Mashudi Yusuf
STAI Badrus Sholeh Kediri
Abdul Rofiq
Sekolah Tinggi Ekonomi Syari’ah Al Falah Gresik
Abstrak
Riba dan bunga banga bank selalu menjadi perbincangan sangat menarik,
pasalnya dengan konsep dan riba tersebut telah menyulut perdebatan
dikalangan ahli hukum dan ekonomi Isam. Maka dari itu penelitian ini
ingin mengetahui konsep riba dan bunga bank menggunakan prespektif
Al-Qur’an, serta aplikasinya dalam bank syariah. Menggunkan metode
derskriptif (library research) menggunakan data kepustakaan. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa konsep riba dan bunga bank di dalam Al-
Qur’an adalah haram, sedangkan aplikasi pada bank syariah tidak
menggunakan bunga bank, dalam syariah lebih mengedepankan konsep
mudharabah dan wadi’ah.
R
iba dan Bunga menjadi haram. Sebagian lagi ada yang mengatakan
pembicaraan yang sangat bahwa riba dan bunga berbeda, sehingga
menarik khususnya dikalangan riba tetap haram dan bunga tidak haram,
para ahli hukum dan ekonomi artinya bahwa bunga boleh digunakan
Islam, sehingga sempat menjadi polemik dalam kegiatan perbankan.
dikalangan mereka yakni sebagian meraka Riba diharamkan oleh semua agama
ada yang mengatakan bahwa riba dan samawi karena bahayanya sangat besar.
bunga adalah sama saja oleh karena itu Riba dapat menimbulkan permusuhan
42
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
antar pribadi dan menghilangkan semangat yang lebih banyak jumlahnya (arba) dari
saling tolong menolong sesama manusia. golongan yang lain”. Senada dengan al-Razi,
Juga menumbuhkan mental pemboros dan al-Shabuni berpendapat bahwa riba adalah
pemalas yang tidak mau bekerja. Namun tambahan secara mutlak.3 Demikian pula
pengharaman itu bagi agama lain selain al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat-nya
Islam mulai ada penafsiran baru yang akhir menjelaskan bahwa riba secara bahasa
membolehkan praktek riba. Semua bermakna ziyadah (tambahan).4
dilakukan karena nafsu serakah manusia. Menurut Quraish Shihab, kata riba
Oleh karena itu penulis akan memaparkan dari segi bahasa berarti “kelebihan”. Kalau
konsep riba dan bunga dalam Al-Qur’an kita hanya berhenti pada makna
yang menjadi instrumen dalam perbankan, kebahasaan ini, maka logika yang
sehingga nanti akan menjadi jelas dari sisi dikemukakan para penentang riba pada
konsep dan kedudukan hukumnya. masa Nabi dapat dibenarkan. Ketika itu
mereka berkata (sebagaimana diungkapkan
Pengertian Riba
al-Qur’an bahwa “jual beli sama saja dengan
Kata riba berasal dari bahasa Arab,
riba” (QS. al-Baqarah [2]: 275), Allah
secara etimologis berarti tambahan
menjawab mereka dengan tegas bahwa
(azziyadah), berkembang (an-numuw),
“Allah menghalalkan jual beli dan
membesar (al-‘uluw) dan meningkat (al-
mengharamkan riba”. Penegasan ini
irtifa’).1 Hal tersebut senada dengan al-Razi,
dikemukakan-Nya tanpa menyebut alasan
dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib yang
secara eksplisit, namun dapat dipastikan
menyatakan riba berarti tambahan. Hal ini
bahwa tentu ada alasan atau hikmah
didukung dengan sebuah ungkapan raba al-
sehingga riba diharamkan dan jual beli
syay’ yarbu; arba al-rajul idza ‘amala fi al-
dihalalkan.5
riba. Disamping itu juga dikuatkan oleh QS.
Sehubungan dengan arti riba dari
Al-Hajj [22]:5.2
segi bahasa tersebut, ada ungkapan orang
Arti kata riba dalam ayat ini adalah
Arab kuno menyatakan sebagai berikut;
bertambahnya kesuburan atas tanah.
arba fulan ‘ala fulan idza azada ‘alaihi
Sejalan dengan ini bisa dilihat QS. al-Nahl
(seorang melakukan riba terhadap orang
[16]:92: “disebabkan adanya satu golongan
3Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i, al-Bayan Tafsir
Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 1, Beirut: Dar al-
1Abu Sura'i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, Fikr, t.tt., hlm. 383
alih bahasa M. Thalib, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), 4 Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat,
Mafatih al-Ghaib, jilid 7-8, Beirut: Dar al-Kutub al- Maudhu’i atas berbagai Persoalan Umat, Bandung:
‘Ilmiyyah, t.tt., hlm. 75 Penerbit Mizan, 1998, hlm. 413
43
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
lain jika di dalamnya terdapat unsur Jika tambahan atau kelebihan itu
tambahan atau disebut liyarbu ma diberikan sipeminjam secara suka rela
a’thaythum min syai’in lita’khuzu aktsara tanpa ada kesepakatan sebelumnya. Ini
minhu (mengambil dari sesuatu yang kamu tidak dikatakan riba karena itu hanya
berikan dengan cara berlebih dari apa yang sebagai ungkapan rasa terima kasih dan
diberikan).6 kebijaksanaan saja dari si peminjam dan
Menurut Wasilul Chair mengutip hal ini boleh-boleh saja. Hal seperti inilah
Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para yang sering dipraktekkan Nabi SAW,
ulama’ sependapat bahwa tambahan atas seperti yang beliau sabdakan: “orang yang
sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu terbaik diantara kamu adalah orang yang
dibayar dalam tenggang waktu tertentu terbaik dalam pembayaran utangnya.”
‘iwadh (imbalan) adalah riba. Yang Asbab al-Nuzul Turunnya Ayat-Ayat
dimaksud dengan tambahan adalah Riba
tambahan kuantitas dalam penjualan asset Adalah suatu keharusan untuk
yang tidak boleh dilakukan dengan mengetahui latar belakang (asbab al-nuzul)
perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu larangan ayat riba agar bisa memahami
penjualan barang-barang riba fadhal: emas, pembahasan riba secara mendasar. Tanpa
perak, gandum, serta segala macam mengetahui sebab yang
komoditi yang disetarakan dengan melatarbelakanginya, akan menjadikan
komoditi tersebut.7 pemahaman yang kurang lengkap terhadap
Dan banyak lagi defenisi yang masalah riba. Secara historis ada beberapa
dikemukan oleh ulama-ulama terkemuka versi (riwayat) yang menjadi latar belakang
lainnya. Namun dapat ditarik suatu turunnya ayat larangan riba, khususnya QS.
kesimpulan bahwa riba itu adalah al-Baqarah [2]: 275-279
ۡ ۗ ۡ ِ ۡ ۡ ِﱠ ِ ۚ
kelebihan yang didapat baik dalam jual beli َﺣ ﱠﻞ ٱ ﱠُ ٱﻟﺒَـ ۡﻴ َﻊ َ َ َّ ُ ﻚ ِ َۚ ﱠُﻢ ﻗَﺎﻟُٓﻮاْ إﳕَﺎ ٱﻟﺒَـﻴ ُﻊ ﻣ
أ
و ا
ْ ﻮ
ٰ ـ ﺑِ
ٱﻟﺮ ﻞ ﺜ ۡ
َ ◌ َٰذﻟ
yang diberikan oleh peminjam atas modal
ٱﻟﺮﺑـَ ٰﻮاْ ﻓَ َﻤﻦ َﺟﺎٓءَﻩُۥ َﻣ ۡﻮ ِﻋﻈَﺔٌ ِّﻣﻦ ﱠرﺑِِّﻪۦ ﻓَﭑﻧﺘَـ َﻬ ٰﻰ ﻓَـﻠَﻪُۥ َﻣﺎ ِّ َو َﺣﱠﺮَم
ﺐ ٱﻟﻨﱠﺎ ِۖر ُﻫ ۡﻢ ۡ ٓ ۡ ِۖ ۡ
َ ِﻒ َوأَﻣ ُﺮٓﻩُۥ إِ َﱃ ٱ ﱠ َوَﻣﻦ َﻋ َﺎد ﻓَﺄ ُْوٰﻟَﺌ
yang dipinjam baik berupa uang atau
ُ ﻚ أَﺻ َٰﺤ َ ََﺳﻠ
ِۗ َﺼ َﺪ ٰﻗ ِّ ُ َ ۡﳝ َﺤ ُﻖ ٱ ﱠ٢٧٥ ﻓِ َﻴﻬﺎ َٰﺧﻠِ ُﺪو َن
barang yang diisyaratkan sebelumnya
karena adanya perpanjangan waktu.
ﺖ َوٱ ُﱠ ٱﻟﺮﺑـَ ٰﻮاْ َوﻳـُ ۡﺮِﰊ ٱﻟ ﱠ
ْﻳﻦ ءَ َاﻣﻨُﻮاْ َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا ِِ ﱠ ٍِ ٍ َﻻ ُِﳛ ﱡ
َ إ ﱠن ٱﻟﺬ٢٧٦ ﺐ ُﻛ ﱠﻞ َﻛﻔﱠﺎر أَﺛﻴﻢ
ۡ ۡ ۡ ِ ﺼﻠِ ٰﺤ
َ ﺼﻠَ ٰﻮَة َوءَاﺗَـ ُﻮاْ ٱﻟﱠﺰَﻛ ٰﻮَة َﳍُﻢ أَﺟ ُﺮُﻫﻢ ِﻋ
ﻨﺪ ﺖ َوأَﻗَ ُﺎﻣﻮاْ ٱﻟ ﱠ َ ٱﻟ ٰﱠ
ِﱠ ۡ ۡ ِۡۡ ۡ ۡ
6Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, Sebuah
َ ََٰٓﻳـﱡ َﻬﺎ ٱﻟﺬ٢٧٧ ف َﻋﻠَﻴﻬﻢ َوَﻻ ُﻫﻢ َﳛَﺰﻧُﻮ َن
ﻳﻦ ٌ َرِِّﻢ َوَﻻ َﺧﻮ
Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, cet. I,
ِِ ۡ ِّ ء َاﻣﻨُﻮاْ ٱﺗـﱠ ُﻘﻮاْ ٱ ﱠَ َو َذ ُرواْ َﻣﺎ ﺑَِﻘﻲ ِﻣ َﻦ
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 37.
7Wasilul Chair, Riba Dalam Perspektif Islam Dan
ﲔَ ٱﻟﺮﺑـَٰٓﻮاْ إِن ُﻛﻨﺘُﻢ ﱡﻣﺆﻣﻨ َ َ
Sejarah, Iqtishadia, Vol.1 No. 1 Juni 2014, h.102
44
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
ۡ
ٍ ﻓَِﺈن ۡﱠﱂ ﺗَـ ۡﻔﻌﻠُﻮاْ ﻓَﺄذَﻧُﻮاْ ِﲝَ ۡﺮ٢٧٨
ب ِّﻣ َﻦ ٱ ﱠِ َوَر ُﺳﻮﻟِِﻪۦۖ َوإِن banu Mughirah. Apabila tiba waktu
َ
ۡ ِۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
٢٧٩ وس أَﻣ َٰﻮﻟِ ُﻜﻢ َﻻ ﺗَﻈﻠ ُﻤﻮ َن َوَﻻ ﺗُﻈﻠَ ُﻤﻮ َن ُ ُﺗـُﺒـﺘُﻢ ﻓَـﻠَ ُﻜﻢ ُرء
pembayaran datang utusan dari banu
Ali Imran [3]: 130-131. Tsaqif datang untuk menagih. Kalau tidak
Mathba’ah Muhammad Ali Shahib wa Awladih, 1374, 10 Ibid, juz IV, hlm. 123
hlm. 103 11 Ibid
45
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
Ayat yang melarang tentang riba boleh. Adh’afan Mudha’afa (berlipat ganda)
diturunkan secara bertahap agar kondisi di sini bukanlah menjadi syarat terjadinya
masyarakat yang sudah mengakar dan riba tapi berfungsi sebagai hal (keadaan)
terbiasa dengan praktek riba tidak terlalu yang menggambarkan kondisi masyarakat
kaget menerima larangan tersebut. Surat bangsa Arab ketika itu. Hal ini lazim
pertama yang datang adalah surat ar-Rum dilakukan oleh orang Arab. Karena ayat ini
ayat 39 yang berbunyi: diturunkan berhubungan dengan persoalan
ۖ ﱠﺎس ﻓﻼ ﻳـﺮﺑﻮا ِﻋﻨﺪ ۤ ۤ
ِﷲ َ ْ ۤ ُ ْ َ َ َ ِ ِﰱ أ َْﻣ ٰﻮِل اﻟﻨ َوَﻣﺎ ءَﺗَـْﻴـﺘُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ ِّرً ﻟَِّْﲑﺑـُ َﻮا masyarakat sehari-hari, maka
ِ ٍ وﻣ ۤﺎ ءﺗَـﻴـﺘﻢ ِﻣﻦ َزٰﻛ
َ ِﺗُِﺮﻳْ ُﺪو َن َو ْﺟ َﻪ ﷲ ﻓَﺄُوٰﻟﺌ
bahasanyapun digunakan bahasa yang
ﻚ ُﻫ ُﻢ ﻮة ْ ّ ُْْ َ ََ
(٣٩) ﻀﻌِ ُﻔ ْﻮ َن
biasa sesuai dengan keadaan ketika itu.
ْ اﻟْ ُﻤ Penarikan hukum dengan menggunakan
“Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia menambah pada harta mafhum mukhalafah (pemahaman terbalik
manusia, maka riba itu tidak menambah terhadap teks) tidak dapat digunakan
pada sisi Allah. Dan, apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk karena ayat di atas punya maksud lain.
mencapai keridhaan Allah, maka (yang Sedangkan syarat mafhum mukhalafah qaid
berbuat demikian) itulah orang-orangyang
melipat-gandakan (pahalanya).” tidak punya maksud lain. Ini hanya
Ayat ini hanya mengingatkan bahwa menunjukkan bahwa kejadian itu sering
riba tidak akan menambah kesejahteraan terjadi seperti halnya “khasy-yaatul Imlaaq”
sedikitpun terhadap seseorang atau negara (dalam hubungannya dengan larangan
manapun, malah akan menguranginya. takut miskin, maka membunuh anak dalam
Perintah yang kedua yang melarang surat Bani Israil ayat 31). Bukanlah berarti
kaum muslimin untuk mengambil riba kalau tidak takut miskin maka boleh
secara berlipat ganda jika ia ingin membunuh anak, akan tetapi maksudnya
kebahagiaan sejati, kedamaian dan ialah membunuh anak itu sering terjadi
kesuksesan hidup. Di dalam surat Ali Imran karena takut miskin12. Maka pemahaman
ayat 130 Allah SWT berfirman: ayat di atas jika berlipat ganda maka riba
perdagangan dan riba dan hampir tidak ada tanpa peduli dengan orang lain, ia
beda antara keduanya. Allah mengingatkan kehilangan perasaannya.
akibat dari perbuatan mereka dan supaya Ayat terakhir adalah larangan tegas
mereka menjauhi perbuatan mereka Allah SWT mempraktekkan riba karena
tersebut. riba melanggar hukum dalam masyarakat.
ِ اﻟﺮ َﻻﻳـ ُﻘﻮﻣﻮ َن إِﱠﻻ َﻛﻤﺎﻳـ ُﻘ ِ
ُﻮم اﻟﱠﺬي ﻳـَﺘَ َﺨﺒﱠﻄُﻪ ُ َ َِّ اﻟﱠﺬﻳْ َﻦ َْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن
Dalam surat al-Baqarah ayat 278-279 Allah
ُ ََ
ِّ ﻚ َِ ﱠُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا إِﱠﳕَﺎاﻟْﺒَـْﻴ ُﻊ ِﻣﺜْﻞ ِ ِ اﻟﺸﱠﻴﻄَﺎ ُن ِﻣﻦ اﻟْﻤ SWT berfirman:
َاﻟﺮ ُ َ ﺲ َذﻟ ّ َ َ ْ
َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ َآﻣﻨُﻮا اﺗـﱠ ُﻘﻮا ﷲَ َوذَ ُروا َﻣﺎﺑَِﻘ َﻲ َﻣ َﻦ
اﻟﺮَ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﺟﺎءَﻩُ َﻣ ْﻮ ِﻋﻈَﺔُ ِﻣ ْﻦ َرﺑِِّﻪ ِّ َﺣ ﱠﻞ ﷲُ اﻟْﺒَـْﻴ َﻊ َو َﺣﱠﺮَمَ َوأ ِِ
ﻚ ِ
َ ِﻒ َوأ َْﻣ ُﺮﻩُ إِ َﱃ ﷲ َوَﻣ ْﻦ َﻋ َﺎد ﻓَﺄُوﻟَﺌ
(٢٧٨) ﲔ َ ْ اﻟﺮَ إِ ْن ُﻛْﻨـﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺆﻣﻨِّ
َ َﺎﺳﻠَ ﻓَﺎﻧْـﺘَـ َﻬﻰ ﻓَـﻠَﻪُ َﻣ
ﻓَِﺈ ْن َﱂْ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُ ْﻮا ﻓَﺄْذَﻧُﻮا ِﲝَْﺮبٍ ِﻣ َﻦ ﷲِ َوَر ُﺳﻮﻟِِﻪ َوإِ ْن ﺗـُْﺒـﺘُ ْﻢ ﻓَـﻠَ ُﻜ ْﻢ
(٢٧٥) ﺎﺧﺎﻟِ ُﺪو َن ِ
َ ﺎب اﻟﻨﱠﺎ ِر ُﻫ ْﻢ ﻓْﻴـ َﻬ
ُ َﺻ َﺤ
ْأ
ِ َﺼ َﺪﻗ (٢٧٩) وس أ َْﻣ َﻮاﻟِ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَﻈْﻠِ ُﻤﻮ َن َوَﻻ ﺗُﻈْﻠَ ُﻤﻮ َن ُ َُرء
ﺐﺎت َوﷲُ َﻻ ُِﳛ ﱡ اﻟﺮَ َوﻳـُْﺮﺑِﯩﻲ اﻟ ﱠ
ِّ ُﳝَْ َﺤ َﻖ ﷲ
Hai orang-orang yang beriman,
(٢٧٦) ُﻛ ﱠﻞ َﻛﻔﱠﺎ ٍر أَﺛِْﻴ ٍﻢ bertaqwalah kepada Allah dan
Orang-orang yang makan riba tidak dapat tinggalkanlah sisa riba (yang belum
berdiri melainkan seperti berdirinya orang dipungut) jika kamu orang-orang beriman.
yang kemasukan syetan lantaran penyakit Maka jika kamu tidak mengerjakan
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah
adalah disebabkan mereka berpendapat bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
bahwajual beli sama dengan riba, padahal memerangimu. Dan, jika kamu bertobat
Allah telah menghalalkan jual beli dan (dari jalan pengambilan riba) maka bagimu
mengharamkan riba. Orang-orang yang pokok hartamu, kamu tidak menganiaya
telah sampai kepadanya larangan dari dan tidak pula dianiaya.
Tuhannya, lain terus berhenti (dari Ayat diturunkan pada tahun ke- 9
mengambil riba), maka baginya apa yan Hijriah. Para ulama menjelaskan ayat ini
telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan), dan urusannya (terserah) merupakan ayat sapu jagat untuk segala
kepada Allah. Orang yang mengulangi bentuk, kadar, ukuran dan jenis riba.
(mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal Larangan Riba dalam Hadits
di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan diantaranya :
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﱠﱯ ِ ِ
ِّ َﻋﻦ اﻟﻨ،ُﯩﻲ ا ﱠُ َﻋْﻨﻪ
ِ ِ
َ َﻋ ْﻦ أَﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ َرﺿ
menyukai setiap orang yang tetap dalam ِ ﻮل ِ »اﺟﺘﻨِﺒﻮا اﻟ ﱠﺴﺒﻊ اﳌﻮﺑَِﻘ:ﺎل
kekafiran, dan selalu berbuat dosa. ﷲ َ َ َر ُﺳ: ﻗَﺎﻟُﻮا،«ﺎت َ ْ ُ َ ْ َ ََو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ
ﺲ اﻟﱠِﱵ ِ ُو،ِ ِ اﻟﺴﺮُك
ِ َوﻗَـْﺘﻞ اﻟﻨﱠـ ْﻔ،اﻟﺴ ْﺤ ُﺮ ِ
ْ ّ » :ﺎل َ َﺎﻫ ﱠﻦ؟ ﻗ
ُ َوَﻣ
Orang yang memakan riba
ُ ّ َ
، َوأَ ْﻛ ُﻞ َﻣ ِﺎل اﻟﻴَﺘِْﻴ ِﻢ، َاﻟﺮ ِّ َوأَ ْﻛﻞ،َﺣﱠﺮَم ﷲُ إِﱠﻻ ِ ﳊَ ِّﻖ
diibaratkan seperti orang yang sedang
kemasukan syetan atau orang gila. Orang ُ
ِﺎت اﳌﺆِﻣﻨَﺎت
ْ
ِ َف اﳌﺤﺼﻨ
ْ ُ َوﻗَ ْﺪ،ﻒ ِ واﻟﺘـﱠﻮﻟِّﯩﻲ ﻳـﻮم اﻟﱠﺰ ْﺣ
gila tidak dapat menggunakan akalnya. ُ َ ُ َ َْ َ َ
Begitu pula orang yang selalu
«اﻟﻐَﺎﻓِ َﻼت
ِ
Artinya : Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi
meminjamkan uangnya dengan riba akan SAW bersabda : Tinggalkanlan tujuh dosa
selalu berusaha memperbanyak uangnya yang dapat membinasakan. Sahabat
bertanya : Apakah itu Ya Rasulullah? Jawab
47
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
1. Dalam surat Ar-Rum ayat 39 Allah tersebut merupakan bagian dari ayat-
menyatakan secara nasehat bahwa Allah ayat Makkiyyah. Sebagaimana lazim
tidak menyenangi orang yang diketahui, pada umumnya ayat-ayat
melakukan riba. Dan untuk Makiyyah lebih dominan berbicara
mendapatkan hidayah Allah ialah mengenai masalah-masalah akidah
dengan menjauhkan riba. Di sini Allah (theologi). Pembahasan mengenai riba
menolak anggapan bahwa pinjaman riba dalam ayat 39 surah al-Rûm yang
yang mereka anggap untuk menolong termasuk kategori ayat-ayat Makiyyah
manusia merupakan cara untuk itu menyimpan sebuah indikasi
mendekatkan diri kepada Allah. Berbeda mengenai betapa urgennya masalah riba
dengan harta yang dikeluarkan untuk ini. Secara eksplisit ayat tersebut
zakat, Allah akan memberikan menyatakan bahwa riba tidak
berkahNya dan melipat gandakan berimplikasi pada perolehan pahala.
pahalanya. Pada ayat ini tidaklah Berbeda dengan zakat yang bila
menyatakan larangan dan belum ditunaikan semata-mata untuk
mengharamkannya. menggapai ridha Allah, pasti pelakunya
ِ َوَﻣﺂ ءَاﺗَـْﻴـﺘُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ ِّرً ﻟَِّْﲑﺑـُ َﻮا ِۤﰱ أ َْﻣ ٰﻮِل اﻟﻨ
ﱠﺎس ﻓَ َﻼ ﻳـَ ْﺮﺑُﻮا ِﻋْﻨ َﺪ akan mendapatkan pahala yang berlipat
ۤ
ِ ٍ ِ
َ ﷲ ۖ َوَﻣﺂ ءَاﺗَـْﻴـﺘُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ َزٰﻛﻮة ﺗُِﺮﻳْ ُﺪو َن َو ْﺟﻪَ ﷲ ﻓَﺄُو
ِ ٰ ganda dari Allah Swt.17
ﻚ ُﻫ ُﻢ ﺌ ﻟ
ﻀﻌِ ُﻔ ْﻮ َن
2. Riba digambarkan sebagai sesuatu yang
ْ اﻟْ ُﻤ buruk, Allah menurunkan surat An-Nisa'
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan)
yang kamu berikan agar dia bertambah ayat 160-161.
pada harta manusia, Maka riba itu tidak ِ ِ ِ ِ
menambah pada sisi Allah. dan apa yang ْ ﺎدوا َﺣﱠﺮْﻣﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻃَﻴِّٰﺒﺖ أُﺣﻠﱠ
ﺖ ُ ﻓَﺒِﻈُْﻠ ٍﻢ ّﻣ َﻦ اﻟﱠﺬﻳْ َﻦ َﻫ
kamu berikan berupa zakat yang kamu (١٦٠) ﺼ ِّﺪ ِﻫ ْﻢ َﻋ ْﻦ َﺳﺒِ ِﻴﻞ ﷲِ َﻛﺜِ ْ ًﲑا َ َِﳍُْﻢ َوﺑ
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, Maka (yang berbuat demikian) ِ اﻋْﻨﻪُ َوأَ ْﻛﻠِ ِﻬ ْﻢ أ َْﻣ ٰﻮ َل اﻟﻨ
ﱠﺎس َ َﺧﺪﻫ ُﻢ اﻟِّﺮﺑٰﻮا َوﻗَ ْﺪ ُُﻮ
ِ ِ وأ
ْ َ
Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya). (Q.S.ar-Rum ayat
ِ ِ ِ ۚ
(١٦١) ِ ﻟْٰﺒ ِﻄ ِﻞ َوأ َْﻋﺘَ ْﺪ َ ﻟ ْﻠ ٰﻜﻔ ِﺮﻳْ َﻦ ِﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬا ً أَﻟْﻴ ًﻤﺎ
39). Maka disebabkan kezaliman orang-
Ayat tersebut turun ketika Nabi orang Yahudi, kami haramkan atas
berada di Mekkah, tentang riba yang (memakan makanan) yang baik-baik
(yang dahulunya) dihalalkan bagi
tidak akan memberikan tambahan pada mereka, dan Karena mereka banyak
harta dan itu berbeda dengan zakat menghalangi (manusia) dari jalan Allah,
Dan disebabkan mereka memakan riba,
ataupun sedekah yang akan padahal Sesungguhnya mereka Telah
menambahkan keberkahan pada harta. dilarang daripadanya, dan Karena
Sama halnya dijelaskan oleh Mujar 17Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Alqur’an
dan Literatur Fiqih, Al-Iqtishad, Vol. III, No. 2, Juli
Ibnu Syarif menegaskan bahwa ayat 2011, h. 295
49
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
dipahami bahwa berlipat ganda pelarangan riba secara tegas, jelas, pasti,
50
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
55
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
56
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah si pengelola. Seandainya kerugian itu
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. diakibatkan kecurangan atau kelalaian si
Sedangkan yang dimaksud dengan Prinsip pengelola, si pengelola harus bertanggung
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam jawab atas kerugian tersebut.32
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa Akad Wadhi’ah diaplikasikan
yang dikeluarkan oleh lembaga yang dalam simpanan giro, sehingga dikenal
memiliki kewenangan dalam penetapan dengan giri wadhi’ah, sedangkan akad
fatwa di bidang syariah.30 mudharabah diaplikasikan dalam tabungan
Dengan demikian ketika bank dan deposito, dikenal dengan istilah
syari’ah menjalankan fungsinya yaitu tabungan mudhrabah dan deposito
menarik dana dari masyarakat dalam mudharabah. Nasabah sebagai Shohibul
bentuk simpanan dan menyalurkan dana Maal(pemilik modal) dan Bank sebagai
kepada masyarakat dalam bentuk Pengelola(Mudharib).
pembiayaan maka bank syari’ah Prinsip Syari’ah digunakan oleh
menggunakan Prinsip Syari’ah.Prinsip bank syari’ah dalam bentuk pembiayaan
Syari’ah yang digunakan oleh bank syari’ah atau menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam simpanan adalah akad Wadhi’ah dan yang membutuhkannya ada beberapa
Mudharabah. Whadi’ah adalah titipan prinsip, yaitu :
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik 1. Prinsip Profit and Loss Sharing dengan
individu maupun badan hukum yang harus menggunakan akad Mudharabah,
dijaga dan dikembalikan kapan saja si Musyarakah.Musyarakah adalah
penitip menghendaki.31 kerjasama antara dua orang atau lebih
Mudharabah adalah akad kerja untuk suatu usaha tertentu di mana
sama antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberikan
pihak pertama sebagai shahibul maal kontribusi dana dan atau amal dengan
menyediakan dana/modal 100%, kesepakatan bahwa keuntungan dan
sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. risiko akan ditanggung bersama sesuai
Keuntungan usaha secara mudharabah dengan kesepakatan.34 Aplikasinya
dibagi menurut kesepakatan yang bank dan nasabah bekerjasama untuk
dituangkan dalam kontrak, sedangkan menyelesaikan sebuah proyek usaha
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal yang masing-masing menyerahkan
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian modal sesuai dengan kemapuannya
30ZainiAbdul Malik, Riba Versus Bunga..., 23. dan bersama-sama mengelola,
31M. Syafe’i Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke
praktek, Jakarta, GIP, 85. 32Ibid., 95.
57
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
keutungan dan kerugian dibagi sesuai 4. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Jasa
modal yang disetorkan. menggunakan akad Wakalah, Kafalah,
2. Prinsip Syari’ah dalam bentuk jual beli Hiwalah, Ar Rahn dan Al Qardh.
menggunakan akad Murabahah, Salam, Wakalah adalah Penyerahan,
dan Istishna. Murabahah adalah Jual Pendelagasian, atau Pemberian mandat,
beli barang pada harga asal dengan atau bahasa lain pelimpahan kekuasaan
tambahan keuntungan yang disepakati. oleh seseorang kepada yang lain dalam hal
Salam adalah Pembelian barang yang yang diwakilkan. Kafalah adalah
diserahkan dikemudian hari, mengalihkan tanggung jawab seseorang
sedangkan pembayaran dilakukan yang dijamin dengan berpegang pada
dimuka. Istishna adalah akad penjualan tanggung jawab orang lain sebagai
anatara Pembeli dan Pembuat barang penjamin. Hiwalah adalah pengalihan
yang barangnya diserahkan kemudian hutang dari orang yang berutang kepada
hari sedangkan pembayarannya bisa orang lain yang wajib menanggungnya. Ar
dilakukan dimuka, dicicil atau diakhir Rahn adalah menahan salah satu harta
ketika barang sudah selesai akan milik sipeminjam sebagai jaminan atas
diserahkan.35 Aplikasi di bank adalah pinjaman yang diterimanya. Barang yang
bank sebagai penjual sedangkan ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
nasabah sebagai pembeli. Al Qardh adalah pemberian harta kepada
3. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Sewa orang lain yang dapat ditagih atau diminta
menggunakan akad ijarah dan ijarah kembali atau dengan kata lain
muntahia bi tamlik. Ijarah adalah akad meminjamankan tanpa mengharapkan
pemindahan hak guna atas barang atau imbalan
jasa, melalui pembayaran upah, sewa, Penutup
tanpa diikuti dengan pemindahan Dari penjelasan di atas dapat
kepemilikan atas barang itu sendiri. disimpulkan bahwa riba pengertiannya
Ijarah Muntahia Bit Tamlik adalah sama dengan bunga, sehingga hukumnya
sejenis perpaduan antara kontrak jual adalah haram. Oleh karena itu bank syari’ah
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad tidak menggunakan instrumen bunga
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan dalam menjalankan bisnisnya, akan tetapi
barang di tangan si penyewa. Sifat menggunakan prinsip syari’ah baik dalam
pemindahan kepemilikan ini pula yang penghimpunan dana dari masyarakat
membedakan dengan ijarah biasa. dalam bentuk simpanan atau menyalurkan
58
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
55
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
56
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah si pengelola. Seandainya kerugian itu
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. diakibatkan kecurangan atau kelalaian si
Sedangkan yang dimaksud dengan Prinsip pengelola, si pengelola harus bertanggung
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam jawab atas kerugian tersebut.32
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa Akad Wadhi’ah diaplikasikan
yang dikeluarkan oleh lembaga yang dalam simpanan giro, sehingga dikenal
memiliki kewenangan dalam penetapan dengan giri wadhi’ah, sedangkan akad
fatwa di bidang syariah.30 mudharabah diaplikasikan dalam tabungan
Dengan demikian ketika bank dan deposito, dikenal dengan istilah
syari’ah menjalankan fungsinya yaitu tabungan mudhrabah dan deposito
menarik dana dari masyarakat dalam mudharabah. Nasabah sebagai Shohibul
bentuk simpanan dan menyalurkan dana Maal(pemilik modal) dan Bank sebagai
kepada masyarakat dalam bentuk Pengelola(Mudharib).
pembiayaan maka bank syari’ah Prinsip Syari’ah digunakan oleh
menggunakan Prinsip Syari’ah.Prinsip bank syari’ah dalam bentuk pembiayaan
Syari’ah yang digunakan oleh bank syari’ah atau menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam simpanan adalah akad Wadhi’ah dan yang membutuhkannya ada beberapa
Mudharabah. Whadi’ah adalah titipan prinsip, yaitu :
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik 1. Prinsip Profit and Loss Sharing dengan
individu maupun badan hukum yang harus menggunakan akad Mudharabah,
dijaga dan dikembalikan kapan saja si Musyarakah.Musyarakah adalah
penitip menghendaki.31 kerjasama antara dua orang atau lebih
Mudharabah adalah akad kerja untuk suatu usaha tertentu di mana
sama antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberikan
pihak pertama sebagai shahibul maal kontribusi dana dan atau amal dengan
menyediakan dana/modal 100%, kesepakatan bahwa keuntungan dan
sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. risiko akan ditanggung bersama sesuai
Keuntungan usaha secara mudharabah dengan kesepakatan.34 Aplikasinya
dibagi menurut kesepakatan yang bank dan nasabah bekerjasama untuk
dituangkan dalam kontrak, sedangkan menyelesaikan sebuah proyek usaha
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal yang masing-masing menyerahkan
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian modal sesuai dengan kemapuannya
30ZainiAbdul Malik, Riba Versus Bunga..., 23. dan bersama-sama mengelola,
31M. Syafe’i Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke
praktek, Jakarta, GIP, 85. 32Ibid., 95.
57
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
keutungan dan kerugian dibagi sesuai 4. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Jasa
modal yang disetorkan. menggunakan akad Wakalah, Kafalah,
2. Prinsip Syari’ah dalam bentuk jual beli Hiwalah, Ar Rahn dan Al Qardh.
menggunakan akad Murabahah, Salam, Wakalah adalah Penyerahan,
dan Istishna. Murabahah adalah Jual Pendelagasian, atau Pemberian mandat,
beli barang pada harga asal dengan atau bahasa lain pelimpahan kekuasaan
tambahan keuntungan yang disepakati. oleh seseorang kepada yang lain dalam hal
Salam adalah Pembelian barang yang yang diwakilkan. Kafalah adalah
diserahkan dikemudian hari, mengalihkan tanggung jawab seseorang
sedangkan pembayaran dilakukan yang dijamin dengan berpegang pada
dimuka. Istishna adalah akad penjualan tanggung jawab orang lain sebagai
anatara Pembeli dan Pembuat barang penjamin. Hiwalah adalah pengalihan
yang barangnya diserahkan kemudian hutang dari orang yang berutang kepada
hari sedangkan pembayarannya bisa orang lain yang wajib menanggungnya. Ar
dilakukan dimuka, dicicil atau diakhir Rahn adalah menahan salah satu harta
ketika barang sudah selesai akan milik sipeminjam sebagai jaminan atas
diserahkan.35 Aplikasi di bank adalah pinjaman yang diterimanya. Barang yang
bank sebagai penjual sedangkan ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
nasabah sebagai pembeli. Al Qardh adalah pemberian harta kepada
3. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Sewa orang lain yang dapat ditagih atau diminta
menggunakan akad ijarah dan ijarah kembali atau dengan kata lain
muntahia bi tamlik. Ijarah adalah akad meminjamankan tanpa mengharapkan
pemindahan hak guna atas barang atau imbalan
jasa, melalui pembayaran upah, sewa, Penutup
tanpa diikuti dengan pemindahan Dari penjelasan di atas dapat
kepemilikan atas barang itu sendiri. disimpulkan bahwa riba pengertiannya
Ijarah Muntahia Bit Tamlik adalah sama dengan bunga, sehingga hukumnya
sejenis perpaduan antara kontrak jual adalah haram. Oleh karena itu bank syari’ah
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad tidak menggunakan instrumen bunga
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan dalam menjalankan bisnisnya, akan tetapi
barang di tangan si penyewa. Sifat menggunakan prinsip syari’ah baik dalam
pemindahan kepemilikan ini pula yang penghimpunan dana dari masyarakat
membedakan dengan ijarah biasa. dalam bentuk simpanan atau menyalurkan
58
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank
Bibliography
Abu Sura'i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib, (Surabaya: al-
Ikhlas, 1993)
Ade Dedi Rohayana, “Riba dalam Tinjauan Al-Qur’an”, Religia, Vol.18, No.1, April 2015.
Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.tt.
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001.
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001.
Drs. Zainul Arifin, MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta, Alvabert, 2002.
Iman Fahruddin al-Razi, al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, jilid 7-8, Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, t.tt.
Imran N. Hosein, Larangan Riba dalam Al-Qur’an dan Sunnah, (Malaysia: Ummavision
Sdn.Bhd).
Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh,
cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996).
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas berbagai Persoalan Umat,
Bandung: Penerbit Mizan, 1998.
59
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i, al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 1,
Beirut: Dar al-Fikr, t.tt.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani,
2001, Cet. ke-1.
Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Alqur’an dan Literatur Fiqih, Al-Iqtishad, Vol. III, No.
2, Juli 2011.
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz III, Mesir: Mathba’ah Muhammad Ali Shahib wa Awladih,
1374.
Wasilul Chair, Riba Dalam Perspektif Islam Dan Sejarah, Iqtishadia, Vol.1 No. 1 Juni 2014.
Zaini Abdul Malik, Riba Versus Bunga Dalam Perbankan, Makalah: Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Bandung (Unisba) 2017
60