Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRAKTIKUM IBADAH
“ ZAKAT ”
Dosen Pengajar : Sarli Amri, TP,S.Pd,MA

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Maha Rizki Amelia Yunita (2017122350037)
2. Hesti Haryanti (2017122350047)
3. Puji Indriyani (2017122350074)
4. Devi Riyanti (2017122350033)

Fakultas Ekonomi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah mata kuliah aqidah dan akhlak
dengan judul "Zakat " tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. 

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.                                                                

Tangerang, 21 Juli 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………… …… … …………….…...……...……….……........ 1

Daftar Isi………….………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………..…...……….….…………...... 3

1.2 Rumusan Masalah………………………… …… …… ….…….……...………….…... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan …………………………………….......……...……….. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zakat ………… ……..…………..………… … ………….……….. 5


2.2 Dasar Hukum Zakat ……… …… .…………… ……… … ……… ……………... 5
2.3 Macam-Macam Zakat. ……… …...….…………………………………………….. . 7
2.4 Pihak yang Wajib Menerima Zakat ….……………………………………………... 14

BAB III PENUTUP

3 .1 Kesimpulan………………………......… ………….……………………………….… 17

3.2 Saran …………………………… … …………………………………….……... 18

3.3 Daftar Pustaka…………………… … … …… …… ……………………….....……… 19


BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Zakat merupakan salah satu
rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu
hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur
secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan.

            " Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhon dan haji." (QS:
Bukhori, Muslim). [1]

Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Islam.
Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang enggan berzakat diperangi
sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan kewajiban mendirikan
sholat.
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. Al- Baqarah : 277).

Kewajiban zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang menonjol dan
perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena begitu banyak manfaat zakat dan
betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni
mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur.
Karena itu kita harus mengetahui definisi dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab-
nishab zakat, tata cara pelaksanan zakat dan berbagai macam zakat.

Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan
kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan
shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta
penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki
potensi dana yang sangat besar. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk
menyusun makalah zakat yang ringkas dan praktis agar dapat dengan mudah dimengerti oleh
pembaca.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Jelaskan yang dimaksud dengan zakat ?

2.      Apa saja dasar hukum zakat ?

3.      Sebutkan dan jelaskan macam-macam zakat ?

4.      Siapa yang wajib menerima zakat ?

C.    TUJUAN PEMBAHASAN

1.      Untuk mengetahui pengertian zakat.

2.      Untuk mengetahui dasar hukum zakat.

3.      Untuk mengetahui macam-macam zakat.

4.      Umtuk mengetahui siapa yang wajib menerima zakat


BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ZAKAT

Zakat secara bahasa mengandung arti berkembang, bertambahnya barokah dan pembersih.


Sedangkan secara istilah adalah nama sebuah harta tertentu yang dikeluarkan untuk menyucikan
harta atau jiwa, dengan prakterk-praktek tertentu dan diberikan terhadap golongan tertentu pula
(delapan golongan). Dan menurut istilah syara’ zakat ialah mengeluarkan sebagian dari harta
benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum islam.

B.     DASAR HUKUM ZAKAT

Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi tiap-tiap muslim yang mempunyai harta benda
menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum islam. Orang yang mengingkari wajibnya
zakat dihukum kafir. Berikut Ayat-ayat Al-Qur’an yang mewajibkan zakat :

1.      QS. Al-Baqarah: 43

Yang berbunyi :

ْ ‫صلوةواتواال ّزكوةواركعوامع الر‬


َ‫ّكعين‬ ّ ‫واقيمواال‬

Artinya : “Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang yang
rukuk”.
2.      QS. Al-Bayyinah: 5

Yang berbunyi :

‫صلوةويؤتواال ّزكوةوذلك دين القيّم ِْة‬


ّ ‫وماامرااالّليعبدواهللا مخلصين له ال ّدينَ حنفاءويقيمواال‬

Artinya : “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”.

3.      QS. At-Taubah: 5

Yang berbunyi :

َ ْ‫صرُوْ هُ ْم َوا ْق ُع ُدوْ الَهُ ْم ُك َّل َمر‬


‫ فَا ِ ْن تَا‬ * ‫ص ٍد‬ ُ ْ‫ْث َو َج ْدتُّ ُموْ هُ ْم َو ُخ ُذوْ هُ ْم َواح‬
ُ ‫واال ُم ْش ِر ِك ْينَ َحي‬ ْ ُ‫فَا ِ َذاا ْن َسلَ َخ ااْل َ ْشهُر ُْال ُح ُر ُم فَا ْقتُل‬

ِ ‫صلَوةَ َواَتُواال َّز َكوةَفَ َخلُّوْ ا َسبِ ْيلَهُ ْم * اِ َّن اهللا َغفُوْ ُرر‬
‫َّح ْي ْ ٌم‬ َّ ‫اواَقَا ُمواال‬ َ ْ‫بُو‬

Artinya : “ Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah  orang-orang musyrik di
mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian.
Jika mereka bertobat dan melaksanakan sholat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan
kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

4.      QS. At-Taubah: 11

Yang berbunyi :

َ‫ت لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ْن‬


ِ َ‫ص ُل ااْل َي‬
ِّ َ‫صلَوة ََواَتُواال َّز َكوةَ فَا ِ ْخ َوانُ ُك ْم فِى ال ِّد ْي ِن * َونُف‬
َّ ‫فَا ِ ْن تَابُوْ ا َواَقَا ُمواال‬

Artinya : “Dan jika mereka bertobat, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, maka (berarti
mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui”.
C.    MACAM-MACAM ZAKAT

Di bedakan menjadi dua bagian.

a.       Zakat badan atau disebut dengan zakat fitrah

Zakat fitrah di syari’atkan pada bulan sya’ban tahun ke 2 hijriyah. Menurut Imam Waki’
zakat fitrah memiliki kesamaan fungsi dengan sujud sahwi, yakni sama-sama sebagai
penyempurna ibadah. Sujud sahwi sebagai pengganti kekurangan yang terjadi dalam shalat,
sedangkan zakt fitrah sebagai penyempurna kekurangan yang terjadi dalam berpuasa. Zakat
fitrah hukumnya wajib bagi setiap muslim. Berikut dalil yang menerangkan kewajiban zakat
fitrah yaitu sebagai berikut :

َ َ‫) َو َذ َك َرا ْس َم َربِّ ِه ف‬14( ‫قَ ْدأَ ْفلَ َح َم ْن تَ َز َّكى‬


)15( ‫صلَّى‬

Artinya : “Sungguh berbahagialah orang yang mengeluarkan zakat (fitrahnya), menyebu nama
Tuhannya (mengucapkan takbir) lalu ia mengerjakan sholat (idul fitri)”.(Q.S Al-A’la ayat 14-
15).

Syarat wajib zakat fitrah :

1.      Islam

2.      Merdeka

3.   Menemukan bagian akhir bula ramadhan dan bagian awal bulan Syawal. Dari ketentuan
tersebut dapat disimpulkan:

a.   Setiap anak yang terlahir setelah terbenamnya matahari malam idul fitri, atau orang-
orang yang meninggal sebelum terbenamnya matahari, tidak wajib mengeluarkan
zakat fitrah.

b.  Setiap anak yang terlahir sebelum terbenamnya matahari atau orang-orang yang
meninggal setelah terbenamnya matahari wajib mengeluarkan zakat fitrahnya.
4.      Mempunyai kelebihan harta

Yakni memiliki biaya hidup baik dirinya maupun orang-orang yang wajib dinafkahinya pada
siang dan malam hari sebelum idul fitri. Apabila tidak demikian tidak wajib mengeluarkan zakat
fitrah.

D. KADAR ZAKAT FITRAH

Kadar zakat fitrah yang harus dikeluarkan untuk masing-masing adalah satusho’ makanan pokok
daerah tersebut. Satu sho’ menurut pendapat yang shahih dari madzhab Syafi’i adalah ditentukan
dengan takaran (kail). Takaran yang memuat satu sho adalah kubus yang tiap sisinya 14,65cm
atau setara dengan gandum 1,862,18 kg beras 2,719,19 kg.

Metode pembagian zakat

Hadirnya harta zakawi : Yakni hadirnya harta zakawi di daerah dimana harta tersebut wajib
dibagikan disana.

Mampu menarik piutang : Apabila harta zakawi berupa piutang maka harus mampu untuk
menariknya.

Hadirnya penerima zakat : Telah menyelesaikan urusan pribadi yang dianggap penting

Harta zakawi sudah siap untuk dibagikan : Yakni telah dibersihkan dari jerami, kulit, atau telah
dikeringkan.

Ada empat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang imam ketika membagikan harta
zakawi, baik berupa zakat mal maupun zakat fitrah:

1.      Pemerataan zakat kepada delapan golongan

2.      Membagi sama rata antar golongan

3.      Pemerataan zakat kepada setiap individu dalam satu golongan

4.      Membagi sama rata setiap individu


E. SYARAT PEMBAGIAN ZAKAT

 Syarat wajib zakat binantang ternak apabila memnuhi enam syarat yaitu:

1.      Islam

Artinya, pemilik binatang ternak tersebut harus berstatus islam. Apabila ia beragama kafir asli
maka tidak wajib mengeluarkan zakat.

2.      Merdeka

Pemiliknya bukan merupakan hamba sahaya.

3.      Hak milik sempurna

Artinya memiliki suatu barang dan dikuasai penuh untuk sitasaruf kannya.

4.      Telah mencapa satu nishob

Artinya batas minimal wajib mengeluarkan zakat.

5.      Telah genap satu tahun

Durasi satu tahun dihitung dengan menggunakan hitungan tahun hijriyahbukan masehi.

6.      Digembalakan

Setiap binatang ternak yang wajib di zakati, disyaratkan harus digembalakan oleh pemilik atau
wakilnya di tempat penggembalaan umum atau milik perorangan namun dengan biaya yang
relatif murah.

Nishob Zakat Ternak

a.       Nishob unta

Batas minimal wajib mengeluarkan zakat untuk unta adalah lima ekor, sehingga dapat dipahami
setiap kepemilikan unta yang jumlahnya kurang dari nominal di atas tidak wajib zakat.
b.      Nishob sapi

Untuk jenis sapi minimal 30 ekor. Jadi, setiap kepemilikan sapi yang jumlahnya kurang dari
nominal di atas tidak wajib di zakati.

c.       Nishob kambing

Untuk jenis kambing adalah 40 ekor. Jadi, setiap kepemilikan  yang jumlahnya kurang dari
nominal di atas tidak wajib di zakati.

2.      Perhiasan (emas dan perak )

Syarat wajib zakat emas dan perak ada lima yaitu :

1.      Islam

2.      Merdeka

3.      Milik sempurna

4.      Mencapai sati nishob

5.      Telah genap satu tahun

Macam-macam emas dan perak

Emas dan perak dipetakan menjadi dua bagian, ada yang difungsikan untuk perhiasan dan ada
yang difungsikan untuk disimpan. Emas dan perak yang wajib di zakati adalah yang difungsikan
untuk disimpan. Sebab emas dan perak model ini tidak mengandung unsur untuk dikembangkan
sama sekali, sama halnya dengan binatang ternak yang difungsikan sebagai pekerja. Emas dan
perak ini akan tetap wajib di zakati apabila :

a.       Perhiasan tersebut diniati untuk tidak dipakai (disimpan)

b.      Perhiasan tersebut tidak dibenarkan atau makruh penggunaannya

c.       Terlalu berlebihan
Nishob Emas Perak

a.       Nishob emas

Batas minimal yang wajib dizakati untuk emas adalah 20 mitsqol/77,58 gram. Kurang dari itu
tidak dikenakan wajib zakat.

b.      Nishob perak

Untuk perak batas minimal tang wajib di zalati adalah 200 dirham/543,06 gram. Kurang dari itu
tidak terkena wajib zakat.

Nishob Makanan Pokok

a.       Zakat tanaman

Tanaman pokok ketika dalam kondisi normal saja yang wajib di zakati. Kewajiban ini didasarkan
pada sebuah kenyataan bahwa makanan pokok adalah sebuah kebutuhan primer yang
kehadirannya dibutuhkan oleh siapapun, tak terkecuali orang-orang yang dalam kondisi susah.
Syarat wajib zakat tanaman:

1.      Pemiliknya islam

2.      Pemiliknya merdeka

3.      Milik sempurna

4.      Ditanam oleh seseorang

Maksudnya tanaman-tanaman yang hanya bisa hidup dengan ditanam oleh seseorang, bukan
tanaman liar.

5.      Berupa makanan pokok dan tahan lama

Maksudnya makanan pokok adalah yang memperkuat tubuh ketika di konsumsi, karena memiliki
kandungan gizi yang cukup untuk tubuh. Sedangkan maksudnya tahan lama yaitu tidak mudah
rusak atau busuk ketika disimpan sebagai bahan persediaan.
6.      Mencapai satu nishob

Nishob zakat tanaman adalah 5 wasaq. Kurang dari 5 wasaq tidak wajib berzakat. Sedangkan
kadar yng harus dikeluarkan adalah :

-          Apabila menggunakan biaya pengairan, maka kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah
1/20 atau 5%.

-          Apabila tanpa biaya pengairan, kadar yang harus dikeluarkan sebesar 1/10 atau 10%.

Zakat Buah-Buahan

Yang wajib di zakati hanya tertentu pada dua hal yaitu anggur dan kurma kering, karena
kenyataannya hanya keduanyalah yang memenuhi kriteria sebagai makanan yang dapat di
konsumsi sebagai makanan pokok. Syarat wajib buah-buahan (kurma dan anggur) :

a.       Pemiliknya beragama islam

b.      Pemiliknya merdeka

c.       Milik sempurna

d.      Mencapai satu nishob , yaitu :

1)      Tidak disyaratkan harus genap satu tahun.

2)      Untuk ukuran nishob dan kadar yang harus dikeluarkan dalam zakat buah-buahan
sama persis dengan zakat tanaman (biji-bijian)

3)      Biaya pengeringan kurma atau anggur, membersihkan jerami dan kulit biji-bijian
atau biaya yang lain menjadi tanggungan pemilik.

4)      Hasil panen yang belum mencapai satu nishob harus digabung dengan hasil panen
berikutnya yang masih dalam lingkup satu tahun.

e.       Buah-buahan (kurma dan anggur)


Zakat Harta Niaga

Dagang adalah mengelola suatu harta yang dihasilkan dari suatu pertukaran dengan tujuan
mendapatkan laba dan disertai adanya niatan untuk berdagang. Harta benda apapun yang akan
menjadi harta niaga apabila memnuhi syarat :

1.      Adanya pertukaran

2.      Ada niatan untuk berdagang

Harta yang dikelola tanpa ada pertukaran atau ada pertukaran namun tidak ada niatan dagang,
maka tidak wajib berzakat.

A)      Syarat wajib zakat perdagangan

a.       Dimiliki melalui proses akad yang didalamnya mengandung ‘iwad (pertukaran)

b.      Ada niatan berdagang ketika bertransaksi

Harta benda yang diperoleh melalui proses pertukaran memiliki dua kemungkinan :
Pertama, karena akan dikelola agar memperoleh laba. Kedua, karena alasan yang lain.

c.       Tidak ada niatan qinyah (niatan untuk disimpan sebagai pemenuhan kebutuhan


pribadi

d.      Genap satu tahun (haul)

e.       Harta niaga tidak diwujudkan emas dan perak

Artinya ditengah tahun harta niaga tidak diwujudkan menjadinaqd yang dipakai sebagai
pemhkurs harta niaga tersebut, sedangkan jumlahnya kueang dari satu nishob.

f.       Mencapai satu nishob

Nishob harta niaga sama persis dengan nishob emas dan perak.
B)      Jenis harta niaga

Apabila komoditas perdagangan berupa harta bend yang secaradzatiah wajib dizakati, maka
metode zakatnya adalah :

a.       Apabila ditinjau dari sgi dzatiah dan harta dagangan sama-sama mencapai satu nishob dan
memiliki satu kali haul, maka yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah zakat dzatiah (ain), bukan
zakat perdagangan.

b.      Apabila ditinjau dari segi dzatiah kurang satu nishob, namun mencapai satu nishob apabila
ditinjau dari segi harta dagangan, maka wajib mengeluarkan zakat dagangan.

c.       Apabila haul zakat perdagangan mendahului haul zakat aun, maka yang dikeluarkan adalah
zakat perdagangan. 

 YANG WAJIB MENERIMA ZAKAT

Kriteria delapan golongan yang wajib menerima zakat adalah :

A. Faqir

Orang yang termasuk kategori faqir adalah :

a)      Seseorang yang tidak memiliki harta atau pekerjaan sama sekali.

b)      Seseorang yang hanya memiliki harta dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya
seumur hidup.

c)      Seseorang yang hanya memiliki pekerjaan, namun tidak mencukupi kebutuhannya.

d)     Seseorang yang memiliki harta plus penghasilan, namun keduanya tidak mencukupi
kebutuhannya.
B. Miskin

Maksudnya adalah orang-orang yang memiliki harta atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya namun tidak mencukupi. Atau
dengan kata lain orang-orang yang pemasukannya ridak sebanding dengan pengeluarannya.

C. Amil

Adalah orang-orang yang mendapatkan mandat dari imam atau wakilnya untuk mengurus urusan
zakat. Yang termasuk dalam amil adalah : penarik, pencatat, dan pembagi zakat. Ia berhak
mendapatkan bagian zakat sebesar upah standar. Seorang amil harus memenuhi beberapa syarat
yaitu: islam, meguasai konsep-konsep zakat, merdeka, dapat dipercaya.

D. Muallaf

Yang termasuk dalam kategori muallaf yakni:

a)      Orang yang baru memluk agama islam namun imannya masih lemah.

b)      Orang yang baru memeluk agama islam jiga memiliki niat yang kuat. Namun ia termasuk
orang-orang yang mempunyai pengaruh.

c)      Orang yang baru memluk islam dan keberadaannya dapat meredam tindakan anarkis orang-
orang kafir disekelilingnya.

d)     Orang yang baru memluk islam dan keberadaannya dapat meredam tindakan anarkis orang-
orang yang enggan membayar zakat.

E. Budak (hamba sahaya)

Yakni hamba sahaya yang tidak memiliki cukup dana untuk membayar cicilan kepada tuannya.
Harta zakat ini dipergunakan untuk melunasi cicilannya sehingga bisa merdeka.
F. Gharim

Macam gharim ada 3 :

a)      Orang yang berhutang untuk mendamaikan dua kubu yang bertikai

b)      Orang yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya yang bersifat
tidak bertentangan denga syara’

c)      Orang yang berhutang karena menanggung hutang orang lain.

G. Orang yang berjuang dijalan Allah

Yakni para pejuang islam yang tidak masuk daftar prajurit resmi negara. Apabila terdaftar resmi,
tidak wajib menerima zakat.

H. Musafir

Yang berhak menerima zakat adalah orang-orang yang dalam bepergian dan singgah di daerah
pembagian zakat atau yang memulai perjalanannya dari daerah tersebut.  Syarat musafir yang
berhak menerima zakat :[9]

a)      Membutuhkan biaya untuk melaksankan atau meneruskan perjalanan (kehabisan bekal)

b)      Perjalanan yang dilakukan bukan perjalan yang maksiat.

 YANG TIDAK BOLEH MENERIMA ZAKAT

1.      Orang kaya

2.      Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya istri dan anak.  

3.      Bani hasyim

4.      Bani muthalib

5.      Orang kafir.[10]
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan terpuji. Zakat menurut
istilah agama islam artinyasejumlah / kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya, dengan beberapa syarat. Hukumnya zakat adalah salah satu rukun Islam yang
lima, yaitu wajib atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya.

Diantara tujuan zakat dalam Islam adalah (1) mengangkat derajat fakir miskin dan
membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan, (2) membantu pemecahan
permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil dan mustahiq lainnya, (3)
membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-orang miskin, (4) membentangkan dan
membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya, (5) sarana
pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin, amil, muallaf,
hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan yang tidak berhak
menerima zakat yaitu orang kafir, orang atheis, keluarga Bani Hasyim dan Bani Muttalib, dan
ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi tanggungan orang yang berzakat.

Sehubungan dengan harta manusia terbagi pada tiga tingkatan, yaitu sanggup
mengorbankan hartanya untuk keperluan dirinya sendiri, untuk menolong orang yang susah,
membantu kemaslahatan dan kemajuan agama, kemakmuran bangsa dan tanah air. Tidak
sanggup membelanjakan hartanya kecuali untuk kesenangan dan kemegahan hawa nafsunya
sendiri. Tingkatan ini tidak jauh bedanya dengan hewan liar. Orang yang telah diberi rezeki oleh
Allah, mendapat harta banyak, sedangkan dia tidak mengambil manfaatnya, baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain, hanya dikumpulkan dan dijaganya supaya jangan keluar dari
tangannya. Dia semata-mata suka dan kasih pada zat harta, bukan pada manfaatnya.
B. SARAN

            Kepada rekan dan rekanita diharapkan dapat memahami makalah ini secara kritis dan
menggunakannya sesuai dengan tuntutan ke-kini-an dan ke-disini-an zaman yang semakin
modern untuk kemudian menjadi acuan dalam menghadapi problemakeagamaan.
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, A. Zainuddin, Fiqih Ibadah, Lembaga Ta’lif Wannasyr, Kediri, 2008

Rifa’i, Moh, Fiqih Islam, PT Karya Toha Putra, Semarang, 2012

Sabiq, Syaikh as-Sayyid, Panduan Zakat, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, 2005

[1] A. Zainuddin Djazuli. Fiqh ibadah. Lembaga Ta’lif Wannasyr. hlm 215

[2] Moh. Rifa’i. Fiqih Islam. PT Karya Toha Putra. hlm: 346

[3] Ibid. Hlm:347

[4] A. Zainuddin Djazuli. Fiqh ibadah. Lembaga Ta’lif Wannasyr. hlm 217

[5] Ibid. A. Zainuddin Djazuli. hlm 226

[6] Ibid. A. Zainuddin Djazuli. hlm 231

[7] Moh. Rifa’i. Fiqih Islam.PT Toha Putra. hlm: 353

[8] Syaikh as-Sayyid Sabiq. Panduan Zakat. Pustaka Ibnu Katsir. hlm: 45

[9] Ibid. Syaikh as-Sayyid Sabiq. hlm: 159

[10] A. Zainuddin Djazuli. Fiqh ibadah. Lembaga Ta’lif Wannasyr hlm 248

Anda mungkin juga menyukai