MAKALAH
Fiqh Zakat
MUSTAHIQ ZAKAT
Disusun Oleh:
Kelas A
Dosen Pengampu:
Tulisan ini kami buat guna memenuhi tugas dan sebagai salah satu acuan
pembelajaran bagi kami dalam mata kuliah Fiqh Zakat yang berjudul “Mustahiq
Zakat” dengan harapan semoga bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi yang lainnya.
Makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan teman-teman dan banyak orang
lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Maka dari itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, bila terdapat kesalahan dari berbagai aspek kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (Al-Mughjam al-Wasih: 1972), zakat adalah suatu ibadah di
bidang kekayaan, suatu bentuk kekayaan yang diberikan sebagai kekayaan,
pertumbuhan, perkembangan, peningkatan, kemurnian dan kebaikan. Seperti yang
tercantum dalam firman Allah dalam Al-Qur'an yang Mulia, Surah "Taubah" 103
dan Surah "Rum" 39:
Artinya : “Riba yang kamu berikan agar berkembang pada harta orang
lain, tidaklah berkembang dalam pandangan Allah. Adapun zakat yang kamu
berikan dengan maksud memperoleh keridaan Allah, (berarti) merekalah orang-
orang yang melipatgandakan (pahalanya)”.
3
dari pembahasan syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi agar dianggap wajib
membayar zakat.
4
Penulis tidak diberitahu mengapa Hasby tidak merinci keduanya. Namun Husbi
mengatakan kedua kelompok itu sama-sama menginginkan uang zakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebalikan dari miskin dan miskin adalah kaya
dan kaya. Penyesuaian berarti makanan, minuman, pakaian, dan tempat berlindung
bagi Anda, anak-anak Anda, dan istri Anda. Kami memahami orang-orang yang
memiliki sumber daya di luar kebutuhan dasar mereka. Pemilik berhak atas zakat
jika mereka berbeda dari yang disebutkan di atas.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu mustahiq zakat?
2. Siapa saja golongan yg berhak menerima zakat?
3. Bagaimana peran BAZNAZ di Indonesia?
4. Siapa saja Golongan yang tidak berhak menerima zakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi mustahiq zakat.
2. Untuk mengetahui golongan yg berhak menerima zakat.
3. Peran BAZNAZ terhadap Indonesia.
4. Mengetahui golongan yang tidak berhak menerima zakat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mustahiq
Menurut bahasa mustahik zakat terdiri dua kalimat mustahik dan zakat. Kata
mustahik sendiri berasal dari kata bahasa Arab istahaqqo yastahiqqu artinya patut
mendapat. Sedangkan kata mustahik adalah merupakan isim fail yang memiliki arti
yang berhak. Menurut Attabik Ali Agama Islam memberi arahan tentang orang-
orang yang berhak disalurkan zakat seperti dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat
60 Allah SWT berfirman sebagai berikut :
ﱠ َ ٰ ُ ﱠ Z َ ُK K K َ َ4َ K Oُ
اﻟﺼﺪﻗﺖ ِاﻧ َﻤﺎ ﻦ ِﻟﻠﻔﻘ َﺮا ِءB َو ِﻓﻰ ﻗﻠ ْ_ ُ> ـ ُﻬ ْﻢ َواﻟ ُﻤﺆﻟﻔ ِﺔ ﻋﻠ ْﻴ َﻬﺎ َواﻟ َﻌ ِﺎﻣ ِﻠ ْﻴ َﻦ َواﻟ َﻤ ٰﺴ ِﻜ ْﻴ
ََ ْ َ ﱢK َ ْ َ ْ َ d ْ َ ۗ ْ ﱢ َ َ ْ َ ً ﱠd ُd َ ۗ ٌْ َ
ﺎب
ِ ﺎر ِﻣﻴﻦ اﻟﺮB ِﻞ و ِﻓﻲ واﻟﻐ0cِ ﻦ اﻟﻠ ِﻪ ﺳB ِﻞ واﺑ0cِ ﻀﺔ اﻟﺴR?B ﻢ ◌واﻟﻠﻪ اﻟﻠ ِﻪ ﻣﻦ ﻓ0ﻋ ِﻠ
ﻗ
ٌﻢ0ْ َﺣ ِﻜ
Artinya: “Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana bahwa sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan”.
6
Dengan pengertian di atas dapat kita Tarik sebuah kesimpulan bahwa
mustahiq merupakan sebuah golongan tertentu yang berhak menerima zakat
sebagaimana yang telah diatur dalam kitab suci Al-Qur’an.
Menurut Muhammad Sayyid Sabiq (Sunan Abu Daud, Jilid 1 : 281), Zayyad
bin Harits ash-Shada i ra. berkata, "Aku mendatangi Rasulullah untuk berjanji setia
kepada beliau. Lalu ada seseorang datang kepada beliau. Orang tersebut berkata,
'Berilah aku zakat.' Beliau bersabda,
َ ﱠ4 َ ﻢ َﻳ ْﺮiK ُﺤk َﻧﺒ ﱟﻲnَ اﻟﺼ َﺪ َﻗﺎت ﻓﻲ َﻏ ْﻴﺮە َو
ض ﻟ ْﻢ اﻟﻠﻪ ِإن َﻢ َﺣ ﱠﺘﻰ ﱠiَﻓ َﺠ ﱠﺮأ َﻫﺎ ُﻫ َﻮ ﻓ ْﻴ َﻬﺎ َﺣ
ِ ِ ِB ِ ِ ِ
ْ َ َ O َ K َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ﱠ
،ﺣﻘﻚ أﻋﻄ ْﻴﺘﻚ اﻷ ْﺟ َﺮاء ِﺗﻠﻚ ِﻣ ْﻦ ﻛﻨﺖ ﻓ ِﺈن أ ْﺟ َﺮ ٌاء.
“Sesungguhnya Allah tidak ridha hukum Nabi dan orang lain dalam zakat hingga
Dia memberikan hukum sendiri. Dia membagi zakat untuk delapan golongan. Jika
kamu termasuk bagian dari golongan tersebut, aku akan memberikan hakmu”.
7
makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, alat kerja dan sejenisnya
dari hal-hal yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan ini. Setiap orang
yang tidak memiliki kadar nisab adalah orang fakir yang berhak menerima
zakat.
Berdasarkan hadis di atas, orang yang membayar zakat adalah orang kaya
yang memiliki kadar nisab. Sebaliknya, orang yang berhak menerima zakat
adalah yang tidak memiliki kadar harta yang dimiliki orang kaya.
Tidak ada perbedaan yang berarti antara fakir dan miskin dari segi
kebutuhan, kekurangan, dan hak mendapat zakat. Pengumpulan orang fakir dan
miskin dengan menggunakan athaf (kata sambung) yang cenderung
membedakan antara keduanya di dalam ayat di atas tidak bertentangan dengan
apa yang telah kami katakan tersebut. Hal itu karena orang-orang miskin-mereka
adalah bagian dari orang-orang fakir- memiliki sifat yang khusus. Sifat khusus
ini sudah cukup untuk menjadi pembeda di antara keduanya.
Sebuah hadis menyebutkan bahwa orang miskin adalah orang fakir yang
menjaga diri dari meminta-minta dan kefakiran mereka jarang diketahui oleh
manusia lain. Ayat Al-Qur’an menyebutkan mereka barangkali agar orang-orang
menjadi tahu dan sadar akan keberadaan mereka karena kefakiran mereka tidak
terlihat.
8
“Orang miskin bukanlah orang yang meminta-minta lalu pergi dengan
membawa satu kurma atau dua kurma, satu suapan atau dua suapan. Orang
miskin adalah orang yang menjaga diri dari meminta-minta. Jika kalian suka,
bacalah firman Allah, ‘Mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain,”
(QS al-Baqarah [2]: 273), 258
Kadar Zakat yang Diberikan kepada Orang Fakir di antara tujuan zakat
adalah mencukupi orang fakir dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh
sebab itu, ia layak diberi zakat yang dapat mengubah status kefakirannya
menjadi orang yang kaya atau kebutuhannya tercukupi secara berlanjut. Hal itu
tentunya tergantung dengan perbedaan kondisi dan situasi setiap individu. Umar
ra. Berkata, “Jika kalian memberikan zakat, buatlah orang yang diberi zakat
menjadi kaya.”
2. Amil Zakat
Amil zakat adalah orang ditunjuk oleh imam atau wakilnya (pemerintah)
untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya. Termasuk amil zakat adalah
para penjaga zakat, para penggembala kambing zakat, dan para pencatat datanya.
9
“Sesungguhnya zakat tidak patut untuk Muhammad dan keluarga
Muhammad. Sesungguhnya zakat adalah kotoran manusia. “263 Di dalam
riwayat yang lain disebutkan,
َ َ َ
. ِﻵ ِل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪn ﺗ ِﺤ ﱡﻞ ِﻟ ُﻤ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َوn ...
،ﺎرم
َ ْ
ﻏ و أ ، ﻪ ﺎﻟ ﻤ
َ ََ ْ
َ k اﻫﺎ ﺮ ﺘ ﺷ إ ﻞ ﺟُ أ ْو َر، ﻟ َﺨ ْﻤ َﺴﺔ؛ ﻟ َﻌﺎﻣﻞ َﻋﻠ ْﻴ َﻬﺎnاﻟﺼ َﺪ َﻗ ُﺔ ﻟ َﻐ ﱢﻲ إ ﱠ
َﺗﺤ ﱡﻞ ﱠnَ
ٍB ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ﱢ 4 ْ َ َ ْ
" . ِﻪ ِﻣﻨ َﻬﺎ ﻓﺄﻫﺪى ِﻣﻨ َﻬﺎ ِﻟﻐ ِﻨ ﱞﻲ0ْ ﻴﻦ ﺗ ُﺼﺪق ﻋﻠ ﻜ ﺴ
Ž ِ ِ
ْ أ ْو ﻣ،اﻟﻠﻪ
ِ ِﻞ0cِ ﺎز ِﻓﻲ ﺳB أو ﻏ
Zakat tidak halal untuk orang kaya, kecuali lima orang: (1) amil zakat,
(2) Orang yang membeli harta zakat dengan hartanya, (3) orang yang
menanggungutang, (4) orang yang ikut perang di jalan Allah, (5) dan orang
miskin yang mendapat zakat lalu menghadiahkannya kepada orang kaya. “
3. Mualaf
Mualaf adalah orang yang hatinya perlu dilunakkan (dalam arti yang
positif) untuk memeluk agama Islam, atau untuk dikukuhkan karena
keislamannya yang lemah atau untuk mencegah tindakan buruknya terhadap
kaum muslimin atau karena ia membentengi kaum muslimin.
10
Menurut (Sayyid Sabiq, 2017 : 151), Para pakar fiqih telah membagi
kelompok mualaf menjadi mualaf muslim dan mualaf kafir. Mualaf muslim ada
empat kelompok, antara lain sebagai berikut:
a. Para tokoh kaum muslimin yang memiliki pengikut atau teman dari orang-
orang kafir. Dengan diberikannya zakat, orang-orang kafir yang mengikuti
mereka dapat diharapkan masuk Islam. Hal itu seperti Abu Bakar
memberikan zakat kepada Adi bin Hatim dan Zabraqan bin Badr walaupun
keislaman dua muslim ini baik. Keduanya adalah orang yang dihormati oleh
kaumnya.
b. Orang-orang muslim yang imannya lemah, tapi dihormati dan ditaati oleh
kaumnya. Dengan diberikannya zakat kepada mereka, keimanan mereka
diharapkan dapat menjadi kuat dan kukuh serta mau saling menasihati untuk
ikut jihad di jalan Allah dan lain sebagainya. Mereka adalah seperti orang-
orang yang diberi hadiah yang banyak oleh Rasulullah Saw. Dari harta
rampasan perang Hawadzan. Mereka adalah sebagian penduduk Mekah
yang dibebaskan oleh Nabi Saw. Pada penaklukan Kota Mekah. Di antara
mereka ada yangmunafik dan ada yang lemah imannya. Setelah Nabi Saw.
Memberi hadiah yang banyak kepada mereka, mereka menjadi kukuh iman
dan melaksanakan ajaran Islam dengan baik.
c. Kelompok muslimin yang berada di perbatasan negeri musuh. Dengan
diberikannya zakat kepada mereka, diharapkan mereka gigih dalam
membentengi kaum muslimin ketika musuh menyerang negeri Islam.
Penulis Tafsir al-Manar (Rasyid Ridha) berkata, “Aku berpendapat bahwa
perbuatan seperti itu (mendistribusikan zakat untuk kelompok muslim yang
berada di perbatasan musuh) memiliki makna penempatan pasukan (di
kawasan yang sangat strategis). Kelompok muslim yang melakukan tugas
tersebut dimasukkan oleh para pakar fiqih sebagai kelompok yang berhak
mendapat bagian zakat melalui jalur sabilillah (jalan Allah), seperti pasukan
muslim yang ikut dalam sebuah peperangan. Pada zaman sekarang, yang
lebih berhak mendapat santunan lagi adalah kaum muslimin yang diincar
11
oleh kaum kafir dengan tujuan memasukkan mereka ke dalam wilayah
negeri kafir atau membuat mereka murtad dari agama Islam.
d. Kaum muslimin yang dibutuhkan bantuannya untuk mengambil zakat dari
orang-orang yang tidak mau membayarnya, kecuali melalui kekuatan dan
pengaruh kaum muslimin tersebut. Sebetulnya ketika mereka tidak mau
membayar zakat, pemerintah Islam berhak memerangi mereka. Akan tetapi,
dengan cara tersebut kerugiannya lebih kecil dan kemaslahatannya lebih
besar.
Adapun mualaf kafir ada dua kelompok, antara lain sebagai berikut:
12
4. Budak
Budak di sini mencakup budak mukâtab dan budak biasa. Harta zakat
dapat diberikan kepada budak mukatab agar dapat menebus dirinya dan dapat
digunakan untuk membeli budak lalu memerdekakannya. Bara berkata,
"Seseorang datang kepada Nabi lalu berkata, 'Tunjukkanlah aku amal yang dapat
mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka.' Beliau bersabda,
ﱠ َ ُ ﱢ ْ
,ﺔ0أﻋﺘﻖ اﻟ‘ َﺴ َﻤﺔ َوﻓﻚ اﻟﺮﻗ
Berikut ini adalah dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut. Anas ra.
Meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Bersabda, (Sayyid Sabiq, 2017 : 157).
َ ْ ُ ْ َْ َ ََ َ ُ ﱠK َ َ
ﻊ أ ْو ِﻟ ِﺬي ﻏ ْ ٍﺮم ُﻣﻔ ِﻄﻊ أ ْو ِﻟ ِﺬي د ٍمB ﺮ ُﻣﺪ ِﻗŽ ث؛ ِﻟ ِﺬي ﻓﻘ, ِﻟﺜn ﺗ ِﺤ ﱡﻞ اﻟ َﻤ ْﺴﺘﻠﺔ ِإn
ﻊŽ ُﻣ ْﻮ ِﺟ
13
“Meminta-minta itu tidak boleh, kecuali untuk tiga orang: (1) orang
yang amat fakir, (2) orang yang utangnya sampai melebihi batas, (3) dan orang
yang menanggung diyat (kerabat atau temannya).
Abu Said al-Khudri ra. Berkata, “Pada masa Rasulullah, ada seseorang
yang mendapat musibah akibat musnahnya buah-buahan yang telahia beli
sehingga utangnya menumpuk. Maka dari itu, Nabi Saw. Bersabda,
14
"Zakat tidak halal untuk orang kaya, kecuali lima orang: (1) orang yang
ikut perang di jalan Allah...." Haji tidak termasuk jalan Allah yang mendapat
bagian zakat karena haji diwajibkan atas orang yang mampu. Selain orang
mampu tidak diwajibkan melaksanakan haji.
7. Ibnu Sabil
Secara istilah ibnu sabil adalah orang yang terputus dari hartanya, baik
di luar negerinya atau di dalam negerinya. Bahasa sederhananya ibnu sabil
merupakan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, khususnya harta dan
tidak mampu untuk meneruskan untuk Kembali ke rumahnya (Abdul Bakir,
2021 : 30).
Para ulama telah sepakat bahwa seorang musafir yang jauh dari
kampung halamannya berhak menerima zakat sekadar yang dapat membantu
untuk mencapai tujuannya jika bekalnya tidak mencukupi. Namun, para ulama
menyaratkan perjalanan yang dilakukan itu adalah perjalanan dalam rangka taat
kepada syara’ dan bukan untuk maksiat. Tetapi, mereka berselisih mengenai
perjalanan yang mubah. Menurut pendapat yang terpilih di kalangan Syafi’iyah,
orang yang melakukan perjalanan mubah boleh menerima zakat, walaupun
perjalanannya ini untuk tamasya.
Menurut Syafi’iyah, ibnu sabil ada dua macam. Pertama, orang yang
melakukan perjalanan di negerinya sendiri. Kedua, orang yang melakukan
perjalanan di negeri orang lain. Kedua macam ibnu sabil itu berhak menerima
zakat, meskipun ada orang yang siap mengutanginya untuk mencukupi
kebutuhannya dan di negerinya ada dana yang cukup untuk membayar utang
tersebut. Menurut Malik dan Ahmad, ibnu sabil yang berhak menerima zakat
adalah yang melakukan perjalanan sampai melewati batas negerinya. Jika ada
15
orang yang siap mengutanginya dan di kampung halamannya ada harta yang
cukup untuk membayar utang tersebut, maka ia tidak berhak menerima zakat.
C. Peran BAZNAZ
Pengelolaan zakat di Indonesia sebelum tahun 90-an memiliki beberapa
ciri khas, seperti diberikan langsung oleh muzakki. Jika melalui amil zakat hanya
terbatas pada zakat fitrah dan zakat yang diberikan pada umumnya hanya bersifat
konsumtif untuk keperluan sesaat. Jenis zakat hanya terbatas pada harta-harta
yang secara eksplisit dikemukakan secara rinci dalam Al-Qur’an maupun Hadits
Nabi. Dalam pemberdayaannya, zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk hal-
hal yang bersifat konsumtif, tetapi juga untuk sesuatu yang bersifat produktif.
Dengan pemanfaatan zakat untuk kegiatan yang produktif akan memberikan
income (pemasukan) bagi para penerima zakat dalam kelangsungan hidupnya.
16
(OPZ) pemerintah di Jakarta, yaitu: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Dengan berdirinya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga
pengelola zakat tingkat nasional yang dinisbahkan dapat melakukan peran
koordinatif diantara lembaga pengelola zakat dan diharapkan bisa terbangun
sebuah sistem zakat nasional yang baku, yang bisa diaplikasikan oleh semua
pengelola zakat.
1. Orang kaya
Pemberian zakat kepada orang kaya akan merusak tujuan zakat yaitu
untuk mencukupi fakir dan miskin. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Tidak halal sedekah-sedekah bagi orang kaya”. Dan ucapanya pada Mu’az bin
Jabal: “Zakat itu diambil dari orang kaya di antara mereka dan diberikan pada
orang fakirnya”.
“Orang yang berhak menerima zakat meskipun kaya ada lima yaitu
Amil, muallaf, orang yang berperang, orang yang berhutang karena
mendamaikan sengketa dan ibnu sabil yang memiliki harta di
kampung/negaranya” (Al-Mughni)
17
Ibnu Majah juga meriwayatkan hadis yang artinya : “ Tidak halal
sedekah bagi orang kaya kecuali lima jenis orang kaya berikut ini, yaitu
pejuang (mujahid) fi sabilillah, orang yang berutang, orang yang membeli
sedekah tersebut (dari fakir miskin) dengan hartanya, orang kaya yang
memiliki tetangga miskin lalu ia bersedekah kepada tetangganya yang miskin
itu lalu si miskin menghadiahkanyya kembali kepada si kaya, amil sedekah
(zakat).” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
Bagi orang yang kuat dan mampu bekerja, mengeluarkan zakat adalah
sesuatu yang dianggap mampu untuk dilakukan. Sehingga, golongan ini tidak
boleh mengharapkan dan menunggu atas zakat dan sedekah. Jika orang tersebut
kuat namun tidak bisa bekerja, maka dia dapat diberikan zakat secukupnya.
Dalam hadits dikatakan:
”Tidak ada bagian dalam zakat buat orang kaya yang mampu bekerja”.
(HR. an-Nasa’i dan Abu Dawud)
3. Orang yang tidak beragama dan orang kafir yang memerangi Islam
18
Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim”
“Dan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Apabila kerabat itu orang yang tidak
engkau tanggung, maka berikanlah mereka itu sebagian dari zakat hartamu,
tetapi jika engkau tanggung mereka, maka janganlah beri mereka itu, dan
janganlah engkau berikan harta zakat itu kepada orang yang menjadi
tanggunganmu.” (HR. Atsram Dalam sunnahnya)
Pelarangan pemberian zakat kepada ahlul bait ini didasarkan pada dalil-
dalil al-Qur’an dan hadits berikut ini:
OO ٓۗ ُ ﱠ ﻠﻮا ﱣO اﻟﺬ ْﻳ َﻦ ›ا َﻣ ُﻨ ْﻮا َو َﻋﻤ4 اﻟﻠ ُﻪ ﻋ َ“ َﺎد ُە
d ُ ْ َُ ﱢ4 َ ٰ
ْﻢ£ﻠN¤ اﻟﺼ ِﻠ ٰﺤ ِﺖ ﻗ ْﻞ ¦ ا ْﺳ ِ ِ ِ ذ ِﻟﻚ اﻟ ِﺬي ﻳ¡ﺸﺮ
َd ﱠF ٗ ْ ًَ ﱠ ْ َْ ۗ ُK َ ﱠK ﱠ َ
ﺰد ﻟﻪ ِﻓ ْﻴ َﻬﺎ ُﺣ ْﺴﻨﺎ ِۗان اﻟﻠﻪB ﺮف َﺣ َﺴﻨﺔ ﻧB اﻟ َﻤ َﻮدة ِﻓﻰ اﻟﻘ ْﺮ ٰﺑﻰ َو َﻣ ْﻦ ﱠ˜ﻘﺘnﺮا ِاF ِﻪ ا ْﺟ0ْ ﻋﻠ
O َ َُ
ﻏﻔ ْﻮ ٌر ﺷﻜ ْﻮ ٌر
19
“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-
hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: “Aku
tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang
dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami
tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. As-Syura’ ayat 23)
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Mustahiq berasal dari bahasa arab, maf’ul dari kata istahaqqo –
yastahiqqu yang berarti berhak mendapat.18 Adapun pengertian mustahiq zakat
ialah orangorang yang berhak menerima zakat.
Ashnaf yang boleh menerima zakat ada 8 golongan, yaitu orang faqir, orang
miskin, amil zakat, mualaf, riqab (budak mukatab), gharim (orang yang memiliki
hutang), ibnu sabil (musafir), fii sabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah).
Ashnaf yang tidak boleh diberi zakat ada 5 golongan, yaitu orang kaya,
budak bukan mukatab, bani hasyim dan bani muthalib, budak yang dimerdekakan
oleh bani hasyim dan bani muthalib, orang yang wajib dinafkahi oleh orang yang
mengeluarkan zakat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bakir, Seputar Fi Sabilillah dan Seputar Ibnu Sabil : Seri Hukum Zakat,
Hikam Pustaka, 2021
Asnaini, Zakat dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008,
hlm.
Syahril Jamil, Prioritas Mustahiq Zakat Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash
Shiddieqy, Jurnal Istinbath No. 16, Juni 2015
Yusuf Qardhawi, Fiqih Zakat, Edisi Indonesia Hukum Zakat, diterjemahkan oleh
Salman Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, Jakarta : PT. Pustaka
Litera Antar Nusa dan Badan Amil Zakat dan Infak/Shodakoh DKI Jakarta,
2002
22