:2) Di antara ciri khas yang dimiliki oleh penguasa adalah: -Dia sebagai pelindung (5:55; 2:257) -Dia sebagai penentu hukum (6:57; 12:40; 6:114) -Yang hendak memerintah dan melarang (7:54) -Yang menentukan undang-undang peraturan (42:21) -Yang ditaati (3:132; 3:32)

Allah sebagai Ilah (114:3) Diantara sifat-sifat khusus bagi Ilah adalah Dia sebagai zat yang wajib disernbah (20:14)

8.HAK DAN KEWAJIBAN SESAMA MUSLIM Hak dan kewajiban adalah istilah hukum yang mengandung nilai keseimbangan diantara dua bagian atau lebih yang satu sama lain berbeda. Hak adalah sesuatu yang dapat memberi keberuntungan pada diri seseorang dan sekaligus memberi beban dan tanggung jawab pada pihak lainnya. Adapun kewajiban memiliki mana yang sebaliknya, yaitu adanya beban dan tanggung jawab pada diri seseorang yang sekaligus akan menjadi hak pada pihak lainnya. Hak dan kewajiban pada umumnya bersipat seimbang antara pemilik hak dan penanggung kewajiban yang pada suatu saat peimilik hak sekaligus menjadi penanggung kewajiban, demikian pula penanggung kewajiban akan sekaligus menjdi pemilik hak dalam bentuk yang lain.

Rasululllah SAW. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Khurairah, Beliau menguraikan adanya 6 (enam) hak seorang muslim yang sekaligus menjadi kewajiban muslim lainnya, sebagaimana diuraikan . dalam hadits Rasul yang artinya sebagai berikut : " Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6 (enam), (ketika itu) Rasul ditanya oleh Sahabat : Apakah semua itu ya Rasulallah ? Beliau menjawab, (Hak muslim yang enam itu) adalah : apabila kamu menemuinya, maka hendaklah kamu membaca salam kepadanya, apabila ia mengundang kepadamu, maka layani undangannya itu, apabila ia meminta nasihat, maka nasihatilah ia, apabila ia bersin lalu mengucapakn Hamdalah, maka doakanlah ia, apbila ia sakit maka jenguklah ia dan apabila ia meninggal dunia, maka hantarlah jenazahnya ke Pemakaman. (HR. Muslim)

Hak dan kewajiban sesama muslim dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan hadits tadi adalah :

Pertama, Menjawab Salam,

Ketentuan umum, membaca salam adalah Sunnah Rasul, kedudukannya Sunnah atau sunnat menurut hukum, yaitu mendapat pahala dari Allah apabila seseorang membacakannya dan tidak mendapatkan sangsi demikian pula tidak dapat pahala bagi seseorang yang tidak melakukannya Jika seseorang membaca salam untuk kita, maka kita wajib menjawabnya, bahkan dianjurkan untuk menjawab dengan jawaban yang lebih baik dari apa yang diucapkan orang lain kepada kita.

Al-Quran memberi petunjuk kepada kita untuk melakukan iitu sesuai firman Allah dalam surah Al-Nisa ayat 86 sebagai berikut : :" Apbila kamu diberi penghormatan (oleh orang lain) dengan suatu penghormatan, maka hendaklah kamu sekalian memberi penghormatan kepada mereka dengan

penghormatan yang lebih baik dari pada penghormatan yang mereka berikan atau (setidak-tidaknya) dengan penghormatan yang sama ".

Kedua, Menjenguk orang sakit,

Sakit adalah ujian dari Allah, yang tentunya akan menjadi beban kepada siapapun, apabila suatu saat ditimpa penyakit, baik dirinya sendiri maupun keluarganya dan ini bisa terjadi pada diri kita atau kelaurga kita, dimana saat itu kita akan merasakan bagaimana keberadaan kita saat kita ditimpa penyakit atau yang ditimpa penyakait adalah keluarga kita. Melalui petunjuk Rasul ini, Allah telah menganugrahkan ketentuan berharga bagi kita untuk memiliki kemampuan meringankan beban orang yang ditimpa musibah dengan menetapkan suatu ketentuan, bahwa setiap muslim berkewajiban menjenguk muslim lainnya di saat mulim lain ditimpa penyakit yang dideritanya.

Ketiga, Menghadiri Undangan

Tanggung jawab seorang muslim yang menerima undangan dari pihak lainnya, adalah menghormati undangan itu dengan jalan melayani undangan sesuai waktu yang ditentukan, karena mengahadiiri undangan akan mendapat manfaat yang cukup besar, setidak tidaknya akan mampu mewujudkan prilaku silaturrahmi yang menjadi Sunnah Rasul dengan imbalan dapat memudahkan rizki bagi pelakunya.

Menghadiri undangan dalam bentuk Walimatu al-arusy (Reaepsi Perkawinan), Ajaran Islam memberikan nilai lebih keharusannya yang dalam Fiqih Islam disebut Fardhu Kifayah, karena secara lahiriyyah kehadiran diacara tersebut dapat mengetahui kedudukan kedua mempelai yang semula tidak boleh melakukan hidup bersama, melalui Akad Nikah dengan kedudukan sebaagai pasangan suami isteri yang semula tidak beleh berdua, dapat dengan bebasnya tinggal bersama tanpa harus dihadiri pihak ketiga atau pihak lain.

Keempat, Mendoakan orang bersin yang membaca Hamdalah

Apabila satu ketika kita mendengar orang bersin dan membaca Hamdalah atau baca Al-Hamdulillahi RabbilAlamien, maka seharusnyalah kita berdoa kepada Allah untuknya, Doa yang masyhur dalam hal ini adalah :

Artinya : Semoga Allah memberi Kasih sayang dan Hidayah kepada kamu sekalian. Amien.

Kelima, Memberi nasihat kepada siapapun yang memintanya

Seorang Muslim dengan segala kemampuan yang dimiliknya, bertanggung jawab untuk menasehati siapapun orang yang meminta nasehat kepadanya, hal ini bisa terjadi apabila ternyata kita tidak memahami persoalan yang diajuka kepada kita, maka kita memberi petunjuk orang meminta nasehat untuk datang kepada siapapun yang menurut kita mampu memberi nasehat sesuai apa yang diminta pihak lain yang datang kepada kita.

Keenam, Menghantar Janazah ke kuburan.

Siapapun orang meninggal dunia, maka ia sudah tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk berbuat apapun yang biasa ia perbuat masa hidupnya. Allah telah menetapkan wujud tanggung jawab sesama muslim dalam bentuk menghantar janazah orang lain yang sudah meninggal dunia sampai kekuburan. Hal ini sejalan dengan 3 (tiga) kewajiban orang muslim yang masih hidup terhadap orang yang sudah mmeninggal dunia, yaitu Memandikan, Mengkafan dan menguburkannya.

Demikian sekilas uraian hak dan kewajiban Sesama Muslim, semoga Allah senantiasa membingbing kita untuk mampu melaksanakan petunjuk-Nya, hususnya dalam pelaksanaan hak dan kewajiban kita terhadap sesama Muslim, melalui upaya merealisasikan petunjuk Rasul sebagaimana telah diuraikan, dan sebagai wujud upaya membina kerukunan intern ummat beragama, Demikian pula dalam rangka membina kerukunan antar ummat beragama, serta dalam rangka membina keruklunan antara ummat beragama dan pemerintah.

Kami menyadari, apa yang kami sajikan yang bagai sebutir pasir di padang sahaa atau setetes air di samudra raya tentunya kami yakin yang benar datang dari Allah dan Rasulnya, dan yang salah karena kekurangan dan kealpaan saya secara pribadi. Atas kekurangan dan kelapaannya mohon maaf yang tiada terhingga. Amiien

9. ciri anak sholeh :


1. Berbuat baik kepada kedua ibubapanya walaupun ibubapanya musyrik. 2. Menjauhi perbuatan yang tidak baik, sekalipun pada masa itu tidak ada orang mengetahuinya 3. Mendirikan solat 4. Mengajak manusia kepada kebaikan 5. Menjauhi kemungkaran 6. Bersabar menghadapi dugaan dalam kehidupan 7. Tidak bersikap sombong 8. Tidak melakukan perkara yang tidak baik dalam masyakarat 9. Selalu bertutur dengan sopan 10. Menghormati orang lain ( Rujuk Surah Al-Luqman : Ayat 15-19 ) ciricirianaksholehdansholehah: 1.CintakepadaALLAHdengantidakmenyekutukannyadengansuatuapapundantidakberibadahselain nyaAllah. 2.CintakepadaNabiMuhammadswtsebagaiNabiutusanAllahdenganmematuhiperintahdanmenjauh uilarangannya 3.CintapadaALQUR'AN,denganselalumembacanyakemudiansenantiasamuroja'ahberusahamengh afalnyakarnaakanmendapatkansyaratataupertolongankelakdiharikiamatatauharipembalasan 4.CintakepadasahabatsahabatNabiMuhammadSAWyangturutmembeladanmemperjuangkanislam disisiRasulullahSAWdengantidakmembencimerekaataumencacimereka 5.CintakepadaKeluargaRasulullahyangturutberjuangbersamaRasulullahmenyebarkanislamkeselu ruhnegeridancintakepadaorangorangyangselalumengikutijalannyaRasulullahSAW 6.Cintasholatlimawaktudengantidaksekalipunmeninggalkanyasertamengerjakansholatsholatsunn ahbagil;akilakiberjama'ahdimasjid,dananakperempuanshilatdirumahmerekatepatpadawaktunya 7.Cintamasjid,karnamasjidrumahallahdengantiodakmembuatkeributandidalamnyasertaditakberca ndatertawaketikasholat,karenasintamerekaAllahdanmenghargairumahAllah 8.Cintakepadakeduaorangtua,denganmematuhiperintahnya,tidakmenyakitinhatimereka,selaluber buatbaikkepadamereka,berusahamenyenangkanhatikeduaorangtuadantidakmenyusahkanataume mbandelterhadapkeduanya 9.Cintakepadasaudara,adik,kakak,kakaek,nenek,paman,bibi,tetanggadanseluruhkaummislimindis eluruhdunia 10.Cintadansayangkepadafakirmiskin,anakterlantar,anakyatim,denganmemberibantuansesuaiden gankeperluanmerekadanperdulisertatidakmencomoohataumengolokngolokmerekasebabhambaAllah. Tujuan nikah 1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan. Sasaran utama dari disyariatkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pem-bentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:

. Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.[1] 3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla dalam ayat berikut:

Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zhalim. [Al-Baqarah : 229] Yakni, keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syariat Allah Azza wa Jalla. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, lanjutan ayat di atas:

Kemudian jika dia (suami) menceraikannya (setelah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukumhukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan. [Al-Baqarah : 230] Jadi, tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syariat Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syariat Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, yaitu harus kafa-ah dan shalihah. a. Kafa-ah Menurut Konsep Islam Pengaruh buruk materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit orang tua, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodoh putera-puterinya. Masalah kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius. Agama Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal per-nikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami isteri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami -insya Allah- akan terwujud. Namun kafaah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah Azza wa Jalla memandang derajat seseorang sama, baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan derajat dari keduanya melainkan derajat taqwanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. [Al-Hujuraat : 13] Bagi mereka yang sekufu, maka tidak ada halangan bagi keduanya untuk menikah satu sama

lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berorientasi pada hal-hal yang sifatnya materialis dan mempertahankan adat istiadat untuk meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam: : .

Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung. [2] Hadits ini menjelaskan bahwa pada umumnya seseorang menikahi wanita karena empat hal ini. Dan Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih yang kuat agamanya, yakni memilih yang shalihah karena wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, agar selamat dunia dan akhirat. Namun, apabila ada seorang laki-laki yang memilih wanita yang cantik, atau memiliki harta yang melimpah, atau karena sebab lainnya, tetapi kurang agamanya, maka bolehkah laki-laki tersebut menikahinya? Para ulama membolehkannya dan pernikahannya tetap sah. Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk lakilaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)... [AnNuur : 26] b. Memilih Calon Isteri Yang Shalihah Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Menurut Al-Qur-an, wanita yang shalihah adalah:

...Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (me-reka)... [An-Nisaa' : 34]

Lafazh dijelaskan oleh Qatadah, artinya wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya.[3] Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: . Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah. [4] Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: . Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya. [5] Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam juga bersabda: : . Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan; tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek. [6] Menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para ulama bahwa di antara ciriciri wanita shalihah ialah : 1. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, 2. Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada serta menjaga harta suaminya, 3. Menjaga shalat yang lima waktu, 4. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, 5. Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita Jahiliyyah. [7] 6. Berakhlak mulia, 7. Selalu menjaga lisannya, :

8. Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya karena yang ke-tiganya adalah syaitan, 9. Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya, 10. Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan, 11. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syariat. Apabila kriteria ini dipenuhi -insya Allah- rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang subur (banyak keturunannya) dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus ummat. 4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amalamal shalih yang lain, bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah). Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: ... : . ... Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan isterinya adalah sedekah! (Mendengar sabda Rasulullah, para Shahabat keheranan) lalu bertanya: Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap isterinya akan mendapat pahala? Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menjawab: Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala. [8] 5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: :

Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? [An-Nahl : 72]

Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

...Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu (yaitu anak). [Al-Baqarah : 187] Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Anas bin Malik radhiyallaahu anhum, juga Imam-Imam lain dari kalangan Tabiin menafsirkan ayat di atas dengan anak.[9] Maksudnya, bahwa Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk memperoleh anak dengan cara ber-hubungan suami isteri dari apa yang telah Allah tetapkan untuk kita. Setiap orang selalu berdoa agar diberikan keturunan yang shalih. Maka, jika ia telah dikarunai anak, sudah seharusnya jika ia mendidiknya dengan benar. Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Hal ini mengingat banyaknya lembaga pendidikan yang berlabel Islam, tetapi isi dan caranya sangat jauh bahkan menyimpang dari nilai-nilai Islami yang luhur. Sehingga banyak kita temukan anak-anak kaum muslimin yang tidak memiliki akhlak mulia yang sesuai dengan nilainilai Islam, disebabkan karena pendidikan dan pembinaan yang salah. Oleh karena itu, suami maupun isteri bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar, sesuai dengan agama Islam. Tentang tujuan pernikahan, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam

10. Al quran sebagai sumber ilmu pengetahuan


Al-Quran Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan Dan Sains
1. Pengertian Al-Quran Al-Quran secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau quranan yang bererti bacaan atau yang dibaca. Secara general Al-Quran didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. Al- Quran adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah AlQuran. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-anam: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Quran. 2. Pengertian Sains dan Ilmu Pengetahuan Menurut wikipedia bahasa Indonesia Sains (science) diambil dari kata latinscientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11) Sains merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Sains mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni Tingkat kepastian sans atau ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-Quran. Bahkan kata ilm itu sendiri disebut dalam al-Quran sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai waktu-waktu tertentu Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Quran, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33. u|yJt d`g:$# RM}$#ur b) NFstG$# br& (#rZs? `B $s%r& NuqyJ9$# F{$#ur (#rR$$s 4 w crZs? w) 9`s=0 artinya : Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33). 3. Kaitan Al-Quran dengan Ilmu Pengetahuan dan Sains Dari beberapa pebahasan diatas sangat jelas dikatakan bahwa ilmun pengetahuan, apa pun cabang ilmunya pastilah bersumberkan kepada Al-quran. Pernyataan ini tidaklah berlebihan, karena salah satu

standar sebuak kitab dapat dikatakan sebagai wahyu atau bersumber dari dari Tuhan YME ( Allah SWT ) adalah kebenaran atau kelogisan isi kandungan dari kitab tersebut, isi kandungannya haruslah bersifat universal atau menyluruh, baik untuk seluruh alam maupun secara historis harus lah dapat dijadikan sandaran sepanjang jaman. Lalu hal ini akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan Al-quran, apakah isi kandungan Al-quran logis dan bersifat universal?...... TENTU, telah sangat banyak fakta fakta yang tertuang di dalam Alquran yang telah di buktikan baik dengan cara tradisional masa lampau maupun dengan cara ilmu pengetahuan modern terkini. Berikut penulis berikan satu contoh fakta fakta pembuktian isi kandunga Al-quran untuk pembuktian lainnya penulis hanya akan memberikan referensinya saja, karena keterbatasan media penulisan, yaitu Proses pembentukan janin didalam rahim Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS Al Mukminun : 12-14) Tahap pertama NUTFAH : yaitu tahap pertama selepas pencmpuran antara sel sperma dan sel telur atau minggu pertama. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. al-Insan (76) : 2) Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf artinya air yang sedikit yang terdapat di dalam sesuatu wadah, tabung dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj berasal dari perkataan masyj yang berarti pencampuran Berdasarkan makna kata tersebut maksud ayat di atas ialah sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia dari air mani lelaki dan air mani perempuan. Dari nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berlainan , tingkahlaku yang berbeda serta menjadikan lelaki dan perempuan. Dari nutfah lelaki akan terbentunya saraf, tulang dan fakulti , dan dari nutfah perempuan akan terbentuknya darah dan daging. Tahap kedua ALAQAH : Proses pembentukan alaqah ialah pada penghujung minggu pertama / hari ketujuh . Pada hari ketujuh sel telur yang telah dibuahai itu akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Selepas itu nutfah berubah menjadi alaqah. Firman Allah : Kemudian Kami mengubah nutfah menjadi alaqah (al Mukminun : 14) Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini mungkin dibuat berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu benda yang dibaliti oleh darah. Selain itu alaqah mempunyai beberapa maksud yaitu : sesuatu yang bergantung atau melekat, pacat atau lintah, gumpalan darah Tahap Ketiga MUDGHAH : Pembentukan mudghah dikatakan pada minggu keempat. Kata mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran yaitu surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14 Firman Allah : lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging (al-Mukminun : 14) Pada tahap pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan organ organ yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi juga sudah berdetak. Untuk perkembangan seterusnya, darah mulai mengalir dengan lebih banyak lagi untuk mensuplay oksigen dan makanan yang cukup. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mulai berfungsi sendiri. Tahap Keempat IZAM DAN LAHM : Pada tahap ini yaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh ialah tahap pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka tersebut. Firman Allah: Lalu Kami mengubahkan mudghah itu menjadi izam da kemudian Kami membalut Izam dengan daging (al-Mukminun : 14)

Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mulai terbentuk. Serentak dengan itu sistem pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mulai kelihatan. Begitu juga dengan organ pembiakan (kelamin), kalenjar, hati, buah, kantung air kencing dan lain-lain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kedelapan semuanya telah sempurna dan lengkap. Tahap Kelima NASYAH KHALQAN AKHAR : Pada tahap ini yaitu menjelang minggu kedelapan , beberapa perubahan lagi terjadi. Perubahan pada tahap ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin.Pada bulan ketiga, semua tulang janin telah terbentuk dengan sempurnanya Kuku-kukunya pun mulai tumbuh. Pada tahap ini perubahan janin didalam kandungan hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah terbentuk. Walaupun perubahan tetap terjadi tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi saja. 1. Kesimpulan Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia. Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari. "Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155) Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan: "Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29

Keajaiban Al Qur'an dan Ilmu Pengetahuan


Benar kiranya jika Al Qur'an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur'an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia. Sebagai contoh ayat di bawah: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" [Al Anbiyaa:30] Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur'an. Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masingmasing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33) Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu: "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38) Langit yang mengembang (Expanding Universe) Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benarbenar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47) Menurut Al Qur'an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini. Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang". Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Gunung yang Bergerak "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan." [QS 27:88] 14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur'an disebutkan gunung itu bergerak. Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masamasa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi. Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini

bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempenganlempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30) Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13) Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur'an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur'an. "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (Al Qur'an, 15:22) Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia "Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4) Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.) Diselamatkannya Jasad Fir'aun

"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu" [QS 10:92] Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir'aun di Mesir. Pada mumi Ramses II Dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika sedang mengejar Nabi Musa as. Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Perhatikan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir'aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (bukan buatan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam). Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan Al Qur'an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan. "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui." [Yaa Siin 36:36] Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini. Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini,

yang disebut "parit", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: antimateri. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut: "...setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan ... dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat." Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim ke bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur'an diturunkan. Tulisan di atas hanyalah sebagian kecil dari keajaiban Al Qur'an yang ada dan ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Bagi yang ingin tahu lebih banyak silahkan baca buku referensi di bawah. Jelas Al Qur'an itu benar dan tak ada keraguan di dalamnya. "Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa" [Al Baqarah:2] Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur'an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." [An Nisaa':82] Al Qur'an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur'an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga

Anda mungkin juga menyukai