Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TAFSIR AYAT TENTANG AL QARD AL-HASAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

TAFSIR AHKAM

Ah. Kusairi, M.HI

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

SHOMADANI

Ansori mahfud

Soloehoddin

Ach.Fikri Al Bermawi

4
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian “Al-Qardh Al-Hasan”

Al-Qardh Al-Hasan gabungan dari dua kata, al-qardh dan al-hasan.

Menurut bahasa atau menurut etimologi al-qardh berasal dari kata al-qat’u yang

berarti potongan. Yaitu harta yang dibayarkan kepada muqtarid (yang diajak

qardh), dinamakan dengan qardh karena pemilik memotong sebahagian

hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya.1

Al-qardh secara bahasa juga bisa diartikan dengan  sebagian pinjaman

atau hutang, sedangkan al-hasan artinya baik. Apabila digabungkan al-qardh al-

hasan berarti pinjaman yang baik. Dalam menjelaskan al-qardh al-hasan para

ahli fiqh muamalah menggunakan istilah qardh, karena istilah al-qardh al-hasan

tidak ditemukan dalam literatur fiqh muamalah. Namun demikian, maka qardh

yang dimaksudkan oleh mereka itulah al-qardh al-hasan.  

Sedangkan menurut terminologi atau istilah, antara lain dikemukakan

oleh ulama Hanafiah Qardh adalah:

‫ مثلى الخر ليرد مثله‬  ‫عقد مخصوص يرد على دفع مال‬


Artinya:“Akad tertentu dengan membayarkan harta mitsil kepada orang lain
supaya membayar harta yang sama kepadanya”

1
Rahmat Syafi’i,  Fiqh Muamalah,Cet 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.139.

5
Sayyid Sabiq dalam buku fiqh Sunnah jilid 4 menyebutkan bahwa al-

qardh adalah harta yang dipinjamkan seseorang kepada orang lain untuk

dikembalikan setelah ia memiliki kemampuan.2 Menurut Shalah Ash-Shawi dan

Abdullah Al-Muslim, al-qardh adalah menyerahkan harta kepada orang yang

menggunakan untuk dikembalikan gantinya suatu saat. Menurut Ascarya, qardh

merupakan pinjaman kebaikan/lunak tanpa imbalan. Biasanya sesuai dengan

berat, ukuran dan jumlahnya).3

Selain itu menurut Syafi’i Antonio al-qardh adalah pemberian harta

kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau meminjamkan

tanpa mengharapkan imbalan.4

Dengan dikemukakan beberapa definisi oleh para ahli tentang al-qardh,

jadi dapat disimpulkan bahwa al-qardh adalah suatu aqad perjanjian antara

penghutang dengan peminjam yang melakukan utang dan piutang. Dalam aqad

tersebut miliknya  kepada peminjam dalam waktu tertentu. Peminjam juga

berjanji akan membayar kembali kepada penghutang sama seperti nilai harta

yang dipinjamkannya dan tidak lebih daripada itu, sesuai dengan kesepakatan.

Oleh karena itu, pinjam meminjam adalah suatu bagian dari kehidupan kita di

dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan.

Jadi pinjaman yang diberikan itu adalah semata-mata suatu muamalah yang

baik.

B. QS. Al Baqarah: 245 (Tentang Qardhu Hasan)

2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid 4, terj. Nor Hasanuddin, (Jakarta: Pena Aksara, 2004), h.181.
3
Shlah As-Shawi dan Abdullah Al-Mushlim. Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, terj Abu Umar Basyir,
(Jakarta: Darul Haq, 2008), h.258.
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke praktek, Cet 1, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
h.131.

6
ُ‫ض ِعفَ ۥهُ لَ ٓۥهُ أَضْ َعافًا َكثِي َرةً َوٱهَّلل ُ يَ ْقبِض‬
َ ٰ ُ‫َّمن َذا ٱلَّ ِذى يُ ْق ِرضُ ٱهَّلل َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬
﴾٢٤٥﴿ َ‫ۜصطُ َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬ sُُۜ ‫َويَ ْب‬

Artinya: Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

C. Asbabun Nuzul

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu

Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu Bassam, telah

menceritakan kepada kami Abu Isma'il al-Muaddib, dari Isa Ibnu al-Musayyab,

dari Nafi', dari Ibnu Umar mengatakan bahwasannnya tatkala Allah SWT.

menurunkan surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi:5

ُ‫ة‬sَ‫ ۢنبُلَ ٍة ِّم ۟ائ‬s‫لِّ ُس‬ss‫نَابِ َل فِى ُك‬s‫ ْب َع َس‬s‫َت َس‬


ْ ‫ل َحبَّ ٍة أَ ۢنبَت‬s
ِ sَ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ أَ ْم ٰ َولَهُ ْم فِى َسبِي ِل ٱهَّلل ِ َك َمث‬

﴾٢٦١﴿ ‫ف لِ َمن يَ َشٓا ُء َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ ٰ ُ‫َحبَّ ٍة َوٱهَّلل ُ ي‬


sُ ‫ض ِع‬

" Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi  Maha
mengetahui."(QS:Al-Baqarah :261)

Rasulullah Saw. Berdoa, "Wahai Tuhanku, tambahkanlah untuk ummatku."6

Lalu turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: QS. Al Baqarah: 245

5
Al-Imam Abu Fida Ismail Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsîr Ibnu Katsîr, terj. Bahrun Abu Bakar, Cet I,
Jil 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 649-650.
6
DR. Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqhu al-Islâm wa Adillatuhu, Cet. 2, Jil. 4, (Dimasyq: Dar el-Fikr, 1985),
h. 40.

7
..…‫َّمن َذا ٱلَّ ِذى يُ ْق ِرضُ ٱهَّلل َ قَرْ ضًا َح َسنًا‬

D. Tafsiran

Dalam ayat diatas, Allah SWT menegaskan orang yang memberi

pinjaman ‘al-qardh’’ itu sebenarnya ia memberi pinjam kepada Allah SWT,

artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras meminjamkan harta

kepada Allah, manusia juga diseru atau diperintahkan untuk meminjamkan

kepada sesamanya, sebagai sebagian kehidupan bermasyarakat (civil society).

Kalimat qardhan hasanan dalam ayat 245 surat Al-baqarah tersebut berarti

pinjaman yang baik, yaitu infak di jalan Allah. Arti lainnya adalah pemberian

nafkah kepada keluarga dan juga tasbih serta taqdis  (pencucian).7

Hanya satu yang ditekankan dalam pemberian pinjaman di sini, yaitu

pinjaman yang baik dalam arti dengan niat yang bersih dan baik, hati yang tulus

serta harta yang halal. Maka meminjamkan kepada Allah adalah Allah

mengumpamakan pemberian seseorang dengan tulus untuk kemaslahatan

hambanya sebagai pinjamn kepada Allah, sehingga ada jaminan dari-Nya bahwa

pinjaman itu kelak akan dikembalikan. Selanjutnya karena Allah yang

meminjam, maka dia akan menjanjikan bahwa Allah akan melipat gandakan

pembayaran pinjaman itu kepadanya di dunia dan di akhirat, dengan lipat ganda

yang banyak, seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan pada

setiap butir seratus biji, bahkan lebih dari pada itu.8

7
Ibnu katsir, Tafsir Ibnu Ktsir, Jilid 1, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2006), h. 498.
8
M. Quraish Shahab, Tafsir Al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 1, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 529.

8
E. Munasabah

Munasabah pada QS. Al Baqarah: 245 ini, merupakan munasabah antara

suatu surah dengan surah lainnya karena adanya keterkaitan atau adanya suatu

peristiwa.

Dalam surah Al Baqarah ayat 245 disebutkan:

sُُۜ ‫ُض ِعفَ ۥهُ لَ ٓۥهُ أَضْ َعافًا َكثِي َرةً َوٱهَّلل ُ يَ ْقبِضُ َويَ ْب‬
ُ‫ۜصط‬ َ ٰ ‫َّمن َذا ٱلَّ ِذى يُ ْق ِرضُ ٱهَّلل َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬
﴾٢٤٥﴿ َ‫َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬

“Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, dengan pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipat ganda. Allah menyempitkan
dan melapangkan rezeki dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”

Sedangkan dalam surah Ali Imran ayat 181 disebutkan :

۟ ُ‫ِين َقالُ ٓو ۟ا إِنَّ ٱهَّلل َ َفقِ ي ٌر َو َنحْ نُ أَ ْغ ِن َي ٓا ُء َس َن ْك ُتبُ َما َق ال‬


‫وا َو َق ْت َل ُه ُم‬ َ ‫لَّ َق ْد َسم َِع ٱهَّلل ُ َق ْو َل ٱلَّذ‬
﴾١٨١﴿ ‫يق‬ ِ ‫اب ْٱل َح ِر‬َ ‫وا َع َذ‬ ۟ ‫ٱأْل َ ۢن ِب َيٓا َء ِب َغيْر َح ٍّق َو َن ُقو ُل ُذو ُق‬
ِ

Artinya :
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan :
sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya. Kami akan mencatat peerkataan meraka itu
dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alsan yang benar, dan kami akan
mengatakan (kepada meraka ): rasakan olehmu azab yang membakar.”

Untuk mengetahui kenapa Allah mengatakan: sesungguhnya Allah

mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: sesungguhnya Allah miskin

9
dan kami kaya adalah harus dimunasabahkan dengan ayat 245 surah al Baqarah.

Dalam ayat tersebut Allah mengatakan: siapa saja yang memberi pinjaman kepada

Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan

pembayaran kepadanya. Mendengar firman tersebut orang-orang yahudi

mengatakan kepada Rasulullah: “Hai Muhammad, ternyata Tuhan kamu itu

miskin sehingga minta pinjaman kepada hamba-Nya”.dengan perkataan yahudi itu

maka Allah menurunkan surah Ali Imran ayat 181.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa dalam memahami ayat 245

surah al Baqarah dan ayat 181 surah Ali Imran harus dimunasabahkan antara

keduanya. Dan dapat dilihat bahwa keduanya memiliki peristiwa dan isi yang

saling terkait. Dengan demikian akan diketahuilah tentang diturunkanNya ayat

dari surah tersebut.9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Qardhu Hasan merupakan harta yang dipinjamkan seseorang kepada orang lain

untuk dikembalikan setelah ia memiliki kemampuan.

2. Surah dalam Al Qur’an yang menjelaskan tentang Qardhu Hasan diantaranya

yakni QS. Al Baqarah: 245.

9
Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000), h. 62.

10
3. Asbabun Nuzul QS. Al Baqarah: 245, yaitu berkaitan dengan doa Rasullah

setelah turunya wahyu Allah Surah Al-Baqarah ayat 261 yang mengiginkan agar

ditambahkan rizki umat Beliau atau dilapangkan rizkinya.

4. Tafsiran kalimat qardhan hasanan dalam surat Al-baqarah ayat 245 berarti

pinjaman yang baik, yaitu infak di jalan Allah. Arti lainnya adalah pemberian

nafkah kepada keluarga, tasbih, taqdis  (pencucian), serta penetekankan dalam

pemberian pinjaman di sini, yaitu pinjaman yang baik dalam arti dengan niat

yang bersih dan baik, hati yang tulus serta dari harta yang halal.

5. QS. Al Baqarah: 245 bermunasabah dengan QS. Ali Imran ayat 181. Ini

merupakan munasabah antara suatu surah dengan surah lainnya karena adanya

keterkaitan atau adanya suatu peristiwa, yakni karena sesungguhnya Allah telah

mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: sesungguhnya Allah

miskin dan kami kaya adalah harus dimunasabahkan dengan ayat 245 surah al

Baqarah. Dalam ayat tersebut Allah mengatakan: siapa saja yang memberi

pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat

gandakan pembayaran kepadanya. Mendengar firman tersebut orang-orang

yahudi mengatakan kepada Rasulullah: “Hai Muhammad, ternyata Tuhan kamu

itu miskin sehingga minta pinjaman kepada hamba-Nya”.dengan perkataan

yahudi itu maka Allah menurunkan surah Ali Imran ayat 181.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abu Fida Ismail Ibnu Katsir. 2000. Tafsîr Ibnu Katsîr, terj.
Bahrun Abu Bakar, Cet I, Jil 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke praktek, Cet 1. Jakarta:
Gema Insani.

Anwar , Abu. 2000. Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

As-Shawi, Shlah, dkk. 2008. Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, terj Abu Umar Basyir.
Jakarta: Darul Haq.

Az-Zuhaili, DR. Wahbah. 1985. al-Fiqhu al-Islâm wa Adillatuhu, Cet. 2, Jil. 4.


Dimasyq: Dar el-Fikr.

Katsir, Ibnu. 2006. Tafsir Ibnu Ktsir, Jilid 1. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Sabiq, Sayyid. 2004. Fiqih Sunnah jilid 4, terj. Nor Hasanuddin. Jakarta: Pena Aksara.

Shahab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 1. Jakarta: Lentera Hati.

Syafi’i, Rahmat. 2001. Fiqh Muamalah. Cet. I. Bandung: Pustaka Setia.

12

Anda mungkin juga menyukai