Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Samawat.

Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

KONSEP AL-QUR’AN TENTANG RIBA DAN BUNGA BANK

Muhammad Esa Prasastia Amnesti


UIN Sunan Ampel Surabaya

Mashudi Yusuf
STAI Badrus Sholeh Kediri

Abdul Rofiq
Sekolah Tinggi Ekonomi Syari’ah Al Falah Gresik

Abstrak
Riba dan bunga banga bank selalu menjadi perbincangan sangat menarik,
pasalnya dengan konsep dan riba tersebut telah menyulut perdebatan
dikalangan ahli hukum dan ekonomi Isam. Maka dari itu penelitian ini
ingin mengetahui konsep riba dan bunga bank menggunakan prespektif
Al-Qur’an, serta aplikasinya dalam bank syariah. Menggunkan metode
derskriptif (library research) menggunakan data kepustakaan. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa konsep riba dan bunga bank di dalam Al-
Qur’an adalah haram, sedangkan aplikasi pada bank syariah tidak
menggunakan bunga bank, dalam syariah lebih mengedepankan konsep
mudharabah dan wadi’ah.

Keywords: Riba, Bunga Bank, Al-Qur’an

R
iba dan Bunga menjadi haram. Sebagian lagi ada yang mengatakan
pembicaraan yang sangat bahwa riba dan bunga berbeda, sehingga
menarik khususnya dikalangan riba tetap haram dan bunga tidak haram,
para ahli hukum dan ekonomi artinya bahwa bunga boleh digunakan
Islam, sehingga sempat menjadi polemik dalam kegiatan perbankan.
dikalangan mereka yakni sebagian meraka Riba diharamkan oleh semua agama
ada yang mengatakan bahwa riba dan samawi karena bahayanya sangat besar.
bunga adalah sama saja oleh karena itu Riba dapat menimbulkan permusuhan

42
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

antar pribadi dan menghilangkan semangat yang lebih banyak jumlahnya (arba) dari
saling tolong menolong sesama manusia. golongan yang lain”. Senada dengan al-Razi,
Juga menumbuhkan mental pemboros dan al-Shabuni berpendapat bahwa riba adalah
pemalas yang tidak mau bekerja. Namun tambahan secara mutlak.3 Demikian pula
pengharaman itu bagi agama lain selain al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat-nya
Islam mulai ada penafsiran baru yang akhir menjelaskan bahwa riba secara bahasa
membolehkan praktek riba. Semua bermakna ziyadah (tambahan).4
dilakukan karena nafsu serakah manusia. Menurut Quraish Shihab, kata riba
Oleh karena itu penulis akan memaparkan dari segi bahasa berarti “kelebihan”. Kalau
konsep riba dan bunga dalam Al-Qur’an kita hanya berhenti pada makna
yang menjadi instrumen dalam perbankan, kebahasaan ini, maka logika yang
sehingga nanti akan menjadi jelas dari sisi dikemukakan para penentang riba pada
konsep dan kedudukan hukumnya. masa Nabi dapat dibenarkan. Ketika itu
mereka berkata (sebagaimana diungkapkan
Pengertian Riba
al-Qur’an bahwa “jual beli sama saja dengan
Kata riba berasal dari bahasa Arab,
riba” (QS. al-Baqarah [2]: 275), Allah
secara etimologis berarti tambahan
menjawab mereka dengan tegas bahwa
(azziyadah), berkembang (an-numuw),
“Allah menghalalkan jual beli dan
membesar (al-‘uluw) dan meningkat (al-
mengharamkan riba”. Penegasan ini
irtifa’).1 Hal tersebut senada dengan al-Razi,
dikemukakan-Nya tanpa menyebut alasan
dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib yang
secara eksplisit, namun dapat dipastikan
menyatakan riba berarti tambahan. Hal ini
bahwa tentu ada alasan atau hikmah
didukung dengan sebuah ungkapan raba al-
sehingga riba diharamkan dan jual beli
syay’ yarbu; arba al-rajul idza ‘amala fi al-
dihalalkan.5
riba. Disamping itu juga dikuatkan oleh QS.
Sehubungan dengan arti riba dari
Al-Hajj [22]:5.2
segi bahasa tersebut, ada ungkapan orang
Arti kata riba dalam ayat ini adalah
Arab kuno menyatakan sebagai berikut;
bertambahnya kesuburan atas tanah.
arba fulan ‘ala fulan idza azada ‘alaihi
Sejalan dengan ini bisa dilihat QS. al-Nahl
(seorang melakukan riba terhadap orang
[16]:92: “disebabkan adanya satu golongan
3Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i, al-Bayan Tafsir
Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 1, Beirut: Dar al-
1Abu Sura'i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, Fikr, t.tt., hlm. 383
alih bahasa M. Thalib, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), 4 Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat,

125. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.tt., hlm. 109.


2 Iman Fahruddin al-Razi, al-Tafsir al-Kabir aw 5 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir

Mafatih al-Ghaib, jilid 7-8, Beirut: Dar al-Kutub al- Maudhu’i atas berbagai Persoalan Umat, Bandung:
‘Ilmiyyah, t.tt., hlm. 75 Penerbit Mizan, 1998, hlm. 413
43
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

lain jika di dalamnya terdapat unsur Jika tambahan atau kelebihan itu
tambahan atau disebut liyarbu ma diberikan sipeminjam secara suka rela
a’thaythum min syai’in lita’khuzu aktsara tanpa ada kesepakatan sebelumnya. Ini
minhu (mengambil dari sesuatu yang kamu tidak dikatakan riba karena itu hanya
berikan dengan cara berlebih dari apa yang sebagai ungkapan rasa terima kasih dan
diberikan).6 kebijaksanaan saja dari si peminjam dan
Menurut Wasilul Chair mengutip hal ini boleh-boleh saja. Hal seperti inilah
Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para yang sering dipraktekkan Nabi SAW,
ulama’ sependapat bahwa tambahan atas seperti yang beliau sabdakan: “orang yang
sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu terbaik diantara kamu adalah orang yang
dibayar dalam tenggang waktu tertentu terbaik dalam pembayaran utangnya.”
‘iwadh (imbalan) adalah riba. Yang Asbab al-Nuzul Turunnya Ayat-Ayat
dimaksud dengan tambahan adalah Riba
tambahan kuantitas dalam penjualan asset Adalah suatu keharusan untuk
yang tidak boleh dilakukan dengan mengetahui latar belakang (asbab al-nuzul)
perbedaan kuantitas (tafadhul), yaitu larangan ayat riba agar bisa memahami
penjualan barang-barang riba fadhal: emas, pembahasan riba secara mendasar. Tanpa
perak, gandum, serta segala macam mengetahui sebab yang
komoditi yang disetarakan dengan melatarbelakanginya, akan menjadikan
komoditi tersebut.7 pemahaman yang kurang lengkap terhadap
Dan banyak lagi defenisi yang masalah riba. Secara historis ada beberapa
dikemukan oleh ulama-ulama terkemuka versi (riwayat) yang menjadi latar belakang
lainnya. Namun dapat ditarik suatu turunnya ayat larangan riba, khususnya QS.
kesimpulan bahwa riba itu adalah al-Baqarah [2]: 275-279
ۡ ۗ ۡ ِ ۡ ۡ ‫ِﱠ‬ ِ ۚ
kelebihan yang didapat baik dalam jual beli ‫َﺣ ﱠﻞ ٱ ﱠُ ٱﻟﺒَـ ۡﻴ َﻊ‬ َ َ َّ ُ ‫ﻚ ِ َۚ ﱠُﻢ ﻗَﺎﻟُٓﻮاْ إﳕَﺎ ٱﻟﺒَـﻴ ُﻊ ﻣ‬
‫أ‬
‫و‬ ‫ا‬
ْ ‫ﻮ‬
ٰ ‫ـ‬ ‫ﺑ‬ِ
‫ٱﻟﺮ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﺜ‬ ۡ
َ ‫◌ َٰذﻟ‬
yang diberikan oleh peminjam atas modal
‫ٱﻟﺮﺑـَ ٰﻮاْ ﻓَ َﻤﻦ َﺟﺎٓءَﻩُۥ َﻣ ۡﻮ ِﻋﻈَﺔٌ ِّﻣﻦ ﱠرﺑِِّﻪۦ ﻓَﭑﻧﺘَـ َﻬ ٰﻰ ﻓَـﻠَﻪُۥ َﻣﺎ‬ ِّ ‫َو َﺣﱠﺮَم‬
‫ﺐ ٱﻟﻨﱠﺎ ِۖر ُﻫ ۡﻢ‬ ۡ ٓ ۡ ِۖ ۡ
َ ِ‫ﻒ َوأَﻣ ُﺮٓﻩُۥ إِ َﱃ ٱ ﱠ َوَﻣﻦ َﻋ َﺎد ﻓَﺄ ُْوٰﻟَﺌ‬
yang dipinjam baik berupa uang atau
ُ ‫ﻚ أَﺻ َٰﺤ‬ َ َ‫َﺳﻠ‬
ِۗ َ‫ﺼ َﺪ ٰﻗ‬ ِّ ُ‫ َ ۡﳝ َﺤ ُﻖ ٱ ﱠ‬٢٧٥ ‫ﻓِ َﻴﻬﺎ َٰﺧﻠِ ُﺪو َن‬
barang yang diisyaratkan sebelumnya
karena adanya perpanjangan waktu.
‫ﺖ َوٱ ُﱠ‬ ‫ٱﻟﺮﺑـَ ٰﻮاْ َوﻳـُ ۡﺮِﰊ ٱﻟ ﱠ‬
ْ‫ﻳﻦ ءَ َاﻣﻨُﻮاْ َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا‬ ِ‫ِ ﱠ‬ ٍِ ٍ ‫َﻻ ُِﳛ ﱡ‬
َ ‫ إ ﱠن ٱﻟﺬ‬٢٧٦ ‫ﺐ ُﻛ ﱠﻞ َﻛﻔﱠﺎر أَﺛﻴﻢ‬
ۡ ۡ ۡ ِ ‫ﺼﻠِ ٰﺤ‬
َ ‫ﺼﻠَ ٰﻮَة َوءَاﺗَـ ُﻮاْ ٱﻟﱠﺰَﻛ ٰﻮَة َﳍُﻢ أَﺟ ُﺮُﻫﻢ ِﻋ‬
‫ﻨﺪ‬ ‫ﺖ َوأَﻗَ ُﺎﻣﻮاْ ٱﻟ ﱠ‬ َ ‫ٱﻟ ٰﱠ‬
ِ‫ﱠ‬ ۡ ۡ ِۡۡ ۡ ۡ
6Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, Sebuah
َ ‫ ََٰٓﻳـﱡ َﻬﺎ ٱﻟﺬ‬٢٧٧ ‫ف َﻋﻠَﻴﻬﻢ َوَﻻ ُﻫﻢ َﳛَﺰﻧُﻮ َن‬
‫ﻳﻦ‬ ٌ ‫َرِِّﻢ َوَﻻ َﺧﻮ‬
Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, cet. I,
ِِ ۡ ِّ ‫ء َاﻣﻨُﻮاْ ٱﺗـﱠ ُﻘﻮاْ ٱ ﱠَ َو َذ ُرواْ َﻣﺎ ﺑَِﻘﻲ ِﻣ َﻦ‬
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 37.
7Wasilul Chair, Riba Dalam Perspektif Islam Dan
‫ﲔ‬َ ‫ٱﻟﺮﺑـَٰٓﻮاْ إِن ُﻛﻨﺘُﻢ ﱡﻣﺆﻣﻨ‬ َ َ
Sejarah, Iqtishadia, Vol.1 No. 1 Juni 2014, h.102
44
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

ۡ
ٍ ‫ ﻓَِﺈن ۡﱠﱂ ﺗَـ ۡﻔﻌﻠُﻮاْ ﻓَﺄذَﻧُﻮاْ ِﲝَ ۡﺮ‬٢٧٨
‫ب ِّﻣ َﻦ ٱ ﱠِ َوَر ُﺳﻮﻟِِﻪۦۖ َوإِن‬ banu Mughirah. Apabila tiba waktu
َ
ۡ ِۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
٢٧٩ ‫وس أَﻣ َٰﻮﻟِ ُﻜﻢ َﻻ ﺗَﻈﻠ ُﻤﻮ َن َوَﻻ ﺗُﻈﻠَ ُﻤﻮ َن‬ ُ ُ‫ﺗـُﺒـﺘُﻢ ﻓَـﻠَ ُﻜﻢ ُرء‬
pembayaran datang utusan dari banu

Ali Imran [3]: 130-131. Tsaqif datang untuk menagih. Kalau tidak

ِّ ‫َٰٓﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ اٰ َﻣﻨُـ ْﻮا َﻻ َْ ُﻛﻠُﻮا‬


membayar, disuruh menunda dengan
‫ﺿ َﻌﺎﻓًﺎ ﱡﻣﻀ َٰﻌ َﻔﺔً ۖ ﱠواﺗـﱠ ُﻘﻮا‬
ْ َ‫اﻟﺮﺑٰـٓﻮا ا‬
ِ ُ‫ واﺗـﱠ ُﻘﻮا اﻟﻨﱠﺎر اﻟﱠِٓﱵ ا‬١٣٠ ‫ا ٰ ﻟَﻌﻠﱠ ُﻜﻢ ﺗـُ ْﻔﻠِﺤﻮ َۚن‬
syarat menambah sejumlah tambahan.10
‫ﱠت‬
ْ ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ْ َ َ ُْ ْ َ َّ Senada dengan hal tersebut, Mujahid
١٣١ ۚ ‫ﻟِْﻠ ٰﻜ ِﻔ ِﺮﻳْ َﻦ‬ meriwayatkan, bahwa seseorang di zaman
Umumnya para mufassir dengan
Jahiliyyah berhutang kepada orang lain.
mengutip dari al-Thabari berpendapat
Lalu yang berhutang (kreditur) berkata,
bahwa ayat al-Baqarah 275-279, khususnya
“Akan saya tambah sekian jika kamu
ayat 275, turun disebabkan oleh
memberikan tempo kepadaku”. Maka si
pengamalan paman Nabi Muhammad saw,
empunya piutang (debitur) memberikan
Abbas bin Abdul Muthalib dan Khalid bin
tempo tersebut. 11 Riwayat lain
Walid, yang bekerjasama meminjamkan
menyebutkan, bahwa dimasyarakat pra-
uang kepada orang lain dari Tsaqif bin
Islam, mereka biasa menggandakan
‘Amr. Sehingga keduanya mempunyai
pinjaman pada orang-orang yang sangat
banyak harta ketika Islam datang.8
membutuhkan (kesusahan), yang dengan
Sumber lain mengatakan bahwa
pinjaman tertentu, orang yang meminjam
banu ‘Amr ibn Umair ibn Awf mengambil
tidak saja mengembalikan sejumlah uang
riba dari banu Mughirah. Apabila tiba
yang dipinjam, tetapi juga menambah
waktu pembayaran yang telah dijanjikan,
dengan sejumlah tambahan yang sesuai
maka utusan datang ke banu Mughirah
dengan masa pinjamannya. Kalau si
untuk mengambil tagihan. Ketika pada
peminjam mempunyai uang untuk
suatu waktu Banu Mughirah tidak mau
mengembalikan pinjaman dalam waktu
membayar dan hal tersebut sampai kepada
cepat dan singkat, maka dia akan
Rasulullah saw, beliau bersabda,
mengembalikan dengan jumlah tambahan
“Ikhlaskanlah atau kalau tidak siksa yang
yang relatif sedikit. Sebaliknya, kalau tidak
pedih dari Allah.” 9 Sedangkan sebab
mempunyai uang untuk mengembalikan
turunnya QS. Ali Imran [3]:130-131,
dengan cepat, maka bisa ditunda, dengan
menurut satu riwayat dari ‘Atha disebutkan
syarat harus membayar uang tambahan
bahwa, banu Tsaqif mengambil riba dari
yang lebih besar lagi.
Dalil yang Mengharamkan Riba
8 Ibid, hl. 385
9 Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz III, Mesir:

Mathba’ah Muhammad Ali Shahib wa Awladih, 1374, 10 Ibid, juz IV, hlm. 123
hlm. 103 11 Ibid
45
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

Ayat yang melarang tentang riba boleh. Adh’afan Mudha’afa (berlipat ganda)
diturunkan secara bertahap agar kondisi di sini bukanlah menjadi syarat terjadinya
masyarakat yang sudah mengakar dan riba tapi berfungsi sebagai hal (keadaan)
terbiasa dengan praktek riba tidak terlalu yang menggambarkan kondisi masyarakat
kaget menerima larangan tersebut. Surat bangsa Arab ketika itu. Hal ini lazim
pertama yang datang adalah surat ar-Rum dilakukan oleh orang Arab. Karena ayat ini
ayat 39 yang berbunyi: diturunkan berhubungan dengan persoalan
ۖ ‫ﱠﺎس ﻓﻼ ﻳـﺮﺑﻮا ِﻋﻨﺪ‬ ۤ ۤ
ِ‫ﷲ‬ َ ْ ۤ ُ ْ َ َ َ ِ ‫ِﰱ أ َْﻣ ٰﻮِل اﻟﻨ‬ ‫َوَﻣﺎ ءَﺗَـْﻴـﺘُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ ِّرً ﻟَِّْﲑﺑـُ َﻮا‬ masyarakat sehari-hari, maka
ِ ٍ ‫وﻣ ۤﺎ ءﺗَـﻴـﺘﻢ ِﻣﻦ َزٰﻛ‬
َ ِ‫ﺗُِﺮﻳْ ُﺪو َن َو ْﺟ َﻪ ﷲ ﻓَﺄُوٰﻟﺌ‬
bahasanyapun digunakan bahasa yang
‫ﻚ ُﻫ ُﻢ‬ ‫ﻮة‬ ْ ّ ُْْ َ ََ
(٣٩) ‫ﻀﻌِ ُﻔ ْﻮ َن‬
biasa sesuai dengan keadaan ketika itu.
ْ ‫اﻟْ ُﻤ‬ Penarikan hukum dengan menggunakan
“Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia menambah pada harta mafhum mukhalafah (pemahaman terbalik
manusia, maka riba itu tidak menambah terhadap teks) tidak dapat digunakan
pada sisi Allah. Dan, apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk karena ayat di atas punya maksud lain.
mencapai keridhaan Allah, maka (yang Sedangkan syarat mafhum mukhalafah qaid
berbuat demikian) itulah orang-orangyang
melipat-gandakan (pahalanya).” tidak punya maksud lain. Ini hanya
Ayat ini hanya mengingatkan bahwa menunjukkan bahwa kejadian itu sering
riba tidak akan menambah kesejahteraan terjadi seperti halnya “khasy-yaatul Imlaaq”
sedikitpun terhadap seseorang atau negara (dalam hubungannya dengan larangan
manapun, malah akan menguranginya. takut miskin, maka membunuh anak dalam
Perintah yang kedua yang melarang surat Bani Israil ayat 31). Bukanlah berarti
kaum muslimin untuk mengambil riba kalau tidak takut miskin maka boleh
secara berlipat ganda jika ia ingin membunuh anak, akan tetapi maksudnya
kebahagiaan sejati, kedamaian dan ialah membunuh anak itu sering terjadi
kesuksesan hidup. Di dalam surat Ali Imran karena takut miskin12. Maka pemahaman
ayat 130 Allah SWT berfirman: ayat di atas jika berlipat ganda maka riba

َ‫ﺎﻋ َﻔﺔً َواﺗـﱠ ُﻘﻮا ﷲ‬


َ‫ﻀ‬ َ ‫َﺿ َﻌﺎﻓً ُﺎﻣ‬ ِّ ‫َ أَﻳـﱡ َﻬﺎاﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ َآﻣﻨُﻮاﻻَ َْ ُﻛﻠُﻮا‬
ْ ‫اﻟﺮَ أ‬ tapi jika tidak berlipat ganda maka boleh
(١٣٠) ‫ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗـُ ْﻔﻠِ ُﺤ ْﻮ َن‬ sangat keliru, karena yang namanya riba,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kecil atau besar tetap saja tidak boleh.
kamu memakan riba dengan berlipat ganda
Seterusnya surat al-Baqarah ayat
dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.” 275 - 276 yang datang karena beberapa
Ayat yang diturunkan pada tahun
orang mencampuradukkan antara
ke-3 Hijrah ini memberi pemahaman bukan
berarti riba yang tidak berlipat ganda 12Kahar Mansyur, Beberapa Pendapat Megenai Riba,

(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), 138.


46
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

perdagangan dan riba dan hampir tidak ada tanpa peduli dengan orang lain, ia
beda antara keduanya. Allah mengingatkan kehilangan perasaannya.
akibat dari perbuatan mereka dan supaya Ayat terakhir adalah larangan tegas
mereka menjauhi perbuatan mereka Allah SWT mempraktekkan riba karena
tersebut. riba melanggar hukum dalam masyarakat.
ِ ‫اﻟﺮ َﻻﻳـ ُﻘﻮﻣﻮ َن إِﱠﻻ َﻛﻤﺎﻳـ ُﻘ‬ ِ
ُ‫ﻮم اﻟﱠﺬي ﻳـَﺘَ َﺨﺒﱠﻄُﻪ‬ ُ َ َِّ ‫اﻟﱠﺬﻳْ َﻦ َْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن‬
Dalam surat al-Baqarah ayat 278-279 Allah
ُ ََ
ِّ ‫ﻚ َِ ﱠُ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا إِﱠﳕَﺎاﻟْﺒَـْﻴ ُﻊ ِﻣﺜْﻞ‬ ِ ِ ‫اﻟﺸﱠﻴﻄَﺎ ُن ِﻣﻦ اﻟْﻤ‬ SWT berfirman:
َ‫اﻟﺮ‬ ُ َ ‫ﺲ َذﻟ‬ ّ َ َ ْ
‫َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ َآﻣﻨُﻮا اﺗـﱠ ُﻘﻮا ﷲَ َوذَ ُروا َﻣﺎﺑَِﻘ َﻲ َﻣ َﻦ‬
‫اﻟﺮَ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﺟﺎءَﻩُ َﻣ ْﻮ ِﻋﻈَﺔُ ِﻣ ْﻦ َرﺑِِّﻪ‬ ِّ ‫َﺣ ﱠﻞ ﷲُ اﻟْﺒَـْﻴ َﻊ َو َﺣﱠﺮَم‬َ ‫َوأ‬ ِِ
‫ﻚ‬ ِ
َ ِ‫ﻒ َوأ َْﻣ ُﺮﻩُ إِ َﱃ ﷲ َوَﻣ ْﻦ َﻋ َﺎد ﻓَﺄُوﻟَﺌ‬
(٢٧٨) ‫ﲔ‬ َ ْ ‫اﻟﺮَ إِ ْن ُﻛْﻨـﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺆﻣﻨ‬ِّ
َ َ‫ﺎﺳﻠ‬َ ‫ﻓَﺎﻧْـﺘَـ َﻬﻰ ﻓَـﻠَﻪُ َﻣ‬
‫ﻓَِﺈ ْن َﱂْ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُ ْﻮا ﻓَﺄْذَﻧُﻮا ِﲝَْﺮبٍ ِﻣ َﻦ ﷲِ َوَر ُﺳﻮﻟِِﻪ َوإِ ْن ﺗـُْﺒـﺘُ ْﻢ ﻓَـﻠَ ُﻜ ْﻢ‬
(٢٧٥) ‫ﺎﺧﺎﻟِ ُﺪو َن‬ ِ
َ ‫ﺎب اﻟﻨﱠﺎ ِر ُﻫ ْﻢ ﻓْﻴـ َﻬ‬
ُ ‫َﺻ َﺤ‬
ْ‫أ‬
ِ َ‫ﺼ َﺪﻗ‬ (٢٧٩) ‫وس أ َْﻣ َﻮاﻟِ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَﻈْﻠِ ُﻤﻮ َن َوَﻻ ﺗُﻈْﻠَ ُﻤﻮ َن‬ ُ ُ‫َرء‬
‫ﺐ‬‫ﺎت َوﷲُ َﻻ ُِﳛ ﱡ‬ ‫اﻟﺮَ َوﻳـُْﺮﺑِﯩﻲ اﻟ ﱠ‬
ِّ ُ‫ﳝَْ َﺤ َﻖ ﷲ‬
Hai orang-orang yang beriman,
(٢٧٦) ‫ُﻛ ﱠﻞ َﻛﻔﱠﺎ ٍر أَﺛِْﻴ ٍﻢ‬ bertaqwalah kepada Allah dan
Orang-orang yang makan riba tidak dapat tinggalkanlah sisa riba (yang belum
berdiri melainkan seperti berdirinya orang dipungut) jika kamu orang-orang beriman.
yang kemasukan syetan lantaran penyakit Maka jika kamu tidak mengerjakan
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah
adalah disebabkan mereka berpendapat bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
bahwajual beli sama dengan riba, padahal memerangimu. Dan, jika kamu bertobat
Allah telah menghalalkan jual beli dan (dari jalan pengambilan riba) maka bagimu
mengharamkan riba. Orang-orang yang pokok hartamu, kamu tidak menganiaya
telah sampai kepadanya larangan dari dan tidak pula dianiaya.
Tuhannya, lain terus berhenti (dari Ayat diturunkan pada tahun ke- 9
mengambil riba), maka baginya apa yan Hijriah. Para ulama menjelaskan ayat ini
telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan), dan urusannya (terserah) merupakan ayat sapu jagat untuk segala
kepada Allah. Orang yang mengulangi bentuk, kadar, ukuran dan jenis riba.
(mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal Larangan Riba dalam Hadits
di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan diantaranya :
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ َ ‫ﱠﱯ‬ ِ ِ
ِّ ‫ َﻋﻦ اﻟﻨ‬،ُ‫ﯩﻲ ا ﱠُ َﻋْﻨﻪ‬
ِ ِ
َ ‫َﻋ ْﻦ أَﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ َرﺿ‬
menyukai setiap orang yang tetap dalam ِ ‫ﻮل‬ ِ ‫ »اﺟﺘﻨِﺒﻮا اﻟ ﱠﺴﺒﻊ اﳌﻮﺑَِﻘ‬:‫ﺎل‬
kekafiran, dan selalu berbuat dosa. ‫ﷲ‬ َ ‫ َ َر ُﺳ‬:‫ ﻗَﺎﻟُﻮا‬،«‫ﺎت‬ َ ْ ُ َ ْ َ َ‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬
‫ﺲ اﻟﱠِﱵ‬ ِ ‫ ُو‬،ِ ِ ‫اﻟﺴﺮُك‬
ِ ‫ َوﻗَـْﺘﻞ اﻟﻨﱠـ ْﻔ‬،‫اﻟﺴ ْﺤ ُﺮ‬ ِ
ْ ّ » :‫ﺎل‬ َ َ‫ﺎﻫ ﱠﻦ؟ ﻗ‬
ُ ‫َوَﻣ‬
Orang yang memakan riba
ُ ّ َ
،‫ َوأَ ْﻛ ُﻞ َﻣ ِﺎل اﻟﻴَﺘِْﻴ ِﻢ‬، َ‫اﻟﺮ‬ ِّ ‫ َوأَ ْﻛﻞ‬،‫َﺣﱠﺮَم ﷲُ إِﱠﻻ ِ ﳊَ ِّﻖ‬
diibaratkan seperti orang yang sedang
kemasukan syetan atau orang gila. Orang ُ
ِ‫ﺎت اﳌﺆِﻣﻨَﺎت‬
ْ
ِ َ‫ف اﳌﺤﺼﻨ‬
ْ ُ ‫ َوﻗَ ْﺪ‬،‫ﻒ‬ ِ ‫واﻟﺘـﱠﻮﻟِّﯩﻲ ﻳـﻮم اﻟﱠﺰ ْﺣ‬
gila tidak dapat menggunakan akalnya. ُ َ ُ َ َْ َ َ
Begitu pula orang yang selalu
«‫اﻟﻐَﺎﻓِ َﻼت‬
ِ
Artinya : Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi
meminjamkan uangnya dengan riba akan SAW bersabda : Tinggalkanlan tujuh dosa
selalu berusaha memperbanyak uangnya yang dapat membinasakan. Sahabat
bertanya : Apakah itu Ya Rasulullah? Jawab
47
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

Nabi : Syirik kepada Allah, Berbuat Sihir, riba


Membunuh Jiwa yang diharamkan Allah, Hukkumnya haram
kecuali yang hak, Makan Harta Riba, Makan Sumber: Muhammad Hidayat, 201013
Harta Anak Yatim, Melarikan diri dari
perang jihad pada saat berjuang, dan Ada kemiripan antara larangan riba
Menuduh Wanita Mukminat yang
sopan(berkeluarga) dengan tuduhan zina. ini dan larangan Allah yang telah digunakan
(HR. Bukhari). terhadap minuman keras, perjudian dan
‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬ ِ ُ ‫ »ﻟَﻌﻦ رﺳ‬:‫ﺎل‬ ِ
َ ‫ﻮل ﷲ‬ ُ َ َ َ َ َ‫ ﻗ‬،‫َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑ ٍﺮ‬ juga dalam menghadapi praktek
ِ ‫ وﺷ‬،‫ وَﻛﺎﺗِﺒﻪ‬،‫ وﻣ ْﺆﻛِﻠَﻪ‬، ‫اﻟﺮ‬
َ َ‫ﺎﻫ َﺪﻳِْﻪ« َوﻗ‬
‫» ُﻫﻢ‬ :‫ﺎل‬ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ َِّ ‫آﻛِ َﻞ‬ perbudakan. Oleh karena itu, penelitian
«ُ‫َﺳ َﻮاء‬ tentang metode yang digunakan dalam Al-
Artinya : Dari Jabir, Nabi SAW bersabda : Qur’an untuk larangan terhadap minuman
Melaknat Rasulullah SAW pemakan riba,
keras, perjudian dan juga perbudakan akan
yang mewakilinya, Penulisnya, dan
Saksinya, dan mereka sama saja. memberika informasi yang berguna untuk
Berbicara riba identik dengan bunga
memahami metode yang telah digunakan
bank atau rente, sering kita dengar di
oleh Al-Qur’an dalam larangan dan
tengah-tengah masyarakat bahwa rente
penghapusan riba.14
disamakan dengan riba. Pendapat itu
Al-Qur’an membicarakan riba secara
disebabkan rente dan riba merupakan
bertahap, diantaranya: Tahap pertama,
"bunga" uang, karena mempunyai arti yang
sekadar menggambarkan adanya unsur
sama yaitu sama-sama bunga, maka
negatif riba.Tahap kedua, memberikan
hukumnya sama yaitu haram. Adapun
sinyal atau isyarat tentang keharaman
karakteristiknya:
riba.Tahap ketiga, secara eksplisit
menyatakan keharaman salah satu bentuk
Tabel Karakteristik Riba dan Bunga
RIBA BUNGA riba dan tahap keempat, mengharamkan
Tambahan dihitung Biaya dihitung
riba secara total dalam berbagai
atas pokok atas pokok
Ditentukan di awal Ditetapkan bentuknya.15 Kronologi analisisnya adalah
secara pasti dimuka secara sebagai berikut:16
fixed
Bersifat aniaya Bersifat memaksa
(Zulm)
Ada denda bila Dikenakan
terlambat penalty bila 13 Muhammad Hidayat, an Introduction to The Sharia
Economic (Pengantar Ekonomi Syariah) (Jakarta:
pembayaran default
Zikrul Hakim, 2010), h.112
Dapat berlipat Pihak: Debitur – 14 Imran N. Hosein, Larangan Riba dalam Al-Qur’an

ganda Kreditur dan Sunnah, (Malaysia: Ummavision Sdn.Bhd), hlm.


Pihak: Debitur dan Objeknya uang 38
15 Ade Dedi Rohayana, “Riba dalam Tinjauan Al-
Kreditur
Qur’an”, Religia, Vol.18, No.1, April 2015, hlm. 75
Objeknya uang dan Hukumnya 16 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari
barang diqiaskan dengan Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001, Cet.
ke-1, h. 48-50
48
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

1. Dalam surat Ar-Rum ayat 39 Allah tersebut merupakan bagian dari ayat-
menyatakan secara nasehat bahwa Allah ayat Makkiyyah. Sebagaimana lazim
tidak menyenangi orang yang diketahui, pada umumnya ayat-ayat
melakukan riba. Dan untuk Makiyyah lebih dominan berbicara
mendapatkan hidayah Allah ialah mengenai masalah-masalah akidah
dengan menjauhkan riba. Di sini Allah (theologi). Pembahasan mengenai riba
menolak anggapan bahwa pinjaman riba dalam ayat 39 surah al-Rûm yang
yang mereka anggap untuk menolong termasuk kategori ayat-ayat Makiyyah
manusia merupakan cara untuk itu menyimpan sebuah indikasi
mendekatkan diri kepada Allah. Berbeda mengenai betapa urgennya masalah riba
dengan harta yang dikeluarkan untuk ini. Secara eksplisit ayat tersebut
zakat, Allah akan memberikan menyatakan bahwa riba tidak
berkahNya dan melipat gandakan berimplikasi pada perolehan pahala.
pahalanya. Pada ayat ini tidaklah Berbeda dengan zakat yang bila
menyatakan larangan dan belum ditunaikan semata-mata untuk
mengharamkannya. menggapai ridha Allah, pasti pelakunya

ِ ‫َوَﻣﺂ ءَاﺗَـْﻴـﺘُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ ِّرً ﻟَِّْﲑﺑـُ َﻮا ِۤﰱ أ َْﻣ ٰﻮِل اﻟﻨ‬
‫ﱠﺎس ﻓَ َﻼ ﻳـَ ْﺮﺑُﻮا ِﻋْﻨ َﺪ‬ akan mendapatkan pahala yang berlipat
ۤ
ِ ٍ ِ
َ ‫ﷲ ۖ َوَﻣﺂ ءَاﺗَـْﻴـﺘُ ْﻢ ِّﻣ ْﻦ َزٰﻛﻮة ﺗُِﺮﻳْ ُﺪو َن َو ْﺟﻪَ ﷲ ﻓَﺄُو‬
ِ ٰ ganda dari Allah Swt.17
‫ﻚ ُﻫ ُﻢ‬ ‫ﺌ‬ ‫ﻟ‬
‫ﻀﻌِ ُﻔ ْﻮ َن‬
2. Riba digambarkan sebagai sesuatu yang
ْ ‫اﻟْ ُﻤ‬ buruk, Allah menurunkan surat An-Nisa'
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan)
yang kamu berikan agar dia bertambah ayat 160-161.
pada harta manusia, Maka riba itu tidak ِ ِ ِ ِ
menambah pada sisi Allah. dan apa yang ْ ‫ﺎدوا َﺣﱠﺮْﻣﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻃَﻴِّٰﺒﺖ أُﺣﻠﱠ‬
‫ﺖ‬ ُ ‫ﻓَﺒِﻈُْﻠ ٍﻢ ّﻣ َﻦ اﻟﱠﺬﻳْ َﻦ َﻫ‬
kamu berikan berupa zakat yang kamu (١٦٠) ‫ﺼ ِّﺪ ِﻫ ْﻢ َﻋ ْﻦ َﺳﺒِ ِﻴﻞ ﷲِ َﻛﺜِ ْ ًﲑا‬ َ ِ‫َﳍُْﻢ َوﺑ‬
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, Maka (yang berbuat demikian) ِ ‫اﻋْﻨﻪُ َوأَ ْﻛﻠِ ِﻬ ْﻢ أ َْﻣ ٰﻮ َل اﻟﻨ‬
‫ﱠﺎس‬ َ ‫َﺧﺪﻫ ُﻢ اﻟِّﺮﺑٰﻮا َوﻗَ ْﺪ ُُﻮ‬
ِ ِ ‫وأ‬
ْ َ
Itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya). (Q.S.ar-Rum ayat
ِ ِ ِ ۚ
(١٦١) ‫ِ ﻟْٰﺒ ِﻄ ِﻞ َوأ َْﻋﺘَ ْﺪ َ ﻟ ْﻠ ٰﻜﻔ ِﺮﻳْ َﻦ ِﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬا ً أَﻟْﻴ ًﻤﺎ‬
39). Maka disebabkan kezaliman orang-
Ayat tersebut turun ketika Nabi orang Yahudi, kami haramkan atas
berada di Mekkah, tentang riba yang (memakan makanan) yang baik-baik
(yang dahulunya) dihalalkan bagi
tidak akan memberikan tambahan pada mereka, dan Karena mereka banyak
harta dan itu berbeda dengan zakat menghalangi (manusia) dari jalan Allah,
Dan disebabkan mereka memakan riba,
ataupun sedekah yang akan padahal Sesungguhnya mereka Telah
menambahkan keberkahan pada harta. dilarang daripadanya, dan Karena

Sama halnya dijelaskan oleh Mujar 17Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Alqur’an
dan Literatur Fiqih, Al-Iqtishad, Vol. III, No. 2, Juli
Ibnu Syarif menegaskan bahwa ayat 2011, h. 295
49
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

mereka memakan harta benda orang namun merupakan praktek pembungaan


dengan jalan yang batil. kami Telah
pada masa itu. Dan maksud dari ayat
menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang diatas adalah tentang kepastian
pedih. (QS. an-Nisa ayat 160-161)
haramnya riba, ketercelaan riba yang
Dalam ayat ini Allah menceritakan
didalamnya terdapat kezaliman sehingga
balasan siksa bagi kaum Yahudi yang
dapat menyebabkan utang semakin
melakukannya. Ayat ini juga
menumpuk dan akhirnya orang yang
menggambarkan bahwa Allah lebih tegas
berutang tidak dapat melunasinya.
lagi tentang riba melalui riwayat orang
4. Allah dengan jelas dan tegas
Yahudi walaupun tidak terus terang
mengharamkan apapun jenis tambahan
menyatakan larangan bagi orang Islam.
yang diambil dari pinjaman, sebagaiman
Tetapi ayat ini telah membangkitkan
firmanNya dalam surat al-Baqarah ayat
perhatian dan kesiapan untuk menerima
278-279:
pelarangan riba. Ayat ini menegaskan
ۤ
bahwa pelarangan riba sudah pernah ‫اﻟﺮﺑٰـ ۤﻮا إِ ْن‬
ِّ ‫ٰ َﻳـﱡ َﻬﺎاﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ ء َاﻣﻨُﻮا اﺗـﱠ ُﻘﻮا ﷲَ َو َذ ُرو َاﻣﺎ ﺑَِﻘﻲ ِﻣ َﻦ‬
َ َ
(٢٧٨) ‫ﲔ‬ ِِ
terdapat dalam agama Yahudi. َ ْ ‫ُﻛْﻨـﺘُ ْﻢ ﱡﻣ ْﺆﻣﻨ‬
3. Riba diharamkan dengan dikaitkan ‫ب ِّﻣ َﻦ ﷲِ َوَر ُﺳﻮﻟِِﻪۦۖ َوإِ ْن ﺗـُْﺒـﺘُ ْﻢ‬
ٍ ‫ﻓَِﺈ ْن ﱠﱂ ﺗَـ ْﻔﻌﻠُﻮا ﻓَﺄْ َذﻧُﻮا ِﲝَﺮ‬
ْ َ ْ
ِ ِ
‫وس أ َْﻣ ٰﻮﻟ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَﻈْﻠ ُﻤ ْﻮ َن َوَﻻ ﺗُﻈْﻠَ ُﻤﻮ َن‬ ُ ُ‫ﻓَـﻠَ ُﻜ ْﻢ ُرء‬
kepada suatu tambahan yang berlipat
ganda. Para ahli tafsir berpendapat
(٢٧٩)
bahwa mengambil bunga dengan tingkat
Hai orang-orang yang
tinggi merupakan fenomena yang beriman, bertakwalah
banyak dipraktikkan dalam masa kepada Allah dan tinggalkan sisa
jahiliyah. Allah berfirman dalam surat riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman.
Al-‘Imran ayat 130:
Maka jika kamu tidak
ۤ ‫اﻟﺮﺑٰـ‬ ِ ۤ
ۖ ‫ٰﻌ َﻔ ًﺔ‬‫ﻀ‬ ‫ﻣ‬
‫ﱡ‬ ‫ﺎ‬‫ﻔ‬ ‫ﻌ‬
ٰ ‫َﺿ‬
‫أ‬ ‫ا‬
‫ﻮ‬ ِ ‫ا‬
‫ﻮ‬ ‫ﻠ‬
ُ ‫ﻛ‬ ْ ‫ﻻ‬ ‫ا‬‫ﻮ‬ ‫ﻨ‬ ‫اﻣ‬ ‫ء‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻟ‬ ‫ﺎا‬ ‫ﻬ‬‫ﱡ‬‫ـ‬ ‫ﻳ‬َ ٰ
ّ ُ َ َ َُ َ َ ْ َ
ً ْ mengerjakan (meninggalkan
َ
sisariba), Maka Ketahuilah,
‫َواﺗـﱠ ُﻘﻮا ﷲَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُـ ْﻔﻠِ ُﺤ ْﻮ َن‬ bahwa Allah dan rasul-Nya akan
Artinya: Hai orang-orang yang memerangimu. dan jika kamu
beriman, janganlah kamu memakan bertaubat (dari pengambilan
riba dengan berlipat ganda dan riba), Maka bagimu pokok
bertakwalah kamu kepada Allah hartamu; kamu tidak menganiaya
supaya kamu mendapat
dan tidak (pula) dianiaya. (Q.S. al-
keberuntungan. (Q.S al-‘Imran ayat
130).
Baqarah ayat 278-279).
Secara umum ayat ini harus Ayat ini menjelaskan tentang

dipahami bahwa berlipat ganda pelarangan riba secara tegas, jelas, pasti,

bukanlah syarat dari terjadinya riba, tuntas, dan mutlak mengharamkannya

50
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

pengertian Bunga. Berkaitan dengan Bunga dalam segala bentuk pinjaman


pengertian bunga, para ahli memberikan adalah riba yang diharamkan.24
pengertian yang bermacam-macam, 2. Rabithah Alam Islami
diantaranya : Bunga bank yang berlaku dalam
Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan perbankan konvensional adalah riba
bahwa Bunga adalah balas jasa atas yang diharamkan.25
pinjaman uang atau barang yang dibayar 3. Majma’ Fiqh Islamy, Organisasi
oleh debitor kepada kreditor. Menurut DR. Konferensi Islam
Budiono sebagaimana dikutif oleh Malayu Seluruh tambahan dan bunga atas
Hasibuan bahwa bunga bisa diartikan pinjaman yang jatuh tempo dan
denga Rate of Interst, yaitu harga dari nasabah tidak mampu membayarnya,
penggunaan uang atau bisa juga dipandang dsemikian pula tambahan (atau bunga)
sebagai sewa atas penggunaan uang untuk atas pinjaman dari permulaan
jangka waktu tertentu.23 perjanjian adalah dua gambaran dari
Jika dilihat dari pengertian di atas riba yang diharamkan secara syari’ah.
maka penulis bisa mengambil kesimpulan 4. Pandangan Ulama Indonesia
bahwa bunga sama dengan riba. Hl ini juga Berbagai fatwa dari ormas-ormas Islam
dikemukakan oleh Mannan bahwa yang berpengaruh di Indonesia seperti
sebenarnya menyebut riba dengan bunga Muhammadiyah dan NU juga telah
tidak merubah esensinya. Riba dalam al- banyak membahas riba terkait dengan
Qur’an dan Bunga pada perbankan modern bunga.
sebenarnya merupakan dua sisi mata uang Ada beberapa alasan yang
yang sama karena riba dan bunga, dua- dikemukakan kenapa bunga dibayarkan
duanya merupakan ekses dari modal. Oleh antara lain adalah:26
karena itu pantas para ahli dikalangan • Boleh mengambil bunga karena darurat
dunia Islam termasuk ulama di Indonesia • Pada tingkat wajar tidak mengapa bunga
berpendapat bahwa bunga sama dengan di dibebankan
riba seperti di bawah ini : • Opportunity Lost yang ditanggung
1. Dewan Studi Islam al-Azhar, Cairo pemilik dana disebabkan penggunaan
uang oleh pihak lain.

24 Zaini Abdul Malik, Riba Versus Bunga Dalam


Perbankan, Makalah: Fakultas Syari’ah Universitas
23Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Islam Bandung (Unisba) 2017, 20.
Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001, hal 18- 25Ibid., 20.

19. 26Muhammad Syafi’I Antonio, op. cit., h. 61-62.

55
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

• Bunga untuk konsumtif dilarang, tapi Secara istilah menurut Verryn


unutk prodiktif dibolehkan. Stuart sebagaimana dikutif oleh Hasibuan
• Uang sebagai komoditi, karena itu ada bank adalah badan usaha yang wujudnya
harganya. Dan harga uang itu adalah memuaskan keperluan orang lain dengan
bunga memberikan kredit berupa uang yang
• Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi diterima dari orang lain. Menurut B.N.
• Bunga sebagai upah menunggu Ajuha bank adalah menyalurkan modal dari
(Abstinence Concept, Senior) mereka yang tidak dapat menggunakan
• Nilai uang sekarang lebih besar daripada secara menguntungkan kepada mereka
nilai uang pada masa depan (Time value yang dapat membuatnya lebih produktif
of money). untuk keuntungan masyarakat.28
• Di zaman nabi tidak tidak ada bank, dan Bank adalah badan usaha yang
bank bukan Syakhsiyyah Mukallafah menghimpun dana dari masyarakat dalam
(yang terkena kewajiban menjalankan bentuk Simpanan dan menyalurkannya
hukum syari’ah) Semua banyak kepada masyarakat dalam bentuk kredit
mendapat kritikan baik dari ekonom dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
konvensional sendiri maupun ekonom meningkatkan taraf hidup rakyat.29
muslim. Dari pengertian di atas dapat
Perbankan Syari’ah disimpulkan bahwa bank adalah badan
Bank secara bahasa berasal dari usaha yang menarik dana dari masyarakat
bahasa Perancis terambil kata banque dan yang surplus dalam bentuk simpanan yang
banco dari bahasa Itali yang berarti kemudian menyalurkan kembali kepada
peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua masyarakat yang membutuhkannya dalam
kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang bentuk pembiayaan atau kredit. Dilihat dari
ditunjukkan oleh bank komersil. Kata peti pengertian tersebut bahwa bank adalah
atau lemari menyiratkan fungsi sebagai sebagai lembaga intermediasi antara orang
tempat menyimpan benda-benda berharga, yang kelebihan dana dengan orang yang
seperti emas, peti berlian, peti uang dan kekurangan dana.
sebagainya. Kata banco berarti meja atau Sedangkan yang dimaksud dengan
counter atau tempat usaha penukaran bank syari’ah adalah Bank yang
uang, hal ini menyiratkan fungsi transaksi, menjalankan kegiatan usahanya
yaitu penukaran uang.27 berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
28 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar
27Drs.Zainul Arifin, MBA. Dasar-Dasar Manajemen Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001, hal 2
Bank Syari’ah, Jakarta, Alvabert, 2002, hal 2 29Zaini Abdul Malik, Riba Versus Bunga..., 23.

56
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah si pengelola. Seandainya kerugian itu
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. diakibatkan kecurangan atau kelalaian si
Sedangkan yang dimaksud dengan Prinsip pengelola, si pengelola harus bertanggung
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam jawab atas kerugian tersebut.32
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa Akad Wadhi’ah diaplikasikan
yang dikeluarkan oleh lembaga yang dalam simpanan giro, sehingga dikenal
memiliki kewenangan dalam penetapan dengan giri wadhi’ah, sedangkan akad
fatwa di bidang syariah.30 mudharabah diaplikasikan dalam tabungan
Dengan demikian ketika bank dan deposito, dikenal dengan istilah
syari’ah menjalankan fungsinya yaitu tabungan mudhrabah dan deposito
menarik dana dari masyarakat dalam mudharabah. Nasabah sebagai Shohibul
bentuk simpanan dan menyalurkan dana Maal(pemilik modal) dan Bank sebagai
kepada masyarakat dalam bentuk Pengelola(Mudharib).
pembiayaan maka bank syari’ah Prinsip Syari’ah digunakan oleh
menggunakan Prinsip Syari’ah.Prinsip bank syari’ah dalam bentuk pembiayaan
Syari’ah yang digunakan oleh bank syari’ah atau menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam simpanan adalah akad Wadhi’ah dan yang membutuhkannya ada beberapa
Mudharabah. Whadi’ah adalah titipan prinsip, yaitu :
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik 1. Prinsip Profit and Loss Sharing dengan
individu maupun badan hukum yang harus menggunakan akad Mudharabah,
dijaga dan dikembalikan kapan saja si Musyarakah.Musyarakah adalah
penitip menghendaki.31 kerjasama antara dua orang atau lebih
Mudharabah adalah akad kerja untuk suatu usaha tertentu di mana
sama antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberikan
pihak pertama sebagai shahibul maal kontribusi dana dan atau amal dengan
menyediakan dana/modal 100%, kesepakatan bahwa keuntungan dan
sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. risiko akan ditanggung bersama sesuai
Keuntungan usaha secara mudharabah dengan kesepakatan.34 Aplikasinya
dibagi menurut kesepakatan yang bank dan nasabah bekerjasama untuk
dituangkan dalam kontrak, sedangkan menyelesaikan sebuah proyek usaha
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal yang masing-masing menyerahkan
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian modal sesuai dengan kemapuannya
30ZainiAbdul Malik, Riba Versus Bunga..., 23. dan bersama-sama mengelola,
31M. Syafe’i Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke
praktek, Jakarta, GIP, 85. 32Ibid., 95.
57
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

keutungan dan kerugian dibagi sesuai 4. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Jasa
modal yang disetorkan. menggunakan akad Wakalah, Kafalah,
2. Prinsip Syari’ah dalam bentuk jual beli Hiwalah, Ar Rahn dan Al Qardh.
menggunakan akad Murabahah, Salam, Wakalah adalah Penyerahan,
dan Istishna. Murabahah adalah Jual Pendelagasian, atau Pemberian mandat,
beli barang pada harga asal dengan atau bahasa lain pelimpahan kekuasaan
tambahan keuntungan yang disepakati. oleh seseorang kepada yang lain dalam hal
Salam adalah Pembelian barang yang yang diwakilkan. Kafalah adalah
diserahkan dikemudian hari, mengalihkan tanggung jawab seseorang
sedangkan pembayaran dilakukan yang dijamin dengan berpegang pada
dimuka. Istishna adalah akad penjualan tanggung jawab orang lain sebagai
anatara Pembeli dan Pembuat barang penjamin. Hiwalah adalah pengalihan
yang barangnya diserahkan kemudian hutang dari orang yang berutang kepada
hari sedangkan pembayarannya bisa orang lain yang wajib menanggungnya. Ar
dilakukan dimuka, dicicil atau diakhir Rahn adalah menahan salah satu harta
ketika barang sudah selesai akan milik sipeminjam sebagai jaminan atas
diserahkan.35 Aplikasi di bank adalah pinjaman yang diterimanya. Barang yang
bank sebagai penjual sedangkan ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
nasabah sebagai pembeli. Al Qardh adalah pemberian harta kepada
3. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Sewa orang lain yang dapat ditagih atau diminta
menggunakan akad ijarah dan ijarah kembali atau dengan kata lain
muntahia bi tamlik. Ijarah adalah akad meminjamankan tanpa mengharapkan
pemindahan hak guna atas barang atau imbalan
jasa, melalui pembayaran upah, sewa, Penutup
tanpa diikuti dengan pemindahan Dari penjelasan di atas dapat
kepemilikan atas barang itu sendiri. disimpulkan bahwa riba pengertiannya
Ijarah Muntahia Bit Tamlik adalah sama dengan bunga, sehingga hukumnya
sejenis perpaduan antara kontrak jual adalah haram. Oleh karena itu bank syari’ah
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad tidak menggunakan instrumen bunga
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan dalam menjalankan bisnisnya, akan tetapi
barang di tangan si penyewa. Sifat menggunakan prinsip syari’ah baik dalam
pemindahan kepemilikan ini pula yang penghimpunan dana dari masyarakat
membedakan dengan ijarah biasa. dalam bentuk simpanan atau menyalurkan

58
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

pengertian Bunga. Berkaitan dengan Bunga dalam segala bentuk pinjaman


pengertian bunga, para ahli memberikan adalah riba yang diharamkan.24
pengertian yang bermacam-macam, 2. Rabithah Alam Islami
diantaranya : Bunga bank yang berlaku dalam
Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan perbankan konvensional adalah riba
bahwa Bunga adalah balas jasa atas yang diharamkan.25
pinjaman uang atau barang yang dibayar 3. Majma’ Fiqh Islamy, Organisasi
oleh debitor kepada kreditor. Menurut DR. Konferensi Islam
Budiono sebagaimana dikutif oleh Malayu Seluruh tambahan dan bunga atas
Hasibuan bahwa bunga bisa diartikan pinjaman yang jatuh tempo dan
denga Rate of Interst, yaitu harga dari nasabah tidak mampu membayarnya,
penggunaan uang atau bisa juga dipandang dsemikian pula tambahan (atau bunga)
sebagai sewa atas penggunaan uang untuk atas pinjaman dari permulaan
jangka waktu tertentu.23 perjanjian adalah dua gambaran dari
Jika dilihat dari pengertian di atas riba yang diharamkan secara syari’ah.
maka penulis bisa mengambil kesimpulan 4. Pandangan Ulama Indonesia
bahwa bunga sama dengan riba. Hl ini juga Berbagai fatwa dari ormas-ormas Islam
dikemukakan oleh Mannan bahwa yang berpengaruh di Indonesia seperti
sebenarnya menyebut riba dengan bunga Muhammadiyah dan NU juga telah
tidak merubah esensinya. Riba dalam al- banyak membahas riba terkait dengan
Qur’an dan Bunga pada perbankan modern bunga.
sebenarnya merupakan dua sisi mata uang Ada beberapa alasan yang
yang sama karena riba dan bunga, dua- dikemukakan kenapa bunga dibayarkan
duanya merupakan ekses dari modal. Oleh antara lain adalah:26
karena itu pantas para ahli dikalangan • Boleh mengambil bunga karena darurat
dunia Islam termasuk ulama di Indonesia • Pada tingkat wajar tidak mengapa bunga
berpendapat bahwa bunga sama dengan di dibebankan
riba seperti di bawah ini : • Opportunity Lost yang ditanggung
1. Dewan Studi Islam al-Azhar, Cairo pemilik dana disebabkan penggunaan
uang oleh pihak lain.

24 Zaini Abdul Malik, Riba Versus Bunga Dalam


Perbankan, Makalah: Fakultas Syari’ah Universitas
23Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Islam Bandung (Unisba) 2017, 20.
Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001, hal 18- 25Ibid., 20.

19. 26Muhammad Syafi’I Antonio, op. cit., h. 61-62.

55
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

• Bunga untuk konsumtif dilarang, tapi Secara istilah menurut Verryn


unutk prodiktif dibolehkan. Stuart sebagaimana dikutif oleh Hasibuan
• Uang sebagai komoditi, karena itu ada bank adalah badan usaha yang wujudnya
harganya. Dan harga uang itu adalah memuaskan keperluan orang lain dengan
bunga memberikan kredit berupa uang yang
• Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi diterima dari orang lain. Menurut B.N.
• Bunga sebagai upah menunggu Ajuha bank adalah menyalurkan modal dari
(Abstinence Concept, Senior) mereka yang tidak dapat menggunakan
• Nilai uang sekarang lebih besar daripada secara menguntungkan kepada mereka
nilai uang pada masa depan (Time value yang dapat membuatnya lebih produktif
of money). untuk keuntungan masyarakat.28
• Di zaman nabi tidak tidak ada bank, dan Bank adalah badan usaha yang
bank bukan Syakhsiyyah Mukallafah menghimpun dana dari masyarakat dalam
(yang terkena kewajiban menjalankan bentuk Simpanan dan menyalurkannya
hukum syari’ah) Semua banyak kepada masyarakat dalam bentuk kredit
mendapat kritikan baik dari ekonom dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
konvensional sendiri maupun ekonom meningkatkan taraf hidup rakyat.29
muslim. Dari pengertian di atas dapat
Perbankan Syari’ah disimpulkan bahwa bank adalah badan
Bank secara bahasa berasal dari usaha yang menarik dana dari masyarakat
bahasa Perancis terambil kata banque dan yang surplus dalam bentuk simpanan yang
banco dari bahasa Itali yang berarti kemudian menyalurkan kembali kepada
peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua masyarakat yang membutuhkannya dalam
kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang bentuk pembiayaan atau kredit. Dilihat dari
ditunjukkan oleh bank komersil. Kata peti pengertian tersebut bahwa bank adalah
atau lemari menyiratkan fungsi sebagai sebagai lembaga intermediasi antara orang
tempat menyimpan benda-benda berharga, yang kelebihan dana dengan orang yang
seperti emas, peti berlian, peti uang dan kekurangan dana.
sebagainya. Kata banco berarti meja atau Sedangkan yang dimaksud dengan
counter atau tempat usaha penukaran bank syari’ah adalah Bank yang
uang, hal ini menyiratkan fungsi transaksi, menjalankan kegiatan usahanya
yaitu penukaran uang.27 berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut
28 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar
27Drs.Zainul Arifin, MBA. Dasar-Dasar Manajemen Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001, hal 2
Bank Syari’ah, Jakarta, Alvabert, 2002, hal 2 29Zaini Abdul Malik, Riba Versus Bunga..., 23.

56
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah si pengelola. Seandainya kerugian itu
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. diakibatkan kecurangan atau kelalaian si
Sedangkan yang dimaksud dengan Prinsip pengelola, si pengelola harus bertanggung
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam jawab atas kerugian tersebut.32
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa Akad Wadhi’ah diaplikasikan
yang dikeluarkan oleh lembaga yang dalam simpanan giro, sehingga dikenal
memiliki kewenangan dalam penetapan dengan giri wadhi’ah, sedangkan akad
fatwa di bidang syariah.30 mudharabah diaplikasikan dalam tabungan
Dengan demikian ketika bank dan deposito, dikenal dengan istilah
syari’ah menjalankan fungsinya yaitu tabungan mudhrabah dan deposito
menarik dana dari masyarakat dalam mudharabah. Nasabah sebagai Shohibul
bentuk simpanan dan menyalurkan dana Maal(pemilik modal) dan Bank sebagai
kepada masyarakat dalam bentuk Pengelola(Mudharib).
pembiayaan maka bank syari’ah Prinsip Syari’ah digunakan oleh
menggunakan Prinsip Syari’ah.Prinsip bank syari’ah dalam bentuk pembiayaan
Syari’ah yang digunakan oleh bank syari’ah atau menyalurkan dana kepada masyarakat
dalam simpanan adalah akad Wadhi’ah dan yang membutuhkannya ada beberapa
Mudharabah. Whadi’ah adalah titipan prinsip, yaitu :
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik 1. Prinsip Profit and Loss Sharing dengan
individu maupun badan hukum yang harus menggunakan akad Mudharabah,
dijaga dan dikembalikan kapan saja si Musyarakah.Musyarakah adalah
penitip menghendaki.31 kerjasama antara dua orang atau lebih
Mudharabah adalah akad kerja untuk suatu usaha tertentu di mana
sama antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberikan
pihak pertama sebagai shahibul maal kontribusi dana dan atau amal dengan
menyediakan dana/modal 100%, kesepakatan bahwa keuntungan dan
sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. risiko akan ditanggung bersama sesuai
Keuntungan usaha secara mudharabah dengan kesepakatan.34 Aplikasinya
dibagi menurut kesepakatan yang bank dan nasabah bekerjasama untuk
dituangkan dalam kontrak, sedangkan menyelesaikan sebuah proyek usaha
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal yang masing-masing menyerahkan
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian modal sesuai dengan kemapuannya
30ZainiAbdul Malik, Riba Versus Bunga..., 23. dan bersama-sama mengelola,
31M. Syafe’i Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke
praktek, Jakarta, GIP, 85. 32Ibid., 95.
57
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

keutungan dan kerugian dibagi sesuai 4. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Jasa
modal yang disetorkan. menggunakan akad Wakalah, Kafalah,
2. Prinsip Syari’ah dalam bentuk jual beli Hiwalah, Ar Rahn dan Al Qardh.
menggunakan akad Murabahah, Salam, Wakalah adalah Penyerahan,
dan Istishna. Murabahah adalah Jual Pendelagasian, atau Pemberian mandat,
beli barang pada harga asal dengan atau bahasa lain pelimpahan kekuasaan
tambahan keuntungan yang disepakati. oleh seseorang kepada yang lain dalam hal
Salam adalah Pembelian barang yang yang diwakilkan. Kafalah adalah
diserahkan dikemudian hari, mengalihkan tanggung jawab seseorang
sedangkan pembayaran dilakukan yang dijamin dengan berpegang pada
dimuka. Istishna adalah akad penjualan tanggung jawab orang lain sebagai
anatara Pembeli dan Pembuat barang penjamin. Hiwalah adalah pengalihan
yang barangnya diserahkan kemudian hutang dari orang yang berutang kepada
hari sedangkan pembayarannya bisa orang lain yang wajib menanggungnya. Ar
dilakukan dimuka, dicicil atau diakhir Rahn adalah menahan salah satu harta
ketika barang sudah selesai akan milik sipeminjam sebagai jaminan atas
diserahkan.35 Aplikasi di bank adalah pinjaman yang diterimanya. Barang yang
bank sebagai penjual sedangkan ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
nasabah sebagai pembeli. Al Qardh adalah pemberian harta kepada
3. Prinsip Syari’ah dalam bentuk Sewa orang lain yang dapat ditagih atau diminta
menggunakan akad ijarah dan ijarah kembali atau dengan kata lain
muntahia bi tamlik. Ijarah adalah akad meminjamankan tanpa mengharapkan
pemindahan hak guna atas barang atau imbalan
jasa, melalui pembayaran upah, sewa, Penutup
tanpa diikuti dengan pemindahan Dari penjelasan di atas dapat
kepemilikan atas barang itu sendiri. disimpulkan bahwa riba pengertiannya
Ijarah Muntahia Bit Tamlik adalah sama dengan bunga, sehingga hukumnya
sejenis perpaduan antara kontrak jual adalah haram. Oleh karena itu bank syari’ah
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad tidak menggunakan instrumen bunga
sewa yang diakhiri dengan kepemilikan dalam menjalankan bisnisnya, akan tetapi
barang di tangan si penyewa. Sifat menggunakan prinsip syari’ah baik dalam
pemindahan kepemilikan ini pula yang penghimpunan dana dari masyarakat
membedakan dengan ijarah biasa. dalam bentuk simpanan atau menyalurkan

58
M Esa, Mashudi Yusuf & Abdul Rofiq, Konsep al-Qur’an tentang Riba dan Bunga Bank

dana kepada masyarakat dalam bentuk di tengah-tengah masyarakat bahwa rente


pembiayaan. disamakan dengan riba. Pendapat itu
Riba juga merupakan kegiatan disebabkan rente dan riba merupakan
eksploitasi dan tidak memakai konsep etika “bunga” uang, karena mempunyai arti yang
atau moralitas. Masalah mengharamkan sama yaitu sama-sama bunga, maka
transaksi yang mengandung unsur ribawi, hukumnya sama yaitu haram. Oleh karena
hal ini disebabkan mendholimi orang lain itu bank syari’ah tidak menggunakan
dan adanya unsur ketidakadilan instrumen bunga dalam menjalankan
(unjustice). Para ulama sepakat dan bisnisnya, akan tetapi menggunakan
menyatakan dengan tegas tentang prinsip syari’ah baik dalam penghimpunan
pelarangan riba. Secara garis besar riba ada dana dari masyarakat dalam bentuk
dua yaitu: riba akibat hutang piutang dan simpanan atau menyalurkan dana kepada
riba akibat jual beli. masyarakat dalam bentuk pembiayaan.
Berbicara riba identik dengan
bunga bank atau rente, sering kita dengar

Bibliography

Abu Sura'i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib, (Surabaya: al-
Ikhlas, 1993)

Ade Dedi Rohayana, “Riba dalam Tinjauan Al-Qur’an”, Religia, Vol.18, No.1, April 2015.

Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.tt.

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001.

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara 2001.

Drs. Zainul Arifin, MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta, Alvabert, 2002.

Iman Fahruddin al-Razi, al-Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib, jilid 7-8, Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, t.tt.

Imran N. Hosein, Larangan Riba dalam Al-Qur’an dan Sunnah, (Malaysia: Ummavision
Sdn.Bhd).

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh,
cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996).

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas berbagai Persoalan Umat,
Bandung: Penerbit Mizan, 1998.

59
Jurnal Samawat. Volume 06 Nomor 01 Tahun 2022

M. Syafe’i Antonio, Bank Syari’ah dari teori ke praktek, Jakarta, GIP.

Muhammad Ali al-Shabuni, Rawa’i, al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 1,
Beirut: Dar al-Fikr, t.tt.

Muhammad Hidayat, an Introduction to The Sharia Economic (Pengantar Ekonomi Syariah)


(Jakarta: Zikrul Hakim, 2010).

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani,
2001, Cet. ke-1.

Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Alqur’an dan Literatur Fiqih, Al-Iqtishad, Vol. III, No.
2, Juli 2011.

Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz III, Mesir: Mathba’ah Muhammad Ali Shahib wa Awladih,
1374.

Wasilul Chair, Riba Dalam Perspektif Islam Dan Sejarah, Iqtishadia, Vol.1 No. 1 Juni 2014.

Zaini Abdul Malik, Riba Versus Bunga Dalam Perbankan, Makalah: Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Bandung (Unisba) 2017

60

Anda mungkin juga menyukai